Anda di halaman 1dari 9

TUGAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

NamaAnggota :

1. Amelia Ramadhani (180341617553)


2. Ardelia Delinda (180341617507)
3. Atika Erviana (180341617560)

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran


Hakikat dalam belajar dan pembelajaran mengenai bagaimana
siswa sebagai subjek belajar dapat mengambil inti ataupun contoh
perubahan perilaku dari hal yang telah diperoleh dan kondisi bahwa siswa
menjadi bias melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak ia ketahui. Siswa
dikatakan sebagai subyek dan bukan obyek karena dari proses belajar dan
pembelajaran ditekankan untuk lebih kepada cara mengemansipasi
terhadap proses belajar. Menurut Suprihatinningrum (2013) yang
menggabungkan pendapat dari 3 tokoh besar, yaitu Hilgard & Bower,
Klein, dan Winkel, belajar adalah sebuah proses usaha dari tiap individu
secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan sikap menjadi lebih baik
yang dapat diketahui secara langsung sebagai pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan. Menurut Anjar (2019) pembelajaran adalah suatu hal
yang melibatkan dua unsure sekaligus berupa mengajar dan belajar yang
didalamnya terdapat interaksi antara dua pihak yaitu guru dan murid.
Seseorang dapat dikatakan memperoleh hasil dari pembelajaran
jika dia memiliki informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam
bentuk verbal baik lisan maupun non-tulisan, contohnya pemberian nama-
nama terhadap suatu benda maupun mendeskripsikannya. Hasil lain yang
akan diperoleh yaitu berupa kecakapan intelektual berupa keterampilan
individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan. Hasil yang lain
yaitu sikap, yang diperoleh dengan cara memilih tindakan apa yang akan
diambil.
Dalam hakikat belajar dan pembelajaran juga dipelajari mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Seperti factor
intern yang meliputi motivasi belajar, konsentrasi belajar, menyimpan
hasil dari proses belajar, menggali potensi yang didapat selama proses
belajar. Adapun factor eksternal meliputi guru ataupun orang tua sebagai
pendidik di sekolah dan rumah, sarana prasarana atau fasilitas yang
mendukung proses pembelajaran, lingkungan sosial, serta kurikulum
sekolah.

B. Teori Perkembangan Kognitif


Menurut teori kognitif belajar merupakan persepsi dan pemahaman
yang tidak berupa perubahan tingkah laku yang terlihat. Setiap orang
memiliki kemampuan yang diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman
yang dimilikinya dalam bentuk struktur kognitif. Misalnya seorang siswa
yang akan tertarik dengan pelajaran jika materi disusun dengan pola
tertentu. Tokoh yang terkenal dari teori kognitif yaitu Bandura. Beliau
merupakan seorang psikolog yang bereksperimen dengan teori
pembelajaran imitative yang dikembangkan pada pembelajaran observasi
(Hutamah, dkk. 2018)

C. Pandangan Tentang Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah
laku manusia. Teori belajar behavioristik yaitu teori belajar memahami
tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik,
dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Teori ini mengutamakan
pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.Teori belajar
behavioristik berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal dengan aliran behavioristik.Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
A. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Behavioristik
 John B. Watson
Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman
tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson
(1878- 1958), seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930,
sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif behavioristik
berfokus pada peran dari belajar dan menjelaskan tingkah laku
manusia.Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini
bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan yang
diramalkan dan dikendalikan.Menurut Watson dan para ahli
lainnya meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil
dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional.
 Ivan P. Pavlov
Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan
P. Pavlov (1849-1936), ilmuan Rusia yang mengembangkan teori
perilaku melalui percobaan tentang anjing dan air liurnya. Proses
yang ditemukan oleh Pavlov, karena perangsang yang asli dan
netral atau rangsangan biasanya secara berulang-ulang dipasangkan
dengan unsur penguat yang menyebabkan suatu reaksi. Kata
clasical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk
menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu dibidang
conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya
dari teori conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat
pasif karena untuk mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus
tertentu, sedangkan mengenai penguat menurut pavlov bahwa
stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus)
mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang
menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi
sebagai penguat (Zulhammi, 2015).
 B.F. Skinner
Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah
berjasa mengembangkan teori perilaku Watson.Pandangannya
tentang kepribadian disebut dengan behaviorisme
radikal.Behaviorisme menekankan studi ilmiah tentang respon
perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan.Dalam
behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak
diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan.
Menurut Skinner, perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu
para behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering
berubah sesuai dengan pengalamanpenglaman lingkungan.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku yang tidak sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.

2. Pengertian Pandangan Teori Konstruktivistik


Menurut teori belajar ini dilakukan usaha pemberian makna oleh
siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang
menuju pada pembentukan struktuur kognitifnya. Pada pandangan
teori ini proses pembelajaran diusahakan agar dapat membrikan suatu
kondisi yang optimal pada diri siswa. Teori ini akan memberikan
sumbangan untuk membentuk siswa menjadi lebih kreatif, produktif,
dan lebih mandiri. Tokoh-tokohnya yaitu Dewey, Piaget dan Vygotsky
a. Teori Pembelajaran Pemrosesan Informasi.
 Teori Kognitif
Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi
data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan
simbol verbal dan visual. Ilmu kognisi (cognitive science) merupakan
kajian mengenai inteligensi manusia, program computer, dan teori
abstrak dengan penekanan pada perilaku cerdas, seperti perhitungan.
Teori pemrosesan informasi /kognitif dipelopori oleh Robert Gagne
(1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Pembelajaran merupakan
keluaran pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia.
Selain itu memori jangka panjang manusia berisi gambaran-gambaran
dari berbagai macam pengenalan pola yang menghasilkan beberapa
teori, yaitu:
 Teori Template
Teori Template mengusulkan bahwa pola-pola tidak
“diuraikan”semua. Template adalah suatu kesatuan yang holistic atau
tidak dapat dianalisis yang kita bandingkan dengan pola lainnya
dengan mengukur seberapa banyak kedua pola dapat dicocokkan atau
saling melengkapi. Kelemahan dari teori template membuat teori
tersebut kurang menjanjikan untuk dijadikan teori umum pengenalan
pola biasanya akan cepat hilang.
 Teori Ciri
Teori Ciri (Feature Theory) memung- kinkan untuk
menggambarkan sebuah pola dengan membuat bagian-bagiannya.
Teori Ciri tepat sekali untuk menggambarkan perceptual learning
(pembelajaran perceptual) dan salah satu diskusi terbaik mengenai
teori cirri terdapat Principle Of Preceptual Learning and Development
dari Gibson (1969).
 Teori Struktural
Teori Struktural (structural theory) : Suatu teori menentukan
bagaimana ciri dari sebuah pola bergabung dengan ciri dari pola
tersebut dan menekankan pada hubu- ngan antar ciri menurut Clowes
(1969). Teori Struktural memperluas teori ciri-ciri dengan
mengkhususkan bagaimana ciri-ciri tersebut berhubungan. Sutherland
(1968) adalah salah seorang yang pertama-tama berpendapat bahwa
jika kita ingin memiliki kemampuan dalam pengenalan pola yang
sangat mengesankan, maka kita membutuhkan jenis bahasa deskriptif
yang lebih kuat yang terkandung dalam teori structural. Eksperimen
bagian ini menunjukkan bahwa Sutherland benar.
b. Pandangan hirarki berpikir
Berpikir kritis adalah merupakan bagian dari berpikir tingkat
tinggi. Menurut Krulick dan Rudnick (1995) berpikir adalah
hirarkis, artinya berpikir mempunyai tingkat-tingkat dari yang
terendah ke yang tertinggi. Tingkat-tingkat berpikir tersebut adalah
ingatan (recall), berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis
(critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Ingatan
adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam
pengambilan informasi. Berpikir yang tingkatannya di atas ingatan
(recall) dinamakan penalaran. Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis akan terbentuk proposisiproposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Penalaran terdiri dari berpikir dasar, berpikir kritis, dan
berpikir kreatif. Berpikir dasar adalah memahami konsep dan
mengenal suatu konsep ketika konsep tersebut muncul pada suatu
situasi tertentu. Sedangkan berpikir yang tingkatannya diatas
berpikir dasar dinamakan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking). Berpikir kreatif merupakan tingkat berpikir yang paling
tinggi, sedangkan berpikir kritis dalam hirarki ini berada di bawah
berpikir kreatif.
D. Pengertian Teori Belajar Humanistik
Pada dasarnya, teori humanistik adalah teori belajar yang
memanusiakan manusia. Pembelajaran dipusatkan pada pribadi seseorang.
Teori ini tidak lepas dari pendidikan yang berfokus pada bagaimana
menghasilkan sesuatu yang efektif, bagaimana belajar yang bisa
meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan potensi yang ada pada
seseorang. Teori humanistik ini muncul sebagai perlawanan terhadap teori
belajar sebelumnya, yaitu Teori Behaviouristik, yang dianggap terlalu
kaku, pasif, bahkan penurut ketika menggambarkan manusia. Dalam
pengertian teori humanistik, proses pembelajaran cenderung lebih abstrak.
Bidang kajian yang mendekati teori ini adalah Filsafat, Teori Kepribadian,
dan Psikoterapi. Teori ini lebih condong untuk mementingkan konten
pembelajaran dibandingkan bagaimana proses belajar berjalan.
Keberhasilan suatu pembelajaran menurut teori ini adalah ketika ada
keinginan dari dalam diri seseorang untuk belajar, mengetahui informasi
baru, sehingga terjadi asimilasi dalam struktur kognitinya.
Teori ini juga mengungkapkan bahwa sejatinya semua teori belajar
bisa dimanfaatkan hanya jika tujuan dari pembelajaran tersebut adalah
memanusiakan individu yang belajar. Bagaimana memanusiakannya?
Yaitu ketika mereka bisa mencapai aktualisasi diri, bisa memahami dirinya
sendiri, serta mampu merealisasikan diri sebagai orang yang sedang
belajar.

Kelebihan Teori Belajar Humanistik

1. Aplikasi teori ini bisa memunculkan kreativitas peserta didik atau orang
yang belajar. Hal ini terjadi karena teori ini berpusat pada orang yang
belajar, bukan pada materi yang harus dijejalkan pada peserta didik.
2. Perkembangan teknologi yang pesar ekuivalen dengan perkembangan
belajar.
3. Tenaga pendidik justru memiliki tugas yang lebih ringan, tidak terpaku
untuk menyelesaikan materi tetapi lebih fokus pada pengembangan setiap
individu yang belajar.

Kekurangan Teori Belajar Humanistik

1. Aplikasi teori ini memungkinkan peserta didik untuk sulit memahamai


potensi dirinya sendiri. Ini terjadi karena tenaga pendidik yang terlalu
‘melepaskan’ peserta didik dalam mengeksplorasi dirinya sendiir.
2. Peserta didik yang tidak berminat untuk mengikuti proses belajar akan
tertinggal dengan peserta didik lain yang sudah memiliki niatan untuk
belajar dan memperbaiki diri.
3. Jika peserta didik tidak rajin untuk mengikuti proses pembelajaran, besar
kemungkinan ia akan kesulitan mengikuti proses belajar selanjutnya
karena masih tertinggal di tahap-tahap awal.
Daftar pustaka

Anjar. 2019. Apakah Bedanya Belajar dan Pembelajaran?, (Online) ,


(https://www.wawasanpendidikan.com/2015/12/apakah-bedanya-
belajar-dan-pembelajaran.html)
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Haryani, D. 2011. Pembiasaan Berpikir Kritis Dalam Belajar Matematika
Sebagai Upaya Pembentukan Individu Yang Kritis. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Hutamah, dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang
Irwan, N.,N. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Pembelajaran. Kabupaten Agam Sumatera Barat. Nusantara (
Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) Volume 1 Desember 2016
Mukhid, A.2009. SELF-EFFICACY (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan
Implikasinya terhadap Pendidikan).Tadris. Vol. 4(1).
Rehalat, A. 2014. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Prodi IPS
FKIP Unpatti-Ambon. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014
Zulhammi.2015. Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik dalam
Perspektif Pendidikan Islam.(Jurnal Darul Ilmi) Vol. 3 No. 1
Hal.105-127.

Anda mungkin juga menyukai