Anda di halaman 1dari 8

RESTORASI RESIN KOMPOSIT DENGAN PENGUAT SERAT FIBER

PADA GIGI MOLAR PERTAMA KIRI MANDIBULA PASCA PSA

Esty Twinasari

Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Anak

PPDGS FKG UGM

ABSTRAK

Laporan kasus ini bertujuan untuk menginformasikan dan mengevaluasi hasil perawatan
restorasi resin komposit dengan bahan penguat fiber pada gigi molar pertama kiri mandibula
paska PSA. Penggunaan serat fiber berfungsi sebagai penguat dan sumber utama kekuatan.

Pasien laki-laki umut 28 tahun datang ingin menambalkan gigi bealakng kiri bawah agar
dapat nyaman mengunyah kembali. Gigi tersebut pernah sakit sekali empat hari yang lalu dan
diperiksa di UPU RSGM Profesor Soedomo, oleh UPU gigi pasien dimatikan syarafnya dan
ditutup dengan tumpatan sementara yang besar di distoklusal yang meluas dengan kedalaman
pulpa. Pada pemeriksaan radiografis terlihat daerah radiolusen sampai kamar pulpa. Diagnosis
gigi 36 adalah Non Vital paska devitalisasi pulpa. Prosedur yang dilakukan adalah perawatan
saluran akar, preparasi mahkota seperti onlei, pemotongan serabut fiber, pemolesan etsa ke
seluruh permukaan gigi, pemolesan bonding ke seluruh permukaan gigi, penumpatan resin
komposit pada dasar kavitas, pemasangan pita serabut fiber pada dasar kavitas, restorasi direk
dengan bahan resin komposit.

Evaluasi perawatan satu minggu kemudian paska restorasi menunjukkan bahwa tidak ada
keluhan, oklusi normal, tidak ada peradangan, tidak ada impaksi makanan, palpasi dan perkusi
tidak ada rasa sakit dan warna gigi yang direstorasi tetap. Gambaran radiografis menunjukkan
tidak ada nya kelainan pada gigi dan jaringan sekitarnya.

Kata kunci: resin komposit, serat fiber dan restorasi direk


COMPOSITE RESINS RESTORATION USING FIBER REINFORCE COMPOSITE ON
MANDIBULAR FIRST MOLAR DENTAL LEFT MANDIBULA POST PSA

Esty Twinasari

Pediatric Dentistry Study Program

Gadjah Mada University

ABSTRACT

This case report aims to inform and evaluate the treatment outcomes of composite resin
restoration with fiber reinforcing material in the left mandibular first molar after PSA. The use of
glass fibers reinforcement and serves the main power source.

Male patient aged 28-year-old came to sews lower left back teeth to chew comfortably
again. Teeth are never hurts four days ago and checked in UPU RSGM Professor Soedomo, by
UPU the nerves dental patients and closed off with a temporary filling resident was referred to
Conservation. On examination filling objective look great while distoclusal which extends to a
depth of pulp. On radiographic examination visible radiolucent area till pulp chamber. Diagnosis
of 36 is Non Vital after devitalize. Procedures is root canal treatment, crown preparation as onlei,
cutting fiber, polishing the entire surface of tooth etching, polishing the entire surface of tooth
bonding, composite resin filling on cavity ay yhe base, installation of fiber at the base of cavity,
restoration direct with material composite resin.

Evaluation of treatment a week later after restoration showed that no complaints, normal
occlusion, no inflammation, no food impaction, palpation and percussion no pain and color
restoration of permanent teeth. Indicating the absence of radiographic abnormalities of the teeth
and surrounding tissues.

Keywords: composite resin, fiber and direct restoration


PENDAHULUAN

Esthetics Dentistry merupakan salah satu teknologi terkini di bidang Kedokteran Gigi
yang dalam melakukan perawatan gigi secara komprehensif memadukan ilmu dan seni untuk
kesehatan, estetika dan kembalinya fungsi gigim sehingga Esthetic dentistry meliputi berbagai
ilmu kedokteran gigi.

Beberapa perawatan telah dikembangkan untuk mengatasi masalah estetika gigi anterior
dan posterior dengan restorasi resi komposit, composite veneer direct dan mahkota porselen.

Fiber reinforced composite terdiri atas komponen fiber dan matriks. Fiber berfungsi
sebagai penguat dan sumber utama kekuatan. Matriks berfungsi sebagai pelekat semua fiber
menjad satu kesatuan bentuk, menalurkan tekanan diantara fiber penguat dan melindungi fiber
dari kerusaka mekanis atau lingkungan. Umumnya matriks terbuat dari resin antara lain: epoxy,
phenolic, polyster, polyurethane, vinyl ester. Matriks resin yang sering digunakan adalah
polyesther. Beberapa diantaranya dapat ditambah dengan bahan pengisi dan bahan modifikasi
untuk memperlancar proses produksi, meningkatkan kemampuan fisik dan menurunkan biaya
produksi.

METODE PENATALAKSANAAN KASUS

Pada tanggal 28 Juni 2012, seorang laki-laki usia 28 tahun datang ingin menambal gigi,
terlihat tumpatan sementara yang besar di distoklusal yang meluas dengan kedalaman pulpa.
Pasien ingin menambal gigi belakang kiri bawah agar dapat nyaman mengunyah kembali. Gigi
tersebut pernah sakit sekali empat hari yang lalu dan diperiksa di UPU RSGM Profesor
Soedomo, oleh UPU gigi pasien dimatikan syarafnya dan ditutup dengan tumpatan sementara
kemudian dirujuk ke residen konservasi.

Pada pemeriksaan perkusi, palpasi, dan mobilitas negative. Pemeriksaan tes termal
negative, pemeriksaan jaringan sekitar tidak ada kelainan. Kebersihan mulut pasien baik.
Diagnosis dari kasus ini adalah gigi 30 Non Vital paska devitalisasi pupla. Prognosis
kasus ini baik karena sisa struktur jaringan keras gigi yang masih dimungkinkan untuk dilakukan
restorasi direct dan tidak ada kelainan jaringan pendukung.

Pada kunjungan pertama tanggal 2 Juli 2012 dilakukan PSA multi kunjungan. Satu
minggu kemudian tanggal 9 Juli 2012 dilakukan preparasi seperti onlei: pembebasan proksimal
gigi dengan bur fissure, preparasi bagian oklusal mengikut lereng tonjol menggunakan wheel
diamond bur, kurang lebih 2 mm. preparasi dasar kavitas dibuat rata dengan bur fissure silinder
ujung datar. Seluruh hasil preparasi dihaluskan dan dibentuk short bevel dengan menggunakan
round end fissure bur.

Gambar 1. Pengolesan bonding pada serabut fiber

Pemasangan srabut fiber (Construct, Kerr) dipotong sepanjang 10mm kemudian


diletakkan dipermukaan fiber.

Pemberian etsa di seluruh permukaan gigi dan saluran pasak selama 15 detik kemudian
dibilas dengan air, setelah itu dikeringkan dengan udara secara pelan-pelan sampai tercapat
keadaan lembab.

Gambar 2. Pengolesan etsa pada seluruh permukaan gigi

Pengolesan bahan bonding (Optibond Solo Plus, Kerr) ke seluruh permukaan gigi
dilanjutkan dengan aktivasi sinar (light cure) selama 20 detik.
Gambar 3. Pengolesan bonding pada seluruh permukaan gigi

Penumpatan bahan resin komposit (Filtex P 60, 3M ESE) pada dasar kavitas
menggunakan instrument plastic dengan ketebalan 2mm maksimal kemudian dilakukan
kondensasi setelah itu diaktivasi dengan sinar selama 20 detik.

Serabut fiber dimasukkan kedalam kavitas menggunakan pinset khusus kemudian


dikondensasikan menggunakan plugger diaktivasi sinar selama 20 detik.

Gambar 4. Pengambilan fiber dengan pinset dan diaplikasikan ke dalam kavitas

Kemudian dilakukan penumpatan pada sisi yang lain kemudian dikondensasi setelah itu
disinar selama 20 detik. Prosedur penumpatan ini dilanjutkan sampai seluruh permukaan kavitas
terisi penuh dengan bahan resin komposit. Setiap prosedur penumpatan resin komposit dilakukan
secara berlapis dan incremental dan selalu dilakukan kondensasi sebelum diaktivasi sinar. Resin
komposit warna opak universal dan A3.

Dilakukan pemeriksaan oklusi dan artikulasi menggunakan kertas artikulasi. Bagian yang
bertanda tebal dihilangkan.
Penyelesaian dan pemolesan restorasi resin komposit menggunakan finishing diamond
bur, enhance finishing bur, opti shine brush serta rubber silicone.

Gambar 5. Gigi 36 setelah dipoles dan berkontak dengan baik saat oklusi sentrik dan foto klinis
gigi sebelum perawatan.

HASIL PENATALAKSANAAN KASUS

Evaluasi restorasi gigi molar kiri bawahh dilakukan pada tanggal 16 Juli 2012. Pada
pemeriksaan subjektif dan objektif yaitu perkusi, palpasi, tidak ada keluhan, tidak ada mobilitas,
gingiva normal. Pemeriksaan radiografis baik, tidak tampak adanya kelainan periapikal. Pasien
puas dengan hasil yang didapatkan.

PEMBAHASAN

Meningkatnya kebutuhan pasien untuk memaksimalkan estetika dan perkembangan ilmu


konservasi gigi yang pesat menuntut kita untuk melakukan inovasi dalam memilih bahan dan
teknik dalam melakukan perawatan restorasi. Dalam restorasi gigi dikenal perawatan restorasi
onlei direk untuk gigi vital dan non vital. Pemilihan warna restorasi, bentuk restorasi, dan
inklinasi dari gigi merupakan factor yang mempengaruhi estetika perawatan gigi posterior.
Sedangkan compressive strength, tensile strength, shear strength, tensofrictional retension,
bentuk preparasi tonggak, balance preparasi tonggak, luas daerah perlekatan dan jenis bahan
restorasi merupakan factor yang mempengaruhi retensi dan resistensi dari restorasi.

Fiber Reinforced Composite (FRC) dapat dijadikan bahan pilihan inovatif dalamm
merestorasi tonggak, dilanjutkan dengan restorasi dengan teknik direk menggunakan bahan resin
komposit. FRC adalah suatu bahan komposit yang mengandung fiber, diciptakan untuk
meningkatkan sifat-sifat fisik komposit. FRC merupakan material dengan kekuatan mekanikal
tinggi dan memiliki modulus elastisitas hamper sama dengan dentin sehingga dapat mengurangi
terjadinya fraktur. Teknik direk adalah prosedur restorasi dimana preparasi dan aplikasi bahan
dilakukan secara intra oral dalam satu kunjungan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam restorasi gigi menggunakan teknik direk untuk gigi non vital, pemilihan warna
restorasi, bentu restortasi dan inklinasi dari gigi merupakan factor yang mempengaruhi
estetika perawatan gigi posterior. Sedangkan compressive strength, tensile strength, shear
strength, tensofrictional retension, bentuk preparasi tonggak, balance preparasi tonggak,
luas daerah perlekatan dan jenis bahan restorasi merupakan factor yang mempengaruhi
retensi dan resistensi dari restorasi

B. Saran

Dokter gigi sebaiknya mempertimbangkan teknik restorasi dan pemilihan material


restorasi yang akan dikerjakan sesuai dengan indikasinya sehingga akan memberikan
hasil yang memuaskan. Prosedur preparasi pada gigi yang dilakukan oleh dokter gigi
harus dengan benar dan teliti untuk meminimalkan terjadinya factor iatrogenic dari
operator.
DAFTAR PUSTAKA

1. Deliperi S, Direct Fiber- Reinforced Composite Restoration in a Endodontically-


Treated Molar; A Three –Year Case report., 2008
2. Freilich MA, Meier JC, Duncan JP & Goldber A, Fiber-Reinforced Composites in
Clinical Dentistry., 2000
3. Nanni, A. 1993. Flexural behavior and design of RC members using FRP
reinforcement. ASCE J. Struct. Eng., 119 (11). 3344-3359
4. Shah, S.P. and Rangan, B. V. 1971. Fiber reinforce concrete properties. AC J. Proc.,
68 (2), 126-135
5. Swarny, R.N., Mangat, P.S., and Rao, C.V. 1974. The mechanics of fiber
reinforcement of cement matrices. In fiber reinforced concrete, ACI SP-44, pp.1-28.
American Concrete Instritute. Farmington Hills, MI.
6. Williamson, G/R/ 1978. Steel fibers as web reinforcement in reinforce concrete. Proc.
U. S. Army Service Conf., 3, 363-377

Anda mungkin juga menyukai