Abstrak
Guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini harus memiliki kompetensi yang meliputi Kompetensi pedagogik,
kepribadian, professional, dan sosial. Salah satu cara meningkatkan kompetensi itu adalah
dengan mengikuti diklat. Inovasi baru kediklatan yang dicanangkan oleh Kepala Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama dimulai pada akhir tahun 2008 yaitu salah satunya adalah
penyelenggaraan Diklat jarak Jauh (DJJ). Untuk mengikuti diklat jarak jauh ini, guru dituntut
harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK). TIK akan sangat membantu guru
dalam proses pembelajaran diklat jarak jauh.
PENDAHULUAN
Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 ayat 1 dinyatakan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya ditegaskan di dalam
pasal 28 ayat 3 bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi Kompetensi pedagogik, Kompetensi
kepribadian, Kompetensi professional, dan Kompetensi sosial.
Hal tersebut diperkuat dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, mempersyaratkan guru untuk: (i) memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4;
(ii) memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional; dan (iii) memiliki sertifikat pendidik. Dengan berlakunya
Undang-undang ini diharapkan memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru untuk
meningkatkan profesionalismenya melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), penulisan karya
ilmiah, pertemuan di Kelompok Kerja Guru (KKG) atau pertemuan di Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). Dengan demikian pendidikan dan pelatihan (diklat) memiliki peran penting
dalam mendukung pemberdayaan dan pengembangan kompetensi guru. Namun demikian
banyak guru yang kurang siap dalam melaksanakan tugasnya. Berbagai hal yang mungkin
menjadi alasan kekurangsiapan tersebut seperti tidak tepat mengirim wakilnya dalam diklat
yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan atau lembaga diklat lainnya, mungkin juga
waktu yang teresedia dalam diklat tersebut terlalu singkat dengan materi yang begitu
banyaknya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat)
diharapkan guru tampil beda, kepercayaan diri semakin meningkat dan tentu saja suasana
belajar di dalam kelas lebih hidup. Mereka dapat menguasai dan tidak canggung
menggunakan inovasi pembelajaran. Di lingkungan sejawat, dalam ruang guru yang
didiskusikan masalah pembelajaran dan saling melengkapi kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Artinya geliat perubahan paradigma, etos kerja lebih meningkat sejalan
1
dengan tuntutan profesi. Salah satu peningkatan kemampuan profesi itu diharapkan dari
belajar mengajar pada pendidikan dan pelatihan.
Proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam suatu pendidikan dan pelatihan
merupakan suatu sistem yang saling kait mengait, saling mempengaruhi dan berkaitan satu
sama lain. Ada 5 (lima) proses yang integral, yang akan berhasil dengan baik apabila
dilaksanakan, yaitu: (1) Proses penilaian kebutuhan diklat, (2) Proses penentuan tujuan diklat, (3)
Proses perencanaan program diklat, (4) Proses pelaksanaan diklat dan (5) Proses evaluasi diklat
(Tamim dan Hermansjah, 2002).
PEMBAHASAN
Pelaksanaan diklat di Kementerian Agama selama ini dirasa belum dapat menjangkau
secara keseluruhan pegawai Kementerian Agama dimaksud. Diklat yang diselenggarakan
Balai Diklat Keagamaan (BDK) hanya terbatas pada diklat konvensional dan diklat di luar
kampus (DDLK). Hal tersebut disebabkan berbagai keterbatasan, sehingga menyebabkan siklus
diklat yang terjadi adalah tujuh tahunan. Untuk itu, dipandang perlu adanya terobosan dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) guna mempercepat siklus diklat tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan inovasi baru kediklatan yaitu
melaksanakan pendidikan dan pelatihan jarak jauh (DJJ).
Inovasi baru Kediklatan yang dicanangkan oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama pada akhir tahun 2008 salah satunya adalah penyelenggaraan Diklat
jarak Jauh (DJJ). DJJ tersebut dimaksudkan untuk menjangkau lebih banyak para peserta diklat
agar segera terwujud pemerataan dan peningkatan kompetensi bagi seluruh pegawai negeri sipil
(PNS) Kementerian Agama. Selain itu, DJJ juga menjadi kegiatan kediklatan yang efektif dan
efisien karena jangkauannya lebih luas dengan peserta lebih banyak, dapat meminimalisir kendala
jarak dan waktu. Begitu pula tentang pemberdayaan widyaiswara juga dapat dilakukan
melalui penyelenggaraan DJJ.
Diklat jarak jauh (DJJ) memiliki karakteristik utama, yaitu adanya jarak pemisah ruang
dan waktu antara pengajar dan pembelajar. DJJ diselenggarakan dengan tujuan agar
pelaksanaan diklat dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien serta dapat menjangkau peserta
lebih banyak. Selain itu Diklat Jarak Jauh juga dimaksudkan sebagai solusi dalam mengatasi
sulitnya interaksi tatap muka langsung antara pengajar dan pembelajar melalui berbagai cara.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan media cetak dan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Akmal Hawi
(2008) yaitu :
“
Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti komputer akan
berpengaruh terhadap pembelajaran. TIK ini akan membawa tantangan dalam
pengembangan sumber daya manusia. Dan umumnya TIK ini diciptakan untuk
mempermudah manusia bekerja dan berbuat serta dapat memberikan rasa senang
kepada pemakaiannya.”
A. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pembelajaran dimulai adalah:
1. Penyiapan bahan ajar
Pengelola tingkat pusat menyediakan bahan ajar utama (modul) sedangkan bahan ajar
penunjang (bahan presentasi, latihan/kuis, dll) disediakan oleh pengelola tingkat balai diklat.
Pengelola mengirimkan master bahan ajar cetak (modul) ke pengelola tingkat balai diklat
untuk digandakan minimal sejumlah peserta diklat. Pengelola tingkat balai diklat
menggandakan bahan ajar modul sesuai dengan kebutuhan
Memelihara sistem jaringan dan aplikasi DJJ online merupakan tugas dari pengelola pusat,
untuk itu dibutuhkan server web DJJ. Pengadaan sarana dan prasarana untuk kegiatan tutorial
diserahkan kepada pengelola tingkat balai diklat. Penyiapan fasilitas pendukung seperti
3
akses internet, TV, V/DVD Player, parabola, komputer disediakan oleh pengelola tingkat
balai diklat. Sistem jaringan, aplikasi DJJ online, updating konten utama DJJ.
B. Pelaksanaan
2. Kegiatan Pembelajaran
Diklat yang dilaksanakan sesuai dengan mata diklat yang diajukan oleh masing
masing Balai Diklat Keagamaan. Agar dapat melakukan kegiatan DJJ, maka setiap
peserta diberikan username dan password. Username dan password ini diberikan sesuai
dengan kuota pembimbing dan peserta setiap tahunnya. Adapun kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:
a. Belajar Mandiri secara Individual (BMI)
Belajar mendiri adalah proses belajar yang terjadi atas prakarsa sendiri. Dalam BMI, peserta
DJJ secara mandiri mempelajari modul dan bahan ajar lain yang diberikan, mengerjakan dan
mengumpulkan tugas, mengerjakan latihan, mengikuti forum diskusi dan lain-lain di
tempat dan waktu yang sesuai dengan kondisi peserta diklat bersangkutan. Bahan belajar
utama adalah modul dilengkapi dengan bahan belajar penunjang berupa diktat, slide
presentasi, atau link literatur dari alamat internet tertentu. Bahan belajar tersebut, berikut
tugas dan latihan dapat diperoleh dari website resmi DJJ. Disamping itu, peserta diklat
juga ditunjang dengan bahan belajar mandiri lain yang bersifat offline seperti VCD
pembelajaran, CD-ROM (Multimedia Pembelajaran), audio pembelajaran, modul cetak
dan lain-lain. BMI wajib dilakukan oleh peserta DJJ minimal 2 jam/hari.
4
c. Tutorial Tatap Muka (TTM)
Tutorial adalah bantuan dan bimbingan belajar yang diberikan oleh tutor untuk membantu
peserta mengatasi kesulitan belajar ketika belajar mandiri baik individual maupun kelompok.
Secara berkala, minimal 4 jam/bulan widyaiswara memberikan tutorial tatap muka di suatu
tempat dan waktu tertentu (seperti Balai Diklat, atau tempat-tempat MGMP) yang telah
ditentukan oleh pengelola. Peserta wajib mengikuti tutorial tatap muka ini dengan tingkat
kehadiran minimal 80%. Tutorial tatap muka lebih menekankan pada pemecahan masalah
(problem solving) dan studi kasus (case study) mengenai materi-materi tertentu yang
sebagian besar peserta mengalami kesulitan. Tutorial tatap muka juga dapat dilakukan
untuk demonstrasi atau praktek untuk materi yang bersifat psikomotorik dan afektif.
TTV adalah tutorial jarak jauh yang dilakukan secara berkala minimal 2 jam/bulan/jenis
diklat. TTV dilakukan melalui siaran Channel 2 Televisi Edukasi (TVE). Peserta DJJ
mengikuti TTV secara berkala sesuai jadwal dan lokasi yang ditentukan pengelola DJJ
(misal di Balai Diklat, MA atau lokasi tertentu yang terdekat dengan peserta
bersangkutan). TTV bersifat interaktif, dimana peserta DJJ dapat melakukan diskusi via
telepon, sms dan chatting.
f. Latihan/Kuis
Setiap akhir topik/kegiatan belajar dalam setiap jenis diklat dilengkapi dengan latihan/kuis
online. Peserta DJJ diwajibkan mengerjakan latihan/kuis tersebut setelah yang
bersangkutan selesai atau merasa telah menguasai materi minimal sekali dalam seminggu.
Sistem aplikasi e-learning akan mencatat atau merekam skor setiap peserta DJJ secara
otomatis.
g. Tugas Individual
Sama seperti latihan/kuis, setiap Setiap akhir topik/kegiatan belajar dalam stiap jenis diklat
dilengkapi dengan tugas individu. Peserta DJJ diwajibkan mengerjakan dan mengumpulkan
tugas tersebut secara online. Sistem aplikasi e-learning akan mencatat atau merekam
secara otomatis setiap tugas yang dikirimkan berikut umpan balik atau skor nilai dari tugas
tersebut yang diberikan oleh widyaiswara.
5
h. Tugas kelompok
Sama seperti tugas individual, setiap akhir topik tertentu atau setiap akhir kegiatan diklat
widyaiswara memberikan tugas kelompok berupa suatu proyek atau tugas akhir tertentu
secara online. Peserta secara kelompok diwajibkan mengerjakan tugas itu secara online juga.
Sistem aplikasi e-learning akan mencatat atau merekam secara otomatis setiap tugas yang
dikirimkan berikut umpan balik atau skor nilai dari tugas tersebut yang diberikan oleh
widyaiswara.
i. Ujian Akhir
Setiap selesai mengikuti satu diklat atau peserta DJJ telah memenuhi persyaratan lulus
semua latihan/kuis online, tugas individu dan tugas kelompok, maka peserta DJJ
diperbolehkan untuk mengikuti ujian. Ujian dilakukan dalam dua cara, yaitu ujian online
dan ujian offline.
1. Bentuk dan jenis Evaluasi, bentuk dan jenis evaluasi yang harus dikerjakan oleh peserta:
a. Latihan/Kuis
Setiap peserta wajib mengerjakan latihan/kuis dimana nilai latihan/kuis harus harus
tercatat/terekam pada widyaiswara . Latihan/kuis dilakukan setelah menyelesaikan setiap
modul yang dijadikan sebagai salah satu kriteria penentuan kelulusan.
b. Tugas Mandiri
Tugas mandiri berfungsi untuk memacu proses belajar peserta secara mandiri di luar
kegiatan tutorial. Tugas mandiri diberikan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu
jenjang dan dinilai oleh tutor . Nilai tugas mandiri diperhitungkan untuk menentukan
kelulusan.
c. Tugas Kelompok
Tugas yang dikerjakan secara kelompok berupa suatu proyek atau tugas akhir tertentu
secara online. Tugas kelompok diberikan satu kali setiap jenis/jenjang diklat yang diikuti
Nilai tugas kelompok juga diperhitungkan untuk menentukan kelulusan.
d. Ujian Akhir
Setiap akhir jenjang diklat dilakukan ujian akhir program secara ofline yang
berfungsi untuk menentukan kelulusan peserta
2. Kelulusan
a. Peserta dinyatakan lulus apabila mencapai nilai akhir minimal 66 dalam rentang nilai antara
0 – 100, dan berhak mengikuti jenis/jenjang diklat berikutnya
b. Nilai kelulusan diperoleh dari hasil kumulatif dari rata-rata nilai ujian Akhir, Tes Akhir
6
Modul, nilai rata-rata latihan/kuis, nilai rata-rata tugas mandiri,dan nilai tugas kelompok, dan
aktivitas pemanfaatan IT.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Hawi, A. 2008. Tantangan Pendidikan Islam Memasuki Era Global, Perspektif Jurnal Balai
Diklat Keagamaan Palembang. Vol 1, No 1 : 67
Munir, 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung : Alfabeta
Tamim. D & Hermansjah. 2002, Diklat Sebagai Suatu Sistem. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Pusdiklat Kementerian Agama RI. 2010. Buku Panduan Pengelolaan Diklat Jarak Jauh.
Jakarta : Kantor Kementerian Agama RI