Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar liur adalah kelenjar eksokrin yang mensekresikan air liur (saliva) ke
dalam rongga mulut. Dalam rongga mulut terdapat beberapa kelenjar air liur
diantaranya dua kelenjar parotis, dua kelenjar submandibular, dua kelenjar sublingual
serta kelenjar minor dalam jumlah banyak. Kelenjar liur dan air liur merupakan
bagian dari sistem imun mukosa. Sel-sel plasma dalam kelenjar liur menghasilkan
antibodi terutama dari kelas IgA, yang ditransportasikan ke dalam saliva. Selain itu
terdapat beberapa jenis enzim antimikrobial yang terkandung dalam saliva seperti
lisozim, laktoferin, dan peroksidase.1,2
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut
karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga
mulut. Secara umum saliva berperan dalam proses perlindungan pada permukaan
mulut, pengatur kandungan air, pengeluaran virus-virus, produk metabolisme
organisme serta mikroorganisme, pencernaan makanan, pengecapan, diferensiasi dan
pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf. Kesehatan lapisan mulut, faring, fungsi
pengunyahan, deglutisi (proses makanan sejak masuk ke rongga mulut hingga
esofagus) sangat bergantung pada cukupnya aliran saliva.3,4
Terdapat beberapa penyakit lokal yang mempengaruhi kelenjar liur dan
menyebabkan berkurangnya aliran saliva dan salah satunya adalah Parotitis. Parotitis
merupakan peradangan dan pembengkakan pada kelenjar parotis. Etiologi dari
penyakit ini ialah infeksi bakteri, virus atau autoimun.2
Berdasarkan data dari The National Notifable Disease Surveillance System,
dilaporkan pada tahun 1990 di Amerika Serikat terdapat 5.292 kasus parotitis virus
(mumps), tahun 1968 terdapat 159.209 kasus dan pada tahun 2000 terdapat 338
kasus. Jumlah ini mewakili sedikit dari kasus mumps yang pernah dilaporkan. Dari
data yang dilaporkan dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan kasus mumps yang
2

signifikan dari tahun 1990 sampai tahun 2000. Penggunaan vaksin untuk mencegah
penularan serta peraturan mengenai imunisasi mumps yang telah diberlakukan oleh
beberapa negara di dunia membuat jumlah kasus mumps mengalami penurunan.
Sedangkan jumlah kasus parotitis akut di Indonesia belum dapat diketahui secara
pasti karena minimnya penelitian mengenai penyakit ini.5,6,7
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Parotis


2.1.1 Anatomi Kelenjar Parotis
Kelenjar liur terbagi dalam dua kelompok yakni kelenjar liur mayor dan
minor. Kelenjar liur mayor terdiri atas kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan
kelenjar sublingual yang masing-masing berjumlah sepasang, sedangkan kelenjar liur
minor tersebar di dalam rongga mulut pada lapisan mukosa dan submukosa.2,8
Kelenjar liur mensekresikan saliva bersamaan dengan enzim pencernaan
seperti amilase, antimikroba IgA, lisozim dan laktoferin. Saliva berguna untuk
melubrikasi makanan, membantu proses menelan serta membasahi mukosa bukal
yang penting untuk berbicara. Kelenjar liur masing-masing mensekresi saliva rata-
rata 0,5 liter setiap hari. Kontribusi dari masing-masing kelenjar bervariasi
diantaranya kelenjar parotis memproduksi 20%, kelenjar submandibula 65%,
kelenjar sublingual serta kelenjar liur minor 15% dan bila distimulasi kelenjar parotis
dapat memproduksi saliva hingga 50%. Kelenjar parotis memproduksi saliva yang
bersifat serous, kelenjar submandibula memproduksi saliva yang bersifat serous dan
mukus, sedangkan kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor memproduksi saliva
yang bersifat mukus. Kondisi dimana terjadi defisiensi produksi saliva dapat
mengakibatkan xerostemia, caries dan peradangan atau destruktif periodontal.2,8

Gambar 2.1 Anatomi kelenjar saliva


4

Kelenjar parotis merupakan sepasang kelenjar liur mayor yang terbesar


dengan berat kira-kira 25 gram. Lokalisasi kelenjar ini adalah pada ramus
mandibulae, processus mastoideus, dan processus styloideus. Kelenjar ini terbungkus
dalam selubung parotid (parotid sheath) yang terdiri dari jaringan ikat dan kapsul
fibrosa padat yang berasal darilamina superficialis colli profunda. Kelenjar ini
memiliki tiga facies yaitu facies superficialis, facies anteromedial dan facies
posteromedial. Facies superficialis (sisi luar) berbentuk segitiga atau triangular,
mencapai arcus zygomaticus (sudut pipi), meatus acusticus externus (lubang telinga
luar), musculus sternocleidomastoideus dan facies superficialis musculus masseter.
Facies anteromedial (sisi depan-dalam) berbentuk huruf U berbatasan dengan facies
posterior ramus mandibulae, musculus masseter dan musculus pterygoideus
medialis.2,8,9,10
Pada tepi anterior musculus masseter saluran parotis berbelok ke arah medial
menembus musculus buccinator dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar
ke II rahang atas. Facies posteromedial (sisi belakang-dalam) mencapai processus
mastoideus, musculus sternocleidomastoideus, dan venter posterior musculus
digastricus. Ductus excretorius parotideus (duktus Stenson) bisa ditemukan kira-kira
1,5 cm di bawaharkus zygomatikum dan mengarah kedepan diatas permukaan lateral
musculus masseter. Pada margo anterior musculus masseter, duktus membelok ke
arah medial menembus lapisan lemak buccal dan musculus buccinator. Kemudian
duktus ini berlanjut ke arah depan diantara otot dan membran mukosa, akhirnya
bermuara ke dalamvestibulum oris pada papilla di depan gigi molar II rahang atas.
Kelenjar ini bersifat serous pada orang dewasa terkadang terdapat sel asinar mukus
saat masih anak-anak.2,8,9,10
2.1.2 Fisiologi Kelenjar Parotis
Saliva diproduksi oleh sel-sel asinar berkelompok yang mengandung
elektrolit, enzim-enzim (ptialin, maltase), karbohidrat, protein, komponen anorganik
(sodium, kalium, kalsium, magnesium, bikarbonat, khlorida, fosfat, potassium, nitrat)
dan enzim antimikroba. Setiap hari sel-sel asinar memproduksi saliva kira-kira 500 –
5

1500 ml dan dialirkan ke duktus dengan kadar rata-rata 1 ml per menit. Saliva
manusia secara umum bersifat alkali.2,8,9,10
Kelenjar liur dipersarafi oleh sistem otonom, terutama dipersarafi oleh saraf
parasimpatis. Sinyal parasimpatis dihantarkan oleh nervus facialis dan nervus
glosofaringeal. Sinyal parasimpatis bersifat sekremotor dan vasodilator. Jalur
pernafasan parasimpatis sebagai jalur sekremotor berujung pada kelenjar liur menuju
nukleus salivarius di medulla. Nukleus salivarius terdiri dari nukleus salivarius
superior dan inferior. Nukleus salivarius superior mengatur kelenjar parotis dan
kelenjar von Ebner.1,2,8,9
Sirkulasi darah ke kelenjar liur sangat penting dalam proses sekresi saliva.
Rangsangan parasimpatis pada kelenjar liur menyebabkan peningkatan aliran darah.
Vaskularisasi kelenjar parotis didapat dari arteri facialis dan arteri karotis eksterna,
vaskularisasi kelenjar submandibula didapat dari arteri facialis dan arteri lingualis,
sedangkan untuk kelenjar sublingual vaskularisasinya didapat dari arteri sublingual
dan arteri submental.9
Kelenjar liur memiliki beberapa unit sekretori yang meliputi asinus di ujung
proksimal dan unit duktus distal. Unit duktus ini menggabungkan beberapa elemen
duktus hingga mencapai asinus, duktus striata dan duktus sekretori. Sel-sel mioepitel
mengelilingi asinus hingga mencapai duktus interkalata dan sel-sel ini kemudian
berkontraksi sehingga mensekresi saliva.7,8,9
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelenjar liur untuk mensekresi
saliva diantaranya: 7,9
1. Faktor mekanis yaitu mengunyah makanan yang keras atau permen karet.
2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti rasa asam, manis, asin, pahit
dan pedas.
3. Faktor neural yaitu melalui sistem saraf otonom baik simpatis maupun
parasimpatis.
4. Faktor psikis seperti stres yang menghambat sekresi saliva.
6

5. Obat-obatan seperti antikolinergik, analgesik, antipsikotik, antihistamin,


antidepresan, antihipertensi, amfetamin, antiparkinson dan atropin yang juga
dapat menghambat sekresi saliva.

2.2 Definisi Parotitis


Parotitis adalah peradangan pada kelenjar saliva atau parotis. Parotitis dapat
disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, atau kelainan autoimun, dengan derajat
kelainan yang bervariasi dari ringan hingga berat. Anak berusia 2 –1 2 tahun
merupakan kelompok tersering menderita parotitis mumps.2

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan etiologi parotitis diklasifikasikan menjadi sebagai berikut :
2.3.1 Parotitis Virus
1. Mumps Virus (Viral Parotitis)11,13
A). Epidemiologi
Mumps merupakan penyakit viral akut. Parotitis merupakan
manifestasi yang sering. Angka kejadian banyak pada anak-anak terutama
usia 5-9 tahun. Bisa terjadi unilateral atau bilateral.Mumps terjadi diseluruh
dunia.Pada tahun 2011, dilaporkan 404 kasus mumps, dan di tahun 2012 telah
dilaporkan 229 kasus.
B). Etiologi
Virus mumps adalah paramyxovirus yang segolonngan dengan
parainfluenza dan virus Newcastle disease. Parainfluenza dan virus Newcastle
disease memproduksi antibodi yang bereaksi silang dengan virus mumps.
Virus ini adalah virus RNA single-stranded.
C). Patogenesis
Virus didapat dari droplet respirasi.Bereplikasi dinasofaring dan
kelenjar limfe regional.Setelah 12-25 hari terjadi viremia.Selama viremia,
virus menyebar ke banyak jaringan, termasuk meningen, dan kelenjar seperti
7

kelenjar ludah, pancreas, testis dan ovarium.Inflamasi pada jaringan yang


terkena menimbulkan gejala khas seperti parotitis dan meningitis.
D). Gambaran klinis
Masa inkubasi 12-25 hari, tapi parotitis biasanya berkembang 16-18
hari setelah terpapar dengan virus mumps.Gejala prodromal tidak spesifik
dan termasuk mialgia, anoreksia, malaise, sakit kepala, dan demam tidak
tinggi.Kelenjar parotis dapat membesar terlihat hanya disatu sisi. Kelenjar
parotis sisi lainnya dapat membesar secara simultan atau setelah beberapa
saat.
E). Komplikasi
 Orchitis (inflamasi testis) adalah komplikasi tersering pada pria
postpubertas.
 Ophritis menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Hampir tidak pernah
berefek steril terhadap kandungan wanita.
 Pancreatitis menyebabkan nyeri perut
 Aseptic meningitis atau meningoenchephalitis dapat terjadi dengan atau
tanpa infeksi kelenjar liur.
 Tuli sensorineural unilateral bila terjadi ganggguan labirin. Klinisnya
muncul sebagai sudden deafness.
 Dan yang lain sebagainya termasuk tiroiditis, miokarditis, nefritis dan
arthritis.
F). Diagnosis
 Biasanya secara klinis, namun sulit bila kelenjar parotis tidak membesar.
 Amylase serum dan urin meningkat selama minggu pertama parotitis
 Uji serologi Serum IgG dan IgM deperiksa setelah hari ke 10-14 sakit.
IgG menunjukkan infeksi sebelumnya. Peningkatan IgG lebih dari 4 kali
dari akut ke konvalesen mengindikasikan infeksi baru. IgM juga
8

mengindikasikan infeksi baru. IgM muncul pada 100% pasien setelah hari
kelima.
G). Terapi
Parotitis diterapi dengan cairan yang cukup, istirahat, analgetik dan
kompres dingin atau hangat diatas parotis untuk mengurangi nyeri.Makanan
yang merangsang air liur dihindari karena menyebabkan nyeri. Parotis akan
tetap bengkak selama 1 minggu. Orchitis diterapi dengan kompres dingin dan
sangga skrotum, dan diberikan analgetik.Steroid masih belum ditemukan
manfaatnya.
H). Pencegahan
Bayi memiliki imunitas maternal sampai usia 1 tahun. Setelah itu
dapat diberikan imunisasi MMR (Mumps, Measles, Rubella) pada usia 15
bulan. Anak yang lebih besar, remaja dan dewasa yang belum mendapat
MMR dan belum pernah menderita Mumps, dan kontak dengan anak harus
mendapat mononuklear mumps atau vaksin MMR.
2. Parotitis virus yang lainnya14
Cytomegalovirus dapat mempengaruhi kelenjar liur (penyakit inklusi didalam
kelenjar liur). Menyerang bayi baru lahir dan dapat menyebabkan retardasi mental
dan fisik dan hepatosplenomegali, ikterik, dan trombositopenik purpura. Jenis viral
lain yang dapat menyerang kelenjar liur termasuk virus coxsackievirus A, echovirus,
influenza A dan virus choriomeningitis. Terapi infeksi virus adalah simptomatik.

2.3.2 Parotitis Bakteri


1. Parotitis Supuratif Akut13
Penyakit ini sering dijumpai pada orang tua, debilitasi dan pasien dehidrasi.
Mulut kering merupakan faktor predisposisi. Staphylococcus aureus adalah
organisme penyebab tersering namun mikroorganisme gram positif dan anaerob lain
juga harus diobservasi. Rute infeksi biasanya dari mulut melalui duktus stensen.
9

A). Gambaran klinis


Muncul mendadak dengan nyeri hebat dan pembesaran kelenjar.
Pergerakan rahang menimbulkan nyeri. Pembukaan duktus stensens bengkak
dan merah dan dapat keluar cairan pus. Pasien biasanya demam dan
toksemik.
B). Patogenesis
Pada awalnya terjadi statis dari aliran saliva, kemudian akan terbentuk
striktur atau obstruksi pada duktus kelenjar parotis. Statis dari aliran saliva
akan mengurangi kemampuan saliva untuk membersihkan mikroba di dalam
mulut.
B). Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari gejala klinis dan pemeriksaan fisis.
Bila diagnosis masih diragukan, maka saliva yang purulen dapat dikultur.
Pada pemeriksaan labolatorium dapat ditemukan leukositosis dengan
peningkatan sel PMN.
C). Terapi
Prinsip utama dalam penanganan penyakit ini meliputi rehidrasi,
antibiotik penisilinase gram positif intravena, kompres hangat, sialogogoues
(obat yang membantu melancarkan aliran saliva), koreksi kebersihan mulut
atau kombinasi dari terapi-terapi yang telah disebutkan. Setelah dilakukan
terapi non-operatif dan dalam waktu 48 jam pasien tidak mengalami
perbaikan, maka dapat dicurigai adanya abses. Insisi parotisektomi dapat
dilakukan jika terdapat abses namun harus berhati-hati agar tidak menciderai
nervus facialis. CT-Scan dan Ultrasound pada kelenjar parotis bisa mambantu
menentukan lokasi infeksi.2,11,14
2. Parotitis rekuren kronik 2,11,13
Parotitis rekuren kronik sering terjadi pada anak-anak, namun juga dapat
terjadi pada orang dewasa. Patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas, tetapi
10

congenital ductectasia dipercaya merupakan faktor predisposisi terjadinya parotitis


rekuren kronik.
A). Gejala klinis
Terjadi pembengkakan unilateral dari kelenjar parotis (jarang
bilateral), nyeri bila ditekan, saliva (seperti susu, granular atau purulen),
biasanya terjadi trismus, kelenjar parotis mengeras. Pada anak-anak, gejala
mungkin dapat hilang pada masa pubertas namun pada orang dewasa gejala
dapat berlanjut menjadi lesi parenkim kelenjar liur yang menyebabkan
produksi saliva berkurang atau bahkan berhenti.
C). Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Walaupun jarang, sialografi dapat menunjukkan “leafy tree” (duktus sekretori
dengan ektasia acini dan segmen duktus terminal).
D). Penatalaksanaan
Terapi dilakukan sama seperti parotitis bakterial akut. Pada anak-anak
cukup dengan terapi konservatif dan pada orang dewasa dapat
dipertimbangkan parotisektomi, namun risiko untuk terjadinya cedera pada
nervus fasialis cukup besar.
3. Parotitis Tuberkulosis15
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Kejadian Parotitis tuberkulosis
merupakan suatu keterlibatan dari TB pulmonal, sehingga tanda yang biasanya
dijumpai adalah adanya pembengkakan pada area di depan telinga hingga rahang
bawah dengan onset kronik, tidak disertai rasa nyeri dan biasanya disertai gejala-
gejala tuberkulosis lain.
Parotitis TB sangat jarang terjadi. Pada tahun 1977 Kant dkk melaporkan 35
kasus,Yaniv dan Avedillo menemukan 2 kasus parotitis TB di tahun 1985 dan hanya
sekitar 100 kasus yang telah dilaporkan hingga tahun 2003.
11

Infeksi kelenjar parotis oleh mycobacterium tuberculosis melalui dua cara :


(1) fokus infeksi mycobacterium dalam cavitas oral masuk kedalam kelenjar parotis
melalui duktus atau melalui kelenjar limfe, (2) melibatkan penyebaran hematogen
atau limfatik dari fokus paru-paru primer yang jauh.
Gambaran radiologi parotitis TB tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan
neoplasma, sehingga pada kasus pembesaran kelenjar parotis diperlukan pemeriksaan
histologi melalui Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).

2.3.3 Parotitis Autoimun (Sindrom Sjogren)16


Sindrom Sjogren adalah kelainan autoimun yang ditandai dengan pembesaran
kelenjar parotis, xerostomia, dan keratokonjungtivitis sika. Ini juga dapat
berhubungan dengan penyakit jaringan konektif lain seperti artritis rematik dan SLE.
Sindrom Sjogren terjadi 90% pada wanita, biasanya pada dekade ke 6. Ini merupakan
penyebab ke dua tersering pada penyakit jaringan konektif, setelah artritis rematik.
Gejala dan tanda yang biasanya munsul adalah pembengkakan kelenjar
pariotis dapat terjadi kronik atau rekurens. Tidak disertai nyeri dapat unilateral atau
bilateral. Gejala lain meliputi mata kering, mulut kering, penurunan pengecapan,
kulit kering, mialgia, vaskulitis dan artritis.
Hasil tes laboratorium menunjukan terdapatnya SS-A atau SS-B antibodi,
faktor rematoid, atau antibodi antinuklear yang dapat digunakan untuk diagnosis.
Pemeriksaan mikroskopik dari hasil biopsi kelenjar liur minor dari bibir, dapat
mengkonfirmasi sindrom Sjogren. Menurut kriteria histologis, skor yang dinilai pada
fokus adalah 1 fokus atau 4 mm2 dapat digunakan sebagai diagnostik. Karakteristik
histopatologis termasuk infiltrat limfosit pada sel asinar dan pulai epimioepitelial
yang dikelilingi stroma limfoid.
Komplikasi dari sindrom Sjogren primer disebabkan dari perjalan kronik
penyakit ini. Penurunan fungsi salivasi dapat menyebabkan pasien sulit bicara,
menelan dan mengunyah dan sebagai tambahan peningkatan kelemahan gigi dengan
12

hilangnya gigi dan mukosa mulut dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Yang lebih
penting, ada 10% insidens lifoma pada pasien dengan sindrom Sjogren primer.
Terapi yang digunakan adalah terai simptomatis dan suportif. Steroid dan
tetes mata topikal steroid dapat diberikan pada gejala yang parah. Parotidektomi
superfisial diulakukan pada sindrom Sjrogren rekuren.
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelenjar parotis merupakan sepasang kelenjar liur mayor yang terbesar
diantara kelenjar saliva yang lain yang berfungsi mengeluarkan saliva yang berperan
besar berperan dalam proses pencernaan dan imunitas. Adanya inflamasi pada
kelenjar parotis dengan berbagai etiologi dapat mengganggu fungsi kelenjar parotis
dalam memproduksi air liur.
Untuk itu penting bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui berbagai
penyebab dari parotitis untuk menghindari kesalahan dalam memberikan
penatalaksanaan bagi pasien dan terapi yang sudah diberikan harus diobservasi
dengan baik untuk mencegah terjadinya rekurensi dan komplikasi. Pasien juga di
edukasi agar mengerti tentang penyakitnya dan diberi informasi tentang hal-hal yang
dapat menyebabkan peradangan pada kelenjar liur sehingga bisa mencegah
terjadinya inflamasi pada kelenjar liur, seperti misalnya menjaga hidrasi agar mulut
tidak kering yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya parotitis
supuratif akut.

Anda mungkin juga menyukai