Anda di halaman 1dari 13

PELANGGARAN ETIKA BISNIS

“Laris Manis di Taiwan, Kasus Indomie ‘Berbahaya’


Berindikasi Perang Dagang”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR AINI

NMP :

MATA KULIAH : ETIKA BISNIS dan PROFESI

DOSEN : TAUFIK HIDAYAT, M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NUSANTARA


SANGATTA
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Sangatta, 24 Oktober 2018

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
I.1.LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................................... 1
I.2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 1
I.3.TUJUAN MAKALAH ......................................................................................... 3
I.4.SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 8
BAB IVPENUTUP ........................................................................................................ 9
A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 9
B. SARAN .................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku


bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi
kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri
dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk
berkembang mengikuti mekanisme pasar.
Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan
etik perlu digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih
kemenangan dan keuntungan,agar tidak terjadi pelanggaran etika berbisnis, ataupun
melanggar peraturan yang berlaku. Pelanggaran etika bisnis yang akan dibahas adalah
Kasus Indomie ‘Berbahaya’ berindikasi perang dagang.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Berikut adalah rumusan masalah yang akan saya bahas dalam karya tulis ini
adalah Kasus Indomie ‘Berbahaya’ berindikasi perang dagang, dimana uraian kasusnya
adalah sebagai berikut:
Jakarta - Masalah pelarangan produk Indomie di Taiwan memunculkan dugaan. Salah
satunya adalah isu perang dagang yang dipicu laris manisnya produk mie instant
Indonesia itu di Taiwan.
“Ada indikasi, ada kafe yang jual Indomie. Mereka industrinya kena masalah, makanya
mereka bikin move seperti itu,” kata Kepala Bidang Perdagangan Kantor Dagang dan
Ekonomi Indonesia di Taipei Bambang Mulyanto di gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta,
Senin (11/10/2010).
Bambang menjelaskan dugaan seperti itu bisa saja terjadi karena produk mie instant
Indonesia selain digemari oleh 150.000 TKI di Taiwan juga digemari oleh masyarakat
Taiwan.
“Pasarnya paling tidak TKI jumlahnya sampai 150.000 orang, tentunya punya majikan,
punya anak, semakin disukai (mie instant Indonesia),” katanya.
Ia menjelaskan, pada hari ini pihak Kamar Dagang Indonesia di Taiwan sudah melakukan
klarifikasi di media-media nasional setempat. Berdasarkan laporan yang ia terima, toko-

1
toko di Taiwan masih tidak boleh dijual produk Indomie disamping penjual yang masih
takut.
Sementara Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy
Saleh mengatakan kasus-kasus semacam ini dalam perdagangan internasional merupakan
suatu hal yang biasa. Sehingga langkah klarifikasi perlu dilakukan, pihaknya akan
melakukan pengecekan dan klarifikasi resmi terhadap otoritas perdagangan di Taiwan,
apakah hal itu sebagai tuduhan resmi atau tidak.
“Kalau tidak betul kita akan protes,” katanya.
Selain itu pihaknya juga akan melakukan klarifikasi kepada produsen mie instant yang di
Indonesia untuk memastikan apakah produk tersebut berasal dari Indonesia.
“Karena banyak juga yang ditempel,” katanya.
Seperti diketahui, sebelumnya, media-media di Taiwan memberitakan penarikan Indomie
dari sejumlah supermarket. Indomie ditarik karena mengandung Methyl P-
Hydroxybenzoate yang dilarang di Taiwan.
Sementara PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk selaku produsen Indomie
dalam siaran persnya menegaskan, produk mie instan yang diekspor ke Taiwan sudah
memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan.
“Sehubungan dengan pemberitaan di media massa Taiwan baru-baru ini, mengenai
kandungan bahan pengawet E218 (Methyl P-Hydroxybenzoate) dalam produk mi instan
Indomie, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjelaskan bahwa produk mi
instan yang diekspor oleh Perseroan ke Taiwan telah sepenuhnya memenuhi peraturan
dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan,” jelas Taufik
Wiraatmadja, Direktur ICBP dalam siaran persnya, Senin (11/10/2010).
ICBP juga berkeyakinan, pemberitaan mengenai mie instan yang muncul di
media massa Taiwan, bukanlah merupakan produk mi instan ICBP yang ditujukan untuk
pasar Taiwan.
ICBP telah mengekspor produk mi instan ke berbagai negara di seluruh dunia selama
lebih dari 20 tahun. Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa produknya telah
memenuhi peraturan dan ketentuan keselamatan makanan yang berlaku di berbagai
negara dimana produk mi instannya dipasarkan.
“ICBP menekankan bahwa produk Perseroan telah sepenuhnya
memenuhi panduan dan peraturan yang berlaku secara global, yang ditetapkan oleh
CODEX Alimentarius Commission, sebuah badan internasional yang mengatur standar
makanan. Terkait pemberitaan ini, saat ini kami tengah meninjau situasi di Taiwan, dan

2
akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan
konsumen kami di Taiwan dan di berbagai negara lainnya “, katanya.

I.3 TUJUAN MAKALAH

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat penulis, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang sebuah kasus pelanggaran
etika bisnis. Di samping tujuan di atas makalah ini disusun juga dengan tujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis yang dibimbing oleh Bapak Taufik Hidayat,
M.Pd.

I.4 SISTEMATIKA PENULISAN


BAB I PENDAHULUAN,
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN,
BAB IV PENUTUP

3
BAB II
LANDASAN TEORI

Etika bisnis merupakan etika yang berlaku dalam kelompok para pelaku bisnis
dan semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan para
kompetitor. Etika itu sendiri merupakan dasar moral, yaitu nilai-nilai mengenai apa yang
baik dan buruk serta berhubungan dengan hak dan kewajiban moral. Seperti yang
dikatakan Velasquez pada tahun 2005 dimana, Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para
pelaku bisnis. Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan
untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang
mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja
atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika
bisnis sebagai berikut:
1.Prinsip Otonomi
Yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang
apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang
diambil.
2.Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran
merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak,
kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3.Prinsip Keadilan
Bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya
masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
4.Prinsip Saling Menguntungkan
Agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis
yang kompetitif.
5.Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam
menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap

4
dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
Di samping 5 prinsip diatas, dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa hal yang juga
perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh


pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan
Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat
dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama
10. kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum
positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Penerapan etika bisnis sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar
bebas dimana perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan dengan kekuatan
perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki kekuatan yang lebih terutama
mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan Teknologi.
Ada mitos bahwa bisnis dan moral tidak ada hubungan. Bisnis tidak dapat dinilai
dengan nilai etika karena kegiatan pelaku bisnis, adalah melakukan sebaik mungkin
kegiatan untuk memperoleh keuntungan. Sehingga yang menjadi pusat pemikiran mereka
adalah bagaimana memproduksi, memasarkan atau membeli barang dengan memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya. Perilaku bisnis sebagai suatu bentuk persaingan akan
berusaha dengan berbagai bentuk cara dan pemanfaatan peluang untuk memperoleh
keuntungan.

5
Apa yang diungkapkan diatas adalah tidak benar karena dalam bisnis yang
dipertaruhkan bukan hanya uang dan barang saja melainkan juga diri dan nama baik
perusahaan serta nasib masyarakat sebagai konsumen. Perilaku bisnis berdasarkan etika
perlu diterapkan meskipun tidak menjamin berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan,
akan tetapi setidaknya akan menjadi rambu-rambu pengaman apabila terjadi pelanggaran
etika yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi pihak lain.
Masalah pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal
mendapatkan ide usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi, pemasaran
produk, pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga,
pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa pasar
dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak benar,
penekanan upah buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya. Ketidaketisan
perilaku berbisnis dapat dilihat hasilnya, apabila merusak atau merugikan pihak lain.
Biasanya faktor keuntungan merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku tidak etis
dalam berbisnis.
Suatu perusahaan akan berhasil bukan hanya berlandaskan moral dan manajemen
yang baik saja, tetapi juga harus memiliki etika bisnis yang baik. Perusahaan harus dapat
mempertahankan mutu serta dapat memenuhi permintaan pasar yang sesuai dengan apa
yang dianggap baik dan diterima masyarakat. Dalam proses bebas dimana terdapat barang
dan jasa yang ditawarkan secara kompetitif akan banyak pilihan bagi konsumen, sehingga
apabila perusahaan kurang berhati-hati akan kehilangan konsumennya.
Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluang-
peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian disahkan dan
disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai dasar untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis.
Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif baik lingkup makro
ataupun mikro.
1. Perspektif Makro
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada efektivitas dan efisiensi sistem pasar
dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan supaya sistem
dapat bekerja secara efektif dan efisien adalah:
a. Adanya hak memiliki dan mengelola properti swasta
b. Adanya kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa

6
c. Adanya ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa
Jika salah satu subsistem dalam sistem pasar ini melakukan perilaku yang tidak etis, maka
hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan mengambat pertumbuhan sistem
secara makro.
2. Perspektif Mikro
Dalam lingkup mikro perilaku etis identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam
lingkup mikro terdapat rantai relasi dimana pemasok (supplier), perusahaan, konsumen,
karyawan saling berhubungan dalam kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi. Tiap
mata rantai di dalam relasi harus selalu menjaga etika sehingga kepercayaan yang
mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.

7
BAB III
PEMBAHASAN
Indofood merupakan salah satu perusahaan global asal Indonesia yang produk-
produknya banyak di ekspor ke negara-negara lain. Salah satunya adalah produk mi
instan Indomie. Di Taiwan sendiri, persaingan bisnis mi instant sangatlah ketat,
disamping produk-produk mi instant dari negara lain, produk mi instant asal Taiwan pun
banyak membanjiri pasar dalam negeri Taiwan.
Harga yang ditawarkan oleh Indomie sekitar Rp1500, tidak jauh berbeda dari
harga indomie di Indonesia, sedangkan mi instan asal Taiwan dijual dengan harga
mencapai Rp 5000 per bungkusnya. Disamping harga yang murah, indomie juga memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan produk mi instan asal Taiwan, yaitu memiliki
berbagai varian rasa yang ditawarkan kepada konsumen. Dan juga banyak TKI/W asal
Indonesia yang menjadi konsumen favorit dari produk Indomie selain karena harganya
yang murah juga mereka sudah familiar dengan produk Indomie.
Tentu saja hal itu menjadi batu sandungan bagi produk mi instan asal Taiwan,
produk mereka menjadi kurang diminati karena harganya yang mahal. Sehingga disinyalir
pihak perindustrian Taiwan mengklain telah melakukan penelitian terhadap produk
Indomie, dan menyatakan bahwa produk tersebut tidak layak konsumsi karena
mengandung beberapa bahan kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan.
Hal tersebut sontak dibantah oleh pihak PT. Indofood selaku produsen Indomie.
Mereka menyatakan bahwa produk mereka telah lolos uji laboratorium dengan hasil yang
dapat dipertanggungjawabkan dan menyatakan bahwa produk indomie telah diterima
dengan baik oleh konsumen Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Dengan
melalui tahap-tahap serangkaian tes baik itu badan kesehatan nasional maupun
internasional yang sudah memiliki standarisasi tersendiri terhadap penggunaan bahan
kimia dalam makanan, indomie dinyatakan lulus uji kelayakan untuk dikonsumsi.
Dari fakta tersebut, disinyalir penarikan produk Indomie dari pasar dalam negeri
Taiwan disinyalir karena persaingan bisnis semata, yang mereka anggap merugikan
produsen lokal.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa tidak sedari dulu produk indomie
dibahas oleh pemerintah Taiwan, atau pemerintah melarang produk Indomie masuk pasar
Taiwan?. Melainkan mengklaim produk Indomie berbahaya untuk dikonsumsi pada saat
produk tersebut sudah menjadi produk yang diminati di Taiwan. Dari kasus tersebut dapat
dilihat bahwa ada persainag bisnis yang telah melanggar etika dalam berbisnis.

8
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana
diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai
dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan
secara konsisten dan konsekuen.
Jangan menganggap remeh suatu etika bisnis itu karena etika tersebut sangat penting bagi
kemajuan perusahaan itu sendiri. Tanpa adanya suatu etika dalam bisnis mungkin
perusahaan tidak akan bertahan lama karena akan menghancurkan nama baik perusahaan
itu sendiri. Oleh karena itu wajib bagi semua perusahaan untuk menerapkan suatu etika
bisnis dalam perusahaannya.

B. SARAN

Bagi pihak perindustrian Taiwan agar tidak serta merta menyatakan bahwa
produk Indomie berbahaya untuk dikonsumsi, apabila ingin melindungi produsen dalam
negeri, pemerintah bisa membuat perjanjian dan kesepakatan yang lebih ketat sebelum
proses ekspor-impor dilakukan. Karena kasus tersebut berdampak besar bagi produk
Indomie yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun warga negara lain yang
negaranya memperdagangkan Indomie asal Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://blogspotnovelcinta.blogspot.com/2013/03/pelanggaran-etika-bisni.html
https://www.blogger.com/profile/05942944110397805683

10

Anda mungkin juga menyukai