OLEH:
GABRIEL G.P KISHAN
F 221 16 056
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
S1 ARSITEKTUR
KOMPLEKS RUMAH SUSUN DI KOTA
PALU
ABSTRAK
ABSTRACT
Palu City is the largest city in Central Sulawesi which is also the capital of the
province. The city with a population of 374,000 people is still considered to have
a small level of ownership of its own residence. This is reflected in the number of
people who choose to live in the form of boarding houses or contract as a place to
live. Even though the ownership of permanent houses is considered more
profitable in the long term and more stable in terms of economics. This is what
causes the need for solutions for economically affordable permanent residences in
Palu City.
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kesenjangan sebuah daerah, wilayah, atau perkotaan dapat dinilai dari sudah
atau belumnya terpenuhi berbagai kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh
manusia salah satu kebutuhan tersebut adalah sebuah hunian, rumah, atau tempat
tinggal merupakan salah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia yaitu sandang,
pangan, papan. Dimana kebutuhan papan berupa kebutuhan manusia untuk
membuat tempat tinggal yang fungsinya sebagai tempat berlindung dan bernaung
dalam kehidupan sehari-harinya.
Akan tetapi kenyataannya masih ada orang-orang yang belum dapat memenuhi
kebutuhan pokok berupa tempat tinggal dalam kehidupannya sehari-hari.
Permasalahan ini mencakupi tidak adanya tempat tinggal sama sekali yang
membuat orang tersebut menjadi tuna wisma, tidak adanya rumah milik sendiri,
ataupun tidak memiliki rumah yang dapat dikategorikan layak sebagai tempat
tinggal. Masalah ini sangat meraja-lela di daerah perkotaan dimana karena
kurangnya hunian yang dan layak dan terjangkau menyebabkan masih banyak
yang belum dapat memenuhi kebutuhan papannya di daerah perkotaan.
Kota palu sendiri tidak lepas dari permasalahan ini, sebagai kota yang masih
tergolong berkembang dengan banyaknya influks pendatang dari daerah sekitar
yang membutuhkan tempat tinggal menyebabkan angka kepemilikkan rumah di
kota palu semakin menurun. Hal ini dapat terceminkan dari angka hasil sensus
BPS (Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status
Kepemilikan Rumah Milik Sendiri) semakin menurun setiap tahunnya dimana
pada tahun 2015 angka kepemilikkan rumah sendiri berada pada 71,57%
sedangkan pada tahun 2017 turun ke 61,64%. Faktor yang dapat menyebabkan
permasalahan ini dapat berupa makin banyaknya pendatang ke kota palu yang
tidak mendapatkan tanah dan rumah dengan harga terjangkau. (BPS, 2018)
2
Berdasarkan Uraian itu maka penulis tertarik untuk mengembangkan desain yang
dapat memfasilitasi kebutuhan kota palu akan kebutuhan tempat tinggal murah
yang kemudian menjadi judul tulisan ini yaitu “Desain Kompleks Rumah Susun
di Kota Palu”.
1. Bagi kota Palu, dapat menjadi suatu solusi untuk permasalahan dalam
bidang kurangnya kepemilikkan tempat tinggal di Kota palu.
2. Bagi penyusun diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai desain bangunan residensial dan pemecahan masalah melalui
desain serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat semasa
kuliah di Universitas Tadulako
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
- Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama.
- Rumah Susun Umum adalah Rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah.
- Rumah Susun Negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Adapun di dalam Undang – Undang yang sama tercantum pula pengertian Satuan
Rumah Susun, Tanah bersama, Bagian bersama, dan Benda Bersama dengan
pengertian sebagai berikut2 :
- Satuan Rumah Susun yang selanjutnya di sebut dengan sarusun adalah unit
rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi
utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.
- Tanah Bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang
digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri
rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin mendirikan
bangunan.
- Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah
untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah
susun.
- Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun
melainkan bagian yang dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama.
Di dalam sebuah rumah susun selain bangunan juga terdiri dari Pemilik,
Penghuni, Pengelola, Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Sarusun dengan
pengertian sebagai berikut :
- Penghuni adalah orang yang menempati sarusun, baik sebagai pemilik maupun
bukan pemilik.
- Pengelola adalah suatu badan hukum yang bertugas untuk mengelola rumah
susun.
Di dalam Buku Rumah Untuk Seluruh Rakyat milik Bapak Siswono Yudho
Husodo, Mantan Menteri Perumahan dipaparkan mengenai cara mengatasi
keterbatasan lahan di daerah perkotaan serta membuat kota menjadi lebih efisien,
dalam satu alternatif pembangunan 9 perumahan di kota – kota, terutama kota –
kota besar yang sudah padat penduduknya, adalah membangun secara vertikal
berupa pembangunan rumah susun. Tata cara kehidupan di rumah susun memang
masih perlu di masyarakatkan.
1
memperlambat perkembangan meluasnya kota yang demikian adalah dengan
membangun rumah susun. (Yudohusodo, 1991)
2
2.3.2. Menurut Golongan
Table 2 Rumah Susun Menurut Golongan
3
Rumah susun dengan ketinggian lebih dari 8 lantai (high rise). Rumah
susun ini menggunakan elevator sebagai alat transportasi vertikal .
4
c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya diusahakan
serendah mungkin.
5
ringan, sehingga beban struktur dapat lebih ringan dan menghemat biaya
pembangunan.
Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk memenuhi
keselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm;
Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan
faktor privasi dan keselamatan dengan memperhatikan estetika sehingga
tidak menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan
railling
Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan
penutup lantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik
kecuali KM/WC
Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggi
maksimum adalah 1.80 meter dari level lantai
Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik.
Tinggi maksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60
meter dari level meja dapur.
6
2.5.2. Fasilitas Niaga
sarana penunjang yang memungkinkan penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi yang berupa bangunan atau pelataran usaha untuk pelayanan
perbelanjaan dan niaga serta tempat kerja.
7
mereka tinggalpembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini
tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. (Brenda & Vale, 1991)
Mendesain bangunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita,
dan sumber energy yang ada.
Bangunan yang akan dibangun tidak berdampak negative bagi kesehatan dan
kenyamanan penghuni bangunan tersebut, serta nantinya jangan sampai merusak
kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak
aslinya masih ada dan tidak berubah (tidak merusak lingkungan yang ada).
Holism
Ketentuan di atas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan
bangunan kita.
8
In The Tropics, Arsitektur berkelanjutan, dan Green Design. Green design
merupakan suatu konsep desain yang menekankan pada perancangan bangunan
ramah lingkungan (green building) beserta lingkungan dan seluruh aspek yang
berkaitan dengan bangunan tersebut. Konsep green building atau bangunan ramah
lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini.
Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global
dengan membenahi iklim mikro.
Bangunan Hijau Indonesia saat ini dalam tahap penyusunan draft Sistem rating.
Untuk itu telah dipilih nama yang akan digunakan bagi Sistem Rating Indonesia
yaitu GREENSHIP, sebuah perangkat penilaian yang disusun oleh Green Building
Council Indonesia (GBCI) untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat
dinyatakan layak bersertifikat "bangunan hijau" atau belum. GREENSHIP bersifat
khas Indonesia seperti halnya perangkat penilaian di setiap negara yang selalu
mengakomodasi kepentingan lokal setempat. Program sertifikasi GREENSHIP
diselenggarakan oleh Komisi Rating GBCI secara kredibel, akuntabel dan penuh
integritas.
Penyusunan GREENSHIP ini didukung oleh World Green Building Council, dan
dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI. Saat ini GREENSHIP berada dalam
tahap penyusunan GREENSHIP untuk Bangunan Baru (New Building) yang
kemudiannya akan disusun lagi GREENSHIP untuk kategori-kategori bangunan
lainnya. Greenship sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang
terdiri dari (GBCI) :
Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC)
Masing-masing aspek terdiri atas beberapa rating yang mengandung kredit yang
masing-masing memiliki muatan nilai tertentu dan akan diolah untuk menentukan
penilaian. Poin Nilai memuat standar-standar baku dan rekomendasi untuk
pencapaian standar tersebut.
9
Dikutip dari www.gbcindonesia.org yang diakses 25 Februari 2012, terdapat dua
criteria untuk bangunan hijau yakni exsisting building dan new building.
Keduanya memiliki perbedaan dalam kriterianya. Dikarenakan bangunan yang
akan dirancang adalah bangunan baru, maka standar greenship untuk new building
adalah :
Table 3
10
3. METODE PENELITIAN
Teknik observasi
1
Interview (Wawancara)
Dokumentasi
a. Studi pustaka
Mempelajari teori-teori yang ada, baik yang berupa referensi buku,
hasil hasil karya, untuk mendapatkan data pendukung yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat.
b. Studi preseden
Studi dilakukan untuk mendapatkan data gambar visual yang, untuk
membandingkan persamaan dan perbedan beberapa lokasi
pembanding. Yang dijadikan dasar acuan desain Kompleks Rumah
Susun di Kota Palu.
2
3.5. Kerangka Pelaksanaan Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan mengikuti kerangka berfikir diagram sebagai
berikut :
Pengembangan
Konsep Desain
Alat dan bahan pengumpulan data (instrumen) yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi : alat tulis dan gambar, serta peta.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (n.d.).
BPS. (2018). Kota Palu Dalam Angka. Palu: BPS Kota Palu.
Brenda, & Vale, R. (1991). Green Architecture Design for Sustainable Future.
London: Thames & Hudson.
GBCI. (n.d.). Penerapan Greenship New Building. Retrieved 11 30, 2018, from
Green Building Council Indonesia: http://www.gbcindonesia.org