DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmatnya serta karunia-Nya, sehingga syukur Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan referat dengan judul “Gambaran Radiologi Ileus Paralitik”.
Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik Radiologi di RSUD Kabupaten Bekasi.
Penulis menyadari bahwa referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada para konsulen bagian Radiologi, atas keluangan
waktu dan bimbingan yang telah diberikan, serta kepada teman sesama
kepaniteraan klinik Radiologi yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi,
bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat terselesaikannya referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun referat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, sangat terbuka untuk menerima segala kritik dan saran
yang diberikan demi kesempurnaan referat ini.
Akhirnya semoga refrat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan setiap
pembaca pada umumnya. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.8 Prognosis............................................................................. 15
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4: Obstruksi mekanik usus disebabkan oleh karsinoma kolon kiri. ..... 13
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
mekanik intestinal, yang merupakan suatu akibat dari gangguan motilitas dan secara
spesifik dapat diterangkan sebagai ileus paralitik atau adinamik ileus1,2. Sedangkan
mekanik terhadap isi lumen usus, baik parsial maupun komplit yang terjadi pada
satu atau lebih area usus1,3. Keduanya dapat terjadi secara akut ataupun berkembang
secara lambat sebagai akibat dari penyakit kronik4. Baik ileus paralitik maupun
ileus obstruksi merupakan dua gangguan yang berpotensi mengancam jiwa, kecuali
bila dilakukan terapi lebih awal4. Tidak mengherankan bahwa ileus paralitik dan
gastrointestinal4.
Satu per lima dari kasus abdomen akut yang dirawat di rumah sakit adalah
akibat obstruksi intestinal dan 80 % di antaranya terletak pada level usus halus4.
Pada sebuah penelitian retrospektif di India Timur oleh Souvik et. al, dinyatakan
bahwa dalam 3 tahun masa penelitian, ditemukan 9,87 % kasus obstruksi intestinal
akut. 75,20 % di antaranya adalah pria, sedangkan 24, 79 % sisanya adalah wanita
dan pada umumnya terjadi pada kelompok pasien usia 20- 60 tahun5. Obstruksi
intestinal akut melebihi 3% dari seluruh penyebab perawatan gawat darurat bedah3.
rata-rata usia pasien adalah 63 tahun6. Angka mortalitas ileus paralitik dan obstruksi
1
intestinal bervariasi tergantung etiologinya yaitu berkisar 2 hingga 20 % bahkan
mencapai 50% pada pasien dengan sakit berat dengan penyakit sistemik dan
disfungsi organ multipel4. Menurut Souvik et. al, angka mortalitas tinggi pada
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Ileus paralitik (adynamik ileus) sering diidentikkan dengan ileus yang terjadi
lebih dari tiga hari (72 jam) sesudah suatu tindakan operasi dan merupakan salah satu
karena sebenarnya berbeda, dimana ileus paralitik melibatkan semua bagian usus
Keadaan ileus paralitik terjadi karena adanya hipomotilitas usus tanpa disertai
adanya obstruksi mekanik dan keadaan paralitik pasca operasi umumnya membaik setelah
24 jam pada usus halus, 24-48 jam pada lambung dan 48-72 jam pada kolon.
2.2 ETIOLOGI
Meskipun ileus paralitik mempunyai banyak kemungkinan etiologi, tetapi pasca
operasi merupakan penyebab tersering dan tidak harus berupa operasi intra peritoneal,
dapat retroperitoneal maupun operasi selain di abdomen.Ileus paralitik tidak pernah terjadi
secara primer, oleh karena itu mencari gangguan yang menjadi penyebab adalah hal yang
Penyebab lain dari ileus paralitik antara lain sepsis, obat-obatan (seperti opioid,
fraktur spinal), kolik bilier, kolik renal, trauma kepala atau prosedur-prosedur bedah saraf,
Penyebab yang paling sering dari ileus paralitik adalah gangguan metabolik dan
gangguan elektrolit1.
3
Penyebab ileus paralitik dapat dibagi menjadi dua yaitu penyebab intra abdomen,
Penyebab intraabdomen1,8:
a. Hambatan reflex
b. Proses Inflamasi
c. Infeksi
d. Proses iskemik
strangulasi
a. Hambatan reflex
4
b. Obat
c. Abnormalitas Metabolik
seperti SLE
2.3 PATOFISIOLOGI
Ileus paralitik menyebabkan beberapa perubahan pada fungsi dan keadaan usus.
Motilitas normal pada usus dapat membersihkan lumen usus dari nutrient dan organism
sehingga pada saat terjadi gangguan motilitas, maka akan terjadi stasis dan pertumbuhan
bakteri yang berlebihan serta malabsorbsi. Jumlah bakteri yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan mukosa usus ringan dan pembentukan gas yang berlebihan.
menyebabkan steatorea1.
Belum terdapat studi yang menjelaskan perubahan aliran cairan dan elektrolit pada ileus
paralitik secara memuaskan, namun kemungkinan tidak begitu berbeda dengan normal.
Volume gas dapat bertambah dan kemungkinan karena udara yang tertelan, di mana udara
ini terdiri dari nitrogen yang kurang diabsorbsi usus sehingga mengakibatkan distensi usus
dan mengakibatkan rasa tidak nyaman pada perut1,8. Selain itu dapat terjadi produksi oleh
5
Efek Metabolik dan Efek Sistemik
Konsekuensi sistemik yang dapat terjadi adalah ketidakseimbangan asam basa, elektrolit
dan cairan. Distensi ekstrem juga akan menyebabkan elevasi diafragma dengan ventilasi
Keluhan pasien tergantung pada waktu perkembangan ileus terjadi, penyakit yang
mendasari, komplikasi dan faktor penyerta. Pasien dapat mengeluh perut kembung (oleh
karena distensi abdomen), anoreksia, mual dan obstipasi dan mungkin disertai muntah1,4,8
Nyeri abdomen yang tidak begitu berat namun bersifat kontinu dan lokasi nyeri yang tidak
jelas adalah karakteristik keluhan pasien ileus4. Riwayat penyakit keluarga perlu
Pemeriksaan Fisik
Pasien biasanya berbaring dengan tenang1. Pada pemeriksaan perkusi abdomen dapat
ditemukan perkusi timpani. Pada palpasi, pasien menyatakan perasaan tidak enak pada
perut dan tidak dapat menunjuk dengan jelas lokasi nyeri. Auskultasi harus dilakukan
secara cermat oleh karena dapat ditemukan bising usus yang lemah, jarang, dan bahkan
dapat tidak terdengar sama sekali. Dapat terdengar low pitched gurgle, suara berdenting
yang lemah yang kadang dapat dicetuskan dengan cara menepuk perut pasien, atau dapat
terdengar suara air bergerak (succusion splash) saat pasien berpindah posisi1,4,8.
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara berulang karena komplikasi dapat timbul seiring
waktu berjalan sehingga dapat terjadi perubahan hasil pemeriksaan fisik. Demam,
hipotensi, atau tanda-tanda sepsis merupakan tanda bahaya akan terjadinya komplikasi
6
2.5 GAMBARAN RADIOLOGIS
2.5.1 RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus ileus paralitik
Sebagai awal, dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen polos dengan posisi
supine dan tegak. Untuk membedakan ileus paralitik dan ileus obstruksi, perlu diperhatikan
derajat distensi abdomen, volume cairan dan gas intraluminal Pada ileus paralitik akan
ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar oleh karena terdapat kelainan pada
akumulasi gas dan cairan, namun akumulasi gas dan cairan pada ileus paralitik tidak
sebanyak pada obstruksi intestinal. Selain itu gas lebih banyak terdapat di kolon loop dari
distensi usus ringan dan dapat terlihat di sebelah atas atau berdekatan dengan lokasi proses
inflamatorik misalnya pada pankreatitis. Loop ini disebut juga sentinel loops1 . Air fluid
7
Gambar 1. AP Supine
8
Gambar 2. Posisi Duduk/Setengah Duduk/Berdiri
9
Gambar 3. LLD (Left Lateral Decubitus)
kelainan organ tubuh dan bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding dari ileus
1. Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
10
5. Bioksi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat dimonitor
11
Gambar 5. USG Transverse Appendicitis
12
Gambar 7. CT Scan Apendiks yang berdilatasi
2.6 TATALAKSANAAN
Hal yang paling penting dalam penatalaksanaan ileus paralitik adalah mencari
penyakit yang mendasari. Hal ini oleh karena ileus paralitik diterapi dengan mengobati
penyakit dasar dan perlu diingat bahwa terapi operatif harus dihindari kecuali terdapat suatu
cairan dan elektrolit mengobati kausa dan pemberian nutrisi yang adekuat 4,8. Dekompresi
dilakukan dengan menggunakan nasogastric tube untuk mengurangi distensi akibat gas.
Dekompresi dapat mengurangi gejala dan tanda distensi , mual dan muntah serta
mengurangi regurgitasi dan aspirasi4. Pemberian cairan , koreksi gangguan elektrolit dan
nutrisi dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Perlu dilakukan pembatasan penggunaan obat
13
Hal-hal yang dapat mencegah ileus paralitik postoperatif yaitu salah satunya
pemberian makanan via oral atau nasoenteric tube secara dini setelah operasi. Penjelasan
yang logis mengenai hal ini adalah bahwa asupan makanan dapat menstimulasi reflex yang
Terapi farmakologi
Alvimopan adalah antagonis reseptor μ-opioid yang dapat menghambat aksi opiat
dalam menghambat motilitas gastrointestinal tanpa mempengaruhi kerja opiat sebagai anti
kelompok pasien post reseksi usus halus dan usus besar yang diberi alvimopan pergerakan
usus terjadi lebih cepat, lebih cepat flatus dan dapat menkonsumsi makanan padat.
Alvimopan diberikan dengan dosis 12 mg 30-90 menit sebelum operasi dan dua kali sehari
Terdapat beberapa penelitian dan studi klinis yang menyatakan bahwa NSAID
meringankan mual dan muntah serta memperbaiki transit gastrointestinal. Laksatif dapat
digunakan pada ileus paralitik , namun begitu belum terdapat penelitian randomized
transit pada usus halus dan kolon, namun masih perlu dilakukan penelitian untuk
muskarinik10,11. Pemberian neostigmin 2 mg secara cepat dapat memacu flatus dan pasase
feses pada 80-90 % pasien. Neostigmin dapat diberikan 2- 2,5 mg intravena bolus atau
infuse selama 24 jam, dan perlu pengawasan oleh karena resiko terjadinya bradikardia dan
14
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga disebut sebagai sindrom Ogilvie,
Pseudo-obstruction Pseudo-obstruksi
usus besar. Seperti ileus, itu terjadi didefinisikan karena tidak adanya gangguan
mekanik. Beberapa teks dan artikel cenderung menggunakan ileus sinonim dengan
pseudo-obstruksi. Namun, kedua kondisi itu adalah hal yang berbeda. Pseudo-
obstruksi ini jelas terbatas pada usus besar saja, sedangkan ileus melibatkan baik
usus kecil dan usus besar. Usus besar kanan terlibat dalam klasik pseudo-obstruksi,
yang biasanya terjadi pada pasien yang terbaring lama di tempat tidur dengan
dari pseudo-obstruksi melibatkan dismotilitas baik dari usus besar dan kecil.
bakteri berlebih. semua hal ini bermanifestai klinik sebagai obstruksi usus kecil.
sakit, namun pasien bisa juga mempunyai gejala mirip obstruksi. Radiografi dari
foto polos abdomen mengungkapkan adanya keadaan yang terisolasi, dilatasi usus
15
proksimal yang membesar, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah, dan
caecum melebihi 12 cm. Tingkat kematian untuk pseudo-obstruksi adalah 50% jika
untuk mengamati efek bradikardi. Jika terjadi bradikardia, atropin harus diberikan.
Laparotomi dan reseksi usus untuk peritonitis dan iskemia merupakan jalan
terakhir.
16
Obstruksi Mekanik
intususepsi, benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut
dengan kram perut. Pada pasien yang kurus, gelombang peristaltik dapat
suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien mengeluhkan
tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika katup ileocecal
kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata jika pasien
17
Tabel berikut menyajikan perbedaan antara ileus, pseudo-obstruksi, dan obstruksi
mekanis.
Gambaran dilatasi usus kecil dilatasi usus besar yang Bow-shaped loops
Radiografi dan besar, terlokalisir, diafragma in ladder pattern,
diafragma meninggi berkurangnya gas
meninggi kolon di distal,
diafragma agak
tinggi, air fluid level.
18
Tabel 2. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.
2.8 PROGNOSIS
Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu sendiri.
Bila ileus hasil dari operasi perut, kondisi ini biasanya bersifat sementara dan
dimana kematian jaringan usus terjadi; operasi menjadi perlu untuk menghapus
jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka prognosis
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Summers RW. Approach to the patient with ileus and obstruction. In:
Yamada T, Owyang C, Powell DW. Textbook of Gastroenterology vol I 4th
edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. Pg: 829-842
2. Mukherjee S. Ileus. Dec 2009. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/178948-overview#a0104. Diunduh
7 April 2011
3. Chen X, Wei T, Jiang K et. al. Etiological and factors acute intestinal
obstruction: a review of 705 cases. Journal of Chinese Integrative Medicine
, October 2008, Vol 6. No 10. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18847534
4. Bielefeldt K, Bauer AJ. Approach to the patient with ileus and obstruction .
In: Yamada T, Alpers DH, Kalloa AN et. al. Principles of clinical
gastroenterology. Singapore: Wiley- Blackwell; 2008. Pg: 287- 300
5. Souvik A, Hossein MZ, Amitabha D et. al. Etiology and outcome of acute
intestinal obstruction: a review of 367 patients in Eastern India. Saudi J
Gastrointestinal. 2010 October; 16(4): 285-287. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2995099/?tool=pubmed
6. Anonymous. Society issues for paralytic issues. Cure Research. Available
at www.cureresearch.com
7. Djumhana A. Ileus paralitik. : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4 ed. Vol. I.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006
8. Gearhart SL, Silen W. Acute intestinal obstruction. . In: Kasper, Braunwald,
Fauci et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine vol II 17th ed. New
York: McGrawHill; 2005. Pg : 1912-1914
9. Behm B, Stollman N. Postoperative Ileus: Etiologies and Interventions.
Clinical gastroenterology and hepatology 2003;1:71-80. Available at:
http://www.usagiedu.com/articles/ileus/ileus.pdf
10. Johnson MD, Walsh RM. Current therapies to shorten postoperative ileus.
Cleveland clinic journal of medicine. Vol 76, Number 11 November 2009.
Available at http://www.ccjm.org/content/76/11/641.full.pdf+html
11. Luckey A, Livingston E, Tache Y. Mechanisms and treatment of
postoperative Ileus. Arch Surg/Vol 138, Feb 2003. Available at:
http://archsurg.ama- assn.org/cgi/reprint/138/2/206.pdf
21