Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ACKD (ACUTE CHRONIC KIDNEY DISEASE)

A. Pengertian
ACKD adalah penyakit ginjal yang merupakan akhir dari
perkembangan masalah ginjal jangka panjang, terutama pada pasien yang
mengalami gagal ginjal kronis (Carpenito, 2007).
Penyakit ini menyebabkan kista atau tumor yang membentuk kantung
yang berisi cairan eksudat, nanah pada ginjal (Fick-Brosnahan, 2011).
ACKD berbeda dari PKD dalam beberapa hal, orang dengan PKD sering
memiliki riwayat keluarga dengan PKD. Mereka lahir dengan gen penyebab
penyakit. Berbeda dengan ACKD, Tidak ada gen penyebab yang berhubungan
dengan ACKD. PKD dikaitkan dengan ginjal membesar dan pembentukan
kista di bagian lain dari tubuh. Di ACKD, ginjal masih berukuran normal atau
lebih kecil dan kista tidak terjadi di bagian organ lain dari tubuh. Di PKD,
kehadiran kista menandai timbulnya penyakit. Orang dengan ACKD sudah
memiliki penyakit ginjal kronis ketika mereka mengembangkan kista
(Grantham JJ, 2009).
Banyak orang dengan penyakit ginjal kronis dapat menjadi ACKD, suatu
kondisi di mana ginjal mengembangkan kantung berisi cairan yang disebut
kista renal (ginjal). ACKD dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa.
Kista lebih sering terjadi pada orang dengan hemodialisis atau dialisis
peritoneal. Dialisis pada gaga ginjal tidak menyebabkan kista. Namun, risiko
terjadi ACKD akan meningkat apabila dilihat dari jumlah tahun atau berapa
lama dialisis yang dilakukan.
Sekitar 20 persen dari orang-orang mulai perawatan dialisis sudah
menderita ACKD. Sekitar 60 sampai 80 persen dari orang-orang di dialisis
selama 4 tahun mengembangkan ACKD. Sekitar 90 persen dari orang-orang di
dialisis selama 8 tahun menderita ACKD.
Dalam kebanyakan kasus, kista yang ditimbulkan tidak berbahaya dan
tidak memerlukan pengobatan. Tetapi terkadang terjadi masalah-termasuk
infeksi pada kista, yang mungkin berhubungan dengan demam dan nyeri
punggung. Kadang-kadang kista berdarah dan darah akan muncul dalam urin.

B. Etiologi
 Penyakit ginjal
 Tingkat keparahan dan durasi azotemia tampaknya menjadi faktor penting
dalam menentukan tingkat perkembangan kista.
 Penyebab beberapa kista ginjal meliputi berikut ini:
- Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal
- Penyakit ginjal polikistik autosomal resesif
- Displasia Kidneys multicystic
- ACKD
- Kista ginjal sederhana
- Kidneys spons meduler
- Familial nephronophthisis / penyakit kista medula
 Hemodialisis Ginjal - sekitar 90% dari orang-orang yang didialisis
akhirnya mengidap ACKD
 Glomerulonefritis
 Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis

C. Patofisiologi
ACKD dianggap konsekuensi dari hemodialisis. Penelitian telah
menunjukkan bahwa, itu adalah keadaan uremik yang merupakan
pengembangan dari penyakit cystic ginjal. Dialisis memperpanjang
kelangsungan hidup pasien namun juga memungkinkan lebih banyak waktu
untuk ACKD terjadi.
Tingkat terjadinya penyakit kista diperoleh ginjal 7-22% pada populasi
predialisis, 44% dalam waktu 3 tahun setelah memulai dialisis, 79% lebih dari
3 tahun setelah memulai dialisis, dan 90% lebih dari 10 tahun setelah mulai
dialisis. Tingkat pengembangan tampaknya memperlambat setelah 10-15
tahun dialisis.
Beberapa faktor yang menyebabkan ACKD :
- Tubulus block: Perkembangan kista disebabkan kelainan tubular; obstruksi
tubular karena kristal oksalat, fibrosis, atau micropolyps; dan akumulasi
cairan tubular karena filtrat glomerular dan ekskresi cairan tubulus.
- Pertumbuhan kompensasi: Hilangnya jaringan ginjal pada penyakit ginjal
stadium akhir mempromosikan hipertrofi sel tubular dan hiperplasia.
Hipertrofi dan hiperplasia, bersama dengan sekresi cairan transepitelial
oleh epitel tubular, mengakibatkan perkembangan kista. Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi proses, tapi yang paling penting di antara
mereka adalah faktor pertumbuhan dan aktivasi onkogen.
- Iskemia: Ginjal atrofi merupakan konsekuensi dari iskemia yang mungkin
disebabkan baik oleh oklusi arteri ginjal primer atau oleh oklusi arteri
sekunder yang berkembang setelah dialisis dimulai. Parenkim asidosis
dapat menyebabkan oklusi progresif kronis dan, jika berkelanjutan hanya
singkat menyebabkan kematian sel, mungkin mengakibatkan pembentukan
kista ginjal
D. Manifestasi Klinis
a. ACKD sering tidak memiliki gejala. Jika kista terinfeksi, seseorang
mungkin memiliki sakit punggung, demam, atau bahkan menggigil. Jika
kista berdarah, seseorang akan sering melihat darah dalam urin.
b. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
c. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang
disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat
parah.
d. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem
renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).
e. Manifestasi lain:
11. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
12. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
13. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
14. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan),
burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak
kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot – otot
ekstremitas.
15. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
16. Gangguan endokrim
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
17. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
18. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.

E. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain:
1.Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT (renal fungsi test)
Ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test)
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus: benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
- CT-Scan
- MRI

F. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan ACKD sama halnya
dengan perawatan pada CKD yaitu:
a) Perdarahan (ringan) dengan nyeri pinggang dtangani dengan analgesik
(misalnya, morfin, kodein, acetaminophen). Hindari aspirin dan
meperidine. Selama episode perdarahan, istirahat di tempat tidur
diperlukan
b) Hindari heparin selama hemodialisis.
c) Perdarahan parah memerlukan tindakan embolisasi atau nefrektomi.
d) Jika dicurigai karsinoma (dari temuan CT-Scan), kemudian dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan nefrektomi (kista> 3 cm dan kista <3 cm
tetapi dengan komplikasi).
e) Profilaksis nefrektomi kontralateral kontroversial; nefrektomi bilateral
dapat akan cenderung menerima transplantasi ginjal.
f) Tidak ada obat khusus yang ditunjukkan dalam pengelolaan penyakit
ACKD, kecuali analgesik untuk pengobatan nyeri.
g) Jika ACKD tidak menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan, tidak ada
perawatan khusus yang diperlukan. Jika Infeksi terjadi dapat diobati
dengan antibiotik. Jika kista telah membesar yang menyebabkan rasa sakit,
maka dapat dilakukan tindakan dengan mengeringkan dengan
menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit.
h) Jika diduga tumor, seseorang mungkin perlu pemeriksaan rutin untuk
memantau ginjal untuk kanker. Beberapa dokter menyarankan semua
pasien harus diskrining untuk kanker ginjal setelah 3 tahun dialisis. Dalam
kasus yang jarang terjadi, operasi yang digunakan untuk menghentikan
perdarahan dan kista dari untuk menghilangkan tumor.
i) Transplantasi
Pada transplantasi, ginjal yang sakit dibiarkan di tempat kecuali
menyebabkan infeksi atau tekanan darah tinggi. ACKD biasanya dapat
berkurang dan menghilang, bahkan dalam ginjal yang sakit, setelah
seseorang menerima transplantasi ginjal.
j) Pembedahan Jika terjadi pendaharan

G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Penurunan curah jantung
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi
5. Perubahan pola nafas
6. Gangguan perfusi jaringan
7. Intoleransi aktivitas
H. Intervensi
1. Nyaman Nyeri
Tujuan : tingkat kenyamanan klien meningkat dg KH: Klien
melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3, Ekspresi wajah tenang klien
dapat istirahat dan tidur
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya.
d. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
f. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
farmakologis)..
g. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri..
h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
i. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
j. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang


meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama
dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya
(skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na
dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan
output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan
kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan
intervensi

c. Beikan makanan sedikit tapi sering


R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak
disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

5. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:


kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis


Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,
perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d. Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi
buruk untuk menurunkan iskemia
e. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko
cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi
lembab pada kulit

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang


tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (2013). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Fick-Brosnahan GM. Polikistik dan penyakit ginjal kistik yang diperoleh. Dalam:
Greenberg A, ed. Primer pada Penyakit Ginjal. Ed-3. National Kidney
Foundation. San Francisco: Academic Press; 2011: 303-308.
Grantham JJ, Nair V, Winklhofer F. Cystic Kideys Disease. Dalam: Brenner B, ed.
Brenner & Rektor yang Ginjal. Ed-6. Philadelphia: W.B. Saunders; 2009:
1699-1730.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
http://emedicine.medscape.com/article/246888-overview [Diakses pada tanggal 7
Januari 2015]
H. Pathways

infeksi vaskuler zat toksik Obstruksi saluran


kemih iritasi / cidera
reaksi antigen arteriosklerosis tertimbun ginjal Retensi urin batu besar dan jaringan
antibodi kasar
suplai darah ginjal hematuria
turun menekan saraf
perifer
anemia

GFR turun nyeri pinggang


Nyeri Akut
GGK

sekresi protein terganggu retensi Na sekresi eritropoitis turun


urokrom
tertimbun di kulit total CES naik suplai nutrisi dalam produksi Hb turun
sindrom uremia resiko
gangguan darah turun
perpospatemia gang. tek. kapiler naik oksihemoglobin turun
nutrisi
keseimbangan perubahan warna
pruritis asam - basa kulit vol. interstisial naik gangguan intoleransi
suplai O2 kasar turun
perfusi jaringan aktivitas
prod. asam naik
gang. edema
as. lambung naik payah jantung kiri bendungan atrium kiri
integritas kulit (kelebihan volume cairan)
naik
nausea, vomitus iritasi lambung preload naik COP turun
tek. vena pulmonalis
infeksi beban jantung naik aliran darah ginjal suplai O2 suplai O2 ke
turun jaringan turun otak turun kapiler paru naik
resiko gastritis
gangguan hipertrofi ventrikel RAA turun metab. anaerob syncope edema paru
nutrisi kiri
mual, (kehilangan
retensi Na & H2Otimb. as. laktat naik
muntah kesadaran)
naik gang. pertukaran
- fatigue gas
kelebihan vol. - nyeri sendi Nyeri Akut
cairan

Anda mungkin juga menyukai