Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN E-3

DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR 3 KOMPONEN)

I. Tujuan
1.1. Menentukan rapat massa aseton, toluena, dan kloroform
1.2. Membuat diagram terner kurva kelarutan dari sistem (kloroform-aseton-air)
dan (toluena-aseton-air).

II. Dasar Teori


Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat dipisahkan
secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Jadi suatu
sistem yang mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai bagian daerah
yang serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua bagian pada uap
tersebut. Dalam fasa cair kerapatannya serbasama disemua bagian pada cairan
tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Sistem yang terdiri atas
campuran wujud gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab gas selalu
bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud cairan-cairan
pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih, tergantung pada kelarutannya.
Padatan-padatan biasanya mempunyai kelarutan yang lebih terbatas dan pada suatu
sistem padat yang setimbang bisa terdapat beberapa fasa padat yang berbeda. Jumlah
komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari spesi yang secara
kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam
sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan jumlah komponen adalah dengan
menentukan jumlah total spesi kimia dalam sistem dikurangi dengan jumlah reaksi-
reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam
sistem tersebut (Rohman, 2013 :155-156).
Derajad kebebasan (F) dari suatu sistem setimbang merupakan variabel
intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem tersebut.
Untuk menentukan derajad kebebasan dibutuhkan aturan fasa (Widjajanti, 2008).
Sistem tiga komponen, menurut aturan fase, derajat kebebasan diberikan oleh:
F=C–P+2=5–P
Dan bila tekanan dan temperatur ditetapkan, persamaan diatas menjadi:
F=3–P
Untuk satu fase kita membutuhkan dua derajat kebebasan untuk menggambarkan
sistem secara sempurna, dan untuk dua fase dalam kesetimbangan, satu derajat
kebebasan. Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga koponen adalah dengan
mendapatkan suatu kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah
% berat atau fraksi mol. Puncak-puncak dihubungkan ke ttik tengah dari sisi yang
berlawanan, yaitu Aa, Bb, Cc. Titik nol mulai titik a, b, c dan titik A, B, C
menyatakan komposisi adalah 100% atau satu. Jadi garis-garis Aa, Bb, Cc merupakan
konsentrasi komponen A, B, C. Lebih lanjut, segitiga adalah sama sisi, jumlah jarak-
jarak garis tegak lurus dari sembarang titik dalam segitiga ke sisi-sisi adalah konstan
dan sama dengan panjang garis tegak lurus antara sudut dan pusat dari sisi yang
berlawanan, yaitu 100% atau satu (Dogra, 1990 : 473).
III. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Data alat dan bahan percobaan
Bahan Alat
Erlenmeyer 250 mL bertutup
Aseton
(18)
Toluena Buret 50 mL (6)
Kloroform Klem (9)
Aqua dm Piknometer (1)
Gelas kimia 100 mL (3)

IV. Cara Kerja


4.1. Pengukuran Piknometer
Mula-mula ditimbang piknometer dalam keadaan kosong, kemudian
dimasukan zat yang ingin diukur massa jenisnya (aqua dm, toluena,
kloroform, dan aseton). Ditepatkan volumenya, lalu ditutup piknometer.
Ditimbang massa piknometer yang berisi zat tersebut (aqua dm, toluena,
kloroform, dan aseton). Dihitung massa zat yang dimasukkan dengan cara
mengurangkan massa pikno berisi zat dengan massa pikno kosong.
4.2. Penentuan Diagram Terner
Suhu didalam ruang percobaan dicatat. Kemudian, disediakan 9 buah
labu Erlenmeyer 250 mL dengan tutupnya. Selanjutnya, kepada masing-
masing labu dimasukkan campuran A dan C yang dibuat dalam berbagai
komposisi sesuai tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Tabel komposisi 2 zat
Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Larutan A (ml) 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Larutan C (ml) 18 16 14 12 10 8 6 4 2
Pengukuran volume aseton dan kloroform dilakukan dengan buret. Masing-
masing campuran dititrasi dengan air (B) perlahan-lahan hingga tepat keruh.
Volume titran dan suhu setelah percobaan dicatat. Langkah yang sama
dilakukan untuk campuran aseton dengan toluene. Terakhir, rapat massa setiap
senyawa yang digunakan ditentukan.

V. Data Pengamatan
Tawal = 26⁰C
Takhir = 26⁰C
Tabel 5.1 Data pengukuran piknometer
Piknometer Massa (gram)
Piknometer kosong 18,72
Piknometer + air 44,10
Piknometer + toluena 40,10
Piknometer + aseton 38,90
Piknometer + kloroform 56,17

Tabel 5.2 Data volume titrasi komponen kloroform – aseton – air

Data titrasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aseton
18 16 14 12 10 8 6 4 2
(mL)
Kloroform
2 4 6 8 10 12 14 16 18
(mL)
Air (mL) 17,8 6,4 3,3 2,1 1,2 1 0,7 0,6 0,5
Tabel 5.3 Data volume titrasi komponen toluena – aseton – air

Data titrasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Toluena
18 16 14 12 10 8 6 4 2
(mL)
Aseton
2 4 6 8 10 12 14 16 18
(mL)
Air (mL) 0,2 0,45 0,6 0,95 1,4 1,65 3,2 3,7 8,7

VI. Pengolahan Data


6.1. Penentuan Volume Piknometer
𝜌 air pada suhu ruang = 0,996783 g/mL
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 − 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 44,10 − 18,72
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 = = = 25,4619 𝑚𝐿
𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑇 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 0,996783
6.2. Penentuan ρ zat
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑧𝑎𝑡 − 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌𝑧𝑎𝑡 =
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 − 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 38,90 − 18,72


𝜌𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛 = = = 0,792557 𝑔/𝑚𝐿
𝑉𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 25,4619

Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh tabel berikut :

Tabel 6.1 Data massa jenis zat


Zat ρ Zat (g/mL)
Air 0,996783
Toluena 0,839686
Aseton 0,792557
Kloroform 1,470825

6.3. Penentuan Mol Zat


Mr air = 18,015 g/mol
Mr aseton = 58,079 g/mol
Mr kloroform = 119,378 g/mol
Mr Toluen = 92,14 g/mol
Sementara itu, perhatikan bahwa
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝜌𝑧𝑎𝑡 × 𝑉𝑧𝑎𝑡
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 = =
𝑀𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑀𝑟 𝑧𝑎𝑡
0,996785 × 17,8
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖 𝑙𝑎𝑏𝑢 1 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 1 = = 0,984887 𝑚𝑜𝑙
18,015
Dengan cara yang sama, diperoleh:
6.3.1. Mol Zat Titrasi Komponen Kloroform – Aseton – Air
Tabel 6.2 Data mol zat titrasi komponen kloroform – aseton – air
Mol
Mol Aseton Mol Air Mol Total
Labu Kloroform
(mol) (mol) (mol)
(mol)
1 0,024641 0,245631 0,984887 1,25516
2 0,049283 0,218339 0,354117 0,621739
3 0,073924 0,191047 0,182591 0,447562
4 0,098566 0,163754 0,116195 0,378515
5 0,123207 0,136462 0,066397 0,326066
6 0,147849 0,109169 0,055331 0,312349
7 0,17249 0,081877 0,038732 0,293099
8 0,197132 0,054585 0,033198 0,284915
9 0,221773 0,027292 0,027665 0,276731

6.3.2. Mol Zat Titrasi Komponen Toluena – Aseton – Air


Tabel 6.3 Data mol zat titrasi komponen toluena – aseton – air
Mol Toluena Mol Aseton Mol Air Mol Total
Labu
(mol) (mol) (mol) (mol)
1 0,164037 0,027292 0,011066 0,202395
2 0,14581 0,054585 0,024899 0,225294
3 0,127584 0,081877 0,033198 0,24266
4 0,109358 0,10917 0,052564 0,271092
5 0,091132 0,136462 0,077463 0,305056
6 0,072905 0,163754 0,091296 0,327955
7 0,054679 0,191047 0,177058 0,422784
8 0,036453 0,218339 0,204724 0,459515
9 0,018226 0,245631 0,481377 0,745235
6.4. Penentuan Fraksi Mol Zat
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡
𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 (𝑋) =
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Berdasarkan tabel mol pada bagian sebelumnya, dapat dihitung fraksi mol air
pada labu 1 komponen kloroform – aseton – air sebagai berikut.
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑏𝑢 1 0,984887
𝑋𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑏𝑢 1 = = = 0,784671
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑏𝑢 1 1,25516

Dengan cara yang sama pula, dapat diperoleh fraksi mol masing-masing zat
pada tiap labu dengan tabel berikut :
6.4.1. Fraksi Mol Komponen Kloroform – Aseton – Air
Tabel 6.4 Data fraksi mol komponen kloroform – aseton – air
Labu Xkloroform Xaseton Xair
1 0,019632 0,195697 0,784671
2 0,079266 0,351175 0,569559
3 0,165171 0,42686 0,407969
4 0,260402 0,432623 0,306975
5 0,37786 0,41851 0,20363
6 0,473345 0,349511 0,177144
7 0,588505 0,27935 0,132145
8 0,691897 0,191583 0,116521
9 0,801404 0,098624 0,099972

6.4.2. Fraksi Mol Komponen Toluena – Aseton – Air


Tabel 6.5 Data fraksi mol komponen toluena – aseton – air
Labu Xtoluena Xaseton Xair
1 0,810477 0,134847 0,054676
2 0,647201 0,242282 0,110517
3 0,525774 0,337415 0,136811
4 0,403398 0,402703 0,193898
5 0,298737 0,447333 0,25393
6 0,222302 0,499319 0,278379
7 0,129331 0,451878 0,418792
8 0,079328 0,475151 0,445521
9 0,024457 0,329603 0,64594
6.5. %Fraksi Mol Zat
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡
%𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 (𝑋) = 𝑥 100%
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Berdasarkan tabel fraksi mol pada bagian sebelumnya, dapat dihitung %fraksi
mol air pada labu 1 komponen kloroform – aseton – air sebagai berikut.
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑏𝑢 1 0,984887
%𝑋𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑏𝑢 1 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 78,4671
𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑎𝑏𝑢 1 1,25516

Dengan cara yang sama pula, dapat diperoleh fraksi mol masing-masing zat
pada tiap labu dengan tabel berikut :
6.5.1. Fraksi Mol Komponen Kloroform – Aseton – Air
Tabel 6.6 Data %fraksi mol komponen kloroform – aseton – air
Labu %Xkloroform %Xaseton %Xair
1 1,963214 19,56972 78,46707
2 7,926634 35,11748 56,95589
3 16,51712 42,68601 40,79687
4 26,04018 43,26231 30,69751
5 37,78601 41,85097 20,36302
6 47,33449 34,95111 17,71439
7 58,85054 27,93497 13,21449
8 69,18969 19,15825 11,65205
9 80,14038 9,862417 9,997207

6.5.2. %Fraksi Mol Komponen Toluena – Aseton – Air


Tabel 6.7 Data %fraksi mol komponen toluena – aseton – air
Labu %Xtoluena %Xaseton %Xair
1 81,04772 13,48469 5,46759
2 64,72007 24,22823 11,0517
3 52,57739 33,74154 13,68107
4 40,33982 40,27035 19,38983
5 29,87366 44,73332 25,39301
6 22,23024 49,9319 27,83786
7 12,93307 45,18778 41,87915
8 7,93284 47,51507 44,55209
9 2,445713 32,96026 64,59403
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan

Pada percobaan, melalui data pengamatan dan pengolahan data diperoleh rapat
massa aseton sebesar 0,792557 g/mL; rapat massa toluena sebesar 0,839686 g/mL;
dan rapat massa kloroform sebesar 1,470825 g/mL. Kemudian dari hasil perhitungan
%fraksi mol tiap komponen (terlampir pada tabel 6.6 dan tabel 6.7) dapat
digambarkan diagram terner yang terlampir pada lampiran.

IX. Daftar Pustaka


9.1. Rohman, I dan Mulyani, S. 2013. Kimia Fisika I. Bandung: UPI-Press, hal.
155-156.
9.2. Widjajanti, E. 2008. http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-
widjajanti-lfxms-dr/kesetimbangan-fasa.pdf . Diakses pada tanggal 31 Maret
2019 Pukul 12:02 WIB.
9.3. Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press, hal. 473.
9.4. David R. Lide. 2005. CRC Handbook of Chemistry and Physics, Boca Raton:
CRC Press, hal. 3-4; 3-540; 4-94; 5-6.
X. Lampiran

Gambar 10.1 Data massa jenis air di berbagai suhu


Gambar 10.2 Data pengamatan percobaan

Anda mungkin juga menyukai