Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi
yang memiliki arti pada atau tenang, demos yang memiliki arti penduduk, dan
logos yang memiliki arti ilmu pengetahuan, jadi epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penduduk. Sedangkan pada saat ini, epidemiologi adalah
salah satu cabang dari ilmu kesehatan untuk menganalisa distribusi dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan yang bertujuan
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangannya.
Populasi
tidak
subjek:
Populasi Sampel orang
sehat tanpa ya
sakit
Populasi tidak
Pada kerangka tabel tersebut, yang disebut dengan insiden kasus kelompok
terpapar adalah a/(a+c), sedangkan insiden kasus kelompok tidak terpapar adalah
b/(b+d).
Dimana risiko relatif pada penelitian kohor adalah:
𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟
𝑅𝑅 =
𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟
𝑎/(𝑎 + 𝑐) 𝑎 (𝑏 + 𝑑) 𝑎(𝑏 + 𝑑)
𝑅𝑅 = = × =
𝑏/(𝑏 + 𝑑) (𝑎 + 𝑐) 𝑏 𝑏(𝑎 + 𝑐)
Interpretasi:
1) RR = 1 , faktor risiko bersifat netral, risiko kelompok terpapar sama dengan
kelompok tidak terpapar.
2) RR > 1 , Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit.
3) RR < 1 , Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit (Bustan,
2006).
Beberapa keuntungan dari penelitian Cohort antara lain, informasi
mengenai paparan subyek bisa lengkap, termasuk pengendalian mutu data dan
pengalaman sebelumnya, memberikan urutan waktu yang jelas antara paparan dan
penyakit, terdapat
a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat dapat
digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan disuatu
wilayah dan menentukan prioritas masalah.
b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus
neonatorum disuatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan
untuk menyusun strategi yang efektif dan efisien dalam menggulangi masalah
tersebut, misalnya dengan mengirirm petugas lapangan untuk memberikan
penyuluhan pada ibu-ibu serta mengadakan imunisasi pada ibu hamil.
Demikian pula pada kelompok pembanding atau kontrol, dilakukan
pencatatan mengenai kesempatan untuk meneliti beberapa outcome sekaligus
yang terkait dengan paparan tertentu, memungkinkan perhitungan angka insidensi
(absolute risk) dan RR (relative risk), metodologi dan hasil penelitian mudah
dipahami oleh kalangan non-ahli epidemiologi, memungkinkan meneliti paparan-
paparan yang relatif jarang didapatkan.Meskipun demikian, rancangan kohort ini
juga memiliki beberapa kekurangan seperti, kurang sesuai untuk penyakit-
penyakit yang jarang terjadi karena dibutuhkan subyek dalam jumlah yang besar,
tidak sesuai apabila terdapat waktu yang cukup panjang antara paparan dan
manifestasi klinis penyakit. Tetapi, hal ini dapat diatasi dengan model penelitian
cohort retrospektif (historical cohort)yaitu sebagai berikut :
1. Pola paparan dapat mengalami perubahan selama penelitian tersebut
dilaksanakan. Sebagai contoh, seumpama ketika kita meneliti mengenai
paparan berupa kontrasepsi oral, dapat terjadi perubahan komposisi selama
pelaksaan penelitian yang mempengaruhi hasilnya menjadi kurang relevan.
2. Upaya untuk mempertahankan tingkat follow up yang tinggi (jumlah subyek
yang bisa dilakukan follow up) bisa jadi merupakan hal yang sulit.
Bentuk paling sederhana dari sebuah survey di populasi adalah
pengukuran prevalensi penyakit pada satu waktu. Penelitian cross-sectional
memiliki beberapa kegunaan seperti, survei nasional multi tujuan (Riskesdas atau
riset kesehatan dasar Indonesia), misalnya untuk mempelajari tren faktor risiko
atau gejala, identifikasi penyebab penyakit, dan evaluasi kebutuhan kesehatan.
Kegunaan berikutnya seperti, penelitian untuk mengetahui prevalensi penyakit,
dan kegunaan selajutnya yaitu penelitian etiologi penyakit, khususnya yang tidak
memiliki onset (tanggal mulai gejala) yang jelas, misalnya pada penyakit
bronkhitis kronis. Aktivitas Epidemiologi, antara lain:
1. Pengumpulan dan analisis pencatatan vital (kelahiran dan kematian)
2. Pengumpulan dan analisis data morbiditas dari rumah sakit, lembaga
kesehatan, klinik, dokter dan industri
3. Pemantauan penyakit dan masalah kesehatan komunitas yang lain
(Amiruddin, 2011).
Ukuran asosiasi juga merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara
suatu eksposur/faktor risiko dan kejadian suatu penyakit. Memasukkan suatu
perbandingan frekuensi penyakit antara dua atau lebih kelompok dengan berbagai
derajat eksposur. Beberapa ukuran asosiasi juga digunakan untuk mengestimasi
efek penyakit yang ditimbulkan (Azwar,1999). Ukuran asosiasi terdiri dari :
1.1 Ukuran Rasio
A. Risiko Relatif
Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan besarnya resiko untuk
mengalami penyakit pada populasi terpapar dibandingkan dengan populasi
tidak terpapar. Resiko relatif atau Relative Risk dipakai dalam studi
epidemiologi untuk menjelaskan apakah ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen atau ratio antara dua proporsi. Ratio
antara 2 proporsi ini adalah proporsi faktor resiko penyakit positif (terpapar)
dengan faktor resiko penyakit negatif (tidak terpapar). Relative risk biasanya
dipakai untuk penelitian kohort (Anonim1, 2010)
Risiko relatif sering disebut sebagai rasio risiko (risk ratio) adalah
perbandingan risiko peristiwa tertentu pada kelompok-kelompok orang yang
berbeda. Risiko relatif (RR) biasanya digunakan untuk memperkirakan
paparan terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi kesehatan. Risiko relatif
adalah rasio angka insidensi penyakit karena paparan dibandingkan dengan
angka insidensi penyakit yang sama tanpa terpapar, dengan rumus sebagai
berikut:
Relative Risk = Angka insidensi penyakit dalam kelompok yang terpapar
Angka insidensi penyakit dalam kelompok tanpa terpapar
Istilah lain untuk insidens komulatif adalah insidens risk. Syarat yang
digolongkan beresiko dalam insiden komulatif adalah:
1) Tidak sedang/telah terjangkit penyakit yang diteliti
2) Tidak imun terhadap penyakit yang diteliti
3) Memiliki organ sasaran yang masih intak
4) Hidup
5) Masih dalam jangkauan pengamatan
Sedangkan dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) / wabah. Misalnya keracunan
makanan, istilah yang digunakan adalah attack rate. Rumus sebagai berikut:
Person time adalah jumlah orang dalam resiko dikalikan dengan lamanya
orang-hari dalam resiko, yang digambarkan dalam orang-minggu, orang-bulan
atau orang-tahun tergantung dari jenis penyakit yang sedang diteliti. Untuk
masing-masing individu yang berada dalam populasi, maka waktu memiliki resiko
adalah waktu selama individu yang sedang diamati itu masih terbebas dari
penyakit.
1.3 Ukuran Beda
A. Beda risiko (risk difference) atau risiko atribut (attributable risk)
Beda risiko (risk difference/RD) atau disebut juga risiko atribut (attributable
risk/AR) dapat diperoleh dengan menghitung selisih angka insidensi kelompok
terpajan dan kelompok angka insidensi tidak terpajan dan hasilnya dianggap
sebagai pemaparan oleh faktor penyebab penyakit (atribut). Makin besar jumlah
kasus penyakit yang bisa dihindari seandainya dilakukan pencegahan terjadinya
paparan pada kelompok terpapar. Rumus Beda risiko sebagai berikut.
Angka Insidensi kelompok terpajan - angka insidensi kelompok tidak terpajan
(Richard F. Morton et all,2009)
Beda risiko menunjukkan kelebihan penyakit karena suatu factor di
subkelompok populasi yang terpajan oleh suatu factor. Jika “angka insidensi di
kalangan terpajan” diganti dengan “angka insidensi di seluruh populasi” dalam
rumus beda risiko, maka akan didapatkan population attribute risk. Population
attribute risk umumnya penting bagi pengambil kebijakan kesehatan masyarakat
karena population attribute risk mengukur potensial manfaat yang diharapkan jika
pajanan di dalam populasi dapat dikurangi (Richard F. Morton et all,2009)
B. Insidensi Rate (IR)
Insidensi adalah jumlah seluruh kas baru pada suatu populasi pada suatu
populasi pada suatu saat periode waktu tertentu. Indikator yang paling banyak
digunakan di dalam epidemologi bila dikaitkan dengan penderita baru dalam
waktu tertentu