Anda di halaman 1dari 3

TUNARUNGU

A. PENGERTIAN TUNARUNGU
Istilah tunarungu diabil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu
artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau
kurang mampu mendengar suara yang pada umumnya ada pada ciri fisik orang tunarungu.
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan
alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap
kehidupannya secara kompleks.
Menurut Donald F. Morees (1978:3) dalam Murni Winarsih (2007), mendefinisikan
tunarungu sebagai berikut:
Hearing impairment a generic term indicating a hearing disability that may range in
severty from mild to profound it concludes hearing disability preclude succesfull processing of
linguistic information through audition, with or without a hearing aid. A hard of hearing is one
who generally with use of hearing aid, hs residual hearing sufficient to enable succesfull
processing og linguistic information through audition.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa tunrungu adalah suatu istilah umum yang
menunjukan kesulitan mendengar atau tuli yang memiliki kehilangan pendengaran.

B. CIRI-CIRI TUNARUNGU
a) Dalam segi fisik:
1) Cara berjalannya kaku dan anak membungkuk.
Hal ini disebabkan terutama terhadap alat pendengaran.
2) Gerakan matanya cepat agak beringas.
Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin menangkap keadaan yang ada di sekelilingnya.
3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal.
Hal tersebut tampak dalam mengadakan komunikasi dengan gerak isyarat.
4) Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
b) Ciri khas dari segi intelegensi
Intelegensi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar, meskipun disamping itu
ada faktor – faktor lain yang dapat diabaikan. begitu saja seperti kondisi kesulitan, faktor
lingkungan intelegensi merupakan motor dari perkembangan siswa.
c) Ciri – ciri dari segi sosial
1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga ataumasyarakat.
2) Perasaan cemburu dan salah sangka diperlakukan tidak adil
3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.
d) Ciri – Ciri khas dari segi emosi
Kekurangan bahasa lisan dan tulisan seringkali menyebabkan
siswa tuna rungu akan menafsirkan sesuatu negative atau salah dalam halpengertiannya.
Hal ini disebabkan karena tekanan pada emosinya
C. KLASIFIKASI TUNARUNGU
 0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal
 0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal
 27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang
strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara .
( tergolong tunarungu ringan )
 41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu
dengar dan terapi bicara
( tergolong tunarungu sedang )
 56 – 70 db :
Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk
belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang
khusus. (tergolong tunarungu berat )
 71 – 90 db :
Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli,
membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan
bicara secara khusus. ( tergolong tunarungu berat )
 91 db :
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada
penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang
bersangkutan diangap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali )

KOMUNIKASI UNTUK TUNARUNGU


Mayoritas mengenai penyandang tunarungu lebih nyaman berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat dikarnakan karena keterbatasan yang mereka miliki, mereka
merasa lebih dihargai. Sebagai orang yang dapat mendengar, alangkah eloknya jika kita
menghargai orang yang berkelainan dengan ikut menggunakan bahasa isyarat dalam
berkomunikasi dengan orang penyandang tunarungu. Jika betul dipelajari sebenarnya mudah
untuk praktek. Dasar penggunaan bahasa isyarakt ada tiga, yaitu expresi, oral dan gerak
tangan
Dengan bahasa isyarat kita membantu orang penyandang tunarungu dalam
berkomunikasi. Karena pada dasarnya orang penyandang tunarungu masih mengalami sisi
kesulitan dalam merangkat kata atau peletakan kata baik dalam pengucapan, maupun dalam
penulisan.
Kemapuan komunikasi yang dimiliki tunarungu terbatas dalam menyampaikan
pemikiran, perasaan, gagasan, kebutuhan, dan kehendaknya pada orang lain seperti perkataan.
Pada remaja tunarungu menggunaan komunikasi khusus yaitu menggunakan isyarat, gerak
bibir, ejaan jari, mimic atau gesture, serta pemampaan sisa pendengaran dengan menggunakan
alat bantu atau hearing aid.
Untuk komunikasi anak tunarungu tidak berbeda dengab anak yang bisa mendengar,
yaitu bentuk komunikasi expresif dan reseftif. Komunikasi expresif meliputi berbicara,
berisyarat, berejaan jari, menulis dan mimik. Sedangkan komunikasi reseftif meliputi membaca
ujaran, membaca isyarat, membaca ejaan jari, membaca mimik, serta pemanfaatan sisa
pendengaran dengan alat bantu. Komunikasi tersebut digunakan dengan menggunakan kode,
yaitu cara verbal dan non verbal.

Anda mungkin juga menyukai