Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hak-
haknya di muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya
persaingan nasional dan internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan
dasar menjadi sebuah tantangan yang perlu dijawab oleh dunia keperawatan.
Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan menjadi perawat yang baik
seharusnya sudah mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah mulai bergerak ke
arah Entrepreneurship, dimana setiap anak bangsa harus memulai menjual
kreatifitas dan kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya hal tersebut akan
semakin sulit direalisasikan oleh generasi keperawatan jika trends dunia
tersebut tidak diikuti oleh arahan penyelenggara pendidikan keperawatan
dengan baik. Satu hal yang sangat terlihat membedakan keperawatan dengan
profesional kesehatan lain saat ini adalah bahwa sampai dengan saat ini
keperawatan masih belum menemukan bentuk layanan pokok yang hanya
dapat dilakukan dan menjadi kewenangan perawat semata. Entrepreneurship
erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang tanpa harus
banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan tersebut
membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu,
sebenarnya Entrepreneurship tidak hanya berbicara soal penjual – pembeli,
namun ke arah pengembangan kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk
menciptakan lapangan kerja sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide –
ide dan peristiwa sehari-hari, dan mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi
sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling point and value yang lebih tinggi
dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan
tindakan dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya
untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk
perawatan klien harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi bayangan
bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga bernilai jual. Contoh

1
lainnya, saat ini penderita penyakit kronis mengalami peningkatan dari segi
kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak jika dirawat di rumah sakit
dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen rumah sakit
dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya
perawat mampu meningkatkan peranannya di rumah sakit. Oleh karena
itu, pengembangan Entrepreneurship perlu ditanamkan agar kreatifitas
pelaku keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing
tersendiri bagi pemiliknya kelak sebagai bekal memulai untuk terjun ke dunia
kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Landasan teori yang memotivasi untuk menjadi nursepreneur?
2. Perawat seperti apa yang diinginkan dan strategi apa yang harus
dilakukan?

1.3 Tujuan
1. Dengan makalah ini dapat memotivasi perawat untuk membuka usaha
sendiri.
2. Perawat mampu mengetahui strategi yang harus ditempuh dan mendapat
hasil yang sesuai.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori Menjadi Nursepreneur

A. Keperawatan

Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang
komprehensif serta di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia
(Lokakarya keperawatan Nasional 1986).
1. Ciri-ciri keperawatan ( Shortridge, ( 1985 )
Adapun ciri-ciri keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi pada pelayanan masyarakat
Hal ini berarti kepentingan masyarakat akan pelayanan
keperawatan ada diatas kepentingan pribadi agar kebutuhan klien (
individu, keluarga, dan masyarakat ) akan asuhan keperawatan
terpenuhi. Keperawatan merupakan suatu pelayanan sosial yang
esensial dank lien mempunyai hak menggunakan pelayanan
keperawatan dari perawat secara professional.
b. Pelayanan keperawatan yang diberikan didasarkan pada ilmu
Hal ini berarti perawat harus mempunyai ilmu pengetahuan yang
kokoh sebagai dasar pemberian asuhan keperawatan. sebagai suatu
profesi, keperawatan mempunyai badan ilmu body of knowledge yaitu
ilmu terapan sebagai sintesa dari berbagai disiplin ilmu.
Ciri utama pelayanan keperawatan didasari ilmu pengetahuan, bila
asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode
pemecahan masalah yaitu proses keperawatan. meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, pelaksanaan, evaluasi. Manfaatnya adalah
menjamin efektifitas dan efisiensi asuhan keperawatan serta
menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.

3
c. Adanya otonomi
Artinya profesi keperawatan mempunyai kemandirian, wewenang,
dan tanggung jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup
otonomi dalam menetapkan standar baku penyelenggara pendidikan,
pelayanan keperawatan serta praktik keperawatan dalam bentuk
legislasi keperawatan. hal ini penting artinya agar perkembangan
profesi keperawatan terarah dan terencana sehingga memudahkan
proses evaluasi terhadap kemajuan yang telah dicapai.
d. Memiliki kode etik
Kode etik adalah seperangkat norma dan peraturan yang diyakini
oleh profesi dan menjadi pedoman dan acuan perawat dalam
melakukan aktifitas keperawatan sesuai kewenangan dan tanggung
jawab yang diembannya.

2. Landasan Prinsip-Prinsip Asuhan/Pelayanan dan Praktik Keperawatan


a. Berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
Artinya, pelayanan keperawatan harus dilandasi dan menggunakan
ilmu keperawatan dan kiat keperawatan yang mempelajari bentuk dan
sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia serta upaya
perawatan dan penyembuhan. Kiat keperawatan (Nursing Arts) lebih
difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti
menggunakan kiat-kiaat tertentu dalam upaya memberikan kepuasan
dan kenyamanan pada klien.
b. Bersifat komprehensif
Pelayanan keperawatan dikatakan bersifat komprehensif jika
asuhan keperawatan yang diberikan berifat menyeluruh meliputi aspek
biologi, psikologi, sosial dan spiritual.
c. Ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun
sakit
Sesuai dengan ilmu keperawatan yang melandasi praktek
keperawatan, asuhan keperawatan dapat diberikan kepada individu pada

4
institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, poliklinik, klinik
keperawatan mandiri dan rumah sakit.
d. Merupakan bagian integral pelayanan kesehatan
Pada hakekatnya pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medis
(kedokteran), pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang
kesehatan ( gizi, farmasi, laboratorium, dsb). Sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan tidak dapat dipisahkan
dari pelayanan kesehatan lain. Hal ini bertujuan pemberian asuhan
keperwatan sejalan dengan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.
e. Mencakup siklus hidup manusia
Artinya, asuhan keperawatan dapat diberikan kepada klien sejak
dalam kandungan sampai tutup usia. Yaitu sejak konsepsi (pertemuan
sperma dan ovum), setelah lahir (bayi), anak, remaja, dewasa, usia
lanjut sampai menjelang kematian.

3. Fokus Praktek Keperawatan Profesional

Praktek keperawatan tidak boleh terlepas dari upaya kesehatan


masyarakat dunia dan sistem kesehatan nasional. focus utama keperawatan
saat ini adalah kesehatan masyarakat dengan target populasi total. Manusia
tidak hanya dipandang dari aspek fisik tetapi manusia dipandang sebagai
makhluk bio-psiko-sosio-spiritual. tujuan praktek keperawatan sesuai yang
dicanangkan WHO (1985) harus diupayakan pada pencegahan primer,
peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat, perawatan diri
dan peningkatan kepercayaan diri.

Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan


kesehatan (Kozier, Erb,1990) :
a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
Dalam kegiatan ini, perawat membantu masyarakat
mengembangkan sumber–sumber atau meningkatkan
kesejahteraan/kesehatan. Tujuannya adalah mencapai kesehatan

5
yang optimal, dengan contoh menjelaskan manfaat program latihan
bagi pasien.
b. Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance).
Perawat melakukan aktivitas untuk membantu masyarakat
mempertahankan status kesehatannya. Contoh kegiatan disini adalah
mengajarkan atau menganjurkan seseorang usia lanjut melakukan
latihan untuk mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot.

c. Pemulihan Kesehatan (Health restoration).


Perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan setelah pasien
memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Sebagai contoh adalah
mengajarkan pasien merawat luka atau membantu orang cacat
mempertahankan kekuatan fisik seoptimal yang dapat dilakukan.

d. Perawatan orang yang menjelang ajal.


Perawat memnerikan rasa nyaman dan merawat orang dalam
keadaan menjelang ajal. kegiatan dapat dilakukan dirumah sakit,
rumah, dan fasilitas kesehatan yang lain.

B. Enterpreneur
Entrepreneurship atau kewirausahaan, berasal
dari entrepreneur (wirausahawan) berasal dari bahasa
Perancis entreprende yang berarti mengambil pekerjaan (to undertake).
Konsep mengenai entrepreneur adalah: the entrepreneur is one who
undertakes to organize, manage, and assume the risk of business.

Kewirausahaan/Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk


mengelola sesuatu yang ada pada diri kita untuk dimanfaatkan dan
ditingkatkan agar lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
kita.

Kewirausahaan juga berarti, proses menciptakan sesuatu yang berbeda


dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan

6
menanggung risiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa
dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.

Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk


menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship
meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga
kemampuan manajerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
1. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di
dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu
dengan keinginan pasar.
2. Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya
berupa tenaga kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang
menambahkan nilai yang lebih besar dari pada sebelumnya, dan juga
dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi dan aturan baru.
3. Entrepreurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau
berwirausaha.
Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi:
a. Pengambilan inisiatif
b. Mengorganisasi dan reorganisasi mekanisme sosial dan ekonomi
untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis.
c. Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
Kewirausahaan meliputi proses yang dinamis sehingga dengan
demikian timbulpengertian baru dalam kewirausahaan yakni sebuah
proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai
melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana
pendukung, fisik, dan resiko sosial, dan akan menerima reward yang
berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal. Melalui
pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang
wirausahawan yaitu:
1) Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan
menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui
oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang akan
menggunakan hasil kreasi tersebut.

7
2) Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang
diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam
usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul
dalam kewirausahaan.
3) Memperkirakan resiko yang mungkin terjadi, dalam hal ini resiko
yang mugkin terjadi pada resiko keuangan, fisik dan resiko sosial.
4) Memperoleh reward, dalam hal ini reward terpenting adalah
independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi.
Sedangkan reeward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu
bentuk derajat kesuksesan usahanya.
a) Pendidikan Kewirausahaan

Anggapan lama mengatakan “ Entrepreneurship are born not


made” sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari atau diajarkan.
Sementara anggapan sekarang “Entrepreneurship are not only born also
made”. Sehingga kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir
atau urusan pengalaman di lapangan saja, tetapi merupakan disiplin ilmu
yang dapat dipelajari.

Transformasi pengetahuan kewirausahaan telah berkembang pada


akhir-akhir ini. Pendidikan dan pelatihan kewirausahaan tumbuh pesat.
Mata kuliah kewirausahaan diberikan dalam bentuk kuliah umum
ataupun bentuk konsentrasi program studi.

Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena berisi:


(1) Body of knowledge yang utuh dan nyata, ada objek, konsep
dan modelnya.
(2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, posisi venture start up
dan venture growth, tidak memisahkan antara manajemen
dan kepemilikan usaha.
(3) Merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri,
yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.

8
(4) Merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dan
pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil dan
makmur.
(5) Kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam
menciptakan perubahan, perbaharuan dan kemajuan.
(6) Objek studi kewirausahaan adalah kemampuan
merumuskan bertujuan hidup, memotivasi diri, berinisiatif,
membentuk modal, mengatur waktu, dan membiasakan diri
untuk belajar dari pengalaman.
(7) Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.

C. Motivasi berwirausaha

Teori 3 kebutuhan David McClelland:


a. N’Ach, need for achievment, wirausaha yang memiliki motivasi
ini selalu ingin berprestasi/ meraih yang terbaik, umumnya
memiliki ciri-ciri:
1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan persoalan-
persoalan yang timbul pada dirinya.
2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk dapat
mengukur keberhasilan atau kegagalan.
3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4) Berani menghadapi resiko dengan penuh tantangan.
5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara
seimbang.
b. N’Pow, need for power, yaitu hasrat untuk mempengaruhi,
mengendalikan dan menguasai orang lain. Ciri umum adalah
senang bersaing, berorientasi pada status dan menguasai orang
lain.

9
c. N’Aff, need for affilitation, yaitu hasrat untuk dapat diterima
dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang berfiliasi tinggi
lebih menyukai persahabatan, bekerjasama, dan saling
pengertian.

2.2 Strategi Kewirausahaan Dalam Bidang Kesehatan

A. Prinsip-Prinsip Kewirausahaan
a. Prinsip Wirausaha I
Kekuatan yang mendorong kesuksesan perusahaan strart up
terdiri dari tiga macam: peluang, tim dan sumber daya. Proses
kewirausahaan diawali bukan dari ketersediaan uang, strategi,
network, tim ataupun rencana bisnis, melainkan dari adanya
peluang. Peluang yang berpotensi tinggi terkadang memiliki
kekuatan yang jauh lebih besar dari pada ketersediaan sumbe daya
atau tim pada saat itu. Peran entrepreneur dan tim adalah menjaga
keseimbangan antara tiga kekuatan tersebut dalam lingkungan yang
terus berubah. Ketidakpastian dan resiko menjadi teman sejati para
entrepreneur.

Adanya keseimbangan akan membantu entrepreneur dalam


mencapai keberlanjutan atau sustanbility perusahaan tanpa harus
merusak lingkungan, komunitas atau masyarakat. Rencana bisnis
berfungsi sebagai komunikator kualitas dan keseimbangan
kekuatan pada saat tertentu.

b. Prinsip Wirausaha II
Dunia kewirausahaan bersifat dinamis, cair, ambigu, dan
chaos. Perubahan yang konstan terjadi menyebabkan dunia
kewirausahaan berkaitan erat dengan paradoks.

1) Untuk bisa sukses, jangan takut untuk gagal.


Kasus yang biasanya terjadi adalah jika perusahaan pertama
gagal, entrepreneur belajar dari pengalaman dan kemudian

10
membentuk perusahaan lagi yang ternyata sangat sukses di
masa depan.
2) Rencana bisnis akan cepat menjadi uang.
Kondisi persaingan, teknologi, dan pasar yang sangat
dinamis menyebabkan kita kesulitan untuk mengetahui semua
kondisi kompetisi. Hasilnya adalah rencana bisnis cepat
menjadi uang begitu ia selesai dicetak. Entrepreuneur harus
melatih kebiasaan berencana dan bereaksi secara cepat,
mengkombinasikan logika dan intuisi sampai kebiasaan ini
menjadi sesuatu yang refleks.

3) Agar kreativitas dan inovasi berhasil, harus ada disiplin ilmu


yang mengimbangi.
Penemuan- penemuan produk harus dibarengi dengan ilmu
mengenai komersialiasi teknologi atau produk, jika tidak,
maka penemuan ini tidak akan mampu memberikan nilai
tambah bagi perusahaan dan masyarakat.
4) Entrepreneur harus bisa bertindak cepat, tetapi juga harus
sabar.
Sementara kompetitor bergerak cepat, entrepreneur harus
belajar menentukan kapan ia harus bertindak dan kapan ia
harus bertahan.
5) Semakin besar ukuran dan kontrol terhadap perusahaan,
semakin rendah kinerja.
Kewirausahaan memerlukan fleksibilitas tingggi dalam
strategi dan taktik. Kontrol dan keteraturan yang berlebih dapat
menghambat kemajuan perusahaan

c. Prinsip Wirausaha III


Setiap manusia akan menghadapi resiko dalam hidupnya.
Begitupun dengan entrepreneur, berikut adalah beberapa resiko
yang umum di hadapi entrepreneur yaitu:
1) Resiko Finansial

11
Pada perusahaan yang baru berdiri, entrepreneur
memberikan sebagian simpanannya untuk modal. Uang
ataupun aset lain yang disimpan ini akan hilang jika
perusahaan ternyata gagal. Entrepreneur akan bertangggung
jawab menanggung kewajiban perusahaan yang nilainya
mungkin jauh melebihi jumlah simpanan. Oleh karena itu,
entrepreneur beresiko kebangkrutan.
2) Resiko karir
Pertanyaan yang sering ada di benak entrepreneur
adalah apakah mereka akan menemukan pekerjaan atau
kembali ke pekerjaannya yang dulu jika bisnisnya gagal.
Resiko ini merupakan pertimbangan utama bagi manajer
yang bekerja di perusahaan besar dengan gaji yang menarik.
3) Resiko keluarga dan social
Memulai usaha baru akan menyerap banyak energi
dan waktu dari entrepreneur. Konsekuensinya adalah bidang
kehidupan yang lain akan dikorbankan. Entrepreneur yang
sudah menikah, terutama yang memiliki anak, akan
beresiko tidak bisa hadir sepenuhnya untuk keluarganya.
Kehidupan sosialnya mungkin akan terganggu juga.
4) Resiko kesehatan
Jam kerja yang panjang menyebabkan terancamnya
kesehatan entrepreneur. Uang dapat digantikan, keluarga
dapat beradaptasi, namun kesehatan yang terganggu lebih
sulit untuk diperbaiki.

A. Konsep Caring
1. Pengertian Caring Secara Umum
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,
menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan
cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter

12
& Perry, 2005). Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir
seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari
berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat
bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika
& Nanda, 2011). Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti
yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Ada beberapa definisi caring yang diungkapkan para ahli
keperawatan: Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human
Caring, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

B. Manfaat Caring
Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku
caring perawat mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Penerapan caring yang diintegrasikan dengan pengetahuan biofisikal dan
pengetahuan mengenai perilaku manusia akan dapat meningkatkan
kesehatan individu dan memfasilitasi pemberian pelayanan kepada pasien.
Watson (1979 dalam Tomey & Alligod, 2006) menambahkan bahwa caring
yang dilakukan dengan efektif dapat mendorong kesehatan dan
pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997) dalam penelitiannya,
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi mengenai
perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan. Dengan demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh
seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien.
Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan
kepuasan klien, namun juga dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah
sakit. Godkin dan Godkin (2004) menyampaikan bahwa perilaku caring
dapat mendatangkan manfaat finansial bagi industri pelayanan kesehatan.

13
Issel dan Khan (1998) menambahkan bahwa perilaku caring staf kesehatan
mempunyai nilai ekonomi bagi rumah sakit karena perilaku ini berdampak
bagi kepuasan pasien. Dengan demikian, secara jelas dapat diketahui bahwa
perilaku caring perawat dapat memberikan kemanfaatan bagi pelayanan
kesehatan karena dapat meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu
serta meningkatakan kepuasan pasien sehingga akan meningkatkan
kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya memberikan
keuntungan finansial bagi rumah sakit.

C. Proses Keperawatan Dalam Teori Caring yang berhubungan dengan


kewirausahaan
Isu kesejahteraan perawat saat ini masih gencar dihembuskan
selain isu profesionalisme. Kesejahteraan perawat yang berbanding lurus
dengan gaji perawat konon berbanding terbalik dengan beban kerja perawat.
Mengharapkan pemerintah untuk melihat hal itu, rasanya tidak
mungkin tampak pada ketidakjelasan RUU Keperawatan karena saat ini
perawat di Indonesia masih belum memiliki bargaining position di mata
pemerintah. Salah satu solusi yang bisa diambil untuk mem-backup
kesejahteraan perawat tanpa perlu menggantungkan pada gaji dari
pemerintah bagi perawat yang bekerja sebagai PNS adalah dengan
menjadi nurpreseneur (Perawat Pengusaha).
Konsep nurpreseneur sudah lama muncul dalam dunia
keperawatan. Namun, di Indonesia konsep ini belum begitu
familiar. nurpreseneur (Perawat Pengusaha) berasal dari kata Nurse dan
Entrepreneur yang jika diartikan secara harfiah adalah perawat pengusaha
atau perawat pebisnis.
Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan
karir dari peran dan fungsi perawat. pengembngan karir tersebut dapat
menjadi pengelola klinik atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya manager
spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager Balai kesehatan
swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam pelaksanaan
teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana, dalam hal ini

14
perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik
saham, atau owner yang akan menggaji karyawannya. Selain peran tersebut
perawat juga dapat melakukan penelitian-penelitian, sebagai contoh adanya
tim riset yang meneliti perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres
modern, terapi modalitas, tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian
direkomendasikan dari Rumah sakit atau intistusi kesehatan yang
membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan ke RS tertentu sangat
rendah, maka perawat manajemen akan melakukan riset yang didanai rumah
sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam
bidang pendidikan atau menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai
konsultan. Misalnya pelatihan baby siter, pelatihan perawat lansia, perawat
anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi klien saat ibadah haji.
Ada satu hal yang sangat menarik dari konsep nursepreseneur ini,
yaitu untukmenjadi perawat pengusaha atau perawat pebisnis kita hanya
perlu 5 langkah. Uniknya 5 langkah ini sangat sering dilakukan oleh
perawat. 5 langkah itu adalah bagian dari proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Jika
dikaitkan dengannursepreseneur, proses keperawatan itu akan menjadi 5
langkah awal untuk menjadi perawatpengusaha atau perawat pebisnis, yaitu
:
1. Pengkajian

Langkah pertama untuk memulai berbisnis adalah kita melakukan


pengkajian.Masalah adalah hal pertama yang kita ingin dapatkan dari
prosespengkajian. Maka untuk memulai bisnis, kita harus mengetahui
masalah apa yang terjadi. Saat ini yang paling berkuasa dalam dunia
bisnis adalah pasar (market). Maka pengkajian yang kita lakukan untuk
memulai berbisnis adalah mengkaji kebutuhan pasar.

2. Diagnosa
Langkah kedua setelah melakukan pengkajian adalah menetapkan
diagnosa. Dalam dunia bisnis, setelah kita mengetahui kebutuhan pasar

15
maka yang selanjutnya dilakukan adalah memetakan potensi yang bisa
kita masuki untuk menjawab kebutuhan pasar. Pemetaan potensi itu
dalam langkah ini adalah tahap diagnosa.

3. Perencanaan
Setelah kita mengetahui potensi pasar yang bisa kita masuki, maka
langkah selanjutya adalah menyusun rencana untuk bisa masuk kedalam
pasar yang sesungguhnya. Tahap perencaan ini merupakan tahap ketika
kita harus memiliki konsep usaha yang jelas dan detail.

4. Implementasi
Langkah ini adalah tahap bagi kita untuk take action. Konsep usaha
yang jelas harus diwujudkan dalam bentuk nyata. Tahap ini merupakan
tahap yang paling inti dalam proses berbisnis dan tentu saja merupakan
tahap yang paling sulit. Semua orang bisa punya ide, namun tidak semua
orang berani take action.

5. Evaluasi
Dalam sistem apapun, evaluasi merupakan bagian penting dan tidak boleh
terlupakan. Dari evaluasi ini, kita bisa mengetahui apakah implementasi yang kita
lakukan berhasil atau tidak. Sama dalam dunia bisnis, evaluasi akan memberikan
gambaran kepada kita apakah konsep yang sudah kita jalankan berhasil atau tidak.
Jika berhasil, maka kita bisa lakukan peningkatan, namun jika tidak, perubahan
rencana dan strategi bisa dilakukan

Jadi, yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan


keberanian untuk mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan
dengan optimis. Inilah yang membuat entreprenur selalu tampil dengan gagasan–
gagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang banyak atau kreatif.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Entrepreneurship atau kewirausahaan, berasal
dari entrepreneur (wirausahawan, berasal dari bahasa
Perancis entreprende yang berarti mengambil pekerjaan (to undertake).
Konsep mengenai entrepreneur adalah: the entrepreneur is one who
undertakes to organize, manage, and assume the risk of business.

Untuk menjadi nursepreneur yang sukses juga harus pintar untuk


mengambil keputusan disetiap peluang dan bekerja keras untuk mendapatkan
sesuatu. Jadi yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan
keberanian untuk mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan
dengan optimis. Inilah yang membuat entreprenur selalu tampil dengan
gagasan–gagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang banyak
atau kreatif.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan
perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan
etis perspektif.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan akan


berwirausaha dalam bidang kesehatan bagi mahasiswa di masa yang akan
datang, dan belajar berdasarkan kewirausahaan.

Perawat Harus Sukses, Perawat Harus Berani dan Perawat Berani


Berbeda.

17
18

Anda mungkin juga menyukai