Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan, antara pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya dipisahkan oleh laut. Namun, dalam hal ini laut tidak menjadi penghalang bagi setiap
suku-suku di Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Itulah
sebabnya Indonesia juga disebut sebagai benua maritim. Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat maritim yang mencintai laut telah diperlihatkan oleh sejarah. Karakteristik sosial
budaya maritim bangsa Indonesia ditunjukkan melalui fenomena kehidupan kemaritiman,
pelayaran, dan perikanan beserta kelembagaan formal dan informal yang menyertainya dalam
proses perkembangan kemaritiman Indonesia pada masa lalu. Proses perkembangan tersebut
memberi gambaran tentang bagian-bagian masa lalu yang lebih maju daripada masa
sebelumnya atau sesudahnya.

Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia telah terbukti dan diakui oleh
dunia yang tertuang dalam UNCLOS (United Nation Convention on Law of the Sea) yang
diratifikasi oleh negara-negara sedunia serta melalui Deklarasi Juanda yang mengatur hal-hal
yang berkaitan kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan. Sejarah juga mencatat
mengenai kejayaan kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit yang pernah menjadi pusat di
bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia pada masa lalu.

Fakta sejarah lain yang menandakan bahwa bangsa Indonesia terlahir sebagai negara
maritim yaitu Cadas Gua yang terdapat di pulau-pulau Muna, Seram, dan Arguni yang
diperkirakan berasal dari 1000 tahun SM dipenuhi dengan lukisan perahu-perahu layar
merupakan bukti prasejarah maritim Indonesia. Juga ditemukan beberapa artefak suku
Aborigin dari Australia yang diperkirakan berasal dari 2500 tahun SM serupa dengan yang
ditemukan di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa jauh sebelum gelombang migrasi dari
Indochina yang datang ke Indonesia, nenek moyang bangsa Nusantara sudah berhubungan
dengan suku Aborigin dari Australia lewat jalur laut. Semua ini merupakan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa sejak dulu, nenek moyang Indonesia telah menguasai lautan nusantara,
bahkan telah mampu mengarungi samudera luas hingga Madagaskar dan Afrika Selatan

Hasil kreativitas dan inovasi lokal yang dibuat oleh kerajaan-kerajaan maritim yang
berdaulat pada masa lalu, seperti sistem keamanan dan pertahanan yang kuat, tumbuhnya
sektor-sektor ekonomi kemaritiman terutama pelayaran dan perikanan, aplikasi pengetahuan
dan teknologi kelautan, serta diberlakukannya kebijakan dan hukum perundang-undangan
laut. Semuanya itu merupakan prestasi masyarakat maritim pada masa lampau yang harus
diberikan apresiasi setinggi-tingginya.

Oleh karena itu, melalui latar belakang diatas, maka kami membuat makalah ini untuk
membahas sejarah kemaritiman Indonesia agar kejayaan nenek moyang di kemaritiman
Indonesia pada masa lalu dapat menjadi penyemangat bagi generasi muda Indonesia untuk
senantiasa menjaga, merawat dan melestarikan laut Indonesia.
1
1.2 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Mengulas kembali sejarah kerajaan-kerajaan maritim Indonesia.


2. Mengulas kembali kejayaan kemaritiman Indonesia pada masa lalu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KERAJAAN-KERAJAAN MARITIM INDONESIA

Ada dua kerajaan maritim yang memiliki kekuasaan maritim terbesar di Indonesia
yang dicatat oleh sejarah. Kerajaan tersebut ialah Kerajaan Sriwijaya yang didirikan pada
abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi dan Kerajaan Majapahit yang didirikan pada abad ke-13
hingga abad ke-16 Masehi.

Pada abad ke-14 hingga abad ke-17 Masehi, muncul Kerajaan Gowa sebagai kerajaan
maritim terbesar di wilayah Timur Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh adanya ekspansi
kekuasaan dari berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan, bahkan beberapa kerajaan-kerajaan di
wilayah Timur seperti Kerajaan Wollo di Buton, Kerajaan Bima di Sumbawa, Kerajaan
Banggai di Gorontalo, dan lain-lainnya. Selain itu, pelaut-pelaut Bugis Makassar terkenal di
seluruh Indonesia dengan keperkasaan dan keahlian dalam mengarungi laut dan samudera.

2.1.1 Kerajaan Sriwijaya

Sekitar abad ke-9, antara tahun 833-836 Masehi merupakan masa punjak kejayaan
Kerajaan Sriwijaya. Saat itu, Kerajaan Sriwijaya dibawah pemerintahan Balaputradewa yang
memiliki orientasi pembangunan maritim dan menguasai perdagangan di Selat Malaka hingga
Asia Tenggara bahkan telah mampu membuka jalur perdagangan dengan Cina dan India.
Wilayah Kerajaan Sriwijaya semakin luas dengan Ibu kota berada di Palembang, Sumatera
Selatan, setelah runtuhnya Kerajaan Fu Nan di Champa (Kamboja).

Kerajaan Sriwijaya terdiri atas 3 zona utama, yaitu :

1. Daerah muara yang berpusat di Palembang,


Sumatera Selatan.
2. Lembah Sungai Musi yang berfungsi sebagai daerah
pendukung.
3. Daerah-daerah muara saingan yang mampu menjadi
pusat kekuasaan saingan

Ibukota muara dipimpin langsung oleh seorang raja,


sementara daerah pendukung diperintah oleh tokoh lokal.
Komoditas dagang terbesar Kerajaan Sriwijaya terletak di
wilayah hulu Sungai Musi. Sejak awal berdirinya, Kerajaan
Sriwijaya juga telah menjalin hubungan dplomatik dengan
Tiongkok sebagai tujuan utama ekspor.

3
Beberapa produk unggulan Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan maritim,
yaitu : emas, perak, timah, penyu, kayu cendana, kayu gaharu, pinang, kapulaga, pala,
cengkeh, dan lain-lain. Barang-barang tersebut dibeli atau dibarter dengan kain, porselen, atau
barang-barang gerabah oleh pedagang-pedagang dari Cina, Arab, India, dan Madagaskar.
Telah mampu menguasai pangsa pasar Asia merupakan keunggulan Kerajaan Sriwijaya
sebagai kerajaan maritim. Bahkan pembangunan kanal ekonomi tiga arah (Sriwijaya-Cina-
India) telah menjadi saksi sejarah bahwa mayoritas dari produk domestik dunia dapat
dikuasai oleh kerjasama tiga negara tesebut.

2.1.2 Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berhasil mencapai puncak kejayaan sebagai kerajaan maritim


yang berpusat di Pulau Jawa. Sebaran kerajaan bawahan yang memiliki pelabuhan dan
komoditas dagang vital terutama beras merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Dalam kronik-kronik mancanegara, (Sukodaya, Thailand, dan Pegu-Myanmar), tercatat
bahwa kapal-kapal dan pelaut-pelaut Jawa sebagai manifestasi kejayaan Kerajaan Majapahit
sebagai kerajaan maritim dan juga menjadi pusat budaya dan peradaban di Indonesia.
Kekuatan maritim Kerajaan Majapahit meupakan modal dasar untuk melakukan kolonisasi,
ekspansi, dan penetrasi budaya pada zaman tersebut.

Daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia


pada saat ini dan beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Champa, Malaysia, Singapura,
Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam. Kerajaan Majapahit juga telah menjalin hubungan
bilateral dengan pemerintah Cina dan memiliki beberapa duta besar serta diplomat di Cina.

4
Kerajaan Majapahit mencapai kejayaan di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk
pada pertengahan abad ke-14. Kerajaan Majapahit memiliki seorang patih bernama Patih
Gajah Mada yang merupakan tokoh pelopor persatuan Indonesia dengan menyampaikan
Sumpah Bhakti Persadanya (Sumpah Palapa) di hadapan majelis tinggi Kerajaan Majapahit
saat beliau diangkat menjadi patih Kerajaan Majapahit pada tahun 1336 M. Sumpah Palapa
itu ditemukan dalam kitab kuno Paraton. Bunyi Sumpah Palapa : Sira Gajah Madapatih
Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah mada : ”Lamun huwus kalah
nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjung Pura, ring
Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik,samana isun amukti
palapa.” Yang artinya : Saya Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepas puasa,
saya Gajah Mada : “Jika telah mengalahkan nusantara, saya (baru akan) melepaskan
puasa, jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura (Kalimantan Barat), Haru (Karo,
Sumatera Utara), Pahang (Semenanjung Melayu), Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda (Jawa
Barat), Palembng, Tumasik (Singapura), demikinlah saya (baru akan) melepaskan puasa.
Dengan sikap Patih Gajah Mada yang memiliki strategi dan kebijakan kerajaan dalam
pengelolaan serta pemanfaatan laut utamanya dalam masalah transportasi serta pertahanan
wilayah membuat Kerajaan Majapahit mampu mengkoordinasi negeri kekuasannya serta
melindungi diri dari serangan musuh.

Tulisan tentang kekuatan kekuatan politik Kerajaan Majapahit lebih banyak ditemukan
dalam penelitian sejarah daripada kekuatan ekonominya. Namun, dengan kemajuan peralatan
perang armada lautnya, Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan maritim yang memiliki wibawa
dan kekuasaan yang besar di kawasan Asia Tenggara.

2.1.3 Kerajaan Gowa

Kerajaan Gowa merupakan kerajaan maritim yang berada di bagian Timur Indonesia.
Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaan sebagai kerajaan maritim pada tahun 1669. Pusat
Kerajaan Gowa berada di kota pelabuhan Somba Opu yang telah lama menjalin hubungan
dengan beberapa kota-kota dagang Asia Tenggara seperti Siam (1450-1469, 1620-1688),
Pegu (1472-1581), Malaka (1480-1511), Aceh (1570-1670), dan Banten (1600-1680).

Usaha Raja Gowa dalam membangun Kerajaan Gowa menjadi kerajaan maritim yaitu :

1. Mengatur dan menguasai produksi pertanian dan hasil-hasil hutan di pedalaman untuk
komoditi perdagangan.
2. Menjadikan Somba Opu sebagai pelabuhan transit utama bagi perdagangan rempah-
rempah dari Maluku.
3. Menjalin hubungan kerjasama dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan luar dan
menjadikan Somba Opu sebagai kota internasional.
4. Membangun angkatan perang dan benteng-benteng yang dilengkapi dengan industri
kapal/perahu layar untuk kepentingan militer, dagang, astrologi, persenjataan, dll.
5. Meningkatkan penghasilan negara melalui perdagangan dengan berbagai negara yang
dikontrol ketat menggunakan undang-undang, sistem cukai, dan izin tinggal orang asing.
6. Membangun sistem birokrasi yang menunjang kegiatan sosial, ekonomi, dan politik.

5
Kerajaan Gowa mulai tumbuh saat berada di bawah
kekuasaan Raja Gowa ke-9, Karaeng Tumaparisi Kallona pada
periode 1512-1548. Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna
kemudian mengalihkan tradisi birokrasi agraris Kerajaan Gowa
menjadi tradisi birokrasi maritim yang ditandai dengan
pengangkatan Daeng Pamatte sebagai Sabannare (syahbandar)
Kerajaan Gowa yang pertama. Raja ini juga kemudian
memindahkan pusat kekuasaan dari daerah pedalaman ke daerah
pesisir yaitu dari Tamalate ke Somba Opu di muara Sungai
Jeneberang.

Saat perang daerah-daerah Bugis di pedalaman sejak awal abad ke-15, Daeng Matanre
Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna berhasil memperluas wilayah kerajaan dengan menaklukkan
Garassi, Kantingang, Parigi, Siang (Pangkajene), Sidenreng, Lembangan, Bulukumba,
Selayar, Panaikang, Madallo, Cempaka, Marusu, Polombangkeng, dll. Ia juga membuat
undang-undang dan peraturan-peraturan, mengangkat pejabat-pejabat untuk daerah-daerah
yang semakin luas, dan menetapkan bea cukai untuk perbendaharaan kerajaan.

Pada periode 1548-1566, Kerajaan Gowa yang berada dibawah kekuasaan Raja Gowa
ke-11, Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipalangga Ulaweng, telah berhasil
membangun kota Somba Opu menjadi pusat perdagangan utama di Indonesia Timur. Pada
periode 1550-1669, Kota Somba Opu sebagai pusat Kerajaan Gowa menjadi salah satu kota
perdagangan utama di Asia Tenggara dan menjadi kerajaan maritim yang tidak tertandingi
oleh satupun kerajaan di nusantara pada masa itu.

2.2 KEJAYAAN KEMARITIMAN INDONESIA

Di masa lampau, terdapat zaman dimana kreativitas kehidupan manusia dipengaruhi


besar oleh bahari atau lautan. Zaman ini disebut zaman bahari. Periode dimana Indonesia
mengalami zaman bahari adalah pada abad ke-13 hingga abad ke-18. Mengalami zaman
bahari berarti zaman dimana peradaban kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia mencapai
kejayaan atau keemasan dan mendapatkan prestasi gemilang dalam kelautan.

Menurut Mukhlis Paeni, budaya maritim dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Tradisi Maritim Besar (maritime great tradition)


Tradisi maritim besar merupakan tatanan dan perkembangan budaya maritim yang
mencakup politik pemerintahan, ideologi, hukum, perdagangan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, astrologi, filsafat, seni dan arsitektur kemaritiman.
2. Tradisi Maritim Kecil (maritime little tradition)
Tradisi maritim kecil mencakup aktivitas pengakapan ikan di laut, perikanan tambak,
pengelolaan hasil laut, dan sistem pemasarannya.

6
Tampilnya berbagai suku Indonesia di masa lalu, baik sebagai pelaut handal yang
mengarungi lautan tanpa memiliki sistem navigasi yang canggih seperti sekarang maupun
etnis yang hidup bergantung pada laut dengan tinggal dekat dengan permukaan laut, juga
merupakan salah satu pendukung Indonesia mencapai kejayaan maritim di masa lampau.
Suku-suku tersebut antara lain suku Bugis, suku Bajo, suku Buton, suku Mandar, dll.

Kemajuan dalam bidang pelayaran dapat dilihat pada relief Candi Borobudur yang
menggambarkan perahu layar bertiang ganda yang digunakan sekitar abad ke-8 M. Pada abad
ke-13, bangsa Indonesia telah mengenal suatu sistem pengolahan laut yang disebut ‘siwakan’
yang diduga menjadi awal dimulainya sistem pertambakan di sepanjang pantai dan pada masa
yang sama masyarakat Indonesia juga telah mengenal pembuatan ladang garam dengan
menguapkan air laut di tepi pantai.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan sejarah yang telah dibahas, sejak dulu Indonesia telah menjadi negara
maritim yang handal dan berdaulat. Semua itu dibuktikan dengan kejayaan kerajaan-kerajaan
maritim di Indonesia pada masa lalu seperti Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, dan
Kerajaan Gowa. Hasil kreativitas dan inovasi lokal yang dibuat oleh kerajaan-kerajaan
maritim yang berdaulat pada masa lalu, seperti sistem keamanan dan pertahanan yang kuat,
tumbuhnya sektor-sektor ekonomi kemaritiman terutama pelayaran dan perikanan, aplikasi
pengetahuan dan teknologi kelautan, serta diberlakukannya kebijakan dan hukum perundang-
undangan laut.

Semua itu merupakan prestasi masyarakat maritim pada masa lampau yang harus
diberikan apresiasi setinggi-tingginya dan kejayaan nenek moyang di kemaritiman Indonesia
pada masa lalu diharapkan menjadi penyemangat bagi generasi muda Indonesia untuk
senantiasa menjaga, merawat dan melestarikan laut Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai