Anda di halaman 1dari 2

Salah satu penyakit berbasis lingkungan yaitu Demam Berdarah Dengue.

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sering menjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB) dikarenakan penyebaran penyakit ini yang begitu cepat dan
berpotensi meninmbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4
virus dengue yang berbeda, yang mana cara penularan penyakit DBD ini melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti.(Wijirahayu & Sukesi, 2019).

Kejadian DBD di Indonesia muncul sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta
(Ditjen PP & PL, 2011). Pada tahun 2013, jumlah pen- derita DBD di Indonesia yang
dilaporkan sebanyak 112 511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (In- cidence
Rate/Angka kesakitan = 45,85 per 100 000 penduduk dan CFR/angka kematian =
0,77%). Jum- lah kasus pada tahun 2013 meningkat dibanding- kan tahun 2012
dengan total kasus sebesar 90 245 kasus dengan IR 37,27. Kejadian DBD di 34
provinsi tercatat pada tahun 2014 sebesar 71 668 orang, 641 di antaranya meninggal
dunia (Kemenkes, 2014) (Hidayati, Hadi, & Soviana, 2017).

Demam berdarah dengue (DBD) berkembang disebabkan juga oleh perilaku


masyarakat yang berisiko. Faktor perilaku yang berpengaruh dalam kejadian DBD
yaitu tingkat pengetahuan masyarakat, sikap responden/masyarakat dan tindakan
masyarakat dengan kejadian DBD (Tedy, 2005: 46). Selain itu terdapat faktor yang
juga berpengaruh dalam kejadian DBD yaitu ke-beradaan jentik Aedes aegypti,
ketersediaan tutup pada tempat penampungan air, frekuensi pengurasan tempat
penampungan air dan mengubur kaleng bekas (Widia, 2009: 64) (“HUBUNGAN
KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN PRAKTIK 3M DENGAN KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BLORA KABUPATEN BLORA,” 2012)

Berdasarkan laporan kegiatan pemberantasan penyakit DBD oleh Dinas


Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010, terdapat kasus DBD sebanyak 19.329
orang dengan jumlah kematian 238 orang, Incidence Rate (IR) 58,1 per 100.000
penduduk, dan CFR 1,25%. Daerah di Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai
jumlah kasus DBD paling tinggi adalah Kota Semarang. Pada tahun 2010, jumlah
kasus DBD tercatat sebanyak 4.128 orang dengan jumlah kematian 37 orang, IR
266,7 per 100.000 penduduk, dan CFR 0,9%. Pada Tahun 2011 Kota Semarang
menjadi peringkat pertama di Jawa Tengah dengan kasus DBD paling
tinggi.(“HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU PSN
DENGAN KEJADIAN DBD,” 2013)
Hidayati, L., Hadi, U. K., & Soviana, S. (2017). Kejadian Demam Berdarah Dengue
di Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisi Iklim. Acta VETERINARIA
Indonesiana. https://doi.org/10.29244/avi.5.1.22-28
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU PSN
DENGAN KEJADIAN DBD. (2013). Unnes Journal of Public Health.
https://doi.org/10.15294/ujph.v2i1.3041
HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN PRAKTIK 3M DENGAN
KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BLORA KABUPATEN BLORA. (2012). Unnes Journal of
Public Health. https://doi.org/10.15294/ujph.v1i2.3044
Wijirahayu, S., & Sukesi, T. W. (2019). Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan
Kabupaten Sleman. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA.
https://doi.org/10.14710/jkli.18.1.19-24

Anda mungkin juga menyukai