Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka
ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka
bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan akhlak yang tidak terlalu dihiraukan dan
dijadikan pedoman dalam hidup. Karena pada kenyataannya manusia sekarang kurang
pengetahuan tentang etika, moral, dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral dan akhlak sudah diperkenalkan sejak berada di
sekolah dasar. Namun ternyata pelajaran etika, moral, dan akhlak hanya dibiarkan saja
tanpa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai generasi penerus seharusnya
kita memiliki etika, moral, dan akhlak. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini
agar menjadi acuan dalam perbaikan etika, moral dan akhlak di masyarakat.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis temukan adalah sebagai
berikut :
1) Pentingnya akhlak
2) Konsep etika, moral dan akhlak
3) Perbedaan etika, moral dan akhlak
4) Hubungan tasawuf dan akhlak
5) Indicator manusia berakhlak

6) Akhlak Dan Analisanya Dalam Kehidupan

1.2 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan masalah yang penulis temukan adalah
sebagai berikut :
1) Memahami Pentingnya akhlak
2) Mengetahui Konsep etika, moral dan akhlak
3) Mengetahui Perbedaan etika, moral dan akhlak
4) Mengetahui Hubungan tasawuf dan akhlak
5) Mengetahui Indicator manusia berakhlak

6) Memahami Akhlak Dan Analisanya Dalam Kehidupan

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Akhlak

Islam membawa misi dakwah yang menjunjung akhlak mulia dan berbudi akhlak
yang luhur. Sisi moral benar-benar berada di garda terdepan dalam agama Islam. Oleh
karena itu, akhlak mulia dalam Islam menduduki derajat yang tinggi di dalam satu-
satunya agama yang diridhai Allah Subhanahu wa ta’ala ini.

Beberapa poin yang menunjukan betapa pentingnya akhlak dalam islam adalah
Akhlak adalah bagian terpenting agama Islam. Seorang ulama mengatakan bahwa akhlak
adalah agama Islam itu sendiri. Mukmin yang memegang teguh prinsip-prinsip
agamanya akan mencerminkan akhlak mulia sebagai bukti kesungguhannya menjalankan
syari’at Islam.

Dalam sebuah riwayat Ibunda ‘Aisyah R.A pernah ditanya mengenai akhlak mulia
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian sang bunda R.A menjawab :

“Akhlak Rosululloh adalah al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Al-Qur’an sebagai kitab suci yang terjaga kemurniannya sampai akhir zaman ini
disandarkan kepada akhlak Rosululloh Shalallahu ‘alahi wassalam. Hal ini semakin
menegaskan bahwa akhlak merupakan bagian terpenting dalam syari’at Islam.

Barometer (tolak ukur) kesempurnaan iman. Sabda Rosululloh Shalallahu ‘alaihi


wassalam : “Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling mulia akhlaknya.
”(HR. al-Tirmidzi)

Misi Risalah Khotamul Anbiya diutusnya Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam di


muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak. Syari’at yang dibawa beliau berisi
unsur-unsur yang akan membentuk pribadi-pribadi umatnya menjadi berkarakter Islami.
Dan Rosululloh Shalallahu ‘alahi wassalam adalah sebaik-baik teladan bagi umatnya.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. al-Hakim)

Penyebab Terbanyak Masuknya Manusia ke Surga. Seseorang pernah bertanya kepada


Rosululloh SAW tentang suatu amalan yang paling banyak memasukkan manusia ke
surga, beliau menjawab:

“Bertaqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (HR. al-Tirmidzi)

Ekspresi (buah dari) Kebangkitan Ruhani. Karakter mukmin yang telah terbina sesuai
teladan Rosululloh SAW merupakan bukti dari kebangkitan ruhaninya. Jiwa yang
terdidik untuk tunduk dan taat pada syari’at adalah syarat utama terwujudnya

2
kebangkitan Islam di seluruh elemen kehidupan. Jika syarat tersebut telah terpenuhi,
maka janji akan kejayaan Islam sangatlah dekat, insya Allah.

Dari kelima poin di atas dapat diambil fa’idah bahwasannya akhlak lebih luas
maknanya daripada sekedar muamalah atau adab sesama Muslim belaka sebagaimana
yang dipahami oleh sebagian besar orang. Firman Allah Subhana wa ta’ala: “Dan
sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qolam : 4)

Dalam ayat tersebut Ibnu ‘Abbas R.A menafsirkan: “Makna dari (akhlak yang agung
atau budi pekerti yang luhur) adalah memeluk agama Islam itu sendiri.”

BerIslam berarti berakhlak mulia. Artinya, akhlak mulia dalam kehidupan bukan
hanya menunjukan wajah berseri, lemah lembut dan santun ketika bermuamalah dengan
manusia saja, melainkan mencakup akhlak terhadap Allah subhana wa ta’ala, Rosululloh
SAW dan al-Qur’an.

Berakhlak kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dibuktikan dengan mengesakan-Nya,


tidak menyekutukan-Nya dan tunduk pada perintah-Nya dengan sebenar-benar taqwa.
Akhlak mulia terhadap Rosululloh Shalall adalah mencintai dan mengikuti jejak
kehidupan beliau serta melaksanakan sunnah-sunnahnya. Adapun berakhlak terhadap al-
Qur’an adalah dengan membaca dan mentadabburi ayat-ayat-Nya kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan.

Jadi, seluruh kebaikan adalah akhlak mulia. Sudahkah kita berakhlak mulia kepada
Allah subhana wa ta’ala, Rosululloh SAW dan juga al-Qur’an.

2.2 Konsep Etika, Moral Dan Akhlak

3
2.2.1 Pengertian Etika
Etika, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti filsafat tentang
kehendak, tentang baik dan buruk mengajarkan tentang kesusilaan. Sedangkan
menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata “ethikos”, yang memiliki arti
yaitu timbul dari kebiasaan. Jadi etika bisa diartikan segala sesuatu, dimana
memiliki cabang utama filsafat yang mempelajari baik dan buruk nilai atau kualitas
mengenai standar penilaian moral. Etika merupakan sebuah tatanan perilaku
berdasarkan suatu sesama tata nilai suatu masyarakat tertentu. Etika berkaitan
dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk adalah
akal manusia etika dalam Islam tidak hanya mengajarkan dan menuntun manusia
untuk bertingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
Namun, Etika Islam juga menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran
baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an serta al-
Hadits yang shohih. Etika Islam memiliki sifat universal dan komprehensif, yang
dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia. Etika Islam juga
mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia
serta memperbaiki perbuatan manusia.
2.1.2 Moral
Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti kesusilaan, budi
pekerti. Sedangkan menurut bahasa Latin yaitu “mores” yaitu memiliki arti
sebagai istilah penilaian manusia atas tindakannya. Moral adalah ajaran baik dan
buruk yang ukurannya merupakan tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.Atau
dapat dikatakan bahwa moral adalah suatu hal yang berhubungan dengan suatu
proses sosialisasi.
Moral dapat diibaratkan sebagai nilai ke-absolutan dalam kehidupan
bermasyarakat. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat. Moral merupakan perbuatan atau tingkah laku atau ucapan manusia
dalam berinteraksi dengan manusia lain. Jika yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral
yang baik, begitu juga sebaliknya.

2.2.3 Akhlaq
Akhlaq dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sikap yang digerakkan
oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan dari manusia baik terhadap
Tuhan maupun terhadap sesama manusia. Sedangakan menurut bahasa Arab yaitu

4
“khuluq” artinya budi pekerti, tabiat, dan watak. Dapat diartikan juga bahwa
akhlaq berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah ajaran
yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya adalah wahyu Tuhan.
Pengertian Akhlaq menurut tokoh- tokoh penting, yaitu menurut Abdul Hamid
Yusuf akhlaq adalah ilmu yang memberikan keterangan tentang perbuatan yang
mulia dan memberikan cara-cara untuk melakukannya.Menurut Ja’ad Maulana,
akhlaq adalah ilmu yang menyelidiki gerak jiwa manusia, apa yang dibiasakan
mereka dari perbuatan dan perkatan dan menyingkap hakikat-hakikat baik dan
buruk .Sedangkan akhlaq menurut Ahmad Amin adalah kehendak yang biasa
dilakukan. Artinya segala sesuatu yang kehendak yang terbiasa dilakukan, disebut
akhlak.

2.3 Perbedaan Etika, Moral & Akhlaq


Etika, moral dan akhlak merupakan salah satu cara untuk menciptakan keharmonisan
dalam hubungan antara sesama manusia (habl minannas) dan hubungan vertikal dengan
khaliq (habl minallah). Namun, dari ketiganya ini memiliki perbedaan dari segi
pengertian, dan tolak ukurnya. Dari ketiganya mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik. Ketiganya juga
merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat
kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau
sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.

2.4 Hubungan Tasawuf Dan Akhlak

2.4.1 Pengertian Tasawuf

Istilah tasawuf berasal dari kata sufi yang artinya suci. Tasawuf memang
berasal dari golongan para sufi yang senantiasa menghubungkan ajaran agama
dengan perasaan cinta mendalam dan kesucian hati. Untuk itu, tasawuf diartikan
sebagai penyucian hati dan menjaganya agar tidak mendapatkan cedera, kotor, dan
selanjutnya dapat menjadikan hati jernih serta harmonis dengan hubungan antara
manusia dan Tuhan.

Tasawuf mengedepankan kedisiplinan dalam beribadah, konsentrasi terhadap


tujuan hidup menuju kepada Allah, serta membebaskan diri dan keterikatan
manusia dengan kehidupan duniawi. Tasawuf mengajarkan untuk tidak mencintai

5
dunia yang fana serta mengharapkan hanya keridhoan Allah semata. Dunia yang
fana hanya akan membuat manusia lupa akan cinta pada yang sebenarnya yaitu
hakikat cinta hanya kepada Allah SWT. Untuk itu, hal-hal yang duniawi tentu akan
dijauhi dan dikurangi oleh orang-orang sufi.

Dasar Ajaran Tasawuf

Dasar dari ajaran tasawuf adalah mensucikan diri dari dosa, mencari ridho
Allah, dan hidup dalam keadaan zuhud. Mereka menghiasi hati dengan cinta dan
menghias diri dengan akhlak yang mulia. Ajaran tasawuf ini disandarkan dari
beberapa pandangan, diantaranya adalah.

1. Pandangan Bahwa Perilaku Nabi Muhammad adalah Nilai Sufisme

Perilaku Nabi Muhammad bagi ulam sufisme adalah cerminan dari perilaku
tasawuf. Diantaranya adalah berdiam diri di gua hira, hidup zuhud atau
sederhana, tidak memiliki kecintaan terhadap harta duniawi, senantiasa
melakukan pendekatan diri terhadap Allah baik lewat zikir, doa, dan shalat.

Pandangan mengenai tasawuf juga timbul karena pandangan akan sifat Nabi
Muhammad seperti bertaubat, sabar, tawakal, dan ridha atas apa yang diberikan
Allah. Perilaku tersebut dianggap sesuai dengan ajaran tasawuf dan sesuai
dengan tujuan untuk meraih keridhoan Allah SWT.

2. Ayat dalam Al-Quran


Di dalam ayat Al-Quran juga terdapat ayat-ayat yang menjadi dasar bagi
ajaran Tasawuf, diantaranya adalah:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi
orang yang mengotori jiwanya” (QS Asy-Syams: 9)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang
yang mensucikan jiwa sebagaimana dari tasawuf. Untuk itu, ayat ini menjadi
pendorong bagi muslim untuk senantiasa memelihara hati dan menjaganya agar
tidak terkotori oleh hal-hal duniawi atau hal-hal yang merusak ketentraman
jiwa.

6
Selain itu disampaikan pula dalam ayat berikut bahwa ayat ini mendorong
untuk senantiasa mencintai Allah dan Allah akan mengampuni dosa bagi yang
mencintai Allah. Tentu ini pun juga menjadi dasar akan tasawuf bahwa
kecintaan pada Allah adalah segala-galanya.

“Katakanlah, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,


niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

2.4.2 Pengertian dan Dasar Akhlak Islam

Akhlak dalam islam adalah landasan mengenai perhitungan baik atau


buruknya sesuatu. Landasan akhlak dalam islam didasarkan pada aspek Ketuhanan
dimana benar atau salahnya serta baik atau buruknya akhlak bergantung kepada
apa yang disampaikan oleh Allah SWT. Pertimbangan akhlak islam diantaranya
berdasar kepada:

1. Kepatuhan dan Ketaatan Kepada Allah SWT

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan Ulil
Amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunnahnya) jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa: 59)

Akhlak islam mengarahkan untuk taat kepada Allah SWT dan melarang
untuk mengikuti selain dari perintahnya. Untuk itu, akhlak islam didasarkan
kepada keaptuhan dan ketaatan hanya kepada Allah SWT. Baik dan Buruknya
adalah sesuai dari perkataan Allah bukan manusia atau ajaran-ajaran yang bukan
berasal dari islam.

2. Contoh dari Rasulullah SAW

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21)

7
Dalam islam sendiri telah dijelaskan bahwa Rasulullah adalah teladan bagi
umat islam. Untuk itu, akhlak yang baik akan tercermin dari bagaimana
Rasulullah berperilaku dan mencontohkan. Bisa dilihat dari tujuan perilaku atau
teknis perilaku yang dicontohkan Rasulullah.

3. Hukum Keseimbangan atau Sunnatullah di Alam

Selain dari apa yang Allah perintahkan dan rasul contohkan ada pula
hukum-hukum Allah yang ada di alam dan hanya dapat ditangkap dan dipahami
oleh orang-orang yang berakal, Diantaranya adalah ayat berikut yang melarang
manusia untuk merusak hukum keseimbangan. Akhlak yang buruk pasti akan
merusak, akhlak yang baik akan mengarahkan pada keseimbangan.

“Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu


mengurangi neraca itu.” (QS Ar Rahman 7-9)

2.4.3 Hubungan Akhlak dan Tasawuf

Dalam ajaran akhlak islam dan tasawuf tentu tidak ada yang bertentangan secara
substansi. Akhlak islam menginginkan umat islam mendapatkan kemuliaan akhlak
berdasarkan agama sedangkan tasawuf pun menuju kepada hal tersebut. Titik
tekan akhlak islam berlandaskan 3 hal yang telah disebutkan di atas, sedangkan
tasawuf pada kecintaan dan kebersihan jiwa. Penerapannya mungkin tasawuf
memiliki hal yang berbeda, namun secara tujuan tidaklah bertentangan. Ajaran
Tasawuf dan akhlak sama-sama tidak menginginkan keburukan dan kerusakan
yang terjadi.

Hal ini dapat dirangkum dalam hal berikut mengenai Hubungan Akhlak dan
Tasawuf :

 Sama-sama berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT

 Sama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwa

 Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhirat

8
Untuk memuliakan akhlak sejatinya kita juga bisa kembali melaksanakan sunnah
rasul. Tasawuf tentu tidak dilarang secara praktik jika tidak ada hal yang
bertentangan dengan Al-Quran, Sunnah, rukun iman, rukun islam, dan fungsi
agama. Hal ini dapat diperkuat misalnya dengan cara melaksanakan Sunnah
Sebelum Tidur , Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan
Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam
Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb.

2.5 Indikator Manusia Berakhlak

Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia
tidak berakhlak (amoral) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun seringkali
manusia tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia
tidak berusaha untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya
ketimbang penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat
diobati dan disembuhkan ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala
persoalan melainkan pintu yang semua orang akan memasukinya. Tetapi penyakit hati
jika tidak disembuhkan maka akan berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.

Indikator manusia berakhlak ( Husn AL-Khuluq), kata Al-Ghazali, adalah


tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (su’u al-
khuluq) adalah manusia yang ada nifaq di dalam hatinya. Nifaqartinya sikap mendua
dalam tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari
sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak akan tumbuh pada akar yang rusak dan kropos.
Sebaliknya sebuah pohon akan baik tumbuhnya bahkan berubah jika akarnya baik. Amal
akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak bermakna apa-apa apabila
tidak berpangkal pada iman. Demikian juga amal tidak bermakna apabila amal tersebut
berpangkal pada kemunafikan. Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita
yang bersinar dan hati orang kafir itu hitam dan malah terbalik.

Taat akan perintah allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat
mengkilaukan hati, sebaliknya melakukan dosa dan maksiat yang dapat menghitamkan
hati. Barang siapa melakukan dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa
tetapi menghapusnya dengan kebaikan, maka tidak akan gelap hatinya hanya cahaya itu
berkurang.

9
Dengan mengutip beberapa ayat al-qur’an dan hadist, selanjutnya al-ghozali
mengemukakan tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :

a. Manusia beriman adalah manusia yang khusyuk dalam sholatnya

b. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)

c. Selalu kembali kepada allah

d. Mengabdi hanya kepada allah

e. Selalu memuji dan mengagungkan allah

f. Bergetar hatinya jika nama allah disebut

g. Berjalan dimuka bumi dengan tawadhu’ dan tidak sombong

h. Bersikap arif menghadapi orang-orang awam

i. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri

j. Menghormati tamu

k. Menghargai dan menghormati tetangga

l. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna

m. Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang

n. Tidak meyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatan

Sufi yang lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, yakni: Memiliki


budaya malu dalam berinteraksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak
kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak
berbicara, penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha
terhadap ketentuan Allah, bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan
lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit
dan hasad, cinta karena Allah dan benci karena Allah.

10
Ketika Rasullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah
menjawab, orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan
orang munafik kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-‘Asam
seorang ulama tabi’in menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang
sibuk dengan berpikir dan hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang
angan-angan, orang mukmin putus harapan kepada sesama manusia kecuali pada Allah.
Sebaliknya orang munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada
Allah. Mukmin merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik merasa
takut oleh segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan hartanya
demi agamanya sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi hartanya.
Mukmin menangis dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-bahak.
Mukmin senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian. Mukmin
menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan mengharap
keuntungan. Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf nahi munkar) untuk
kekuasaan, maka kerusakanlah yang terjadi.

Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas.

2.6 Akhlak Dan Analisanya Dalam Kehidupan

‘’akhlak adalah sebuah sikap mental yang mengeluarkan perbuatan dengan cara
mudah dan tanpa berpikjir panjang"

Adalah pengertian akhlak menurut syekh ibnu maskawaikh,dalam kitabnya


tahdzibul akhlak. Akhlak juga dapat didefinisikan sebagai sikap mental yang
terealisasikan dalam aktivitas sehari-hari sebagai cermin dari mental dalam kehidupan.
Sikap dan mental; inilah yang kemudian menjadi pegangan bahwa inilah yang sebetulnya
disebut akhak atau sikap mental, bukan semata-mata perbuatan. Sehingga ada
perbuatanyang akhlak yakni perbuatan yang menjadi cermin dari pribadi seorang apakah
baik atau buruk. Nabi kita sendiri, beliau Nabi Muhammad bersabda "sungguh aku
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak". Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa inti risalah yang dibawa Rosulullah SAW adalah menyempurnakan akhlak
manusia . Oleh karena itu, kalau kita analisa lebih mendalam tentang seluruh ajaran

11
rosululllah yang disebut syariat islam, baik dhohir maupun bathin adalah suatu proses
perbaikan akhlak manusia agar menjadi mukmin, muhsin, kaafah. Dalam ajaran agama
islam sendiri akhlak terbagi menjadi dua cabang, yaitu:

1.akhlak terpuji (mahmudah)

2.akhlak tercela (madzmumah) Akhlak terpuji (mahmudah)

Sebuah akhlak yang baik dan harus dimiliki oleh seorang muslim, dengan akhlak
terpuji ini, maka orang yang mengamalkannya akan mendapat berbagai manfaat darinya.
Kebalikan dari akhlak terpuji adalah akhlak tercela (madzmumah) dimana, akhak tercela ini
tidak baik dan harus dihindari oleh seorang muslim yang ingin terhindar dari perbuatan dosa.
Akhlak terpuji dan akhlak tercela ini mungkin menjadi kabur menurut pemahaman orang,
karena standar baik dan buruk itu relatif. Ada yang memahami dengan standar agama, standar
sosial, lingkungan atau komunitas tertentu, atau tren zaman tertentu. Mungkin buruk pada
waktu yang lain. Baik pada tempat tertentu belum tentu baik di tempat lain. Adapun terpuji
menurut agama islam adalah sesuatu yang oleh syariat islam dinyatakan baik dan dipuji oleh
allah dan rosulnya. Setidaknya menurut syariat dhohir agama islam, bahwa pelaksanaan
aktivitas tertentu itu adalah sesuai atau minimal tidak bertentangan dengan apa yang
dipraktekkan oleh rosulullah SAW dan para sahabatya. Maka yang disebut terpuji ini adalah
terpuji yang memenuhi standar syariat batin dari agama islam yang disebut ihsan. Ihsan
sebagaimana yang disabdakan rosulullah SAW. "sesuatu aktivitas kita sebagai presentasi
menghambaan kita kepada allah yang seolah-olah kita melihat Allah, Allah hudhur dihadapan
kita, kita betul-betul dalam keadaan dialogis dengan allah dalam setiap peribadatan kita, kala
tidak bisa seperti itu, maka minimal seakan-akan kita dipantau oleh allah. Kalau seseorang
sudah bisa berbuat betul-betul dalam kondisi seolah-olah berhadapan dengan allah, maka
inilah yang disebut dengan seorang muhsin (baik menurut allah) dan inilah kebaikan yang
mutlak".

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika merupakan sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sesama tata nilai suatu
masyarakat tertentu. Etika berkaitan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi
standar baik dan buruk adalah akal manusia etika dalam Islam tidak hanya mengajarkan
dan menuntun manusia untuk bertingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari
tingkah laku yang buruk

Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya merupakan tradisi yang berlaku
di suatu masyarakat.Atau dapat dikatakan bahwa moral adalah suatu hal yang
berhubungan dengan suatu proses sosialisasi.
Akhlaq berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah ajaran
yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang ukurannya adalah wahyu Tuhan.
Indikator manusia berakhlak ( Husn AL-Khuluq), kata Al-Ghazali, adalah
tertanamnya iman dalam hatinya.

3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat
menerapkan etika, moral, dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Achlami, 2018, jurnal studi keislaman, lampung, Iin raden Islam Lampung.

www.jurnal.unsyiah.ac.id

www.academia.edu

14

Anda mungkin juga menyukai