Anda di halaman 1dari 14

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada

jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung
gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama
dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut(1).

Karies gigi memiliki etiologi multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor utama yang saling
mempengaruhi yaitu faktor tuan rumah (gigi dan saliva), faktor agen (mikroorganisme), dan faktor
lingkungan yaitu substrat (diet). Selain ketiga faktor ini terdapat faktor waktu yang juga
mempengaruhi terjadinya karies.3,8,9 Untuk terjadinya karies diperlukan tuan rumah yang rentan,
mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu yang lama.8,9

Pada tahun 1997, kariogram diperkenalkan oleh Dr. Bratthal untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang karies gigi sebagai penyakit multi-faktorial. Kariogram pertama kali
diluncurkan dalam versi bahasa Swedia, kemudian kariogram diterjemahkan ke dalam beberapa
bahasa yang digunakan beberapa negara untuk kepentingan studi penelitian termasuk bahasa
Indonesia.11 Kariogram adalah sebuah program perangkat lunak pada komputer yang bertujuan
untuk menunjukkan latar belakang multi-faktorial karies gigi dengan menggambarkan interaksi
yang berhubungan dengan sepuluh faktor karies.6

Kariogram memiliki beberapa tujuan, yaitu mengilustrasikan hubungan karies dengan beberapa
faktor, mengilustrasikan pencegahan karies, menunjukkan grafik risiko karies, merekomendasikan
upaya pencegahan (preventif), sehingga dapat digunakan di klinik, dan dimasukkan sebagai
program pendidikan.12

7. Kariogram
Kariogram merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara karies dan
beberapa faktor yang berhubungan. Program ini merupakan program antara program
pendidikan interaktif yang dikembangkan untuk memahami aspek-aspek multifaktor
yang dapat menyebabkan karies. Tujuan dari program ini adalah uuntuk
mendemonstrasikan faktor resiko karies secara grafik, sehingga dapat menunjukkan
peluang untuk mencegah terbentuknya karies baru.

Secara garis besar, kariogram merupakan:

1. Ilustrasi hubungan antara karies dengan faktor-faktor terkait


2. Ilustrasi peluang mencegah karies
3. Menggambarkan faktor resiko karies
4. Merekomendasikan tindakan-tindakan preventif yang dapat dilakukan
5. Dapat digunakan untuk diklinik
6. Dapat digunakan sebagai program pendidikan

Kariogram dibagi atas 5 sektor:

1. Sektor Biru Tua (Diet), berdasarkan kombinasi dari isi/macam dan frekuensi diet
2. Sektor Merah (Bakteri), berdasarkan kombinasi jumlah plak dan streptococcus mutans
3. Sektor Biru Muda (Kerentanan), berdasarkan kombinasi program fluor, sekresi saliva dan
kapasitas buffer
4. Sektor Kuning (Lingkungan), berdasarkan kombinasi antara pengalaman karies dan penyakit-
penyakit lain yang terkait
5. Sektor Hijau, berdasarkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pencegahan terbentuknya
karies baru.
Semakin besar sektor hijau dan semakin kecil sektor lainnya, maka semakin baik keadaan
kesehatan gigi dan mulutnya. Semakin kecil sektor hijau maka semakin besar faktor kariesnya atau
semakin rendah peluang pencegahan kariesnya.

CHANGE TO AVOID
CARIES RISK CARIES CARIOGRAM
High Risk = Low Chance = Small Green Sector
Low Risk = High Chance = Large Green Sector
Tabel Riwayat Kesehatan Yang Dihubungkan Dengan

Tingginya Resiko Karies

Faktor-faktor
riwayat kesehatan
Tingginya resiko karies berdasarkan observasi
Umur Masa anak-anak, dewasa, muda, usia tua
Wanita beresiko sedikit lebih tinggi daripada laki-
Jenis kelamin laki
Pemajanan dengan
fluoride Air minum di daerah tersebut tidak di fluoridasi
Resiko meningkat sejalan dengan jumlah rokok
Merokok yang dihisap
Resiko meningkta sejalan dengan jumlah alkohol
Alkohol yang dikonsumsi
Sakit kronis dan keterbelakangan mental
Kesehatan umum mengurangi kemampuan pelihara diri
Obat-obatan yang
diminum Obat-obatan yang mengurangi laju aliran saliva
Dikutip dari: Roberson, T.M, Heymann,H.D; Swift,E.J.2002.Sturdevant’s Art & Science
of Operative Dentistry, 4 end, Mosby, St. Louis, London hal.103

Tabel penilaian resiko karies secara klinis

Pasien dianggap beresiko tinggi untuk terjadinya lesi kavitas baru jika:
1. Ditemukan streptococcus mutans dalam jumlah besar
Tes bakteriologis S.mutans harus dilakukan jika:

· Pasien mempunyai 1 atau lebih faktor resiko yang berhubungan dengan riwayat
kesehatan

· Pasien pernah mengalami terapi antimikroba

· Pada pasien ada karies insipen baru

· Pasien sedang menjalani perawatan orthodonti

· Pasien dalam rencana perawatan untuk beberapa restorasi

2. Pada pasien terdapat 2 faktor-faktor berikut


· Dua atau lebih karies aktif

· Ada beberapa tambalan atau restorasi

· Kebiasaan makan yang tidak baik


· Laju aliran saliva rendah

Dikutip dari: Roberson, T.M, Heymann,H.D; Swift,E.J.2002.Sturdevant’s Art & Science


of Operative Dentistry, 4 end, Mosby, St. Louis, London hal.103

Tabel temuan klinis yang dihubungkan dengan

Tingginya resiko kariers

Temuan yang dihubungkan dengan tingginya resiko


Pemeriksaan fisik karies
Gambaran umum pasien Tampak sakit, gemuk atau malnutrisi
Pasien-pasien yang tidak mampu atau tidak dapat
Keterbatasan mental diharapkan untuk mengikuti instruksi kebersihan
atau fisik gigi dan mulut atau anjuran diet
Kering, kemerahan, mukosa yang mengkilat yang
Membran mukosa diduga akibat mulut kering
Kavitasi dan pelunakan email dan dentin; adanya
Lesi karies aktif daerah opak seperti kapur disekitar margin gusi
Plak Indeks plak yang tinggi
Lunak, menggelembung dan inflamasi, cenderung
Gingiva mudah berdarah
Restorasi dalam jumlah yang banyak menandakan
Restorasi pada gigi-gigi tingginya tingkat karies dimasa lalu.
Dikutip dari: Roberson, T.M, Heymann,H.D; Swift,E.J.2002.Sturdevant’s Art & Science
of Operative Dentistry, 4 end, Mosby, St. Louis, London hal.103

1. Upaya Pencegahan Karies Pada Faktor Resiko Karies


2. Kesehatan umum
Kesehatan umum pasien memberikan dampak yang sangat signifikan pada keseluruhan
risiko karies. Penurunan kesehatan mengisyaratkan pentingnya peningkatan ukuran
pencegahan. Setiap pasien memiliki sistem pengawasan dan sistem perusakan yang
efektif untuk bakteria “asing”. Keefektifan sistem mun pasien tersebut tergantung sistem
imun pasien tersebut bergnatung pada status kesehatan pasien secara keseluruhan.
Pasien yang sedang menjalani perawatan kemoterapi atau radiasi mengalami
penurunan kompetensi imun secara signifikan dan beresiko tinggi mengalami
peningkatan karies.
Pasien yang ditangani secara medis harus diperiksa sehubungan dengan perubahan yang
terjadi pada indeks plak, aliran saliva, gingiva, dan gigi. Tanda-tanda awal
berkembangnya risiko karies meliputi bertambahnya plak, gusi yang bengkak dan
berdarah, mulut yang kering dengan mukosa yang berwarna merah dan mengkilat, serta
terjadinya terjadinya demineralisasi gigi. Penurunan aliran saliva merupakan hal sudah
umum terjadi pada penyakit sistemik kronis dan akut, selain itu penurunan saliva juga
bertanggung jawab atas penigkatan plak dengan jumlah yang sangat tinggi. Pasien
ambbulatory dengan penyakit kronis sering meminum beragam obat-obatan, hal tersebut
dapat mengurangi aliran saliva secara signifikan. Saliva tersebut harus diuji untuk
kapasitas aliran dan buffering-nya ketika ditemukan perubahan pada pemeriksaan oral.

2. Pemajanan fluor
Fluoride dalam jumlah kecil dapat menigkatkan ketahanan struktur gigi terhadap
demineralisasi dan hal tersebut sangatlah penting, terutama sekali dalam pencegahan
karies. Ketika fluoride tersedia pada siklus emineralisasi gigi, fluoride tersebut menjadi
faktor utama yang dapat mengurangi aktivitas karies.

Fluoride memberikan pengaruh antikaries melalui tiga mekanisme yang berbeda.


Mekanisme yang pertama, yaitu keberadaan ion fluoride dapat menigkatkan terjadinya
fluorapaptite pada struktur gigi dari ion kalsium dan ion fosfat yang ada pada saliva. Ion-
ion fluoride yang tidak larut ini menggantikan garam yang larut dan mengandung
mangan serta karbonat yang hilang disebabkan demineralisasi dengan diperantarai oleh
bakteri. Proses penggantian pada email ini menjadi lebih resisten terhadap asam.
Mekanisme yang kedua, yaitu lesi karies bariu yang tidak mengalami kavitasi
demineralisasi melalui proses yang sama. Mekanisme yang ketiga, yaitu fluoride telah
memiliki aktivitas antimikroba. Pada konsentrasi rendah, ion-ion fluoride dapat
menghambat produksi enzim dari glukosiltransferanse. Glukosiltranferanse sendiri
menghasilkan glukosa untuk membentuk polisakarida ekstraseluser, dan hal ini dapat
meningkatkan terjadinya adhesi baterial. Pembentukan polisakarida intraseluler juga
dihambat sehingga dapat mencegah pneyimpanan karbohidrat dengan membatasi
metabolisme mikroba antara makanan induk. Durasi serangan karies terbatas hanya pad
ajangka waktu saat dan sesudah makan. Pada perawatan yang menggunakan fluoride
topikal dengan konsentrasi tinggi (12.000 ppm), ion fluoride dapat menjadi racun bagi
sebagian mikroorganisme oral termasuk streptococcus mutans. Supresi perkembangan
streptococcus mutans setelah dilakukannya perawatan dengan fluoride topikal dapat
berlangsung selama beberapa minggu. Sangatlah mungkin untuk memperpanjang
supresi ini dengan cara melakukan perubahan dalam pola makan (terutama sekali
dengan menghilangkan sukrosa) dan dengan menjalani program kebersihan gigi pada
pasien.

Pemberian fluoride topikal harus dilakukan setiap enam bulan sekali untuk anak-anak,
dan untuk orang dewasa yang berisiko tinggi mengalami karies. Gigi mereka harus
dibersihkan dahulu sampai bebas plak sebelum diberikan fluoride topikal. Flossing yang
diikuti dengan menggosok gigi sangatlah disarankan dalam hal ini. Tersedia juga
berbagai varnish dan gel fluoride yang dapat mencegah karies dengan baik. Varnish
memberikan banyak ion fluoride pada email. Varnish diaplikasikan secara profesioonal,
namun menghasilkan dosis fluoride yang lebih rendah dari pada gel atau obat kumur.

Teknik umum penggunaan varnish fluoride sebagai berikut:

1. Klinisi mengulaskan lapisan tipis varnish fluoride secara langsung pada gigi
2. Digunakan selama beberapa menit
3. Pasien tidak diperbolehkan makan dan minum selama beberapa jam dan tidak
diperbolehkan menyikat gigi sampai pagi berikutnya.
Karena varnish fluoride bereaksi ketika bersentuhan dengan kelembapan, isolasi secara
seksama pada area tersebut tidak dianjurkan. Hal ini merugikan dari varnish fluoride
adalah timbulnya perubahan warna gigi untuk sementara. Pada tahun 2001, pusat
pengendalian dan pencegahan penyakit (the Center For Deases Control and Prevention)
menyatakan bahwa pasien berisiko tingii harus mendapatkan varnish fluoride. Ketepan
yang dibuat di ADA’s House of Delegates pada tahun 2004 mendorong Badan Pengawas
Obat-Obatan dan Makanan (FDA) untuk mempertimbangkan pengembangan varnish
fluoride untuk mengurangi karies.

3. Imunisasi
Bakteri masuk kedalam perut melalui mulut dan usus, kemudian bersinggungan dengan
jaringan limfoid khusus yang terletak di peyer’s patches disepanjang dinding usus. Sel B
dan T tertentu menjadi peka terhadap bakteri. Sel B dan T yang peka terhadap bakteri
akan bermigrasi melalui sitem limfatik ke dalam aliran darah dan akhirnya berhenti di
jaringan grandular, termasuk kelenjar ludah di rongga mulut. Disana sel-sel yang peka
ini menghasilkan immunoglobulin kelas IgA yang dikeluarkakan didalam ludah. Antibodi
IgA ini dapat menggumpalkan bakteri dimulut. Penggumpalan ini mencegah perlekatan
bakteri pada gigi dan struktur oral lainya, dan bakteri akan lebih mudah dibersihkan dari
mulut dengan cara menelannya. Bagi pasien dengan konsentrasi streptococcus mutans
yang tinggi, penggumpalan IgA mungkin memiliki efek anti karies yang penting untuk
memberantas karies. Studi terhadap tikus dan primata menunjukkan kemungkinan
percobaan imunisasi tersebut. Prosedurnya lebih efektif dalam mengatasi lesi pada
permukaan yang halus dari pada lesi karies berlubang.

Meskipun vaksin anti karies berkembang, kecemasan akan penggunaanya yang meluas
tetap ada. Pertama, efek samping vaksin yang berpotensi terjadi harus diidentifikasi.
Keamanan vaksin tersebut belum dapat dibuktikan; ada kehawatiran akan kemungkinan
terjadinya reaksi yang merugikan bagi jaringan hati manusia. Kedua, harganya harus
sebanding dengan fluoridasi air publik yang murah dan telah terbukti efektif dalam
mengurangi karies. Vaksinasi mungkin tidak lebih efektif jika dibandingkan dengan
terapi fluoride yanng terbukti aman. Bagaimanapun juga, penggunaan vaksin karies
mungkin lebih praktis dibandingkan dengan fluoridasi air publik atau membangun
negara-negara dunia ke-3. Ketiga, batasan yang ditentukan oleh badan hukum
pemerintah dapat mempengaruhi penggunaan vaksin antyikaries yang meluas.

4. Fungsi saliva
Saliva sangat berpengaruh dalam pencegahaan karies. Walaupun xerostomia dapat
timbul karena bertambahnya usia, hal ini terjadi lebih sebagai suatu hasil kondisi medis
atau pengobatan. Kurangnya saliva meningkatkan risiko karies. Jika seorang pasien
menderita xerostomia, konsultasi dengan dokter dianjurkan untuk mengidentifikasi
perubahan dalam perawatan yang diakibatkan sedikitnya saliva, jika memungkinkan.
Stimulan saliva (permen karet, lilin parafin, atau pengganti saliva seperti sialogen atau
Cervimeline) juga dapat diresepkan pada pasien dengan fungsi saliva yang lemah.

Tersedia berbagai tes saliva dipasaran utnuk membantu para praktisi menilai jumlah
produksi dan kapasitas buffering saliva, serta menguji jumlah mikroorganisme yang ada.
Hasil pemeriksaan ini mempengaruhi jumlah mikroorganisme yang ada. Hasil
pemeriksaan ini mempengaruhi cara pencegahan yang ditentukan bagi pasien dengan
risiko tinggi.

5. Antimikroba
Beragam antimikroba juga tersedia untuk membantu pencegahan karies. Dalam kasus
yang langka, antibiotik mungkin dapat dipertimbangkan, namun efek sistemiknya harus
dipertimbangkan. Foluride memiliki efek antimikroba seperti halnya penggunaan
klorhesidin, yang menunjukan hasil bermanfaat. Bahan ini pertama kali terdapat di
Amerika Serikat sebagai obat kumur dan pertama kali digunakan untuk terapi
periodontal. Obat tersebut diresepkan sebagai obat kumur 0,12% bagi pasien beresiko
tinggi untuk penggunaan jangka pendek. Dinegara lain digunakan sebagai varnish dan
cara paling efektif dalam penggunaan varnish adalah secara profesional. Varnish
klorheksidin meningkatkan remineralisasi dan menurunkan timbulnya streptococcus
mutans. Emilson menyimpulkan bahwa varnish klorhekdisin dapat menurunkan
streptococcus mjtan dengan efektif.

6. Pola Makan
Makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan. Pertama, seringnya
asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi menimbulkan
kolonisasi Streptococcus mutans, meningkatkan potensi karies pada plak. Kedua, plak
lama yang sering terkena sukrosa dengan cepat termetabolisme menjadi asam organik,
menimbulkan penurunan pH plak yang drastis. Aktifitas karies sangat dipengaruhi oleh
frekuensi bukan kuantitas sukrosa yang dicerna. Pesan bahwa frekuensi asupan sukrosa
yang berlebihan dapat menyebabkan karies telah tersebar dan diketahui oleh banyak
orang. Diluar pengetahuan ini, perubahan pola makan dengan tujuan pengendalian
karies sebagai ukuran kesehatan umum diangggap sudah gagal. Bagi pasien individual,
perubahan pola makan baru dapat menjadi efektif jika pasien tersebut termotivasi dan
diawasi. Bukti adanya aktifitas karies baru pada pasien remaja dan dewasa
mengindikasikan perlunya konsultasi pola makan. Tujuan konsuktasi pola makan
seharusnya untuk mengidentifikasi sumber sukrosa dan zat yang mengandung asam
dalam makanan dan untuk mengurangi frekuensi asupan keduanya. Perubahan kecil pad
pola makan, seperti mengganti konsumsi makanan ringan dengan yang bebas gula lebih
dapat diterima oasien daripada perubahan yang drastis.
7. Kebersihan Mulut
Permukaan gigi yang bebas plak tidak busuk. Pembersihan harian plak dengan
penggunaan benang gigi, menyikat gigi dan penggunaan obat kumur adalah usaha terbaik
untuk mencegah karies dan penyakit pariedontal. Loe menetapkan plak supragingival
sebagai agen etiologi dari gingivitis. Radang gusi yang telah lama terjadi dapat
menyebabkan kerusakan gabungan dan peningkatan epitelial pada penyakit periodontal
yang lebih serius. Pengawasan plak yang efektif dengan pengukuran kesehatan gigi dapat
menjadi solusi permasalahan untuk radang gingiva dan remineralisai permukaan gigi.
Lubang atau retakan yang tidak dapat dibersihkan dengan bulu sikat gigi karena
diameternya kecil, dan area ini sangat berpotensi karies. Opturasi lubang dan retakan
dengan sealant adalah metode yang paling efektif untuk mencegah karies.

Program kebersihan mulut yang ketat harus diberikan hanya kepda orang yang beresiko
tinggi dengan bukti penyakit aktif, sebab jika program pelatihan kesehatan gigi
diterapkan secara universal dapat membuat dokter gigi dan pasiennya frustasi. Pasien
beresiko tinggi harus mendapat pelatihan kebersihan mulut yang intensif, aturan pola
makan, dan perawatan dental prevevtif yang dibutuhkan untuk mengendalikan
perkembangan penyakit. Pembersihan plak pada pasien beresiko tinggi harus sering
dilakukan. Cara pembersihan menggunakan benang gigi, menyikat gigi, dengan cara
penggunaan obat kumur setelah makan dianjurkan bagi kelompok ini. Pasien tanpa
penyakit yang aktif tidak membutuhkan intervrensi intensiv dalam program perawatan
pribadinya. Namun, mereka tetap harus diingatkan untuk mengoptimalkan hasilnya.
Orang dewasa dengan karies yang rendah mungkin membutuhkan flossing, penyikatan
gigi, dan penggunaan obat kumur sekali sehari, yang paling baik dilakukan pada malam
hari sebelum tidur. Saat tidur produksi saliva sangat menurun membatasi manfaat anti
karies saliva dan menyebabkan timbulnya metabolisme dan pertumbuhan plak yang
tidak diinginkan.

8. Sealant Pada Lubang dan Retakan


Sealant merupakan upaya pencegahan yang efektif bagi karies.indikasi penggunaan
sielent yaitu :

1. Mencegah aries pada gigi yang baru baerlubang


2. Menahan pertumbuhan karies
3. Mencegah pertumbuhan bakteri Odontopatogenik pada gigi retak yang ditambal
4. Mencegah infeks ditempat lainnya
Sealant lubang dan retakan gigi harus dilakukan kepada pasien dengan risiko karies yang
tinggi sebagai alternatif pengobatan. Karena aktivitas karies sangat tinggi selama masa
anak-anak dan remaja, pasien harus mendapatkan pemeriksaan berkala dan upaya
pencegahan ekstra, seperti sealant pada masa ini. Sealan juga harus dilakukan pada orang
dewasa yang berisiko karies tinggi, khususnya pada gigi (biasanya gigi geraham) dengan
bentuk yang cekung.

Tabel metode pencegahan pada risiko karies dan perawatan klinis dengan model medis

Metode dan Indikasi Rasional Teknik atau Bahan


A. Membatasi
Substrat
Indikasi:
· Mengurangi · Tidak makan
· Sering terpajan jumlah, durasi dan sukrosa diantara waktu
sukrosa intensitas serangan makan utama
asam · Mengurangi atau
· Kualites diet tidak · Mengurangi diet menghilangkan
baik S. Mutans sukrosa dari diet

B. Modifikasi Bakteri · Obat kumur


Indikasi: bakterisidal
(klorheksidin)
· Jumlah S.Mutans · Fluor topikal
tinggi · Perawatan dengan
antimikroba yang
intensif untuk · Terapi antibiotik
· Jumlah mengurangi bakteri (vancomycin,
Lactobacillus tinggi kariogenik dalam tetrasiklin)
mulut
C. Menghilangkan
plak
Indikasi:

· Indeks plak tinggi · Mencegah


pembentukan plak
· Gingiva lunak dan · Mengurangi masa · Menyikat gigi
kemerahan plak · Flossing

· Skor perdarahan · Menigkatkan · Fisioterapi oral


gusi tinggi buffering lainya

D. Memodifikasi
permukaan gigi
Indikasi:
· Meningkatkan · Fluoridasi sistemik
· Lesi insipien resistensi terhadap · Fluoridasi topikal
demineralisasi
· Memiliki permukaan · Mengurangi · Menghaluskan
kasar retensi plak permukaan gigi
E. Menstimuli aliran
saliva
Indikasi:

· Mulut kering karena · Makan diet yang


jumlah saliva non kariogenik yang
berkurang butuuh pengunyahan
· Permen karet non-
· Mukosa merah · Meningkatkan sukrosa
aksi pembersihan
· Obat-obatan yang substrat dan asam · Obat-obatan untuk
mengurangi aliran · Meningkatkan menstemuli aliran
saliva buffering saliva

F. Merestorasi
permukaan gigi
Indikasi: · Menghilangkan
tempat-tempat infeksi · Tutup ceruk dan
· Lesi dengan kavitas S. Mutans dan fisure dalam
Lactobacillus · Perbaiki semua
· Menghilangkan kerusakan pada
· Ceruk dan fisure habitat S. Mutans restorasi (misal: tepi
dalam yang dapat tambalan yang tidak
menimbulkan rata, overhang di
· Restorasi yang rusak reinfeksi proksimal)

Dikutip dari: Roberson, T.M, Heymann,H.D; Swift,E.J.2002.Sturdevant’s Art & Science


of Operative Dentistry, 4 end, Mosby, St. Louis, London hal.108.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa karies adalah salah satu penyakit gigi
yang disebabkan oleh hasil interaksi dari bakteri, plak atau biofilm, dan diet (komponene
karbohidrat yang difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam latat
dan asetat) dengan seiringnya waktu sehingga dapat menyebabkan demineralisasi pada
jaringan keras gigi.

Adapun faktor resiko karies gigi yaitu, pengalaman karies (prevalensi karies pada gigi
decidui dapat memprediksi karies pada gigi permanen), kurangnya penggunaan fluor,
oral hygiene yang buruk, jumlah bakteri, saliva, pola makan dan jenis makanan.
Kemudian untuk penilaian terhadap resiko karies ada 7 yaitu, Riwayat pasien,
pemeriksaan klinis, analisis gizi, analisis saliva, hasil radiologi, tes aktivitas karies dan
dengan menggunakan program kariogram. Pencegahan terjadinya karies pada faktor
risiko karies yaitu dengan membatasi substrat, memodifikasi bakteri, menghilangkan
plak dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut, memodifikasi permukaan gigi,
menstimuli aliran saliva, dan merestorasi permukaan gigi.

1. Saran
Penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak lagi dan dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Besford, Jhon. 1996. Mengenal Gigi Anda. Jakarta: Arcan.


H Y Siregar, Irma drg. 2016. Theory Modul Clinical Management Of Dental Health Care.
Dental Nurse Diploma IV.
Putri, dkk. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung
Gigi. Jakarta: EGC.
Rahmalia, Eka. 2008. Beberapa Faktor Resiko Karies Pada Anak Dengan
Keterbelakangan Mental.Skripsi. Universitas Sumtra Utara.
Rahma, Aulia.2013. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Karies Pada Ibu PKK Desa
Jabungan. Poltekkes Semarang.
Wirotitjan, Indry. 2013. Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan Dan Minum Anak
Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kec Kawangkoan Utara. FKG Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Alhamda, Syukra. 2011. Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi. Skripsi.
Politeknik Kesehatan Padang.
Faktor risiko karies yang terdapat pada kariogram :

1. Pengalaman karies

Untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies pada masa lalu yang dihitung dengan indeks DMFT.

2. Penyakit yang berpengaruh

Penyakit umum atau kondisi yang berhubungan dengan karies gigi, yaitu penyakit mulut kering dan
penyakit gula.

3. Kandungan makanan

Untuk mengetahui makanan yang mengandung karbohidrat yang dibedakan atas tingkat rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi.

4. Frekuensi makan

Untuk mengetahui frekuensi makan atau jajan dalam 1 hari.

5. Skor plak

Untuk mengetahui skor kebersihan gigi dengan menggunakan Indeks Plak.

6. Streptokokus mutans

Untuk mengetahui banyaknya jumlah bakteri Streptokokus mutans pada permukaan

gigi.

7. Program fluor

Untuk mengetahui frekuensi dan bentuk pemakaian fluoride.

8. Sekresi saliva

Untuk mengetahui rata-rata sekresi saliva yang dibedakan atas tingkat normal, rendah, lebih rendah,
dan sangat rendah selama 1 menit.

9. Kapasitas buffer

Untuk mengetahui asam, basa dan netralnya saliva dalam rongga mulut.

10. Penilaian klinik

Penilaian dan pemberian skor secara langsung oleh peneliti berdasarkan faktor sosial ekonomi pasien.

Saliva memainkan peranan utama dalam melindungi gigi--‐geligi melawan tantangan asam, juga
melindungi jaringan lunak mulut dan jaringan saluran cerna melawan dehidrasi dan potensial iritan
patologis.[74]
Saliva sendiri merupakan proteksi terbaik untuk melawan serangan asam pada permukaan gigi
dan faktor--‐faktor protektifnya meliputi [23, 74] hal--‐hal sebagai berikut.
 Saliva sangat dijenuhi dengan ion--‐ion Ca2+ dan PO43--‐ tersedia untuk menggantikan ion--‐ion yang
hilang dari permukaan gigi sebagai akibat dari demineralisasi oleh asam;
 Ion HPO42--‐ terutama memberikan kapasitas penyanggaan yang signifikan pada pH istirahat dan
pada tahap awal tantangan asam;
 Pellicle – lapisan glikoprotein dari saliva merupakan bagian biofilm mulut yang melapisi
permukaan gigi dan memberikan proteksi tingkat tinggi melawan tantangan asam. Ia menahan
difusi ion--‐ion asam masuk kedalam gigi, sebagaimana juga menahan pergerakan apatite keluar
dari gigi. Ini juga membatasi mineralisasi apatite dan menuntun ke pembentukan kalkulus dari
lepasnya ion--‐ion Ca2+ dan PO43--‐ dari saliva saat mencapai kadar super jenuh;
 Penyanggaan bikarbonat – ada sistem penyanggaan bikarbonate yang sangat efektif yang
memberikan tingkat proteksi tinggi melawan asam organik dan erosif pada permukaan gigi;
 Tingkat aliran saliva – aliran saliva dan oral clearance rates mempengaruhi pembuangan
sisa--‐sisa makanan (food--‐debris) dan mikro--‐organisme. Namun, aliran saliva yang tinggi juga
dapat mengencerkan obat terapetik yang dipakai secara topikal, misalnya fluor, menyebabkan
diperlukannya penambahan konsentrasi bahan yang pakai untuk pemeliharaan optimal bagi
proteksi gigi;
 Ion--‐ion fluor – memberikan sumbangan pada keseluruhan proteksi dan memperbaiki mineralisasi
gigi. Kandungan ion fluor normal dalam saliva rata--‐rata hanya 0,03 ppm tetapi kadarnya akan
bervariasi menyusul masukan ion--‐ion fluor tambahan dari sumber makanan, fluor topikal, pasta
gigi dan sebagainya.

Kualitas dan kuantitas saliva yang disekresi akan bervariasi sepanjang hari, tetapi akan
terdepresi selama tidur. Saliva yang tidak distimulasi berisi sedikit penyangga
bikarbonate, dengan lebih sedikit ion Ca2+ tetapi lebih banyak ion PO43-­‐ daripada plasma.
Rangsangan refleks aliran saliva dengan mengunyah atau melalui paparan makanan yang
asam, misalnya asam sitrat dapat menambah aliran sampai 10x lipat. Menyusul adanya
rangsangan, konsentrasi penyangga bikarbonat dapat bertambah sampai 60x lipat. Juga
kadar ion Ca2+ akan bertambah secara ringan, tetapi ion-­‐ion PO43-­‐ tidak akan bertambah
secara proporsional dengan tingkat aliran saliva.[23, 69, 75]
Pengurangan aliran saliva maksimum sampai 0,7 mL/menit akan menambah risiko karies
gigi , walaupun hal ini tergantung banyak faktor--‐faktor lain yang berinteraksi. Saat aliran saliva
di bawah 0,7 ml/ menit, saliva tidak akan mampu membilas karbohidrat yang menempel pada
permukaan gigi. Rendahnya aliran saliva mengindikasikan kapasitas buffer saliva,
imunoglobulin Ig A, serta kandungan kalsium dan fosfat yang rendah sehingga
mengurangi kemampuan netralisasi asam dalam biofilm gigi.
Data penelitian ’Survei Kesehatan dan Nutrisi’ di Amerika menyimpulkan ada
hubungan antara lingkungan perokok tembakau dan risiko karies gigi pada anak--‐anak. Anak yang
hidup di lingkungan perokok mempunyai risiko karies gigi 27% dan risiko gigi ditambal 14%,
karena diketahui nikotin menyebabkan pertumbuhan bakteri kariogenik S. mutans. Kondisi
perokok pasif (serum cotinine levels 0,2-­‐10 ng/mL) telah dihubungkan dengan terjadinya
penekanan tingkat serum vitamin C pada anak-­‐anak, dan hal ini berdampak pada pertumbuhan
bakteri kariogenik. Kemungkinan lain adalah kondisi perokok pasif mengurangi
kemampuan proteksi saliva terhadap karies gigi. Sistem imun pada anak biasanya belum
matang, komposisi saliva sehubungan dengan konsentrasi IgA pada anak berbeda dengan
orang dewasa. Karenanya anak lebih rentan terhadap lingkungan perokok dikarenakan sistem
imunnya yang belum sempurna dan aliran saliva lebih sedikit dibanding orang dewasa.[39]

Anda mungkin juga menyukai