Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum .


Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan
vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan
lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasrkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun
mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar
diteruskan dengan yang lanjutan.

Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus ada pada
setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran.
Wacana tersebut menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen,
diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut,
strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta
penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan
yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan
kurikulum.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian desain kurikulum

2. Prinsip-prinsip dalam mendesain

3. Macam-macam desain kurikulum

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Desain Kurikulum

2. Mengetahui Prinsip-Prinsip dalam mendesain

3. Mengetahui macam-macam desain kurikulum

BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Desain Kurikulum

Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya adalah
: 1) Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi
dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan. Fred
Percival dan Henry Ellington (1984)

2) Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah menyangkut pola


pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat
dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan
dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut
penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.

3) Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat
pada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin
ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.

Dari uraian diatas dapat diambil ke. simpulan bahwa Desain kurikulum merupakan suatu
pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap
perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum,
hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal
yang diperlukan dalam pelaksanaannya

B. Prinsip-prinsip dalam Mendesain

Saylor (Hamalik:2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan mendesain kurikulum, prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua
jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang
diharapkan.

2) Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka merealisasikan
tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan bimbingan guru;

3) Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan
prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan
belajar di sekolah;

4) Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan,


kapasitas, dan tingkat kematangan siswa

5) Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak yang
diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di sekolah.
6) Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan belajar
siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut pada pengalaman
berikutnya.

7) Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian,
pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur.

8) Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.

C. Model-Model Desain Kurikulum

Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain kurikulum yang berpusat kepada
pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu,
oleh karena itu model desain ini juga dinamakan model kurikulum subjek akademis yang
penekananny diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa.

Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu: subject
centered desain, learned centered desain, problem centered desain. Setiap desain kurikukum
memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan
efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakn proses pembelajaran, karena setiap desain kurikulum memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanannya.

1. Subject Centered Design

Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua dan
paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau
materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-
mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka
kurikulum ini disebut juga separated subject curiculum.

Subject centered design berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menenkankan
pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya
kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject matter
tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum.

Model design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa
kelebihan dari model ini adalah:

1. mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan

2. para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan
diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.

Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain ini adalah
1. karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan,
sebab adalam kenyataan pengetahuan itumerupakan suatu kesatuan,

2. karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif

3.pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan demikian
pengajaran lebih bersifat verbalitas dan kurang praktis.

Atas dasar tersebut, para pengkririk menyarankan perbaikan ke arah yang lebih terintegrasi,
praktis, dan bermakna serta memberikan peranyang lebih aktif kepada siswa.

1).The Subject Design

The Subject Curiculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari subject centered
design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata-mata pelajaran.
Model desain ini telah ada sejak lama. Orang-orang Yunani kemudian Romaaw
imengembangkan Trivium dan Quadrivium. Trivium meliputi gramatika, logika, dan retorika,
sedangkan Quadrivium meliputi matematiks, geometri, astonomi, dan musik. Paada saat itu
pendidikan tidak diarahkan pada mencari nafkah, tapi oada pembentuakan pribadi dan status
sosial (Liberal Art). Pendidikan hanya di peruntukan bagi anak-anak golongan bangsawan yang
tidak usah bekerja mencari nafkah.

Adapun kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah :

 kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang lainnya.


 isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian yang hangat, yang
sedang berlangsung saat sekarang. Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat,
kebuutuhan dan pengalaman peserta didik
 isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di
dalam mempelajari dan menggunakannya
 kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatiakn cara penyampaian. Cara
penyampaian utama adalah ekspositori yang menyebabkan peran siswa pasif.

Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini mempunyai beberapa
kelebhankarena kelebihan-kelebihan tersebut bentuk kurikulum ini lebih banyak dipakai.

 karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun secara sitematis logis,
maka penyusunnya cukup mudah.
 bentuk ini sudah di kenal sejak lama, baik oleh guru-guru maupun orang tua, sehingga
lebih mudah untuk dilaksanakan.
 Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di perguruan tinggi,
sebab pada perguruan tinggi umumnya menggunakan bentuk ini
 Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode utamanya adalah metode
ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi
 Bentuk ini sagat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan budaya
masa lalu.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan di atas pengembang kurikulum subject design tidak
tinggal diam, mereka berusaha untuk memperbaikinya. Dalam rumpun subject centered, the
broad field designmerupakan pengembangan dari bentuk ini. Begitu juga pengembangan
bentuk-bentuk lain di luar subject centered, the broad field design, areas of living design dan
core design.

2).The Disciplines Design

Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design keduanya masih menekankan kepada
isi materi kurikulum. Walaupun bertolak belakang dari hal yang sama tetapi antara keduanya
terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut
subject (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara
mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, yang
membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan adalah batang tubuh ke
ilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu
atau bukan, Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah disiplin.

Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah dusiplin-disiplin ilmu. Menurut pandangan ini
sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal itu adalah isi dari
kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang teguh pada disiplin-disiplin
ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya.

Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan, disciplines design tidak seperti subject design
yang menekankan penguasaab fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman (understing).
Para peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin,
memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting juga didorong untuk memahami
cara mencari dan menemukannya (modes of inquiry and discovery). Hanya dengan meguasai
hal-hal itu, kata mereka, peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat hubungan
berbagai fenomena baru.

Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori yang menyebabkan peserta
didik lebih banyak pasif, tetapi menggunakan pendekatan inkuiri dan diskaveri. Disciplines
design sudah menintegrasikan unsur-unsur progersifisme dari Dewey. Bentuk ini memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design. Pertama, kurikulum ini bukan hanya
memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas
intelektual pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai serentetan fakta,
prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses intelektual yang
berkembang pada siswa.

Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk, desain ini maasih memiliki beberapa
kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan pengetahuan yang berintegrasi. Kedua, belum
mampu mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga, belum bertolak
dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum belum
efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih
luas dibandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan intelektual masih cukup
sempit.
3).The Broad Fields Design

Baik subject design maupun disciplines design masih menunjukan adanya pemisahan antar mata
pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah mengembangkan
The broad field design. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang
berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, Geografi, dan Ekonomi
digabung menjadi ilmu Pengetahuan sosial, Aljabar, Ilmu ukur, dan Berhitung menjadi
matematika, dan sebagainya.

Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapakan para siswa yang dewasa ini
hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat
menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di sekolah menengah pertama, di sekolah
menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.

Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya bahan yang terpisah-
pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih memungkinkan
penyusunan warisan-warisan budaya secara sistematis dan teratur. Kedua, karena
mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara
beberapa hal.

Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum ini. Pertama,
kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu menguasai bidang yang luas, tetapi
untuk tingkat yang lebih tinggi, apalagi di perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang
yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkan hanya
permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali,tidak menggambarkan
kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian
kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya lebih rendah di bandingkan
dengan subject design, tetapi model ini tetap menekankan proses pencapaian tujuan yang
sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.

2. Learner-centered design

Sebagai reaksi sekaligus penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan subject centered


design berkembang learner centered design. Desai ini berbeda dengan subject centered,
yang bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya, dan karena itu mereka
mengutamakan peranan isi dari kurikulum.

Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di dalam pendidikan atau
pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya
berperan menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.

1).The Activity atau Experience Design

Model desain berawal pada abad ke 18, atas hasil karya dari rousseau dan Pestalozzi, yang
berkembang pesat pada tahun 1920/1930an pada masa kejayaan pendidikan progresif.
Beberapa ciri utama activity atau experience design:

Pertama,struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
implementasinya guru hendaknya:Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, Membantu
para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen .

Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka
kurikulum tidak dapat di susun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh siswa.

Ketiga, Desain kurikulum menekankan prosedur pemecahan masalah, maksudnya dalam


pembelajaran tentu akan di dapatkan masalah dan dalam activity design perlu mempunyai cara
memecahkan masalah tersebut,.

Beberapa kelebihan dari design kurikulum :

 karena program pendidikan berasal dari peserta didik,maka tidak banyak mengalami
kesulitan merangsang peserta didik dalam motivasi belajar.
 pengajaran memperhatikan individual,meskipun di bentuk kelompok sekalipun karena
mereka juga harus berperan aktif dalm kelompok.
 kegiatan- kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan
untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.

Kelemahan dari kurikulum ini:

 perbedaan pada minat dan kebutuhan peserta didik yang kerap terjadi.
 kurikulumtidakmempunyai polakarena sumber pemikiran berasaldari peserta didik.
 activity design curriculum sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuens. Dasar minat
peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat.
 kurikulum ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa karena membutuhkan ahli general
education plus ahli psikologi perkembangan fan human relation.

3. Problem centered design

Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia (man
centered). Problem centered desain menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan masyarakat. Problem cebtered design menekankan pada isi maupun perkembangan
peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu the areas of living
design, dan The core design.

1).The Area of Living Design

Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang bersifat isi
(content objectivies) diintegrasikan. Penguasaan informasi- unformasi yang bersifat pasiftetap
dirangsang. Cirri lai yaiti menggunakan pengalaman dan situasi – situasi dari peserta didik
sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Dalam the areas of living hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat
dikatakan suatu desain bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan dengan baikakan
merangkumkan pengalaman-pengalaman peserta didik.

Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantanya:

 the areas of living desaign merupakan the subject matter design tetapi dalam bentuk yang
terintegrasi. Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema- problema kehidupan
sosial.
 karena kurikulum diorganisasikan di sekitar problema- problema peserta didik maka
kurikulum ini menggunakan prosedur pemecahan masalah.
 menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan.
 menyajikan bahan ajar dalam bentuk yyang professional.
 motivasi berasal dari peserta didik.

Beberapa kekurangan tentang desain ini:

 penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sngat esensial sangat
sukar.
 lemahnya integrasi kurikulum
 desain ini megabaikan warisan budaya.
 para peserta didik memandang masalah untuk sekarng dan masa depan dan mengabaikan
masa lalu.

2).The Core Design

The cores design timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject design, yang sifatnya
terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar , mereka memilih mta mata pelajaran tertentu
sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan kan disekitar core tersebut. Menurut konsep
ini inti-initi bahn ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core design biasa
juga disebut the core curriculum.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus
ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunankan untuk proses
pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa
komponen, diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum
tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta
penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan
yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan
kurikulum.

Desain kurikulum merupakan rencana pembelajran yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum yang dapat digunakan diantaranya adalah subject
centered design, learned centered design, problem centered design. Setiap design kurikukum
memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan
efektif dan efisien. Tetapi tidak setian design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu
pedoman dalam melakukan proses pembelajaran. Jadi setiap design kurikulum memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya

B.Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

WWW Slidesharr.net/Gestly/Desain/kurikulum

Widiya-biologi dan kurikulum.blogspot

www classical.blogspot.com/2011/10/desain/kurikulum
Pengertian Desain Kurikulum
1. Pengertian Desain Kurikulum

Desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun rancangan
atau model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seseorang desainer
kurikulum menentukan bahan dan cara mengembangkan kurikulum yang baru sesuai dengan
kondisi lingkungan pendidikan.

Beberapa ahli merumuskan macam – macam desain kurikulum :

1. Eisner danVallance (1974) membagi desain menjadi lima jenis yaitu model pengembangan
proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum aktualisasi diri, kurikulum rekonstruksi
sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis.
2. McNeil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model yaitu model kurikulum
humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.
3. Saylor Alexander dan Lewis (1981), membagi kurikulum menjadi kurikulum
subject matter disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum
sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial dan kurikulum yangberdasarkan minat individu.
4. Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis model desain kurikulum, yaitu kurikulum yang
berorientasi pada tujuan, model proses, dan model kurikulum yang didasarkan kepada analisis
situasional.
5. Longstreet dan Shane (1993)membagi desain kurikulum menjadi empat model yaitu desain
kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak,
desain yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik.
6. Desain Kurikulum Displin Ilmu

Menurut para ahli desain kurikulum disiplin ilmu :

1. Menurut Longstreet ( 1993 ) desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat
pada pengetahuan yang dirancang berdasarkan struktur displin ilmu,oleh karena itu model
desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan
untuk pengembangan intelektual siswa
2. Menurut McNeil ( 1990 ) desain kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses
kognitif atau pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan
dan melakukan proses penelitian ilmiah.

Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa, dikembangkan oleh
para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Mereka menyusun materi
pembelajaran apa yang harus dikuasai oleh siswa baik yang menyangkut data dan fakta, konsep
maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu mereka masing-masing. Salah satu kurikulum
yang berorientasi pada disiplin ilmu atau disebut juga kurikulum subjek akademis adalah Man a
Course of Study ( MACOS ), yang dirancang untuk memperbaiki proses perbaikan pengajaran
ilmu – ilmu sosial dan humanistis. Kurikulum ini diperuntukkan untuk siswa – siswa sekolah
dasar. Dalam paket kurikulum itu terdiri dari buku, film, poster, permainan dan perlengkapan
kelas lainnya. Pengembangan kurikulum mengharapkan siswa dapat menggali faktor –
faktor penting yang menjadikan manusia sebagai manusia. Melalui perbandingan dengan
binatang, anak menyadari akan kemanusiannya. Dengan membandingkan suatu masyarakat
dengan masyarakat lainnya anak akan memahami adanya aspek universal dari kebudayaan
manusia. Tujuan utama kurikulum MACOS adalah perkembangan intelektual yaitu
membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dengan memberikan
serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak mampu menganalisis kehidupan sosial
walaupun dengan cara yang sederhana.

Terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:

1. Subject centered curriculum

Pada subject centered curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah – pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah, matematika, kimia, fisika, biologi dan
sebagainya. Mata pelajaran – mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada
pengembangan kurikulum didalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya
bertanggung jawab pada satu mata pelajaran yang diberikannya.

2. Correlated Curriculum

Mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, tapi mata pelajaran ini memiliki kedekatan /
dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi ( broadfield ). Mengorelasikan bahan atau
isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan structural, dalam pendekatan ini, kajian atau pokok bahasan ditinjau dari beberapa
mata pelajaran sejenis misalnya, kajian suatu topik tentang geografi, tidak semata-mata ditinjau
dari sudut geografi saja, akan tetapi juga ditinjau dari sejarah, ekonomi atau mungkin budaya.
2. Pendekatan fungsional, pendekatan ini didasarkan pada pengkajian masalah yang berarti dalam
kehidupan sehari – hari. Dengan demikian, suatu topik tidak diambil dari mata pelajaran
tertentu tetapi diambil dari apa yang dirasakan perlu untuk anak, selanjutnya topik itu dikaji
pada beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan contohnyamasalah kemiskinan ditinjau
dari sudut ekonomi, geografi, dan sejarah.
3. Pendekatan daerah, pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau
tempat, seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, sosialbudaya,
ekonomi dan lain sebagainya.

3. Integrated Curriculum

Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated tidak lagi menampakkan nama –
nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari suatu pokok masalah yang harus
dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya
menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk
memecahkan masalah. Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa
tidak hanya terjadi pada segi intelektual saja tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi atau
keterampilan.

1. Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat


Rancangan kurikulum yang berorientasi pada masyarakat didasari oleh asumsi bahwa tujuan dari
sekolah adalah untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat harus
dijadikan dasar dalam menentukan isi kurikulum.

Ada 3 perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Perspektive Status Quo

Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Dalam
perspektif ini, kurikulum merupakan perencanaan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada anak didik sebagai persiapan menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam
kehidupan masyarakat. Yang dijadikan dasar oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek
penting kehidupan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan utama dalam masyarakat yang disarankan untuk menjadi isi kurikulum adalah
sebagai berikut:

1. Kegiatan bahasa atau komunikasi sosial


2. Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
3. kegiatan dalam kehidupan sosial seperti bergaul dan berkelompok dengan orang lain
4. Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati rekreasi
5. Usaha menjaga kesegaran jasmani dan rohani
6. Kegiatan yang berhubungan dengan religius
7. Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang tua seperti membesarkan anak, memelihara
kehidupan keluarga yang harmonis.
8. Kegiatan praktis yang bersifat vokasional atau keterampilan tertentu.
9. Melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat seseorang.

Disamping hal-hal tersebut diatas, perspektif ini juga menyangkut desain kurikulum untuk
memberi keterampilan sebagai persiapan untuk bekerja (profesi). Oleh sebab itu, sebelum
merancang isi kurikulum, para perancang perlu terlebih dahulu menganalisis kemampuan apa
yang perlu dimiliki anak sehubungan dengan tugas atau profesi tertentu. Dari hasil analisis itu
kemudian dirancang isi kurikulum yang diharapkan lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja.

2. Perspektif Pembaharuan (the reformist perspective)

Dalam perspektif ini, kurikulum dikembangkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat
itu sendiri. Kurikulum reformis menghendaki peran serta masyarakat secara total dalam proses
pendidikan. Pendidikan dalam perspektif ini harus berperan untuk mengubah tatanan sosial
masyarakat.

Menurut pandangan para reformis, dalam proses pembangunan pendidikan sering digunakan
untuk menindas masyarkat miskin untuk kepentingan elit yang berkuasa atau untuk
mempertahankan struktur sosial yang sudah ada. Dengan demikian, masyarakat lemah a-an tetap
berada dalam ketidakberdayaan. Oleh sebab itu, menurut para reformis, pendidikan harus mampu
mengubah keadaan masyarakat itu. Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal
harus mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan
kekayaan yang lebih adil dan merata.

3. Perspektif Masa Depan (the futurist perspective)

Perspektif masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang menekankan
kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan sosial, politik, dan
ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini lebih mengutamakan kepentingan sosial daripada
kepentingan individu. Setiap individu harus mampu mengenali berbagai permasalahan yang ada
di dalam masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan
pemahaman tersebut, maka akan memungkinkan individu dapat mengembangkan masyarakatnya
sendiri.

Tujuan utama kurikulum dalam perspektif ini adalah mempertemukan siswa dengan masalah-
masalah yang dihadapi umat manusia. Ada 3 kriteria yang harus diperhatikan dalam proses
mengimplementasikan kurikulum ini. Ketiganya menurut pembelajaran nyata (real), berdasarkan
pada tindakan (action), dan mengandung nilai (values).Ketiga kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Siswa harus memfokuskan pada satu aspek yang ada di dalam masyarakat yang dianggapnya
perlu untuk diubah.
2. Siswa harus melakukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi masyarakat itu.
3. Tindakan siswa harus didasarkan pada nilai (values), apakah tindakan itu patut dilaksanakan
atau tidak; apakah memerlukan kerja individual atau kelompok atau bahkan keduanya.

1. Desain Kurikulum Berorientasi Pada Siswa

Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membantu
anak didik, pendidikan tidak boleh terlepas dari anak didik.

Anak didik merupakan manusia yang unik karena berdasarkan hasil penelitian bahwa anak
adalah makhluk yang berkembang yang memiliki minat dan bakat yang beragam. Dalam
mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa, Alice Crow ( Crow & Crow, 1995)
menyarankan hal – hal sebagai berikut :

1. Kurikulum harus sesuai dengan perkembangan anak


2. Isi kurikulum harus mencakup ketrampilan, pengetahuan.
3. Anak di tempatkan sebagai subyek belajar yang berusaha untuk belajar sendiri.
4. Di usahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan tingkat perkembangan
mereka.

Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu:

1. Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat ( The Child in Society Perspective )

Menurut Francis Parker:


1. Hakikat belajar bagi siswa adalah apabila siswa belajar secara riil dari kehidupan mereka di
masyarakat
2. Kurikulum harus dimulai dari apa yang pernah dialami siswa seperti pengalaman dalam
keluarga, lingkungan fisik dan lingkungan sosial mereka, serta dari hal-hal yang ada di sekeliling
mereka
3. Isi kurikulum harus memuat sisi kehidupan siswa sebagai peserta didik
4. Proses pembelajaran bukan menghafal dan menguasai materi pelajaran seperti yang dituliskan
dalam buku teks, akan tetapi bagaimana anak belajar dalam kehidupan nyata di masyarakat
5. Proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual dengan memahami
sejumlah teori dan fakta saja, akan tetapi bagaimana proses belajar itu dapat megembangkan
seluruh aspek kehidupan siswa.

1. Perspektif Psikologis (The Psychological Curriculum Perspective)

Mengembangkan seluruh pribadi siswa sehingga dapat membentuk manusia yang utuh.
Kurikulum ini menekankan kepada adanya hubugan emosional yang baik antara guru dengan
siswa. Menekankan kepada integrasi. Harus dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh
dan utuh. Lebih ditekankan kepada proses belajar. Keberhasilan ditentukan oleh perkembangan
anak supaya menjadi manusia yang terbuka dan berdiri sendiri. Mengevaluasi berbagai kegiatan
yang telah dilaksanakan. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

1. Desain Kurikulum Teknologi

Teori pendidikan berbasis teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model
kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan
kompetensi bagi para peserta didik, melalui berbagai teknologi baik metode pembelajaran atau
media pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai keterampilan – keterampilan dasar
tertentu.Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepada efektifitas program, metode, dan
bahan – bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Pengaruh Teknologi terhadap kurikulum
dapat dilihat dari dua sisi :

1. Penerapan alat hasil – hasil teknologi

Perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran.
penggunaan tersebut untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Contoh
Komputer, radio, film, video

2. Penerapan teknologi sebagai sistem

Menekankan kepada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan


sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus
dicapai.

Karakteristik kurikulum teknologi yaitu belajar dipandang sebagai proses respon terhadap
rangsangan, belajar diatur berdasarkan langkah – langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang
harus dipelajari, dan siswa belajar individual, namun dalam hal tertentu bisa kelompok. Menurut
Mc Neil (1990) tujuan kurikulum teknologi ditekankan kepada pencapaian tingkah laku yang
dapat diukur, oleh karena itu tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan khusus yaitu disetiap mata
pelajaran ( disiplin ilmu ). Sebagaimana tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka organisasi
bahan pelajaran dalam kurikulum teknologi memiliki ciri – ciri :

1. Berpatokan kepada rumusan tujuan


2. Materi disusun berjenjang
3. Materi dimulai dari yang sederhana sampai ke kompleks

Selanjutnya untuk efektifitas dan keberhasilan implementasi kutikulum teknologi hendaklah


memperhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut :

1. Kesadaran kan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa pembelajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan.
2. Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikan kecakapan sesuai tujuan
3. Siswa perlu diberi tahu hasil yang telah dicapai.

Anda mungkin juga menyukai