Di era globalisasi ini memang sangatlah penting untuk mempelajari ilmu filsafat,
agama, etika, dan hukum. Hal itu dikarenakan, pada saat ini banyak manusia yang
sudah tidak menerapkan norma norma, etika sesuai dengan peraturan yang sudah ada.
Oleh karena itu, bila dilihat pada keadaan saat ini kita sangat perlu untuk mengetahui
bagaimana cara beretika dengan baik, bagaimana kita menerapkan ajaran agama kita
dalam berperilaku sesuai dengan hukum yang sudah ada. Dalam makalah ini kami akan
menjelaskan tentang seperti apa karakteristik filsafat dan agama, dan menjelaskan
tentang bagaimana beretika yang sesuai dengan hukum yang sudah ditegakkan.
Kita sebagai manusia memang sangatlah penting untuk mengetahui itu semua.
Jika kita tidak memahami apa itu filsafat, agama, etika, dan hukum secara mendalam
maka kita bisa menyimpang dengan apa yang sudah kita ikuti dan pelajari dalam agama
kita.
Tujuan
Dengan disusunnya makalah ini, kami berharap supaya kita sebagai manusia
bisa berpikir secara mendalam untuk beretika sesuai dengan ajaran kita. Melalui filsafat
juga kita akan dapat berpikir secara logis dalam menata kehidupan yang terus berubah
ini.
Hakikat Filsafat
Istilah filsafat sudah cukup dikenal sejak zaman dahulu. Apabila dilihat dari arti
katanya, filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo dan shopia. Philo berarti cinta,
sedangkan shopia berarti bijaksana. Dengan demikian, philoshopia berarti cinta
terhadap kebijaksanaan (Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, 2003)
Hakikat Agama
Dari beberapa definisi diatas, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan unsur unsur
penting sebagai berikut:
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tidak terbatas, yang transendental,
yang Ilahi- Tuhan Yang Maha Esa;
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai nilai,
dan norma norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui nabi nabi;
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia dan hidup kekal di akhirat.
Tujuan tatwa adalah untuk meyakinkan umat manusia bahwa da kekuatan tidak
terbatas (Tuhan YME) yang merupakan sumber segala keberadaan (eksistensi),
sekaligus yang mengatur seluruh keberadaan ini. Susila, etika, moral berisi norma
perilaku yang sesuai dan tidak sesuai menurut kehendak Allah (Tuhan). Sementara
ritual, upacara, atau tata cara beribadah menetapkan bagaimana seharusnya metode
dan tata cara manusia berhubungan dengan Allah (Tuhan). Tujuan semua agama
adalah menuntun umat manusia supaya memperoleh kebahagiaan (di dunia) dan
kehidupan kekal di akhirat.
Hakikat etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Dalam ahal ini kata etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos
(bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001).
Ada dua pengertiang etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai
praksis, etika berarti nilai nilai dan norma norma moral baik yang dipraktikkan atau tidak
dipraktikkan. Etika sebagai praksis sama artinya dengan moral atau moralitas, yaitu apa
yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebagainya. Etika
sebagai refleksi adalah pemikiran moral (Bertens, 2001)
Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan, atau ilmu tentang adat kebisaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan
buruk (Kanter, 2001)
Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran atau penilaian moral. Etika
sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah apabila proses penalaran
terhadap moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Dalam taraf ini ilmu
etika dapat saja mencoba merumuskan suatu konsep, teori, asas, atau prinsip prinsip
tentang perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut
dianggap baik atau tidak baik, mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat, dan
sebagainya.