Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jaman telah mengubah dunia usaha menjadi lebih baik dan

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perekonomian suatu negara telah

berubah dari yang sebelumnya agraris berubah menjadi negara industri. Hal ini

ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam industri yang menghasilkan

produk sejenis maupun produk yang tidak sejenis. Sehubungan dengan

perkembangan dunia usaha tersebut, maka timbullah semakin ketatnya persaingan

dunia usaha sehingga mengakibatkan banyaknya tuntutan agar kinerja perusahaan

mencapai suatu tujuan yang layak, serta mendorong manajemen perusahaan untuk

bekerja lebih efektif dan efisien.


Dalam menjalankan operasionalnya, setiap perusahaan menginginkan

keuntungan (laba). Pengertian laba menurut Harahap (2010)” kelebihan

penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Laba yang diperoleh

digunakan untuk menjalankan operasional dan kelangsungan perusahaan di masa

mendatang. Laba perusahaan diharapkan setiap periode akan mengalami

kenaikan, sehingga dibutuhkan perhitungan laba yang akan dicapai perusahaan

untuk periode mendatang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber

informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan

keputusan ekonomi. Informasi laporan keuangan dapat diperoleh dalam bentuk

laporan laba-rugi, neraca, perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat diperlukan

untuk memahami informasi laporan keuangan (Angkoso:2006). Untuk

1
mengetahui keberhasilan suatu perusahaan, maka perlu diadakan analisis terhadap

laporan keuangan, dimana dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan

rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan

laba dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio

aktivitas. Rasio likuiditas diwakili oleh Current Ratio(CR),rasio profitabilitas

diwakili oleh Return on Asset (ROA), rasio aktivitas diwakili oleh Total Assets

Turn Over (TATO). Financial Accounting Standards Board – FASB (1978),

Statement Of Financial Accounting Concepts No.1, menyatakan bahwa fokus

utama laporan keuangan adalah laba, jadi informasi laporan keuangan seharusnya

mempunyai kemampuan untuk memprediksi laba dimasa depan. Laba sebagai

suatu pengukuran kinerja perusahaan merefleksikan terjadinya proses peningkatan

atau penurunan modal dari berbagai sumber transaksi (Takarini dan

Ekawati,2003). Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba

yang diperoleh perusahaan (Simorangkir,1993) dalam Hapsari, (2003).

Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai

keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan,

karena besarnya dividen yang akan dibayar di masa akan datang saat bergantung

pada kondisi perusahaan.


Perusahaan dengan laba bertumbuh, dapat memperkuat hubungan antara

besarnya atau ukuran perusahaan dengan tingkatan laba yang diperoleh. Dimana

perusahaan dengan laba bertumbuh akan memiliki jumlah aktiva yang besar

sehingga memberikan peluang lebih besar didalam menghasilkan

profitabilitasnya, Porter (1980) dalam Hamid (2001), merumuskan bahwa

perusahaan yang bertumbuh adalah perusahaan yang memiliki pertumbuhan

2
margin, laba dan penjualan yang tinggi. Menurut Musliatun (2000), dikutip oleh

Sujana (2004), menyatakan perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar

menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan.


Menurut Angkoso (2006).faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

laba diantaranya yaitu besarnya perusahaan,umur perusahaan,tingkat

leverage,tingkat penjualan dan perubahan laba di masa lalu. Oktanto dan

Nuryanto (2014) laba merupakan tingkat kelangsungan hidup perusahaan. Untuk

memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional yang

didukung oleh adanya sumber daya. Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi

selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva

atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak

berasal dari kontribusi penanaman modal.


Bagi perusahaan yang Go Publik laporan keuangan bersifat terbuka yang

berarti laporan keuangan perusahaan perusahaan tersebut telah dipublikasikan

sehingga dapat dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum dan juga para pemakai

laporan keuangan baik intern maupun ekstern. Laporan keuangan akan

menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan,sehingga pihak

internal maupun eksternal dapat memanfaatkan laporan perkembangan keuangan

untuk kepentingan masing-masing


Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi

para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

Tetapi perlu disadari pula bahwa ternyata laporan keuangan juga mempunyai

beberapa sifat dan keterbatasan, seperti misalnya bersifat historis. Tanpa

mempermasalahkan bagaimana cermatnya suatu laporan keuangan disusun, semua

3
laporan keuangan pada dasarnya merupakan dokumen historis dan statis

(Prastowo, 2005: 55).


Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan

keputusan apabila informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang

akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan

akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa

mendatang. Disinilah arti penting suatu analisis terhadap laporan keuangan

(Prastowo, 2005: 56).


Dalam analisis laporan keuangan suatu perusahaan diperlukan adanya

ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan untuk menganalisis laporan

keuangan adalah rasio. Rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam

“arithmetical terms”. Yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara

dua macam data finansiil (Riyanto, 1997: 329).


Analisis rasio merupakan suatu bentuk atau cara yang umum digunakan

dalam menganalisis laporan finansial suatu perusahaan. Dengan menggunakan

alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran

kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu

perusahaan. Penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang

ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang

yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan

yang bersangkutan.
Menurut Riyanto(1995) dalam Hapsari (2007),secara umum rasio

keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas,rasio

solvabilitas(leverage),rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.Salah satu rasio

keuangan yang digunakan adalah profitabilitas. Menurut Harahap (2009: 304),

profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba


4
selama periode tertentu. Apabila kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba rendah maka penilaian terhadap rasio profitabilitas juga akan

rendah dan hal ini akan mengakibatkan investor yang ingin menanamkan saham

merasa ragu untuk melekukan investasi.


Menurut Lukviarman (2006: 26), efisiensi dan efektivitas pengelolaan

aktiva juga dapat ditunjukan dengan rasio efisiensi yang sering disebut juga

dengan rasio aktivitas. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk

menunjukan sejauh mana efisiensi perusahaan didalam menggunakan aktiva yang

dimilikinya untuk memperoleh penjualan..Semakin tinggi rasio ini menunjukan

bahwa sumber daya atau aktiva yang dimiliknya telah dimanfaatkan secara

optimal.
Penelitian ini menggunakan perusahaan Property & Real Estate sebagai

objek penelitian dikarenakan perusahaan Property & Real Estate memiliki potensi

yang menjanjikan. Adanya prospek bisnis yang menjanjikan akan menjadi daya

tarik para investor untuk menanamkan modalnya. Faktor yang mendasari antara

lain adalah populasi penduduk Indonesia yang sangat besar sehingga dapat

menciptakan potensi pasar yang besar pula. Property & Real Estate di Indonesia

merupakan perusahaan property yang bergerak dalam penyediaan, pengadaan,

serta pengolahan tanah bagi keperluan-keperluan usaha industry.


Current Ratio, rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi

kewajiban-kewajiban lancar, semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan

hutang lancar semakin tinggi kemapuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya (Harahap, 2009: 301).Current ratio merupakan rasio likuiditas yang

menggambarkan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Current ratio yang rendah berarti likuiditas perusahaan juga rendah, yang berarti

5
juga perusahaan kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pengertian lain dari current ratio adalah kemampuan seseorang atau perusahaan

untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan semua

unsur harta lancarnya. Perusahaan yang memiliki struktur keuangan sehat paling

tidak memiliki current ratio sebesar 100 %. Current ratio yang lebih rendah

menunjukkan bahwa perusahaan sewaktu-waktu dapat kesulitan untuk memenuhi

pembayaran kewajiban.
Total Assets Turnover, menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan

keseluruhan aktiva perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu.

Semakin tinggi rasio total asset turnover berarti semakin efisien penggunaan

keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan. Dengan perkataan lain,

jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila total asset

turnovernya ditingkatkan atau diperbesar dengan tingginya penjualan maka secara

otomatis akan mempengaruhi pertumbuhan laba. Total assets turnover ini lebih

penting bagi kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting bagi

manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisiensi tidaknya

penggunaan seluruh aktiva didalam perusahaan (Syamsuddin, 1998: 62).


Return on Assets, merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba

bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva (Harahap, 2009:

305). Sedangkan menurut (Meythi, 2005) ROA merupakan rasio untuk mengukur

keuntungan bersih yang diperoleh dari harta perusahaan. ROA diukur dengan

perbandingan antara net income dengan total assets.

Return on Asset (ROA) temasuk salah satu rasio profitabilitas dalam

mengukur kinerja keuangan perusahaan. Return On Asset (ROA) adalah salah satu

rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan


6
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya

(Robert Ang 1997). Return on asset (ROA) merupakan rasio laba bersih terhadap

total asset untuk mengukur pengembalian atas total asset (return on total asset)

setelah bunga dan pajak. Retrurn On Assets (ROA) digunakan untuk

menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa

menghasilkan laba (Eduardus Tandelilin, 2001). Rasio ini merupakan rasio yang

terpenting diantara rasio rentabilitas atau profitabilitas yang lainnya.. Return on

asset yang positif menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan untuk operasi

perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, Return on

Asset negative menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan perusahaan

mendapatkan kerugian.

Hasil penelitian penelitian Juliana dan Sulardi (2003) menyatakan bahwa

Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Akan

tetapi hasil Peneliti Meriewaty dan Setyani (2005) mengatakan bahwa Current

Ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba, penelitian ini

menggunakan sampel perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di

BEJ.
Hasil Penelitian Ou (1990), Asyik dan Soelistyo (2000) serta Hapsari

(2007) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa TAT berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba.Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh

Oktanto dan Nuryanto (2014) dan Taruh (2011) menunjukkan bahwa variable TAT

tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.


Hasil penelitian Meythi (2005) menyatakan bahwa return on assets

merupakan rasio yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan perusahaan.

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur


7
sector basic and chemical untuk periode 2000 sampai dengan 2003 yang terdaftar

di BEJ. Sedangkan hasil penelitian Meriewaty dan Setyani (2005) yang

menggunakan sampel perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEJ

menyatakan bahwa Return on Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba.
Berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan antara rasio keuangan

terhadap pertumbuhan laba,masih menunjukkan hasil yang berbeda-

beda.Penelitian ini menguji apakah terdapat pengaruh rasio-rasio keuangan

tersebut terhadap pertumbuhan laba pada sektor property dan real etate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai dengan 2014.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Current Ratio(CR),Total Asset

Turnover (TATO)dan Return on Asset(ROA) (Studi kasus pada perusahaan

sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI)


1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifiksikan beberapa

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:


1. Pentingnya pertumbuhan laba yang meningkat agar menarik minat investor

menanamkan modalnya di perusahaan.


2. Laba merupakan tingkat kelangsungan hidup perusahaan.
3. Perusahaan perlu mempertimbangkan Current Ratio, Total assets turnover

dan Return on Assets dalam menentukan pertumbuhan laba


1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas terdapat banyak faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan laba,sehingga dalam penelitian ini terdapat tiga

faktor yang dibatasi Current Ratio, Total assets turnover dan Return on Assets

pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

8
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merumuskan permasalahan


sebagai berikut :

1. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

laba pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia?

2. Apakah Total assets turnover (TATO) berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah Current Ratio (CR), Total assets turnover (TATO) dan Return on

Assets (ROA) secara simultan berpengaruh signifikan pertumbuhan laba

pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan menguji Current

Ratio (CR), Total Assets Turnover (TATO), Return On Assets (ROA) berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan property dan real etate yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti

9
Menambah pengetahuan tentang penggunaan rasio keuangan untuk

memprediksi pertumbuhan laba di sektor property dan real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan untuk melihat sejauhmana analisis

rasio keuangan dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-

pihak yang berkepentingan untuk perkembangan perusahaan.

2. Bagi universitas

Di gunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang

berhubungan dengan skripsi ini.


3. Bagi Pihak-Pihak yang Berkepentingan
a. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dalam

mengetahui kondisi perusahaan.


b. Bagi investor, dapat dijadikan informasi sebelum melakukan investasi.
c. Bagi kreditor, dapat digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan

perusahaan sebelum melakukan pinjaman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Laba


2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba

secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang

timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan

pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008 : 113) “kelebihan

penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian

laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran
10
pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat

bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Harahap

(2010 : 263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena

berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak,

pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan,

dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di

masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam

menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja

perusahaan.
Chariri dan Ghozali (2003 : 214) menyebutkan bahwa laba memiliki

beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:


a. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
b. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi

perusahaan pada periode tertentu.


c. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman

khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.


d. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis

yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.


e. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan

dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.


Menurut Angkoso (2006), pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba

atau penurunan laba pertahun yang dinyatakan dalam persentase. Selanjutnya

menurut Prayuni (2012), pertumbuhan laba suatu perusahaan bisa saja mengalami

kenaikan untuk tahun sekarang ini, namun juga bisa mengalami penurunan untuk

tahun berikutnya. Pertumbuhan laba menjadi informasi yang sangat penting bagi

banyak orang, yang antara lain adalah pengusaha, analis keuangan, pemegang

saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya. Tujuan utama pelaporan laba adalah

11
memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan

dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba dari tahun ketahun juga dijadikan

sebagai dasar pengukuran efisiensi manajemen dan membantu meramalkan arah

masa depan perusahaan atau pembagian dividen masa depan.


Penghitungan dari pertumbuhan laba, didasarkan pada rumus berikut ini:

Ket : ∆Y adalah pertumbuhan laba,


Pertumbuhan
t adalah periode laba, laba ∆Yit =
i adalah perusahaan individual,
n adalah dihubungkan dengan periode yang lalu.
2.1.2 Jenis-jenis Laba
Jenis-jenis laba menurut Suwardjono (2008 : 464)
1. Laba kotor,
Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok

penjualan.
2. Laba Operasional,
Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk

rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dala

perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh

karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan

mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal


3. Laba sebelum dikurangi pajak
Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan

biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal

pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatkan laba

yang pada akhirnya dicapai perusahaan.


4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih,
Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba

dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan

ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden

kepada para pemegang saham.

12
Dalam penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada laba bersih setelah

pajak, laba bersih setelah pajak adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba

dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan.


Rumus laba bersih setelah pajak :

2.1.3 Faktor-faktor
Penjualan yang mempengaruhi
bersih + Pendapatan pertumbuhan
lain-lain – HPP laba
– Beban Operasional - Pajak
Menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006 :20)

menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain:
a. Besarnya perusahaan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang

diharapkan semakin tinggi.


b. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam

mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.


c. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer

cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan

pertumbuhan laba.
d. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat

penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin

tinggi.
e. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang

diperoleh di masa mendatang.


2.1.4 Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso (2006) ada dua macam analisis untuk menentukan

pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi dalam

penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental.


a. Analisis Fundamental

13
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan

kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan

calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan

yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah

menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya

akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan

risiko yang harus ditanggung. Analisis fundamental merupakan analisis

historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut

dengan companyanalysis. Data yang digunakan adalah data historis,

artinya data yangtelah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang

sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company analysis para analis akan

menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah satunya dengan rasio

keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan

pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor

fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang,

yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui

kinerja perusahaan.
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau

catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya

untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan

mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal

yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.


2.2 Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2009), Laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu jangka
14
waktu. Laporan keuangan diperoleh dari proses berjalannya sistem akuntansi,

yaitu siklus akuntansi. Siklus akuntansi dimulai dari terjadinya transaksi sampai

penyiapan laporan keuangan pada akhir suatu periode. Laporan keuangan dapat

disusun secara mendadak sesuai kebutuhan akuntansi maupun secara berkala.


2.2.1 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan

menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat

signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik

antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses

menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2010).


Analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri

dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau

kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta

perkembangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2010)


2.2.2 Rasio Keuangan

Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan

dalam suatu periode tertentu. Agar laporan keuangan dapat memberikan informasi

yang lebih luas dan lebih mendalam, perlu dilakukan analisis laporan keuangan

yang salah satu caranya adalah dengan menggunakan rasio keuangan. Menurut

Harahap (2010:297) “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos linnya yang mempunyai

hubungan yang relevan dan signifikan.”

Menurut Kasmir (2012:104)

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang

15
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen

dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang

ada di antara laporan keuangan.

Menurut Sartono (2010:113)

Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis

kelemahan dan kekuatan dibidang financial akan sangat membantu dalam

menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa dating.

Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas

yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang

yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan

pengenluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga

tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio

keuangan adalah kegiatan menganalisa laporan keuangan dengan cara

membandingkan angka-angka, membagi satu angka dengan angka lainnya

sehingga didapat hubungan yang relevan atas angka-angka tersebut untuk

mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang tetap sehingga tujuan

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.

2.2.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja perusahaan dengan rasio-rasio keuangan, dapat

dilakukan dengan berbagai keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan,

kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian setiap hasil dari rasio yang diukur
16
diinterprestasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan.

Adapun enam bentuk-bentuk rasio keuangan menurut Kasmir (2014:106) yaitu:

1. Rasio Likuiditas.

2. Rasio Solvabilitas.

3. Rasio Aktivitas.

4. Rasio Profitabilitas.

5. Rasio Pertumbuhan.

6. Rasio Penilaian.

Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan empat bentuk rasio

keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka

pendeknya (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana

sama sekali. Kedua mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun pada saat

jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana secara tunai sehingga harus

menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti

menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual persediaan atau

aktiva lainnya.

Tidak jarang pula perusahaan mengalami kelebihan dana, dimana

jumlah dana tunai dan dana yang segera dicairkan melimpah. Namun kejadian

ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak

dilakukan secara optimal.


17
Menurut Kasmir (2014:129) pengertian rasio likuiditas adalah

” Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya”.

Rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh

tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha)

maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).

Menurut Kasmir (2014:134) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat

digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan adalah

1. Rasio lancar (current ratio)

2. Rasio sangat lancar (quick ratio)

3. Rasio kas (cash ratio)

4. Rasio perputaran kas

5. Inventory to net working capital

Dalam penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan oleh penulis

adalah rasio lancar (current ratio). Di mana current ratio menurut Kasmir

(2014:134) adalah

“Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk


mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan”.

Dari hasil pengukuran current ratio, apabila rasio lancar rendah, dapat

dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar modal untuk

membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu
18
kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak

digunakan sebaik mungkin. Adapun rumus current ratio sebagai berikut:

CR = x 100%

2. Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (2012:172) Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan

aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya

perusahaan.

Dalam analisa aktivitas rasio yang digunakan adalah:


a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Menurut Kasmir (2012:175) Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan

piutang selama satu periode atau berap kali dana yang ditanam dalam

piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio

menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin

rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya

kondisi ini bagi perusahaan semakin baik.

Rumus untuk mencari perputaran piutang adalah sebagai berikut :

Perputaran Piutang=

b. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Menurut Kasmir (2012:182) Perputaran Modal Kerja (Working Capital


19
Turnover) merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai

keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya

seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam

suatu periode. Untuk mengukur rasio ini, membandingkan antara

penjualan dengan modal kerja atau rata-rata modal kerja.

Modal kerja dalam hal ini menggunakan modal kerja bruto,

menurut Riyanto (2010:57) adalah “ aktiva di mana dana yang tertanam di

dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu pendek. Dengan demikian

modal kerja adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.”

Rumus untuk mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut:

Perputaran Modal Kerja=

c. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover)

Menurut Kasmir (2012:184) Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets

Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali

dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.

Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah

menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk

mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih

dengan total aktiva tetap dalam suatu periode.

Rumus untuk mencari Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets


20
Turnover) adalah sebagai berikut:

Perputaran Asset Tetap=

d. Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover)

Menurut Kasmir (2012:185) “Perputaran Total Aset (Total Assets

Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran

semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah

penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.”

Rumus untuk mencari Total Aset (Total Assets Turnover) adalah

sebagai berikut:

Perputaran Total Asset =

Dalam penelitian ini rasio aktivitas yang digunakan oleh penulis

adalah Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover).

3. Rasio Profitabilitas

Tujuan terpenting yang ingin dicapai suatu perusahaan adalah memperoleh

laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang

maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak

bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan

melakukan investasi baru.

Pengertian rasio profitabilitas menurut Kasmir (2014:196) adalah

“Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan

21
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan”.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,

terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

Menurut Kasmir (2014:199) rasio yang terdapat dalam rasio

profitabilitas adalah

1. Profit margin (profit margin on sales)

2. Return on investment (ROI)

3. Return on assets (ROA)

4. Return on Equity (ROE)

5. Price Earning Ratio (PER)

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan oleh penulis

adalah Return on assets (ROA) dengan rumus :

2.2.4 Current Ratio


Current Ratio (CR) atau rasio lancar adalah salah satu jenis rasio

likuiditas. Kasmir (2008:129) mengemukakan bahwa rasio likuiditas

menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar

perusahaan maupun di dalam perusahaan.


Harmono (2011:106) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi

menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek semakin

tinggi pula. Djarwanto (2004:149) mengemukakan bahwa : “Analisis dan

22
penafsiran likuiditas penting bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar

perusahaan seperti kreditur dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan

kreditur jangka pendek menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-

kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi

penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang

berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga”


Current Ratio menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi

oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat

(Brigham dan Houston, 2010:134). Definisi rasio lancar yang dinyatakan Tunggal

(2000:154) adalah alat untuk mengukur likuiditas perusahaan dan petunjuk untuk

mengetahui tingkat keamanan perusahaan apabila perusahaan memiliki utang

jangka pendek kepada kreditor. Kasmir (2008:134) menyatakan bahwa rasio

lancar mengukur seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi

kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula

dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety)

suatu perusahaan terhadap kreditor jangka pendek. Perhitungan rasio lancar

dilakukan dengan cara membandingkan aset lancar dengan utang lancar. Jadi

dapat disimpulkan bahwa rasio lancar adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. CR

yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kebutuhan operasionalnya termasuk modal kerja sudah baik. Hal ini akan

meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham yang

meningkat. Namun Djarwanto (2004:150) berpendapat bahwa CR yang tinggi

baik dari sudut kreditor tetapi kurang baik untuk pemegang saham karena hal

23
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan kurang mendayagunakan aset secara

efektif
Semakin besar Current Ratio (CR) yang dimiliki menunjukkan besarnya

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama

modal kerja yang sangat penting untuk menjaga performance kinerja perusahaan

yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham.


Rumus menghitung current ratio :

CR = x 100%

2.2.5 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Pertumbuhan Laba


Current Ratio (CR) digunakan untuk mengukur kemampuan dari

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Hasil dari current

ratio menggunakan persentase yang memiliki arti bahwa seberapa besar

persentase dari aset lancar yang dapat menutupi kewajiban lancarnya. Current

ratio yang tinggi menunjukkan bahwa adanya aset lancar yang mampu untuk

memenuhi hutang lancarnya sehingga mengindikasikan adanya perubahan laba

yang tinggi. Menurut Hendra dan Diyah (2011), menyatakan bahwa :


“Perusahaan menghasilkan suatu laba, laba perusahaan yang dibagikan

dinamakan deviden, dan yang tidak dibagikan yaitu laba ditahan. Laba ditahan

masuk di aset lancar (current assets). Semakin besar current assets semakin mudah

perusahaan itu membayar hutang.”


Kuswandi (2005 : 79) dalam Hendra dan Diyah (2011), menyatakan

bahwa “semakin tinggi rasio lancar menunjukkan perubahan laba yang tinggi”.

Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Hendra dan Diyah (2011).

2.2.6 Total Asset Turnover (TATO)


Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk aset yang

bersifat jangka pendek (inventory and account receivable) maupun jangka

panjang (property, plan, and equipment). Rasio aktivitas menggambarkan


24
hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan

untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat

digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk

kegiatan operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk meningkatkan

penjualan akan membutuhkan tambahan aset. Rasio aktivitas memungkinkan para

analis menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk

mendapatkan aset yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat

pertumbuhannya.
Total assets turnover mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan

aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah penjualan, karena

penjualan penting bagi laba. Total assets turnover atau investment turnover (TATO

atau ITO), merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah

penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran

sampai seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau

menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Apabila dalam

menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukan suatu trend yang

cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi

penggunaan aktiva sehingga hasil usaha akan meningkat


Menurut Kasmir (2012 : 186) Total Assets Turn Over (TATO) dapat

dirumuskan sebagai berikut :

2.2.7 Pengaruh Total Asset Turnover (TATO) terhadap Pertumbuhan Laba


Total Asset Turnover (TATO) digunakan untuk mengukur efektifitas

perusahaan dalam pemanfaatan aset untuk menghasilkan penjualan. Hasil dari

total asset turnover menunjukkan berapa kali perputaran aset yang dapat

25
menghasilkan penjualan. Total Asset Turnover (TATO) yang rendah dapat

diartikan bahwa penjualan bersih perusahaan lebih kecil dari pada operating

assets. Jika Total Asset Turnover (TATO) yang tinggi menunjukkan bahwa

semakin cepat perputaran aset maka laba bersih yang didapatkan akan meningkat

pula karena perusahaan telah mampu memanfaatkan aset dalam meningkatkan

penjualan yang berpengaruh terhadap perubahan laba. Menurut Ade dan Sri

(2013), menyatakan bahwa :


“Semakin efektif perputaran aset perusahaan atau pengelolaan aset mampu

menghasilkan kinerja perusahaan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan laba

perusahaan dan berdampak pada peningkatan tingkat kembalian (return) yang di

dapat investor.”
Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Ade dan Sri (2013),

Syamsudin dan Ceky (2009) yang menyimpulkan bahwa total asset turnover

berpengaruh positif terhadap perubahan laba.


2.2.8 Return on Asset (ROA)
Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan

Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan

persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan

dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain,

Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur

seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan

laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).Dapat

dikatakan bahwa satu-satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan

pendapatan dan tentunya juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi

perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat membantu

manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu
26
mengkonversi investasinya pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit).

Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini sebenarnya juga dapat

dianggap sebagai imbal hasil investasi (return on investment) bagi suatu

perusahaan karena pada umumnya aset modal (capital assets) seringkali

merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan. Dengan kata lain, uang

atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat pengembaliannya atau

imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang

diperolehnya.
Rumus :

2.2.9 Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba


Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba yang diperoleh bila diukur dari nilai aset.

Hasil dari return on asset berupa persentase yang menunjukkan bahwa seberapa

besar persentase laba yang diperoleh dari aset perusahaan. Menurut Engelwati dan

Almitra (2011), “rasio ini akan mencerminkan keuntungan yang diperoleh tanpa

mengingat dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi

perusahaan dalam melaksanakan operasi sehari-hari”.


Menurut Hendra dan Diyah (2011), menjelaskan bahwa “semakin besar

return on asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien

penggunaan aset sehingga akan memperbesar laba”. Hasil penelitian sebelumnya

oleh Hendra dan Diyah (2011), Engelwati dan Almitra (2011) menyimpulkan

bahwa return on asset tidak ada pengaruh terhadap perubahan laba.

Ketidakmampuan ROA dalam memprediksi perubahan laba sangat dimungkinkan

karena terdapat asset yang tidak digunakan untuk proses produksi, sehingga

27
walupun jumlah asset yang besar tetapi tidak dapat digunakan secara maksimal

untuk menambah laba perusahaan.

2.2 Peneliti Terdahulu


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Peneliti Variabel Peneliti Hasil Peneliti


1 Ade Pengaruh Rasio Variabel Dependen: a.TATO,FITO,IT
Gunawan dan Keuangan terhadap Perubahan Laba Variabel O berpengaruh
Sri Fitri Pertumbuhan Laba Independen: TATO, signifikan
Wahyuni pada perusahaan FATO, ITO, CR, DAR, terhadap
(2013) perdagangan di dan DER pertumbuhan
Indonesia laba
b.CR,DAR,DER
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba
2 R. Analisis Pengaruh Variabel Dependen: a. OITL dan
Adisetiawan Kinerja Keuangan Perubahan Laba Variabel NPM
(2012) dalam Independen: WCTA, berpengaruh
Memprediksi CLI, OITL, TAT, NPM, signifikan
Pertumbuhan Laba dan GPM terhadap
perubahan laba
b. WCTA, CLI,
TAT, dan GPM
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan laba.

28
3 Hendra Agus Analisis Rasio Variabel Dependen : a. CR dan NPM
Wibowo dan Keuangan dalam Pertumbuhan laba. berpengaruh
Diyah Pujiati Memprediksi Variabel Independen signifikan
(2011) Perubahan Laba CR,TATO,DR,NPM,RO terhadap
pada Perusahaan A dan ROE perubahan laba.
Real Estate dan
Property di Bursa
Efek Indonesia
(BEI)
b. TATO, DR,
ROA, dan ROE
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan laba
4 Engelwati Analisa Rasio Variabel Dependen a. NPM dan
Gani, Almitra Keuangan Untuk :Perubahan Laba OMR
Indira (2011) Memprediksi Variabel Independen: berpengaruh
Pertumbuhan Laba CR, NPM, OMR, ROE, signifikan
pada Perusahaan ROA, dan TATO terhadap
Telekomunikasi pertumbuhan
Indonesia laba
b. CR,ROA,ROE
dan TATO tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Laba
5 Lucia Ika Analisis Return On Variabel Dependen: ROI
Fitriastuti Investment Untuk Perubahan Laba Variabel berpengaruh
(2010) Memprediksi Independen: ROI signifikan
Pertumbuhan Laba terhadap
pada Perusahaan perubahan laba
Dagang yang
Listing di Bursa
Efek Indonesia
Sumber : Diolah oleh penulis

2.3 Kerangka Konseptual


29
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Curren Ratio (CR)


Pertumbuhan
Total Asset Turnover (TATO) Laba

Return on Asset (ROA)


2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyona (2015:96) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat.


Berdasarkan uraian kerangka teori atau pemikiran diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :


H1 :Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pertumbuhan Laba.
H2 :Total Asset Turnover (TOTA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pertumbuhan Laba.
H3 :Return on Asset (ROA)berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pertumbuhan Laba.
H4 : Current Ratio (CR),Total Asset Turnover (TOTA),Return on Asset (ROA)

secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan

Laba.

30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasi oleh Bursa

Efek IndonesiaYang berlokasi di Jakarta dalam situs resminya di internet dengan

alamat situs yaitu www.idx.co.id. Peneliti mengambil situs ini sebagai lokasi

penelitian karena data yang dipublikasi di situs ini sebagai lokasi penelitian karena

data yang dipublikasikan di situs tersebut merupakan data yang akurat dan resmi

dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Bersumber dari situs tersebut peneliti

memperoleh data, yaitu daftar perusahaan Properti dan Real Estate yang tercatat

di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Populasi dan Sampel


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

akan diolah secara kuantitatif pula untuk mendapatkan hasil dari objek yang

diteliti. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan

sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI pada periode 2014-2015

yaitu sebanyak 48 perusahaan. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel

dilakukan dengan memilih perusahaan berdasarkan kriteria purposive sampling

yaitu :

1. Perusahaan kelompok sub sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia serta menyediakan data laporan keuangan selama periode tahun

buku 2011-2016.

31
2. Saham perusahaan aktif diperdagangkan pada periode penelitian yaitu selama

5 tahun serta tidak sedang di suspend selama periode tahun buku 2011-2016

3. Perusahaan yang telah dijadikan sampel memiliki kelengkapan data atau

laporan keuangan yang berkaitan dengan data dan model yang digunakan

dalam penelitian ini selama periode tahun buku 2011-2016.

4. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba positif (tidak termasuk

perusahaan yang mengalami kerugian).

Kriteria Penentuan Sampel


No Keterangan Jumlah

1 Jumlah keseluruhan perusahaan properti dan real 49 perusahaan


estate yang sebelumnya masih tercatat di BEI tahun
2016

2 Dikurangi : Perusahaan yang tidak menyediakan data 11 perusahaan


laporan keuangan selama periode tahun 2011-2016

3 Dikurangi : Perusahaan yang sedang di suspend serta 4 perusahaan


saham tidak aktif diperdagangkan di BEI

4 Dikurangi : Perusahaan yang tidak memiliki 10 perusahaan


kelengkapan data dalam laporan
keuangan sesuai penelitian

5 Dikurangi : Perusahaan yang mengalami kerugian 8 perusahaan

Jumlah keseluruhan perusahaan properti dan 16 perusahaan


real estate yang memenuhi kriteria sampel

Sumber : www.sahamok.com

32
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 17 (tujuh belas) emiten yang dapat dianalisis seperti yang

disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini :

Sampel penelitian

Kriteria Pengambilan Sampel

No Kode Nama Emiten 1 2 3 4

1 ASRI Alam Sutera Reality Tbk √ √ √ √

2 BCIP Bumi Citra Permai Tbk √ √ √ √

3 BKSL Sentul City Tbk √ √ √ √

4 CTRA Ciputra Development Tbk √ √ √ √

5 DART Duta Anggada Realty Tbk √ √ √ √

6 DUTI Duta Pertiwi Tbk √ √ √ √

7 JRPT Jaya Real Property Tbk √ √ √ √


Kawasan Industri Jababeka √ √ √ √
8 KIJA Tbk

9 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √ √ √ √

10 LPCK Lippo Cikarang Tbk √ √ √ √

11 LPKR Lippo Karawaci Tbk √ √ √ √

12 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk √ √ √ √

13 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk √ √ √ √

14 PUDP Pudjiati Prestige Tbk √ √ √ √

15 RDTX Roda Vivatex Tbk √ √ √ √

16 SMRA Summarecon Agung Tbk √ √ √ √

Sumber : www.sahamok.com

33
34

Anda mungkin juga menyukai