Anda di halaman 1dari 209

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL- 16
MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL-16
MEI 2014

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JUNI 2014
ii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan


bahwa laporan yang saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan


bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, Juli 2014

Ayu Mayangsari

iii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


iv

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


v

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pencipta manusia dan
kehidupan, yang penuh rahmat dan kasih sayang. Alhamdulillah atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang telah dilaksanakan
pada tanggal 7 April-16 Mei 2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum
ini dengan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian
akhir apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Renni Septini., Apt. MARS selaku pembimbing selama PKPA di
RSPAD Gatot Soebroto atas ilmu-ilmu yang telah diberikan;
2. Ibu Dra. Juheini A, M.Si.,Apt selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
3. Kolonel (CKM), Drs. Hidayatul Rachman, Apt., M.Si selaku kepala
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto;
4. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI;
5. Bapak Drs.Hayun, M.Si.,Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI;
6. Seluruh staf medis maupun non-medis RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
atas bantuannya selama PKPA;
7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Farmasi UI atas
segala ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama penulis menempuh
pendidikan ini;
8. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis, atas segala bentuk dukungan,
perhatian, kasih sayang, serta doa tiada henti yang diberikan kepada
penulis;
9. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 78 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia atas dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin
selama menempuh pendidikan di program Profesi Apoteker.

vi

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

2014

vii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


viii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Ayu Mayangsari


Program Studi : Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad, Periode 7
April-16 Mei 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat


(RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad bertujuan agar calon Apoteker memahami
manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad. Tugas khusus yang diberikan dengan judul Laporan Kasus
Pasien CKD Stage 5 di Unit Perawatan Umum Lantai 4 Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad Tanggal 12 Mei – 16 Mei
2014 bertujuan untuk mengetahui DRP (Drug Related Problem) yang terjadi
berdasarkan terapi yang diberikan kepada pasien dan mengetahui peran Apoteker
dalam mencegah keparahan CKD lebih lanjut.

Kata Kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Rumah Sakit Pusat


Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad, CKD,
DRP (Drug Related Problem)
Tugas Umum : xi + 67 halaman, 4 gambar
Tugas Khusus : iii + 34 halaman, 4 gambar
Daftar Acuan Tugas Umum : 7 (1996-2014)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 18 (2001-2013)

ix

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 20
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 20
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM.................................................................................. 3


2.1 Rumah Sakit .................................................................................................. 3
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .......................................................... 7
2.3 Panitia Farmasi dan Terapi ............................................................................ 9
2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ....................................... 13
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit) ....................................... 15

BAB 3 GAMBARAN UMUM RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD . 20


3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto .................................................................. 20
3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ...................................................... 21
3.3 Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ................ 22
3.4 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum ........ 24

BAB 4 URAIAN HASIL KEGIATAN .............................................................. 37


4.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ............................ 37
4.2 Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ...................................... 37
4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto................... 38
4.4 Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto ..................................... 45
4.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi ........................................................... 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 66


5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 66
5.2 Saran ............................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad .................... 24


Gambar 4. 1 Struktur organisasi instalasi farmasi RSPAD................................... 39
Gambar 4. 2 Bukti Pengeluaran (BP) material dari gudang material................... 49
Gambar 4. 3 Form daftar permintaan obat dari Depo ke gudang farmasi ............ 51

xi

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


xii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL- 16
MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


JUNI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL-16
MEI 2014

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK
xiii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


JUNI 2014

xiv

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


xv

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pencipta manusia dan
kehidupan, yang penuh rahmat dan kasih sayang. Alhamdulillah atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang telah dilaksanakan
pada tanggal 7 April-16 Mei 2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum
ini dengan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian
akhir apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
10. Ibu Dra. Renni Septini., Apt. MARS selaku pembimbing selama PKPA di
RSPAD Gatot Soebroto atas ilmu-ilmu yang telah diberikan;
11. Ibu Dra. Juheini A, M.Si.,Apt selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
12. Kolonel (CKM), Drs. Hidayatul Rachman, Apt., M.Si selaku kepala
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto;
13. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI;
14. Bapak Drs.Hayun, M.Si.,Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI;
15. Seluruh staf medis maupun non-medis RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
atas bantuannya selama PKPA;
16. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Farmasi UI atas
segala ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama penulis menempuh
pendidikan ini;
17. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis, atas segala bentuk dukungan,
perhatian, kasih sayang, serta doa tiada henti yang diberikan kepada
penulis;
18. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 78 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia atas dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin
selama menempuh pendidikan di program Profesi Apoteker.

xvi

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

2014

xvii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 20
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 20
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM.................................................................................. 3


2.1 Rumah Sakit .................................................................................................. 3
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .......................................................... 7
2.3 Panitia Farmasi dan Terapi ............................................................................ 9
2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ....................................... 13
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit) ....................................... 15

BAB 3 GAMBARAN UMUM RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD . 20


3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto .................................................................. 20
3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ...................................................... 21
3.3 Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ................ 22
3.4 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum ........ 24

BAB 4 URAIAN HASIL KEGIATAN .............................................................. 37


4.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ............................ 37
4.2 Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ...................................... 37
4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto................... 38
4.4 Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto ..................................... 45
4.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi ........................................................... 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 66


5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 66
5.2 Saran ............................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

xviii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad .................... 24


Gambar 4. 1 Struktur organisasi instalasi farmasi RSPAD................................... 39
Gambar 4. 2 Bukti Pengeluaran (BP) material dari gudang material................... 49
Gambar 4. 3 Form daftar permintaan obat dari Depo ke gudang farmasi ............ 51

xix

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah satu diantara sarana kesehatan yang merupakan
rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan
farmasi rumah sakit merupakan satu diantara kegiatan di rumah skait yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Dewasa ini paradigma dunia farmasi tidak hanya fokus terhadap drug
oriented semata namun sudah mulai mencangkup patient oriented yang berfokus
pada keselamatan pasien terutama di sarana kesehatan yang terkenal dengan
sebutan farmasi klinis. Paradigma ini juga sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit
yang disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien (patient oriented) (Kementerian Kesehatan, 2006)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertugas dalam pengelolaan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
sampai dengan pengendalian semua perbekalan farmasi yang beredar dan

xx

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien rawat inap, rawat jalan maupun
untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar & Amalia, 2004).

Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan


tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker yang
bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk tidak hanya memiliki pengetahuan
mengenai manajemen pengelolaan perbekalan farmasi saja, namun juga
pengetahuan farmasi klinik. Satu diantara upaya untuk meningkatkan wawasan,
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi
kesehatan lainnya, maka Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama
dengan Rumah Sakit Pusat Anggkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad
menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan
PKPA yang diikuti penulis dilaksanakan mulai tanggal 7 April – 16 Mei 2014.

1.2 Tujuan
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini
bertujuan agar calon Apoteker memahami manajemen perbekalan farmasi dan
pelayanan farmasi klinik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

2 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Rumah Sakit
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah
Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial (Kementerian Kesehatan RI, 2009a).

2.1.2 Fungsi dan Tugas Rumah Sakit


Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, dan untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud fungsi
rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2009b).

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit


Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk member kemudahan
mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan pemilik serta
evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah sakit
pendidikan.
2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
1. Rumah sakit umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit disebut Rumah sakit umum. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi:
a. Rumah sakit umum kelas A
Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah akit
umum kelas A paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima
pelayanan spesialis penunjang medik, dua belas pelayanan medik spesialis lain,
dan tiga belas pelayanan medik subspesialis.
b. Rumah sakit umum kelas B
Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah
sakit umum kelas B paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat
pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya,
dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.
c. Rumah sakit umum kelas C
Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah
sakit umum kelas C paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan
empat pelayanan spesialis penunjang medik.

4 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


5

d. Rumah sakit umum kelas D


Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah
sakit umum kelas D paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.
2. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya disebut Rumah sakit khusus. Berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi:
a. Rumah Sakit khusus kelas A
b. Rumah Sakit khusus kelas B
c. Rumah Sakit khusus kelas C
2.1.3.2 Berdasarkan Pengelola
Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
a. Rumah sakit publik
Rumah sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
badan hukum yang bersifat nirlaba disebut Rumah sakit publik. Rumah sakit
publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit privat
Rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Persero Terbatas atau Persero disebut Rumah sakit privat.
2.1.3.3 Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara
terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya disebut Rumah sakit
pendidikan.

2.1.4 Organisasi Rumah Sakit


Definisi organisasi Rumah sakit adalah sebuah struktur yang dibangun
oleh rumah sakit sendiri yang memiliki tingkatan-tingkatan dan tugas masing-
masing serta saling membutuhkan satu sama lain. Organisasi tersebut dapat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


6

berdiri di bawah naungan pemerintah ataupun tidak. Rumah sakit yang tidak
berada di bawah naungan pemerintah adalah rumah sakit swasta yang terdiri dari
orang yang memiliki rumah sakit tersebut.
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas
kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.

2.1.5 Tenaga Kesehatan


Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi
profesi masing-masing. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:
1. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;
2. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;
3. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten
apoteker;
4. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan
entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan, dan sanitarian;
5. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;
6. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan
terapi wicara; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


7

7. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi


gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik
prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


2.2.1 Definisi IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi / fasilitas
di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia,
2004).
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara
umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu
rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian. Pada
IFRS, pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan paripurna yang mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan
obat berdasarkan resep bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian
mutu, distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit.
Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada
pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan (Siregar & Amalia, 2004)

2.2.2 Tugas dan Fungsi IFRS


Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


8

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk


meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

2.2.3 Ruang Lingkup IFRS


Ruang lingkup farmasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Farmasi klinik yaitu ruang lingkup farmasi yang dilakukan dalam program
rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan
obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit perawatan
klinis, pemeliharaan formularium; penelitian, pengendalian infeksi di
rumah sakit, serata informasi obat.
2. Farmasi non-klinik mencakup : perencanaan; penetapan spesifikasi produk
dan pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan
dan pengemasan kembali, distribusi dan pengendalian semua perbekalan
keesehatan yang beredar yang digunakan di rumah sakit secara
keseluruhan. (Siregar, 2004)

2.2.4 Struktur Organisasi IFRS


Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004, pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,
tujuan dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan
filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


9

Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan


perbekalan, pelayanan farmasi klinis dan manajemen mutu, serta harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan. Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat puncak, tingkat menengah dan garis depan. Manajer tingkat puncak
bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas
fungsi dari system mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian
besar merupakan kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk
mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan.
Manajer garis depan terdiri atas personil pengawas yang secara langsung
memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan.
Setiap personil IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan
fungsi mereka, dampaknya pada pelayanan dan bertanggung jawab untuk
mencapai mutu produk dan pelayanan (Siregar dan Amalia, 2004).

2.3 Panitia Farmasi dan Terapi


Menurut Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spasialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Tujuan Panitia
Farmasi dan Terapi adalah:
1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat dan evaluasinya.
2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan (Kementerian Kesehatan RI, 2004).

2.3.1 Organisasi dan Kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi


Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang
dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah
sakit setempat:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


10

1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)


dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter
bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua Staf Medis Fungsional
yang ada.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi
klinik, maka sebagai ketua adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah
apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur,
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya
diadakan sebulan sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat
mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat Panitia Farmasi dan Terapi
diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat (Kementerian
Kesehatan RI, 2004).
Charles Siregar dalam bukunya Farmasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa
keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota
tersebut mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar (misalnya
kelas A dan B) perlu diadakan suatu struktur organisasi Panitia Farmasi dan
Terapi yang terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai hak suara, sebagai
suatu tim pengarah dan pengambil keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh
berbagai subpanitia yang dipimpin oleh salah seorang anggota inti. Anggota
dalam subpanitia adalah dokter praktisi spesialis, apoteker spesialis informasi
obat, apoteker spasialis farmasi klinik dan berbagai ahli sesuai dengan keahlian
yang diperlukan dalam tiap subpanitia (Siregar dan Amalia, 2004).
Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolongan
penyakit sasaran obat, di beberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF
(Staf Medik Fungsional) yang ada. Panitia Farmasi dan Terapi dapat juga
membentuk subpanitia untuk kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


11

dan pelaporan reaksi obat merugikan, subpanitia evaluasi penggunaan obat,


subpanitia pemantauan resistensi antibiotik, subpanitia formulasi dietetik atau
subpanitia khusus jika perlu. Dalam subpanitia khusus ini, sering kali melibatakan
spesialis yang bukan anggota Panitia Farmasi dan Terapi (Siregar dan Amalia,
2004).

2.3.2 Fungsi dan Ruang Lingkup


Adapun fungsi dan ruang lingkup dari Panitia Farmasi dan Terapi antara
lain:
1. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota
staf medis.
3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus.
4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun
nasional.
5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan
terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus
menerus penggunaan obat secara rasional.
6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat (Kementerian Kesehatan RI, 2004).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


12

2.3.3 Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi


Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Farmasi dan Terapi memiliki
kewajiban antara lain:
1. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
2. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium
rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
3. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut (Kementerian
Kesehatan RI, 2004).

2.3.4 Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi


Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi memiliki tugas antara lain:
1. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);
2. Menetapkan jadwal pertemuan;
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan;
5. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit;
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait;
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan.
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi
lain;
9. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT;
10. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan;
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


13

12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan


obat pada pihak terkait.

2.3.5 Formularium Rumah Sakit


Definisi Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui
oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi
pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium terdiri dari
halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), daftar isi,
informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang
diterima untuk digunakan dan lampiran. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem
dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara
formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan
Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang
ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.

2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit


Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan
farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
1. Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk
dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
2. Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah
sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


14

catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus


penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan rencana
pengembangan.
3. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh
panitia pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari pabrik/
distributor/ pedagang besar farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan
sediaan farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan melalui
sumbangan/droping/hibah.
4. Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang
diproduksi adalah sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi
dengan harga murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil,
sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk
penelitian, sediaan nutrisi parenteral, dan rekonstruksi sediaan obat kanker.

5. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang


telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan
perbekalan farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa,
barang harus bersumber dari distributor utama, harus mempunyai material
safety data sheet (MSDS), khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus
mempunyai certificate of origin, dan tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun.
6. Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu
dan kestabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya
terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
7. Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


15

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh


pasien dengan mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Kementerian


Kesehatan RI, 2004)
2.5.1 Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep
meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan
pasien;
b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter;
c. Tanggal resep; dan
d. Ruangan atau unit asal resep.
Kesesuaian farmasetik meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan;
b. Dosis dan jumlah obat;
c. Stabilitas dan ketersediaan; dan
d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan.
Pertimbangan klinis meliputi :
a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat;
b. Duplikasi pengobatan;
c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat;
d. Kontraindikasi; dan
e. Efek aditif.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


16

2.5.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker
untukmemberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada
tenagakesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan dilingkungan rumah sakit;
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan
Terapi ;
3. Meningkatkan profesionalisme apoteker; dan
4. Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif
dan pasif;
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat, atau tatap muka;
3. Membuat buletin, leaflet, dan label obat;
4. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan
formularium rumah sakit;
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
6. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian. Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO).
Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis, dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO
sedini mungkin (terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya
jarang), menentukan frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua
faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya
ESO.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


17

Kegiatan monitoring efek samping obat meliputi:


a. Menganalisa laporan ESO;
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO;
c. Mengisi formulir ESO; dan
d. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni
kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring
ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat
mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan
sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans
obatindividu, dan surveilans unit pasien.

2.5.3 Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)


Alat untuk mengidentifikasi permasalahan terkait penggunaan obat seperti
dosis yang tidak benar, reaksi efek samping yang bisa dihindari, pemilihan obat
yang tidak tepat, dan kesalahan dalam penyiapan dan pemberian obat disebut
pengkajian penggunaan obat. Ini merupakan program evaluasi penggunaan obat
yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari
pengkajian penggunaan obat adalah:
1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/dokter tertentu;
2. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter
satu dengan yang lain;
3. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan
4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah
1. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
a. Rata-rata jumlah obat per pasien;
b. Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik;
c. Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


18

d. Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan


e. Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.
2. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut
:
a. Rata-rata waktu konsultasi;
b. Rata-rata waktu dispensing;
c. Persentase obat aktual yang disiapkan;
d. Persentase pelabelan yang benar; dan
e. Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.
3. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
a. Ketersediaan daftar obat-obat esensial
b. Ketersediaan obat-obat esensial.

2.5.4 Konseling
Kegiatan konseling merupakan suatu proses sistematik untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien mengenai nama obat,
tujuanpengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan
obat,efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan
interaksidengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk
pasiendengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien rujukan dokter,
2. Pasien dengan penyakit kronis,
3. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
4. Pasien geriatrik, dan
5. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya :
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:
a. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


19

b. Bagaimana cara pemakaiannya


c. Efek yang diharapkan dari obat tersebut
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

2.5.5 Ronde/visite pasien


Kegiatan ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk :
1. Pemilihan obat,
2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik,
3. Menilai kemajuan pasien, dan
4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut :
1. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari
kunjungan tersebut kepada pasien;
2. Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;
3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar; dan
4. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk
pemberian obat.
Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara apoteker
sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 3

GAMBARAN UMUM RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Pada awal abad 19 perkembangan rumah sakit militer di Indonesia
merupakan bagian dari strategi militer Belanda untuk tetap mempertahankan tanah
jajahannya (Bederlands Indies). Pada awal Januari 1808, Gubernur Jenderal
Daendles memperkuat militernya dengan mendirikan rumah sakit militer (Groot
Militaire Hospitalen) atau Rumah Sakit Garnisun di Jakarta.
Besarnya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi serdadu Belanda di Batavia
pada saat itu, menyebabkan pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun
rumah sakit militer yang besar dengan nama Groot Hospitaal Weltevreden. Satu
abad kemudian yaitu tahun 1942 rumah sakit ini dikenal dengan nama Militaire
Hospitaal Batavia dan merupakan cikal bakal RSPAD Gatot Soebroto.
Selama penjajahan Jepang (1942-1945), rumah sakit ini tetap berfungsi
sebagai rumah sakit militer di bawah Komando Angkatan Darat Jepang dengan
nama Rikugun Byoin. Setelah pengakuan kedaulatan RI, maka rumah sakit
tersebut dikuasai oleh KNIL sampai tahun 1950 yang diberi nama Leger Hospital
Batavia. Pada tanggal 26 Juli 1950 diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang diwakili oleh Letnan Kolonel Dr. Satrio dan dokter pihak KNIL oleh
Letkol Scheffer. Sejak saat itu namanya diganti menjadi Rumah Sakit Tentara
Pusat (RSTP).
Pada tanggal 1 Maret 1952 Letnan Kolonel Dr. Satrio menyerahkan
jabatan Kepala RSTP kepada Letnan Kolonel DR. Reksodiwirjo Wijotoarjo dan
sesuai dengan perkembangan organisasi Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan
Darat (DKT AD) menjadi Djawatan Kesehatan Angkatan Darat (DKAD). Sebutan
ini mempengaruhi juga nama RSTP menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
yang disingkat RSPAD dan nama ini digunakan sampai tahun 1970.
Mengingat jasa-jasa Letnan Jendral Gatot Soebroto yang bertekad
memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi rumah sakit kebanggaan

20 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat,
dipakailah nama Gatot Soebroto Ditkesad di belakang nama Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat atau RSGS. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan
Kepala Staf Angkatan Darat, Nomor SKEP/582/1970. Sesuai dengan tuntunan
organisasi agar lebih mudah pengucapannya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977
dibuat keputusan Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor:
SE/18/VIII/1977 yang isinya menetapkan bahwa nama rumah sakit ini berubah
menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad disingkat
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad sampai sekarang.
Saat ini RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tingkat I
di jajaran TNI yang memberikan pelayanan kesehatan bagi para prajurit, Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya serta masyarakat umum. Rumah sakit ini juga
digunakan oleh tim dokter kepresidenan dan sebagai tempat pemeriksaan pejabat
tertinggi dan tinggi negara. Untuk itu RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mendapat
dukungan fasilitas gedung dan alat kesehatan yang canggih.

RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi rumah sakit militer terbesar di


kawasan Asia yang terletak di Jl. Abdul Rachman Saleh No. 24 Jakarta Pusat,
dengan luas tanah 125.000 m2 dan luas bangunan 115.010 m2. RSPAD Gatot
Soebroto mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 757 tempat tidur dan
jumlah ini sangat fleksibel tergantung perkembangan rumah sakit.
Berdasarkan kapasitas tempat tidur dan unit pelayanannya RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tipe A. Berdasarkan peraturan
Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam), RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad menjadi rumah sakit rujukan tertinggi bagi seluruh angkatan dalam
jajaran Dephankam dan TNI (RSPAD Gatot Soebroto, 2014).

3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad
merupakan rumah sakit rujukan tertinggi bagi anggota TNI (Tentara Nasional
Indonesia) Angkatan Darat. Berdasarkan kriteria pembagian Rumah Sakit
menurut PerMenkes RI No.93/Menkes/SK/XI/1992 dan Undang-Undang

21 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


22

Republik Indonesia No.44 tahun 2009, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad termasuk rumah sakit kelas A yang memiliki
tenaga spesialistik dan subspesialistik yang lengkap dengan kapasitas tempat tidur
lebih kurang 1000, selain itu juga merupakan Rumah Sakit pendidikan. Pelayanan
kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ditujukan untuk melayani:
1. Pasien Dinas yaitu pasien anggota TNI Angkatan Darat, PNS Kementerian
Pertahanan dan Keamanan beserta keluarganya (suami/istri dan 2 anak
berusia maksimal 25 tahun belum menikah dan masih bersekolah), serta
pasien dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut
dan Angkatan Udara.
2. Pasien swasta, yaitu masyarakat umum yang berobat ke RSPAD baik
pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan (RSPAD Gatot Soebroto,
2014).

3.3 Visi, Misi dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
3.3.1 Visi
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi RS berstandar internasional,
sebagai rujukan tertinggi dan RS pendidikan utama, serta kebanggaan prajurit dan
masyarakat.

3.3.2 Misi
a. Menyelenggarakan fungsi RS tingkat pusat dan rujukan tertinggi AD
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.
b. Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang bermutu
secara menyeluruh untuk prajurit/ PNS TNI AD, untuk keluarga dan
masyarakat.
c. Mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan.
d. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pendidikan yang
berkelanjutan.
e. Memberikan lingkungan yang mendukung proses pemilahan dan
pendukung bayi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


23

3.3.3 Tugas dan Fungsi


Tugas pokok RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menyelenggarakan
fungsi perumahsakitan tertinggi di jajaran TNI AD, melalui upaya-upaya
pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan
kegiatan kesehatan promotif dan preventif.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad melaksanakan fungsi:
a. Pelayanan perumahsakitan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan
di bidang pelayanan medik, penunjang medik serta keperawatan bagi
personil TNI AD beserta keluarganya dalam rangka menunjang tugas
pokok TNI AD.
b. Rujukan dan supervisi, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di
bidang rujukan pelayanan pasien dan penunjang diagnostik dari rumah
sakit tingkat Kodam serta melaksanakan supervisi teknis medis dan
sistem/manajemen perumahsakitan.
c. Pendidikan dan pelatihan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan
penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan tingkat Diploma III, Strata I
dan Pasca Sarjana serta melaksanakan pelatihan dalam rangka peningkatan
profesionalisme dan keterampilan bagi personel kesehatan sesuai tingkat
dan kebutuhan pelayanan kesehatan.
d. Riset, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan dengan
menyelenggarakan penelitian ilmiah, pengembangan teknis medis dan
sistem perumahsakitan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.
e. Pembinaan profesi tenaga kesehatan di lingkungan Kesehatan TNI AD.
Meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang pemeliharaan dan
peningkatan profesionalisme melalui penyelenggaraan seminar, lokakarya,
temu ilmiah dan penulisan karya ilmiah kesehatan dalam rangka alih
teknologi (RSPAD Gatot Soebroto, 2014).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


24

3.4 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad

Struktur organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan


Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29
Desember 2006 adalah sebagai berikut:
A. Eselon Pimpinan Rumah Sakit, terdiri atas:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


25

1. Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, disingkat


Ka RSPAD Gatot Soebroto.
2. Wakil Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto,
disingkat Waka RSPAD Gatot Soebroto.
B. Eselon Pembantu Pimpinan, terdiri atas:
1. Ketua Badan Penasehat
2. Ketua Komite Medik
3. Ketua Komite Riset
4. Kepala Satuan Pengawasan Internal (Ka SPI)
5. Direktur Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed)
6. Direktur Pembinaan Penunjang Medis (Dirbinjangmed)
7. Direktur Pembinaan Penunjang Umum (Dirbinjangum)
8. Direktur Pembinaan Pengembangan (Dirbinbang)
C. Eselon Pelayanan, terdiri atas:
1. Sekretaris (Ses)
2. Kepala Informasi dan Pengolahan Data (Kainfolahta)
D. Eselon Pelaksana, terdiri atas:
1. Kepala Departemen Bedah
2. Kepala Departemen Penyakit Dalam
3. Kepala Departemen Kesehatan Jiwa
4. Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi
5. Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak
6. Kepala Departemen Jantung
7. Kepala Departemen Paru
8. Kepala Departemen Mata
9. Kepala Departemen Saraf
10. Kepala Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorokan
11. Kepala Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin
12. Kepala Departemen Gigi dan Mulut
13. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik
14. Kepala Instalasi Radiologi dan Kedokteran Nuklir.
15. Kepala Instalasi Patologi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


26

16. Kepala Instalasi Gawat Darurat


17. Kepala Instalasi Kamar Operasi
18. Kepala Instalasi Rawat Jalan
19. Kepala Instalasi Rawat Inap
20. Kepala Instalasi Anestesi
21. Kepala Instalasi Farmasi
22. Kepala Unit Kedokteran Militer
23. Kepala Unit Rikkes
24. Kepala Unit Gizi
25. Kepala Unit Gudang Material
26. Kepala Unit Kesehatan Lingkungan
27. Kepala Unit Teknik
28. Kepala Unit Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
29. Kepala Unit Penunjang Khusus
(RSPAD Gatot Soebroto, 2014).

3.4.1 Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah staf fungsional
yang memiliki integritas, otonomi dan profesionalisme sesuai dengan keahliannya
dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dalam penentuan standar pelayanan, pengawasan serta penilaian
mutu pelayanan kesehatan.
b. Memberikan saran dan pertimbangan medik dalam rangka rujukan pasien
ke rumah sakit lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad di bidang pendidikan, pelatihan serta pengembangan tenaga
kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto.
d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dalam menegakkan etika profesi dan etika Rumah Sakit serta
hokum kedokteran di RSPAD Gatot Soebroto.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


27

e. Memberikan saran dan pertimbangan dalam supervisi perumahsakitan


terhadap Rumah Sakit tingkat Kodam.

3.4.2 Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Adapun Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad diketuai oleh
seorang Pakar Ahli Fungsional yang memiliki kemampuan dan integritas di
bidang riset ilmu kesehatan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad terhadap rencana kegiatan penelitian dan pengembangan yang
akan dilaksanakan oleh setiap kecabangan ilmu kesehatan di RSPAD
Gatot Soebroto.
b. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi setiap pelaksanaan
penelitian dan pengembangan di RSPAD Gatot Soebroto.

3.4.3 Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
merupakan kelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis
komunikasi organisasi antara staf medik dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Komite Farmasi dan Terapi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dipimpin oleh
Dirbinjangmed, sekretaris I adalah Kepala Instalasi Farmasi, sekretaris 2 adalah
seorang apoteker dari Instalasi Farmasi dan beranggotakan dokter dari tiap
departemen, dengan Penasehat Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto.
KFT mulai berdiri pada tahun 1982, sejak diterapkannya Farmasi Rumah
Sakit di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dengan disusunnya Daftar Obat
Esensial (DOE) edisi I. Pada tahun 1992 disusun DOE edisi II, yang merupakan
tindak lanjut dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
085/MENKES/PER/I/1989, tentang kewajiban menulis resep dan atau
menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah serta
Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan No. 013/Kep/VI/1985 tentang
DOE ABRI edisi I dan Kep MENKES RI No. 216/MENKES/SK/III/1995 tanggal
8 Maret 1995 tentang Daftar Obat Esensial Nasional serta surat Harian Pangab

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


28

No. 2 tanggal 1 Januari 1998 tentang pelaksanaan tindakan penghematan dan


disiplin anggaran, pencegahan, penyimpanan dan pemborosan.
DOE merupakan acuan bagi para dokter di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dalam menuliskan resep kepada pasien secara rasional yaitu tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan waspada terhadap efek samping
obat. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad telah menerbitkan beberapa edisi DOE
yang antara lain :
1. DOE edisi V diterbitkan pada tahun 1997
2. DOE edisi VI diterbitkan bulan Juli 2002
3. DOE edisi VII diterbitkan bulan Juli 2007
4. DOE edisi VIII diterbitkan tahun 2009
5. DOE Edisi IX diterbitkan tahun 2012

3.4.4 Direktorat Pembinaan Penunjang Medik RSPAD Gatot Soebroto


Bagian Direktorat Pembinaan Penunjang Medik (Dirbinjangmed)
membawahi antara lain Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan
Perbekalan Kesehatan (Rendal Ada Bekkes) dan Bagian Perencanaan dan
Pengendalian Pengadaan Alat Kesehatan (Rendal Ada Alkes).
Rendal Ada Bekkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan
mengadakan perbekalan kesehatan, obat-obatan dan alat kesehatan sekali pakai,
sementara Rendal Ada Alkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan
mengadakan alat kesehatan inventaris. Namun, setelah era SJSN maka beberapa
kebijakan dan prosedur berubah mengikuti peraturan pemerintah sehingga yang
akan dibahas dalam laporan ini adalah tugas dan wewenang Rendal Ada
Bekkes/Alkes pada era SJSN.

3.4.4.1 Rendal Ada Bekkes


Kepala Bagian Administrasi Rendal Ada Bekkes membawahi Urusan
Perencanaan Perbekalan Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan
Perbekalan Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag
Rendal Ada Bekkes, Mayor. Ckm. Riboed Soemargo, S.Si., Apt., adalah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


29

memimpin, mengendalikan, dan mengawasi perbekalan kesehatan, serta


merencanakan perbekalan kesehatan di Farmasi.
Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan
pola perencanaan dan jumlah anggaran, barang dropping, stok yang tersisa dari
pengadaan sebelumnya, serta ketersediaan barang di pasaran. Pola perencanaan
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan konsumsi (data penggunaan bekal
kesehatan tahun sebelumnya) dan epidemiologi (pola kejadian penyakit di
masyarakat tahun sebelumnya).
Sebelum era SJSN, sumber Anggaran yang digunakan dalam pengadaan
bekal kesehatan antara lain:
a. DPK (Dana Pemeliharaan Kesehatan)
Merupakan dana yang diperoleh dari 2 % potongan gaji bruto dari TNI-AD
dan PNS TNI AD. Pengeluaran dari dana ini dilakukan tiap bulan dan
hanya untuk pembelian bekal kesehatan dan restitusi, biasanya
memberikan sumbangsih 47 % dari total anggaran pelayanan kesehatan.
b. RBK (Rutin Bekal Kesehatan)
Merupakan dana yang diperoleh dari APBN. Pengeluaran dari dana ini
dilakukan tiap triwulan dan hanya untuk semua bekal kesehatan dan alat
kesehatan, biasanya memeberikan sumbangsih 9 % dari total anggaran
pelayanaan kesehatan.
c. Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum)
Merupakan dana yang diambil dari keuntungan melayani masyarakat
umum untuk menunjang kekurangan dana dari DPK dan RBK.
Saat ini, sumber dana hanya berasal dari BPJS dan Yanmasum. Untuk
dana Yanmasum maka perencanaan melalui pimpinan rumah sakit kemudian
melalui Direktur Pembinaan Penunjang Medis dan bagian perencanaan dan
pengadaan rumah sakit, perencanaan tersebut merupakan perencanaan kebutuhan
secara menyeluruh selama satu tahun. Untuk pembelian, dilakukan melalui
pembelian langsung kepada PBF utama yang sudah menjadi rekanan RSPAD
Gatot Soebroto. Alur Perencanaan, Pengadaan, dan Distribusi Bekal Kesehatan
adalah sebagai berikut: pihak IFRS akan menyerahkan data yang dikumpulkan
dari Depo-Depo dan user mengenai pemakaian bekal kesehatan kepada Rendal

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


30

Ada Bekkes. Kemudian bagian pengadaan akan menghubungi PBF tersebut


setelah melalui persetujuan Kepala RSPAD. Setelah PBF datang, bagian yang
menerima bukan lagi Gudang Material ataupun Gudang Farmasi melainkan
Gudang Yanmasum.

3.4.4.2 Rendal Ada Alkes


Kepala Bagian Administrasi Rendal Ada Alkes membawahi Urusan
Perencanaan Alat Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan Alat
Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag Rendal Ada
Alkes, Letkol. Ckm. Drs. Ambiyo, Apt., adalah merencanakan pengadaan alat
kesehatan, mengendalikan pengadaan alat kesehatan, merencanakan pemeliharaan
alat kesehatan, dan mengendalikan pemeliharaan alat kesehatan.
Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan
permintaan langsung dari user. Jika tidak ada permintaan dari user maka tidak
bisa dilakukan pengadaan. User hanya boleh menyebutkan spesifikasi alat
kesehatan inventaris yang dibutuhkan dan tidak boleh menyebutkan merek
langsung.
User mengajukan rencana kebutuhan alkes kepada Kepala RSPAD dengan
tembusan kepada Dirbinjangmed dan Kabagrendalada Alkes. Setelah itu
Kabagrendalaada Alkes mengajukan persetujuan ke Dirbinjangmed sementara
Dirbinjangmed meminta persetujuan penggunaan dana PNBP Yanmasum. Jika
PNBP Yanmasum telah setuju maka persetujuan itu akan dibawa ke Kepala
RSPAD. Jika Kepala RSPAD telah setuju, maka Kabagrendalada Alkes akan
mengajukan pengadaan alkes kepada Unit Layanan Pengadaan dan Pejabat
Pengadaan. Setelah selesai urusan harga dan kontrak, maka kontrak akan
diserahkan kepada Pejabat Keuangan, kemudian kontrak yang sudah dibayar akan
diserahkan kepada Unit Gudang Material bersama dengan barangnya. Barang
tersebut kemudian akan diserahkan kepada user sesuai dengan PPM.

3.4.5 Direktorat Pembinaan Pelayanan Medik (Dirbinyanmed) RSPAD Gatot


Soebroto Ditkesad

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


31

Dirbinyanmed membawahi beberapa bagian. Bagian dibawah


Dirbinyanmed yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian adalah Bagian
Administrasi Pasien dan Informasi Medis.

3.4.5.1 Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis (Minpasien dan Formed)
Minpasien dan Formed adalah organisasi yang langsung berada di bawah Sub
Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Subdirbinyanmed) dan bertanggung
jawab kepada Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed).Tugas
pokok bagian ini adalah membantu Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan prosedur-prosedur untuk
penerimaan, pemulangan dan pengolahan administrasi pasien serta pelaporan.
Kepala Bagmin Pasien dan Formed membawahi:
1. Kepala Seksi Administrasi Pasien (Kasimin Pasien) Kasi Min Pasien
dalam tugasnya dibantu oleh:
a. Kepala Urusan Pendaftaran Pasien (Kaur Pendaftaran Pasien)
b. Kepala Urusan Administrasi Catatan Medis (Kaurmin CM)
c. Kepala Urusan Data Pelayanan Medis (Kaur Data Yanmed)
d. Kepala Seksi Informasi Medis (Kasi Informasi Medis)
2. Kasi Informasi Medis dibantu oleh:
a. Kepala Urusan Data Pelayanan (Kaur Data Yan)
b. Kepala Urusan Penyajian Informasi Medis (Kaur Saji Formed)
Penyimpanan rekam medik disusun berdasarkan nomor dan warna. Rekam
medik mengandung 6 unsur: administrasi, keaslian, keuangan, penelitian/
diagnosa, pendidikan. Dokumentasi Rekam medik dimusnahkan setiap 5 tahun
sekali.

3.4.6 Unit lain yang Berkaitan dengan Pekerjaan Kefarmasian


3.4.6.1 Unit Gudang Material
Tugas pokok Unit Gudang Material yaitu menerima, menyimpan,
memelihara dan mendistribusikan material kesehatan dan material umum.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


32

Material kesehatan terdiri dari alat kesehatan, obat-obatan, medical supply, dan
gas medik sedangkan material umum terdiri dari alat tulis kantor (ATK),
administrasi kantor, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan. Mekanisme
kegiatan di unit gudang material :
1. Mekanisme penerimaan material:
a. Berdasarkan Surat Perintah Penerimaan Material (SPPM) disertai
dengan kontrak atau Surat Pesanan Dalam Negeri (SPDN)/Surat
Perintah Pengeluaran (SPP)/Nota Pembelian (NP)/Bukti Penyerahan
(BP).
b. Diterima oleh tim komisi penerimaan barang, disaksikan oleh kepala
unit gudmat dan rekanan.
c. Dibuat berita acara penerimaan (BA).
2. Mekanisme penyimpanan material:
a. Disimpan di gudang penyimpanan material sesuai dengan jenisnya.
b. Dicatat di buku penerimaan material.
c. Dicatat di kartu persediaan material (warna merah) dan kartu
pertanggungjawaban (warna putih).
3. Mekanisme pemeliharaan material:
a. Material ditempatkan pada suhu yang sesuai, sirkulasi udara baik dan
cukup penerangan listrik.
b. Aman dari pencurian, kebakaran, kebocoran air dan hewan pengerat.
4. Mekanisme pengeluaran material kesehatan:
a. Berdasarkan SPPM dan dibuat BP.
b. Dicatat dibukti pengeluaran, dikeluarkan dari kartu persediaan dan
kartu pertanggungan jawab.
5. Mekanisme pengembalian material:
a. Kepala departemen membuat nota dinas pengembalian material ke
direktur pembinaan dan penunjang medik (untuk material kesehatan)
dan direktur pembinaan dan penunjang umum (untuk material umum).
b. Kepala bagian rencana pengadaan bekal kesehatan memeriksa tingkat
kerusakan alat kesehatan dan dibuat berita acara kerusakan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


33

c. Berdasarkan BA yang telah disetujui direktur pembinaan dan penunjang


medik atau direktur pembinaan dan penunjang umum, kepala
departemen mengisi formulir mutasi inventaris.
d. Material kesehatan dikembalikan ke gudang material disertai BA dan
formulir mutasi inventaris.

6. Mekanisme penghapusan material:


a. Kepala unit gudmat mengajukan usulan penghapusan ke direktur
pembinaan dan penunjang medik atau direktur pernbinaan dan
penunjang umum.
b. Tim panitia pencelaan atau penghapusan memeriksa dan membuat
berita acara pencelaan atau penghapusan.
c. Berdasarkan BA tersebut, direktur pembinaan dan penunjang medik
atau direktur pembinaan dan penunjang umum membuat surat usulan
penghapusan material ke direktur kesehatan angkatan darat yang
ditandatangani oleh kepala RSPAD Gatot Soebroto.
7. Mekanisme distribusi material dari gudang material ke IFRS:
a. Material diterima oleh tim komisi penerimaan barang, disaksikan oleh
Kepala Unit Gudmat dan rekanan.
b. Dibuat berita acara penerimaan (BA).
c. Diserahkan ke instalasi farmasi sesuai dengan material kesehatan yang
diterima oleh kepala unit gudmat.
d. Pendistribusian ke pemakai dilaksanakan oleh instalasi farmasi
Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun secara alphabetis, terdiri atas :
1) Golongan A1 kering seperti serbuk, tablet, kapsul dan lain-lain.
2) Golongan A1 basah seperti sirup (potio), cream, injeksi dan lain-lain.
3) Golongan A2 Medical Supply
4) Golongan A3 pembalut seperti perban, kapas dan lain-lain.
5) Golongan B1 alat kesehatan seperti spuit, jarum suntik dan lain-lain.
Untuk obat-obatan gudmat membuat laporan setiap 6 bulan sekali,
sedangkan untuk alat kesehatan gudmat membuat laporan 3 bulan sekali. Obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


34

diterima dan disesuaikan dengan surat kontrak oleh gudmat, kemudian dibukukan
dan disimpan di gudang obat dan alat kesehatan. Sistem pengeluaran barang yang
digunakan adalah sistem FEFO (First Expired First Out). Setiap barang yang
keluar dan masuk harus dicatat dikartu stok.

3.4.6.2 Unit Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan Pengendalian Nosokomial


Unit Kesling berada di bawah Ka RSPAD. Tugas Kesling sebagai
pelaksana pengelolaan lingkungan meliputi:
1. Pengelolaan limbah cair Limbah cair berasal dari berbagai macam unit,
seperti laboratorium, ruang perawatan, dapur, laundry. Penanganan limbah
cair menggunakan sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Di
RSPAD terdapat 6 unit IPAL, yaitu :
a. IPAL Laundry
b. IPAL Rehabilitasi Medik
c. IPAL Paru
d. IPAL IKA (anak)
e. IPAL Jiwa
f. IPAL Kartika
Pemantauan pengolahan limbah di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BAPEDALDA
(Badan Pengendalian Limbah Daerah) untuk melihat aman tidaknya Iimbah
tersebut. Parameter pemeriksaan Iimbah cair adalah Chemical Oxygen Demand
(COD), Biological Oxygen Demand (BOD), dan zat padat tersuspensi.
2. Pengelolaan limbah padat Limbah padat dibedakan menjadi :
a. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari ruangan perawatan,
laboratorium radiologi, kedokteran, kamar operasi, dan UGD.
Penanganannya dilakukan dengan proses pembakaran menggunakan
incenerator dengan suhu 1000°C - 1300°C.
b. Limbah nonmedis terdiri dari:
1) Limbah organik seperti sampah dapur, kertas.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


35

2) Limbah anorganik seperti botol plastik, botol infus, vial dan ampul.
Penanganannya dilakukan dengan membuang limbah ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir), kemudian oleh Dinas Kesehatan DKI
dalam 1 minggu diambil 2 kali.
3. Pengelolaan limbah gas agar tidak terjadi polusi udara maka hasil
pembakaran limbah padat yaitu limbah gas yang dihasilkan harus dibakar
lagi dengan api suhu 1000°C, sehingga gas yang keluar tidak
membahayakan lagi atau sesuai dengan standar baku.
4. Pengawasan makanan
Dilakukan oleh unit gizi yang bertanggung jawab kepada Ka RSPAD.
5. Pengelolaan dan pengawasan kualitas air bersih. Air bersih RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad berasal dari:
a. PDAM
b. Artesis (air tanah) Menggunakan filter penyaring dengan kapasitas
100 liter/jam. Kandungan air juga diperiksa secara kimia, fisika dan
mikrobiologi.
6. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menggunakan desinfektan untuk
ruangan pasien yang terinfeksi dan kamar operasi.
7. Pengawasan kualitas kebisingan dan pencahayaan.
8. Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu. Pemberantasan ini
dilakukan dengan 3 cara:
b. Fisik: ditangkap dengan menggunakan perangkap.
c. Kimia: menggunakan bahan kimia, misal racun tikus dan lainnya.
d. Biologi: memelihara ikan ke dalam selokan air untuk memakan jentik
nyamuk.
9. Penyuluhan.
Dilakukan setahun 4 kali dimana materinya mencakup tentang kesehatan
lingkungan dan higiene rumah sakit dengan adanya interaksi baik dengan diskusi
ataupun ceramah. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad
sudah mempunyai laboratorium kesehatan lingkungan. Manfaat dari laboratorium
kesling tersebut adalah untuk memeriksa udara baik yang terdapat di dalam
ruangan maupun diluar ruangan, air, makanan dan minuman, limbah cair yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


36

terdapat di lingkungan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.


Kemampuan laboratorium kesling sebagai berikut:
a. Memeriksa parameter kualitas udara dalam ruangan.
b. Memeriksa parameter kualitas air.
c. Memeriksa parameter kualitas limbah cair merupakan pemeriksaan
swapantau yang dianjurkan oleh Bapedal DKI Jakarta.
d. Memeriksa kualitas makanan atau minuman.
e. Metode dan lokasi pemantauan serta tolak ukur: kebisingan dan kualitas
udara, pengukuran pencahayaan, pengukuran suhu dan kelembaban,
pemeriksaan partikel debu.
f. Metode dan lokasi pemantauan sampah padat.
g. Kualitas air limbah.
h. Kualitas air bersih.
i. Pemantauan serangga dan binatang pengganggu.
j. Pemantauan infeksi nosokomial.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 4

URAIAN HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI


APOTEKER DI INSTALASI FARMASI RSPAD GATOT
SOEBROTO DITKESAD

4.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Visi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menjadi
unit pelayanan kebanggaan prajurit dan masyarakat, khususnya pelayanan
kesehatan di bidang kefarmasian. Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad adalah:
1. Melaksanakan pelayanan perbekalan kesehatan bagi TNI dan keluarganya
yang berobat di RSPAD Gatot Soebroto.
2. Memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga medik maupun
paramedik secara berkesinambungan.
3. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan faktor
lingkungan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mampu
menjawab tantangan tugas masa depan.
4. Melaksanakan fungsi kefarmasian dalam Komite Farmasi dan Terapi.
5. Melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan bagi sarjana farmasi,
profesi apoteker dan kedokteran, mahasiswa Akademi Keperawatan
(AKPER), dan siswa Sekolah Menengah Farmasi (SMF).
6. Melaksanakan pelayanan obat bagi masyarakat umum yang berobat di
RSPAD Gatot Soebroto.
7. Melaksanakan lain-lain fungsi sesuai dengan disiplin ilmu kefarmasian

4.2 Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


4.2.1 Tujuan Umum
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mempunyai tujuan
umum untuk memberikan pelayanan di bidang kefarmasian secara paripurna, baik
untuk lingkungan TNI AD/PNS TNI AD beserta keluarganya maupun masyarakat
umum.
4.2.2 Tujuan Khusus

37 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mempunyai tujuan
khusus untuk :
1. Memberikan pelayanan di bidang obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada prajurit TNI AD atau PNS TNI AD beserta keluarganya secara
optimal.
2. Meningkatkan derajat kesehatan prajurit TNI AD atau PNS TNI AD
beserta keluarganya maupun masyarakat umum melalui pelayanan
kefarmasian untuk mencapai masyarakat yang sehat, agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Menyelenggarakan fungsi kefarmasian secara profesional dan berorientasi
kepada kepentingan penderita dengan melaksanakan program penggunaan
obat secara “rasional” yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
pasien, dan waspada terhadap efek samping obat.
4. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan baik ke dalam maupun ke luar
guna meningkatkan ketrampilan dan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kefarmasian.

4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto


Ditkesad
Kepala Instalasi Farmasi dijabat oleh seorang Perwira Menengah (Pamen)
TNI AD berkualifikasi Apoteker dengan pangkat Kolonel CKM. Tugas dan
kewajiban Kepala Instalasi Farmasi sebagai berikut:
1. Merencanakan, menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan
kefarmasian.
2. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan obat dan suplai medik.
3. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan gas medik.
4. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan monitoring efek samping obat.
5. Menyelenggarakan pemeliharaan alat kesehatan meliputi pemeliharaan
berkala dan perbaikan tingkat ringan, sedangkan untuk perbaikan tingkat
sedang dan berat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak ketiga.
6. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan
obat dan suplai medis serta pemeliharaan alat kesehatan.

38 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


39

7. Melaksanakan pembinaan personil di jajaran Instalasi Farmasi.


8. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto.

Kepala Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:


1. Kepala Kelompok Administrasi, disingkat Kapokmin
2. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Materiil Kesehatan, disingkat Kasub Instal
Yanmatkes.
3. Kepala Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan, disingkat Kasub Instal
Haralkes.
4. Kepala Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat, disingkat Kasub
Instal Jang Info Obat.
5. Staf Fungsional, disingkat SF.

[sumber: Kasub Instal Haralkes, 2014]

Gambar 4. 1 Struktur organisasi instalasi farmasi RSPAD


Gatot Soebroto Ditkesad

4.3.1 Sub Bagian Instalasi Penunjang dan Informasi (Sub Instal Jang dan Info)
Sub Instal Jang dan Info dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD
berkualifikasi apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS golongan IV/a – b
dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


40

1. Merencanakan, menyediakan, meyimpan dan mendistribusikan obat dan


suplai medis untuk kebutuhan seluruh RSPAD Gatot Soebroto.
2. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan suplai medis serta monitoring
efek samping obat, khususnya bagi penderita rawat inap.
3. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan
matkes serta pemeliharaannya.
4. Memberikan informasi persediaan obat bulanan untuk seluruh unit
pelayanan.
5. Menerbitkan leaflet mengenai informasi obat.
6. Merencanakan, menyiapkan dan mengevaluasi pemakaian obat-obat
sitostatika.
7. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi.
8. Melaksanakan pengembangan pendidikan, pelatihan dan pelayanan
kefarmasian.
9. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Jang dan
Info
10. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi
Farmasi.

Kasub Instal Jang dan Info membawahi dua bagian, yaitu Bagian
Penunjang dan Bagian Informasi dan MESO. Kepala Seksi Penunjang (Kasi
Penunjang) membawahi dua sub bagian, yaitu Perbekelan Kesehatan dan Gudang
Farmasi dan Produksi. Kepala Seksi Informasi dan MESO (Kasi Info dan MESO)
membawahi dua sub bagian, yaitu Informasi Obat dan MESO.
4.3.1.1 Bagian Penunjang
Kepala Seksi Penunjang dijabat oleh seorang PNS berkualifikasi Apoteker
berpangkat golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Membuat rencana kebutuhan obat, suplai medis dan kebutuhan produksi
setiap triwulan
2. Membuat perencanaan, penanganan dan pelaporan khusus untuk obat-obat
sitostatika
3. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat, suplai medis dan obat-
obat yang diproduksi sendiri

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


41

4. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika dan


psikotropika yang diminta melalui unit bekkes
5. Melaporkan setiap obat-obat yang sudah mendekati kadaluarsa dan
persediaan yang kosong
6. Melaksanakan stok opname obat dan suplai medis setiap akhir tahun
anggaran
7. Melaksanakan dan mengawasi penyimpanan obat dan suplai medis
menurut peraturan yang berlaku
8. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Perencanaan dan Pengadaan
mengenai pengadaan bekkes
9. Melaksanakan evaluasi terhadap mutu obat yang diproduksi disertai
dengan tindak lanjutnya
10. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup seksi penunjang
11. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Jang dan Info
Kasi Penunjang membawahi Bekkes dan Gudang. Kaur Bekkes dan
Gudang dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ c – d dengan tugas
dan kewajiban sebagai berikut:
1. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat dan suplai medis setiap
bulan
2. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika,
psikotropika, sitostatika dan obat-obat khusus yang dilayani setiap bulan.
3. Mencatat dan melaporkan setiap obat-obat yang mendekati
kadaluarsa dan obat yang rusak
4. Melaporkan persediaan obat yang tidak ada di persediaan
5. Melaksanakan permintaan obat ke unit Gudmat
Selain Bekkes dan Gudang, Kasi Penunjnag juga membawahi Produksi.
Kaur Produksi dijabat oleh seorang PNS berpangkat gol. III/ c – d dengan
tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Memproduksi obat sesuai dengan formula yang ada dibawah pengawasan
Kasi Penunjang
2. Mencatat dan melaporkan semua hasil produksi yang telah di buat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


42

3. Mencatat dan melaporkan pengeluaran hasil produksi


4. Melakukan pemeriksaan mutu terhadap hasil produksi secara organoleptis
5. Mencatat dan melaporkan bahan baku yang tidak ada dalam persediaan ke
Kasi Penunjang
6. Menyelenggarakan stock opname bahan baku dan sediaan hasil produksi
setiap akhir tahun anggaran
Produksi dibawah instalasi farmasi terbagi menjadi produksi steril dan
non-steril. Contoh dari produksi non-steril antara lain hand rub, rivanol, tetes
telinga, larutan H2O2, salep boor, lotio kumerfeldi, formalin 10%, gentian violet,
elektrolit glukosa, betadine gargle, potio nigra, chloral hydrat, syrup simplex,
amonia 10%, hingga beberapa jenis salep.
4.3.1.2 Bagian Informasi Dan Meso
Kepala Seksi Informasi dan MESO dijabat oleh seorang PNS berpangkat
golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan kegiatan informasi obat kepada tenaga medis, para medis,
pasien dan keluarganya
2. Melaksanakan Monitoring Efek Samping Obat di setiap unit pelayanan
pasien rawat inap dan rawat jalan
3. Mendidik dan membimbing para Sarjana Farmasi, siswa SMF yang
membutuhkan informasi tentang obat dan system pelayanan farmasi dalam
praktek kerja di Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
4. Membuat dan menerbitkan brosur tentang obat baru yang beredar di
pasaran secara periodik
5. Membuat edaran obat yang tersedia maupun tidak tersedia secara periodik
6. Melaksanakan kegiatan PKMRS bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
beserta keluarganya
7. Melaksanakan koordinasi dengan unit Rekam Medik dalam pelaksanaan
Monitoring Efek Samping Obat
8. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instal Info dan
MESO
9. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Jang dan Info

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


43

Kasi Info dan MESO membawahi Bagian Informasi Obat. Perwira Urusan
Informasi Obat (Paur Info Obat)dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan
III/ a- b dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Membuat edaran obat - obatan dan suplai medis yang ada setiap 2 minggu
sekali
2. Mencatat dan mengedarkan informasi obat kepada tenaga medis dan
paramedis
3. Membuat dan menginformasikan kepada unit pelayanan tentang obat dan
suplai medis yang mendekati kadaluarsa
4. Mengumpulkan dan mencatat semua informasi mengenai obat yang
diterima dari unit pelayanan rawat inap dan rawat jalan
Kasi Info dan MESO membawahi Bagian MESO.Perwira Urusan MESO
(Paur MESO)dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ a – b, dengan
tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mencatat semua keluhan-keluhan medis, paramedis dan pasien mengenai
efek samping obat.
2. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai
pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan.
3. Mengidentifikasi obat - obatan dan pasien yang mempunyai risiko
mengalami efek samping obat.
4. Menyiapkan, mengedarkan dan mengisi formulir efek samping obat

4.3.2 Sub Bagian Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan dan Gas Medis
Sub Instal Haralkes dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berkualifikasi
Apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS IV B dengan tugas dan
kewajiban sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan perencanaan program kerja bidang pemeliharaan dan


perbaikan alat kesehatan.
2. Memonitor inventaris alat kesehatan di seluruh RSPAD Gatot Soebroto.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


44

3. Menyelenggarakan perencanaan, penyimpanan dan pendistribusian gas


medik untuk seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
4. Menyusun laporan berkala seluruh kegiatan pemeliharaan alat kesehatan
dan pendistribusian gas medik serta mengevaluasi dan
menindaklanjutinya.
5. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kaur.

6. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Logistik mengenai pengadaan


gas medik
7. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Haralkes
8. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi
Farmasi

Kasub Instal Haralkes membawahi dua bagian, yaitu Pemeliharaan Alat


Kesehatan (Haralkes) dan Pemeliharaan Instalasi Gas Medik (Har Instal Gas
Medik). Kepala Urusan Nik Haralkes dijabat oleh seorang Pama TNI AD
berpangkat Kapten CKM dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mengkoordinir dan melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan alat
kesehatan.
2. Menghimpun dan menyusun permintaan pemeliharaan dan perbaikan alat
kesehatan dari pengguna untuk dasar proses perbaikan alat kesehatan.
3. Melaksanakan program pemeliharaan dan perbaikan per triwulan
4. Membuat laporan pelaksanaan program pemeliharaan dan perbaikan per
triwulan.
5. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Haralkes
Selain Haralkes, terdapat juga Har Instal Gas Medik. Kepala Urusan Nik
Har Instal Gas Medik dijabat oleh seorang PNS berrpangkat golongan III/ c – d
dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mengkoordinir dan melaksankaan semua kegiatan distribusi gas medik.
2. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran gas medik setiap bulan.
3. Mencatat dan melaporkan setiap bulan mengenai peredaran tabung gas
medik yang kosong.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


45

4. Melaporkan persediaan gas medik yang kososng dan terlambat


pengirimannya.
5. Melaksanakan stock opname setiap akhir tahun.
6. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Haralkes.

4.4 Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


4.4.1 Pemilihan, Perencanaan, dan Pengadaan Perbekalan Kesehatan
4.4.1.1 Pemilihan
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1197/MENKES/SK/2004, pemilihan atau
seleksi merupakan langkah awal dalam siklus pengelolaan perbekalan farmasi.
Pemilihan merupakan kegiatan mulai dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menetukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi hingga
menjaga dan memperbaharui standar obat.
Di RSPAD Gatot Soebroto pemilihan perbekalan farmasi dilakukan
berdasarkan daftar obat dalam formularium, dimana dalam formularium ini
tercantum daftar perbekalan farmasi yang di-cover oleh Jaminan Kesehatan
nasional (JKN).
Pemilihan perbekalan farmasi yang tepat bertujuan untuk mendukung
terselenggaranya penggunaan obat dan biaya yang efektif dan rasional. Oleh
karena itu, apoteker memiliki peranan penting dalam kegiatan pemilihan ini.
4.4.1.2 Perencanaan dan Pengadaan
Menurut Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit tahun 2004,
perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yan telah
ditentukan disesuaikan anggaran yang tersedia. Metode perencanaan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi,
sedangkan pedoman perencanaan perbekalan farmasi dapat berupa DOEN,
formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, data catatan medik, data

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


46

pemakaian periode lalu, sisa persediaan, serta rencana pengembangan dan


anggaran yang tersedia. Perencaaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad yang meliputi sediaan farmasi dan alat kesehatan habis pakai, disusun
menggunakan metode kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi.
Sebelum menjadi satu di antara Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
(BPJS), pengadaan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarkan
daftar kebutuhan Depo farmasi selama satu tahun. Daftar ini kemudian dilaporkan
kepada Kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto. Semua kebutuhan dari
Depo farmasi akan dikompilasi dalam rencana kebutuhan tahunan. Depo-Depo
farmasi menyusun daftar kebutuhan perbekalan farmasi dengan metode konsumsi
berdasarkan rata-rata konsumsi per bulan selama 12 bulan terakhir. Selain itu,
metode epidemiologi juga diterapkan. Data jumlah pasien beserta jenis penyakit
yang diderita akan sangat memnbantu dalam memproyeksikan kebutuhan
perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad .

Setelah Rencana Kebutuhan (Renbut) tahunan telah disetujui oleh Kepala


Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto selanjutnya akan diajukan kepada
Direktur Pembinaan dan Penunjang Medik (Dirbinjangmed) untuk dikaji kembali
mengenai anggaran yang tersedia, kapasitas gudang, dan waktu yang dibutuhkan
mulai dari barang dipesan sampai barang siap didistribusikan ke instalasi farmasi.
Renbut yang telah dikaji kemudian disusun kembali menjadi Renbut dan Program
Kerja (Progja) dan perbekalan kesehatan untuk kebutuhan RS. Pengadaan
perbekalan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad kemudian akan
dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Pejabat Pengadaan yang
berada di bawah pengawasan Dirbinjangmed.
Sejak diterapkannya Sistem Jaminan Sosisal Nasional (SJSN), sistem
perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad yang merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
berubah. Perencanaan perbekalan farmasi saat ini dilakukan berdasarkan daftar
kebutuhan dari Depo farmasi yang disusun berdasarkan buku defecta, yaitu buku
catatan perbekalan farmasi yang habis atau hampir habis. Daftar kebutuhan dari
semua Depo farmasi kemudian dikompilasi oleh Bagian Pengadaan di Pelayanan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


47

Kesehatan Masyarakat (PKM) yang bertugas memesan perbekalan farmasi ke


distributor. Penyuplai perbekalan farmasi merupakan distributor pilihan yang
memiliki track record yang baik dan menawarkan produk berkualitas dengan
harga yang sesuai.

4.4.2 Penerimaan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Distributor akan mengirim perbekalan farmasi yang dipesan oleh Bagian
Pengadaan PKM sesuai jam pemesanan. Barang yang dipesan pada pagi hari
sebelum pukul 10.00, akan dikirim pada pukul 10.00, untuk pemesanan di atas
pukul 10.00, barang akan diantarkan ke RSPAD Gatot Soebroto pada siang hari.
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Bagian Gudang PKM.
Sebelum disimpan dalam gudang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian barang yang
datang dengan barang yang dipesan. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan
kesesuaian barang dengan faktur, meliputi alamat pengirim dan alamat yang
dituju, nama produk, jenis, potensi, spesifikasi, tanggal kadaluarsa dan jumlah
produk. Faktur kemudian diserahkan ke Bagian Administrasi PKM untuk
didokumentasikan sebagai tatanan naskah (Takah) yang nantinya akan dilaporkan
kepada Kepala Bagian PKM.
Setelah pemeriksaan barang datang, dilakukan penyimpanan perbekalan
farmasi di gudang sesuai dengan jenis, bentuk sediaan, dan stabilitas. Penyusunan
barang di gudang menggunakan sistem First In First Out (FIFO) atau First
Expaired First Out (FEFO). Penyimpanan perbekalan farmasi dipisahkan
berdasarkan jenis sediaannya yaitu sediaan padat seperti tablet dan kapsul, sediaan
semi padat seperti krim dan salep, serta sediaan cair seperti obat suntik dan infus.
Perbekalan yang perlu penanganan khusus, seperti vaksin, insulin, reagen
laboratorium, atau perbekalan lain disimpan di dalam medical refrigerator yang
suhunya terkontrol sehingga kualitas ataupun efek terapinya tetap terjaga. Obat-
obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus yang terpisah
dari obat lain. Untuk obat-obat yang memiliki LASA (Look A like Sound Like)
penyimpanannya disertai dengan pelabelan bertuliskan LASA dengan warna hijau
terang di setiap kemasan sekunder dan peletakkannya tidak berdekatan untuk
meminimalisir resiko salah pengambilan obat. Beberapa obat yang masuk dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


48

golongan High Alert seperti KCl 7,46%, MgSO4 20% dan 40%, NaHCO3 8,4%,
NaCl 3%,disimpan di tempat atau wadah tertentu yang diberi border berwarna
merah, disertai pelabelan di setiap kemasan primer dengan label berwarna merah
bertuliskan HIGH ALERT. Sistem penyimpanan yang seperti ini tidak hanya
diterapkan di gudang PKM saja, tetapi juga di semua Depo farmasi. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kerusakan, penyalahgunaan, ataupun salah
pengambilan obat atau perbekalan farmasi lain.

4.4.3 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Instalasi Farmasi RSPAD Gatot


Soebroto Ditkesad
Menurut Kepmenkes RI 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah sakit, distribusi merupakan kegiatan penyaluran
perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi
bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Pendistribusian obat ke pasien menggunakan sistem desentralisasi dimana
terdapat beberapa Depo farmasi untuk memudahkan pelayanan kefarmasian dan
menghindari kebocoran barang di unit pelayanan kesehatan. Sistem distribusi
dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada.
4.4.3.1 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Gudang Material Kesehatan ke
Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto
Unit Gudang Material mempunyai tugas pokok yaitu menerima,
menyimpan, memelihara dan mendistribusikan material kesehatan dan material
umum. Material kesehatan terdiri dari alat kesehatan, obat-obatan, medical supply,
dan gas medik sedangkan material umum terdiri dari alat tulis kantor (ATK),
administrasi kantor, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan.
Distribusi material atau barang dari Gudang Material RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad harus dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pengeluaran
Material (SPPM) oleh Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad kepada Kepala
Unit Gudang Material (Gudmat). Selain itu, Kepala Bagian Pengendalian ,
Distribusi dan Inventaris (Kabag Daldisi dan Inven) akan menerbitkan Nota
Pengeluaran Material untuk user di RSPAD Gatot Soebroto. User yang dimaksud

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


49

oleh Gudmat adalah departemen, instalasi, unit atau bagian yang melakukan
permintaan, baik material kesehatan maupun material umum kepada Unit Gudmat.

Distribusi perbekalan farmasi yang meliputi sediaan farmasi dan alat


kesehatan, dilakukan oleh Gudang Material Kesehatan kepada Gudang IFRSPAD
Gatot Soebroto. Pengeluaran material kesehatan dari Gudmat Kesehatan RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarakn nota permintaan material yang
berisi nama barang yang diminta, satuan serta jumlah barang yang ditangani oleh
Kepala IFRS. Setelah Kepala Unit Gudmat menyetujui pengeluaran material dari
Gudang Penyimpanan Material Kesehatan, maka dilakukan pengambilan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang diminta dengan melakukan pengurangan
jumlah stok pada kartu stok dan ditulis pada Buku Pengeluaran Material Gudmat.
Penyerahan material kesehatan kepada IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dilakukan dengan disertai Bukti Pengeluaran (BP) Material yang ditandatangani
oleh Kepala Unit Gudmat dan Kepala Urusan dari Gudang Material Kesehatan,
serta disisipkan tanda tangan dari personil yang menerima material kesehatan
yang bersangkutan.

[Sumber : Gudang Farmasi RSPAD Gatot Soebroto, 2014]


Gambar 4. 2 Bukti Pengeluaran (BP) material dari gudang
material ke gudang farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


50

Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang ada di gudang material saat ini
hanya sisa dari permintaan sebelumnya, karena setelah menjadi BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) nantinya semua sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang datang akan disimpan di PKM (Pelayanan Kesehatan Masyarakat) yang
nantinya akan bergabung dengan gudang farmasi. Nantinya gudang farmasi tidak
lagi berhubungan dengan gudang material dalam permintaan barang tetapi
langsung melakukan permintaan barang ke PBF dan tidak ada perbedaan antara
barang dinas dan swasta.
4.4.3.2 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad ke Depo Farmasi
Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melayani permintaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan dari depo-depo farmasi, yaitu Depo Farmasi Perawatan
Inap (Depo Perawatan Umum, Depo Farmasi Rawat Mondok dan Depo Farmasi
Kedokteran Militer), Depo Farmasi Rawat Jalan yang melayani pasien dari
poliklinik-poliklinik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad serta Unit Produksi
IFRSPAD Gatot Soebroto.
Rencana permintaan perbekalan farmasi dari setiap Depo Farmasi kepada
Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan untuk setiap satu bulan.
Masing-masing Depo Farmasi harus mengisi Lembar Daftar Permintaan (LDP)
dengan mencantumkan jumlah yang diminta serta sisa yang masih ada di Depo
Farmasi bersangkutan. LDP harus atas pengetahuan Apoteker beranggung jawab
atas Depo Farmasi tersebut. Pengambilan perbekalan farmasi di Gudang IFRS
dilakukan dengan menggunakan Nota Permintaan Obat dan/atau Nota Permintaan
Perbekalan Farmasi. Tetapi apabila sebelum permintaan barang bulan berikutnya
Depo sudah kehabisan stok, dapat melakukan permintaan kembali dengan
menggunakan Nota Permintaan Obat dan/atau Nota Permintaan Perbekalan
Farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


51

[Sumber: Gudang Farmasi RSPAD Gatot Soebroto, 2014]


Gambar 4. 3 Form daftar permintaan obat dari Depo ke Gudang Farmasi

Setiap bulan masing-masing Depo melakukan rekap penggunaan sediaan


farmasi dan alat kesehatan kemudian dijadikan dasar untuk merencanakan
permintaan kepada gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad untuk kebutuhan
bulan berikutnya.
4.4.3.3 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Depo Farmasi Pelayanan Rawat Inap
Instalasi Farmasi Rawat Inap RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melayani
pasien berhak dan keluarganya, serta pasien swasta. Pada pelayanan rawat inap
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, resep pada Instalasi Farmasi Rawat Inap diantar
oleh perawat. Setelah Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian dari IFRS
menerima resep, selanjutnya dilakukan verifikasi resep untuk persyaratan
administrasi, kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis. Persyaratan
administrasi meliputi:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


52

1. Blanko resep yang digunakan adalah yang saat itu berlaku di RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad.
2. Identitas dokter penulis resep yang meliputi nama dokter, SIP, tanda
tangan dokter, poliklinik atau tempat perawatan
3. Identitas pasien dimana terdapat perbedaan untuk pasien dinas dan pasien
non dinas. Untuk pasien dinas meliputi nama pasien terdiri dari dua kata,
pangkat/corps/golongan, NRP/NIP, kesatuan, nomor rekam medik (RM)
dan umur atau tanggal lahir pasien. Sedangkan untuk pasien non dinas
meliputi nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik
(RM), tanggal lahir atau umur pasien dan berat badan. Untuk semua resep
harus terdapat stempel yang menunjukkan darimana resep tersebut berasal.
4. Kelengkapan lainnya seperti tanggal resep, tanda “R/”
Kesesuaian farmasetis meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
Pertimbangan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi obat
3. Alergi, interaksi, dan efek samping obat
4. Kontraindikasi
5. Efek aditif
Jika resep yang terima oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian tidak
terbaca atau resep tidak jelas atau ragu-ragu untuk mengambil tindakan, maka
Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian segera menghubungi dokter penulis
resep untuk menanyakan kejelasan obat yang diresepkan. Setelah mendapat
kejelasan dari dokter penulis resep, petugas IFRS bersangkutan menulis dan
mengulang kembali penjelasan dokter penulis resep untuk memastikan
kebenarannya. Jika petugas IFRS gagal menghubungi dokter penulis resep, maka
petugas IFRS tersebut perlu menghubungi dokter spesialis kepala instalasi atau
departemen yang terkait dengan dokter penulis resep.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014
53

Instalasi Rawat Inap menerapkan sistem distribusi desentralisasi dengan


membuat beberapa Depo farmasi. Secara umum sistem distribusi desentralisasi
dengan 3 Depo farmasi yaitu Depo perawatan umum untuk melayani resep
penyakit dalam, Depo kedokteran militer (Dokmil) dan Depo rawat mondok
sebagai pusat dari apotek rawat inap yang melayani resep dari unit Perawatan
Paru, Jantung, Kebidanan, IKA, Jiwa, ICU, Bedah jantung, Paviliun Kartika,
Paviliun Darmawan dan Gawat Darurat. Sistem pendistribusian obat di pelayanan
rawat inap terbagi menjadi 2 yaitu sistem distribusi unit dose dan resep individual.
a. Sistem Unit-Dose Dispensing (UDD)
Sistem distribusi unit dose untuk pasien rawat inap di unit bedah lantai 3
sampai 6 dan di unit perawatan umum yaitu lantai 1 sampai 6 dilakukan dari tiap
ruang perawatan resep diantar masing-masing oleh perawat atau petugas
pengantar ke Depo farmasi kemudian petugas di Depo farmasi melakukan
verifikasi resep dan pemberian nomor urut untuk pengerjaan. Resep di copy,
dimana resep asli menjadi arsip Depo dan copy nya diletakkan dalam wadah UDD
pasien. Hal yang dilakukan dalam penyiapan UDD:
1. Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian mengambil obat sesuai resep
untuk penggunaan sehari dan mempersiapkan wadah untuk penggunaan 24
jam serta wadah obat per sekali waktu penggunaan obat. Pada wadah
penggunaan 24 jam ditempel label bertuliskan nama pasien yang terdiri
dari dua kata , nomor rekam medik (RM) dan ruangan tempat pasien
dirawat. Tutup wadah per sekali waktu penggunaan ditempel etiket
berwarna putih untuk sediaan obat luar dan sediaan parenteral diberi etiket
biru yang memuat informasi berupa nama pasien yang terdiri dari dua
kata, nomor rekam medik (RM), tanggal penderian, nomor resep serta
waktu pemberian. Ketentuan wadah obat yaitu obat yang diberikan pagi
hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna pink, obat untuk
siang hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna biru, obat
untuk sore hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna hijau dan
obat untuk malam hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna
ungu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


54

2. Setelah wadah per waktu penggunaan sudah siap semua, kemudian wadah-
wadah tersebut dimasukkan dalam wadah penggunan 24 jam. Wadah
pasien yang sudah siap diserahkan pada petugas lain untuk dilakukan
pengecekan kesesuaian antara resep dan sediaan farmasi yang telah
disiapkan.
3. Setelah dilakukan pengecekan dan obat yang disiapkan sudah sesuai resep,
maka wadah-wadah pasien diletakkan pada trolley untuk masing-masing
unit rawat inap kemudian diserahkan pada perawat. Pada saat penyerahan,
petugas dari Depo farmasi yang menyerahkan harus menulis dalam
bukuekspedisi yang memuat tanggal penyerahan, jumlah wadah obat yang
diberikan dengan masing-masing nama pasien, jumlah kotak UDD serta
paraf petugas Depo yang menyerahkan dan perawat yang menerima.
4. Oleh perawat trolley yang berisi wadah obat pasien dibawa ke nurse
station dan diberikan kepada pasien sesuai waktu pemberian yang tertera
di etiket. Setiap kali pemberian obat kepada pasien harus memberikan
tanda pada Daftar Pemberian Terapi.
Sistem distribusi ini mempunyai keuntungan:
1. Memperkecil risiko kesalahan pemberian obat karena adanya pengendalian
dan pengawasan langsung dari apoteker atau asisten apoteker pada saat
sebelum dan sesudah penyiapan obat
2. Meningkatkan kepatuhan penderita terhadap regimen pengobatannya,
pengendalian dan pemantauan obat lebih baik
3. Mengurangi penyimpanan obat di ruangan karena seharusnya tidak boleh
menyimpan obat di ruang perawatan
4. Mencegah pencurian obat dan pemborosan
5. Mengurangi biaya total pengobatan yang berkaitan dengan obat karena
apabila sewaktu-waktu obat dihentikan pasien hanya membayar obat yang
digunakan
Kekurangan sistem distribusi unit dose menyebabkan beban kerja perawat
bertambah sehingga diperlukan personil lebih banyak. Pemberian obat kepada
pasien dilakukan oleh perawat sehingga peran farmasis kurang dapat terlihat oleh
pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


55

b. Sistem resep individual atau Individual medication order system


Proses dispensing sistem permintaan pengobatan individual mirip dengan
dispensing untuk pasien rawat jalan yaitu obat untuk pasien disiapkan berdasarkan
resep tertulis untuk pasien secara individual. Sistem resep individual diterapkan
dimana pasien diberikan obat berdasarkan resep yang dituliskan oleh dokter.
Sistem distribusi ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya:
1. Semua obat yang diperlukan disiapkan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
sehingga dapat dilakukan pengkajian kesesuaian terapi, jadi perawat
mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung kepada penderita.
2. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan
3. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
4. Memungkinkan pengendalian yang lebih mudah atas sediaan farmasi
5. Mempermudah penagihan biaya obat pasien.
6. Menghindarkan kebingungan perawat menginterpretasikan resep.
Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual antara lain:
1. Kemungkinan keterlambatan obat sampai ke pasien.
2. Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat.
3. Kemungkinan terjadi kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada
saat obat disiapkan.
Pelayanan rawat inap IFRSPAD Gatot Soebroto terdiri dari lima Depo
Farmasi, yaitu:
a. Depo Farmasi Rawat Mondok
Depo Farmasi Rawat mondok terletak di gedung instalasi farmasi RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad. Personel di Depo farmasi rawat inap terdiri dari 1 orang
apoteker, 3 orang asisten apoteker.Waktu operasional pelayanan yaitu hari Senin-
Kamis mulai pukul 07.30-15.30 dan pada hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00.
Kriteria pasien yang diberikan pelayanan di Depo farmasi rawat mondok adalah
anggota TNI AD, PNS dari lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan PNS
dari kesatuan lain beserta keluarga dan Peserta BPJS. Depo Farmasi rawat
mondok memiliki cakupan pelayanan rawat inap yang luas dibanding Depo
farmasi lainnya. Pelayanan resep obat dan medical supply di Depo farmasi rawat
inap diberikan kepada pasien rawat inap pada:

Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014
56

1. Unit perawatan paru dan jantung lantai 1-4


2. Ruang bersalin, unit perawatan obstetri (post partum) dan gynaecology
(penyakit yang berhubungan dengan kandungan) pada lantai 1-2
3. Unit perawatan bayi; unit perawatan anak/IKA lantai 1-2
4. Unit perawatan amino (perawatan pasien dengan gangguan mental)
5. ICU
6. Pasien yang akan pulang setelah pemeriksaan UGD
7. Perwira tinggi TNI yang dirawat inap di paviliun Kartika
Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah
pemakaian untuk 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Tidak ada
pelayanan intravena admixture dan pelayanan sitotoksik.
Sistem distribusi obat di pelayanan rawat mondok yaitu sistem distribusi
unit dose dan sistem distribusi resep perorangan. Unit dose diberikan untuk unit
perawatan anak/IKA lantai 2 dan unit perawatan obstetric dan gynaecology lantai
1 dan 2 yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,
meningkatkan kepatuhan pasien dan mengontrol penggunaan obat pasien.
Distribusi resep perorangan berlaku untuk ICU.
Alur pelayanan resep di Depo farmasi rawat mondok:
1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke Depo farmasi rawat mondok dan
dicatat di buku ekspedisi oleh petugas yang berwenang. Untuk pasien
peserta BPJS, pasien atau keluarga pasien sendiri yang membawa resep ke
Depo farmasi rawat mondok dengan menyertakan foto copy SEP (Surat
Eligibilitas Pasien) dan foto copy kartu ASKES/BPJS
2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas.
3. Resep yang diterima diberi nomor dan kode dengan warna, Merah: unit
perawatan paru dan unit perawatan jantung dan internis. Hitam: unit
perawatan anak atau IKA, unit perawatan bayi dan unit perawatan amino.
Biru: unit perawatan obstetri dan gynaecology, ruang bersalin. Hijau: ICU,
UGD, dan paviliun Kartika.
4. Dilakukan pembukuan di masing-masing buku (pra dokumen) berdasarkan
asal unit perawatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


57

5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf
kemudian dimasukkan ke keranjang obat untuk resep individual,
sedangkan untuk unit dose disiapkan perhari.
6. Jika obat tidak tersedia, dibuatkan salinan atau copy resep
7. Obat yang sudah siap kemudian dievaluasi akhir, selanjutnya diserahkan
ke petugas.
8. Obat ditempatkan pada wadah unit dose kecuali untuk ICU dilakukan
resep individual, kemudian perawat akan mengambil ke apotek rawat
mondok
b. Depo Farmasi Perawatan Umum
Pelayanan apotek di perawatan umum dipimpin oleh seorang apoteker.
Depo farmasi perawatan umum terletak di lantai 1 pada gedung perawatan
umum.Personel di Depo Farmasi perawatan umum terdiri dari 1 orang apoteker, 3
orang asisten apoteker.Waktu operasional apotek perawatan umum yaitu hari
Senin-Kamis mulai pukul 07.30-15.30 dan hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00.
Gedung perawatan umum ini dikhususkan untuk rawat inap pasien dewasa yang
mengalami gangguan penyakit dalam seperti gagal ginjal, gangguan jantung,
hipertensi, diabetes, liver, kelainan darah, gangguan saluran pencernaan dan
sebagainya; pasien yang mengalami infeksi virus dan sejenisnya seperti typhus,
HIV AIDS, malaria, DBD, penyakit tumor dan kanker. Sebagai unit pelayanan
obat yang ada, Depo Farmasi perawatan umum melakukan pelayanan resep obat,
tetapi tidak dengan medical supply. Medical supply diperoleh dari Depo gudang
farmasi dikarenakan keterbatasan ruangan yang ada.
Pelayanan resep obat diberikan kepada pasien yang dirawat di gedung
perawatan umum terdiri dari pasien rawat inap:
1. Lantai 1 untuk TNI berpangkat kolonel
2. Lantai 2 untuk TNI berpangkat letkol, mayor dan PNS golongan IV
3. Lantai 3 untuk TNI berpangkat kapten, perwira menengah, letnan dan PNS
golongan III
4. Lantai 5 yang dikhususkan untuk pasien perempuan yang berasal dari TNI
berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


58

5. Lantai 6 lantai yang dikhususkan untuk pasien laki-laki yang berasal dari
TNI berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II.
Untuk lantai 4 Depo perawatan umum tidak melayani pasien Dinas, karena
dikhususkan untuk pasien ASKES departemen dan ASKES swasta.Jumlah obat
yang diserahkan kepada pasien adalah obat parenteral untuk pemakaian 2 hari,
sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Tidak ada pelayanan intravena
admixture dan pelayanan sitotoksik.
Sistem distribusi obat di perawatan umum yaitu sistem unit dose dan resep
perorangan. Unit dose dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik dan
meningkatkan kepatuhan pasien, sedangkan untuk medical supply diperoleh dari
apotek rawat mondok bagian medical supply. Resep perorangan diberikan kepada
pasien yang akan pulang.
Alur pelayanan resep:
1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke Depo farmasi perawatan umum
oleh petugas yang berwewenang.
2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas.
3. Resep yang diterima diberi nomor kemudian diberi kode
4. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen)
berdasarkan asal lantai perawatan.
5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, diperiksa, dibubuhi paraf
kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing
lantai perawatan.
6. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk
ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti.
7. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy
resep
8. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi,
serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang
menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli.
c. Depo Farmasi Kedokteran Militer (Dokmil)
Pelayanan apotek di kedokteran militer dipimpin oleh seorang apoteker.
Depo farmasi kedokteran militer terletak di lantai 6 pada gedung bedah sentral.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


59

Personil di Depo Farmasi Dokmil terdiri dari 1 orang apoteker, 3 orang asisten
apoteker dan 1 orang tenaga non asisten apoteker. Waktu operasional pelayanan
resep di Depo Farmasi Dokmil yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul 07.30-15.30
dan hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00. Kriteria pasien yang diberikan pelayanan
resep di Depo Farmasi Dokmil adalah anggota TNI AD, PNS dari lingkungan
RSPAD Gatot Soebroto dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga serta pasien
dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut dan Angkatan
Udara.
Gedung bedah sentral ini dikhususkan untuk rawat inap pasien yang
mengalami gangguan saraf, seperti stroke dan pasien yang telah selesai menjalani
operasi di lantai 2 gedung bedah sentral. Sebagai unit pelayanan obat, Depo
Farmasi Dokmil melakukan pelayanan resep obat dan medical supply untuk
pasien rawat inap pada perawatan stroke pada lantai 3, perawatan pasca bedah
pada lantai 3, 4, dan 5, serta lantai 6 untuk perawatan TNI korban peperangan atau
TNI yang mengalami kecelakaan pada saat pendidikan maupun kecelakaan pada
kerja. Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah
untuk pemakaian 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari.
Sistem distribusi obat di Dokmil yaitu sistem distribusi unit dose dan resep
perorangan.Unit dose diberikan untuk dimaksudkan agar dapat lebih memantau
penggunaan obat oleh pasien, karena biasanya pasien pasca bedah mendapat
beberapa antibiotik. Resep perorangan diberikan kepada pasien yang akan pulang.
Alur pelayanan resep di Depo farmasi dokmil:
1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke Depo farmasi Dokmil oleh petugas
yang berwenang.
2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas.
3. Resep yang diterima diberi nomor kemudian diberi kode, yaitu B untuk
unit perawatan bedah, ST untuk unit perawatan stroke, dan D untuk unit
perawatan Dokmil.
4. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen)
berdasarkan asal lantai perawatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


60

5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, diperiksa, dibubuhi paraf
kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing
lantai perawatan.
6. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk
ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti.
7. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy
resep
8. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi,
serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang
menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli.
d. ICU
Depo Farmasi ICU terletak di lantai 2 pada gedung bedah sentral.Personel
di Depo Farmasi ICU dua orang asisten apoteker dan 1 orang Apoteker Klinis.
Tugas dari asisten apoteker adalah mengcover obat-obatan yang dibutuhkan oleh
pasien. Kriteria pasien yang diberikan pelayanan oleh Depo Farmasi ICU adalah
anggota TNI AD, dan PNS di lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan
PNS dari kesatuan lain beserta keluarga, pasien askes/BPJS dan pasien swasta.
Sistem distribusi obat di ICU yang terdiri dari sistem resep individu yang terdapat
empat ruangan, yaitu:
1. Ruang A : terdiri dari empat bed, hanya untuk pasien perawatan khusus
misalnya pasca operasi, pasien masih sadar, dan tanpa ventilator
2. Ruang B : terdiri dari satu bed, khusus bedah jantung
3. Ruang C : terdiri dari empat bed, untuk pasien yang membutuhkan
ventilator
4. Ruang D : terdiri dari empat bed, khusus untuk anak, tapi karena sedikit
atau bahkan tidak ada pasien anak, sehingga digunakan untuk pasien
dewasa.
Depo farmasi ICU melakukan permintaan sediaan farmasi untuk pasien
per resep per hari ke Depo Farmasi Mondok, kecuali medical supply dilakukan
permintaan mingguan ke Depo Farmasi Mondok.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


61

e. Depo Farmasi Instalasi Kamar Operasi (IKO)


Terletak di Gedung Bedah lantai dua dan terdiri dari sepuluh Kamar
Operasi yaitu:
1. Kamar Operasi I untuk bedah saraf
2. Kamar Operasi II untuk bedah pasien anak dan kasus digestive
3. Kamar Operasi III untuk bedah telinga, hidung dan tenggorokan atau THT
serta bedah gigi dan mulut (gilut)
4. Kamar Operasi IV untuk bedah plastik dan kasus tumor
5. Kamar Operasi V dan VI untuk kebidanan
6. Kamar Operasi VII untuk bedah mata
7. Kamar Operasi VIII untuk bedah jantung dan thorax
8. Kamar Operasi IX untuk bedah urologi
9. Kamar Operasi X untuk bedah orthopedi
Kekhususan dari Depo farmasi IKO adalah penggunaan obat anestesi dan
narkotik sangat sering, sehingga untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
narkotik serta penyelundupan sisa obat anestesi dan narkotik yang digunakan
maka kemasan dari obat anestesi dan narkotik yang digunakan harus
dikembalikan. Depo farmasi IKO mempersiapkan perbekalan farmasi untuk
keperluan bedah setelah jadwal bedah disampaikan kepada Depo minimal sehari
sebelum operasi dilaksanakan. Perbekalan farmasi tersebut disiapkan dalam kotak
menjadi satu set standar untuk masing-masing keperluan bedah di setiap kamar
operasi. Jika terdapat tambahan maka dokter bersangkutan harus meresepkan
tambahan yang diperlukan.
4.4.3.4 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Pelayanan Rawat Jalan
Apotek Rawat Jalan terletak di lantai 1 dengan posisi yang strategis
diantara 12 poli pelayanan kesehatan yang berada di RSPAD Gatot Soebroto yaitu
Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik Kardiologi,
Poliklinik Obstetri dan Ginekologi, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Penyakit
Dalam, Poliklinik Jiwa, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Mata, Poliklinik
Pulmonologi, Poliklinik Neurologi serta Poliklinik Telinga, Hidung dan
Tenggorokan (THT). Terdiri dari dua Apotek rawat jalan yaitu Apotek eks
ASKES yang melayani Poliklinik Pulmonologi dan Poliklinik Penyakit Dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


62

serta Apotek eks dinas yang melayani Poliklinik lainnya. Waktu operasional
apotek rawat jalan yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul 07.30-15.30 dan pada hari
Jumat mulai pukul 07.30-16.00.Jumlah resep yang masuk ke apotek rawat jalan
setiap harinya sekitar ± 350-400 resep.Dimana jumlah resep racikan sekitar ± 35%
dari resep yang masuk.Karena RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan
rumah sakit angkatan, maka dalam pelayanan Apotek rawat jalan memiliki
beberapa peraturan.
Alur pelayanan resep di apotek rawat jalan:
1. Resep ditulis oleh dokter yang ada di masing-masing poli RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad.
2. Resep dibawa oleh pasien ke apotek rawat jalan melalui loket penerimaan
resep, resep adalah resep asli bukan copy.
3. Petugas loket memeriksa kelengkapan resep dan identitas pasien untuk
pasien dinas perlu menyertakan Kartu Tanda Anggota, kemudian diberi
nomor urut dan label (untuk pegawai RSPAD label warna biru, sedangkan
untuk anggota TNI beserta keluarga di luar RSPAD diberi label warna
merah), untuk pasien BPJS perlu menyertakan foto copy SEP (Surat
Eligibilitas Pasien) dan foto copy kartu ASKES/BPJS. Resep diberi tanda
jam resep masuk dan petugas loket akan memberikan nomor resep ke
pasien.
4. Resep masuk kemudian dilakukan pemeriksaan stok obat, dibuat etiket dan
paraf, dicatat di buku register atau dengan menggunakan komputer
5. Obat disiapkan secara individual yaitu obat disiapkan sesuai dengan
jumlah yang tertera pada resep. Untuk obat racikan dilakukan perhitungan
terlebih dahulu sesuai resep. Dalam proses peracikan untuk Apotek rawat
jalan eks dinas sudah baik karena petugas racik sudah memakai APD dan
ruang racik terpisah dari ruang lain di Apotek. Pada Apotek rawat jalan
eks ASKES petugas raciknya tidak menggunakan APD dan ruang racik
bukan merupakan ruang khusus tetapi hanya meja dimana ruangannya
sering digunakan untuk hal lain seperti makan, menyimpan barang, dan
untuk sholat. Seharusnya ruang racik hanya di khususkan untuk peracikan
saja.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


63

6. Untuk obat yang tidak tersedia, dapat mengambil langsung ke gudang


Apotek rawat jalan. Apotek rawat jalan memiliki gudang penyimpanan
yang didistribusikan dari gudang farmasi. Dimana Apotek melakukan
permintaan setiap bulan kepada gudang tapi dapat melakukan permintaan
bila sewaktu-waktu persediaan kosong sebelum permintaan bulan
berikutnya. Adanya gudang di Apotek rawat jalan dapat membantu apabila
tiba-tiba terjadi kekosongan obat tidak perlu waktu lama untuk mengisi
kembali kekosongan obat sehingga pelayanan dapat terus berjalan melihat
banyaknya pasien jika pelayanannya lambat pasien akan menunggu lebih
lama.
7. Bila obat sudah siap, diperiksa oleh petugas dengan melihat kesesuaian
antara resep dan obat yang disiapkan kemudian diserahkan pada loket
penyerahan ke pasien atau keluarga pasien dengan meminta tanda terima
(tanda tangan dan nama jelas) oleh pasien atau keluarga pasien. Resep
yang dilayani akan disimpan selama 3 tahun.
8. Pelayanan farmasi klinik yang ada di apotek rawat jalan meliputi informasi
obat dan konseling khusus untuk penyakit kronis dan HIV/AIDS. Tapi
karena banyaknya resep masuk dan antrian pasien, informasi obat yang
diberikan menjadi tidak maksimal, perlu adanya tambahan personil agar
semua pasien mendapat informasi yang jelas dan akurat mengenai obat
khususnya untuk penyakit kronis yang mendapat banyak obat. Informasi
yang seharusnya diberikan saat penyerahan obat yaitu nama obat, indikasi,
dosis, efek samping, aturan pakai dan cara penyimpanan.
4.4.3.5 Distribusi Gas medik
Gas Medik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menyediakan gas-gas
untuk keperluan medik. Gas-gas tesebut dipesan dari perusahaan Aneka Gas, dan
pemesanan berdasarkan persediaan gas di rumah sakit. Gas-gas tersebut meliputi :
1. Gas Oksigen (O2)
2. Gas Nitrogen (N2O)
3. Gas Carbon (CO2)
Pengendalian O2 liquid dilakukan dengan melakukan pengecekan tekanan
volume dan temperatur.Untuk kebutuhan pengisian tabung O2 cair jika telah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


64

mencapai 35 inch maka Kepala Sub Instalasi Haralkes dan Gas Medik
mengajukan pengadaan kepada Kepala Unit Gudang Material.Kemudian atas
persetujuan Kepala RSPAD Gatot Soebroto dilakukan pengisian oleh PT. Aneka
Gas Indusri hingga maksimal 120 inch.
Gas Medik di RSPAD digunakan untuk keperluan ruang perawatan dan
Operasi.Gas-gas tersebut didistribusikan langsung ke seluruh ruang perawatan dan
Operasi melalui pusat pengendalian gas medik yang terletak di lantai dasar
gedung Kedokteran Militer RSPAD.

4.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi


Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada teman sejawat, dokter, perawat , profesi kesehatan lainnya dan pasien. Di
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad pelayanan informasi obat sering dilakukan di
Depo Farmasi Rawat Jalan, dimana pasien yang datang merupakan pasien yang
telah lama menjalani pengobatan maupun pasien baru di Poliklinik RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad. Pelayanan informasi obat kepada pasien lama dan pasien baru
adalah untuk pasien lama kita harus menanyakan bagaimana penggunaan obat
selama ini, apakah sudah benar, apa yang dirasakan setelah meminum obat untuk
mengetahui kepatuhan dan efek obat pada pasien. Sedangkan untuk pasien baru
harus diberi informasi secara lengkap meliputi nama obat, dosis, indikasi, aturan
pakai, cara penggunaan dan cara penyimpanan.
Pelayanan informasi obat yang telah berjalan di Depo Farmasi Rawat Jalan
untuk saat ini masih kurang maksimal, karena jumlah pasien yang terlalu banyak
tidak diimbangi dengan jumlah personil yang ada di Depo Farmasi Rawat
Jalan.Sehingga pasien kurang mendapat informasi mengenai regimen obat yang
diterima.Sebaiknya perlu dilakukan penambahan personil di Depo Farmasi Rawat
Jalan sehingga pelayanan informasi obat dapat lebih maksimal terutama untuk
pasien baru dan pasien yang menerima obat dengan penggunaan khusus misalnya
insulin dan supositoria.
Pelayanan informasi obat yang telah berjalan di rawat inap sudah cukup
baik. Terutama untuk pasien pulang selalu diberikan informasi mengenai regimen

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


65

obat yang akan digunakan pasien setelah pulang dari rumah sakit. Ini penting
karena setelah pasien pulang sudah tidak ada lagi petugas medis yang membantu
pasien dalam penggunaan obat.Pasien dituntut harus mandiri menjalani
pengobatan sesuai dengan aturan dokter.
Disamping pemberian informasi kepada pasien, konseling juga
dibutuhkan. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengn
penggunaan obat pasien. Tujuan dilakukan konseling adalah :
1. Mengetahui dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
tentang obat dan penyakit yang diderita pasien
2. Memberikan informasi yang dibutuhkan pasien
3. Meningkatkan kepatuhan pasien
4. Memantau perkembangan pasien
5. Memonitoring penggunaan obat
6. Menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik antara pasien dengan
farmasis
Konseling kepada pasien di RSPAD Gatot Soebroto baik di rawat inap
maupun di rawat jalan belum berjalan secara maksimal. Pada rawat inap tidak
hanya Dokter, Apoteker seharusnya rutin melakukan visite menemui pasien untuk
memberikan konseling kepada pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam hal manajemen perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad melakukan perencanaan, penyimpanan, produksi, dan
distribusi dengan menggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispensing) dan resep
individual pada pasien rawat inap dan resep individual pada pasien rawat jalan
sedangkan kegiatan farmasi klinis baru berjalan pada ruangan ICU (Intensive
Care Unit).

5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan kepuasan pasien maka perlu ditingkatkan keramahan
dalam melakukan tugas pelayanan kefarmasian
2. Pada rawat inap tidak hanya Dokter, Apoteker seharusnya rutin melakukan
visite menemui pasien untuk memberikan konseling kepada pasien
terutama untuk pasien penyakit kronis dan pasien pulang
3. Perlu penambahan petugas farmasi khususnya di Depo rawat jalan untuk
meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada pasien

66 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Ridwan. (1996).Kiat Sukses di Bidang Jasa. Jakarta: Andi Offset


Siregardan Amalia, Lia. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan


RI No. 1197/ Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2006).Standar Pelayanan Farmasi di


Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatana Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.36


tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang No.44


tahun 2009 tentang RumahSakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad . 2014. Profil RSPAD. Diakses di


www.rspadgatsu.com, pada 2 Mei 2014, 17.43 wib.

67 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL- 16
MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL-16
MEI 2014

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JUNI 2014
ii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan


bahwa laporan yang saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan


bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, Juli 2014

Ayu Mayangsari

iii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ayu Mayangsari

NPM : 1306434105

Tanda Tangan :

Tanggal : 1 Juli 2014

iv

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


v

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pencipta manusia dan
kehidupan, yang penuh rahmat dan kasih sayang. Alhamdulillah atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang telah dilaksanakan
pada tanggal 7 April-16 Mei 2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum
ini dengan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian
akhir apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Renni Septini., Apt. MARS selaku pembimbing selama PKPA di
RSPAD Gatot Soebroto atas ilmu-ilmu yang telah diberikan;
2. Ibu Dra. Juheini A, M.Si.,Apt selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
3. Kolonel (CKM), Drs. Hidayatul Rachman, Apt., M.Si selaku kepala
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto;
4. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI;
5. Bapak Drs.Hayun, M.Si.,Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI;
6. Seluruh staf medis maupun non-medis RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
atas bantuannya selama PKPA;
7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Farmasi UI atas
segala ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama penulis menempuh
pendidikan ini;
8. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis, atas segala bentuk dukungan,
perhatian, kasih sayang, serta doa tiada henti yang diberikan kepada
penulis;
9. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 78 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia atas dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin
selama menempuh pendidikan di program Profesi Apoteker.

vi

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

2014

vii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PULIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan di


bawah ini :
Nama : Ayu Mayangsari
NPM : 1306434105
Program Studi: Profesi Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad, Periode 7 April-16 Mei 2014”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal 1 Juli 2014
Yang menyatakan

(Ayu Mayangsari)

viii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Ayu Mayangsari


Program Studi : Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad, Periode 7
April-16 Mei 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat


(RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad bertujuan agar calon Apoteker memahami
manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad. Tugas khusus yang diberikan dengan judul Laporan Kasus
Pasien CKD Stage 5 di Unit Perawatan Umum Lantai 4 Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad Tanggal 12 Mei – 16 Mei
2014 bertujuan untuk mengetahui DRP (Drug Related Problem) yang terjadi
berdasarkan terapi yang diberikan kepada pasien dan mengetahui peran Apoteker
dalam mencegah keparahan CKD lebih lanjut.

Kata Kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Rumah Sakit Pusat


Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad, CKD,
DRP (Drug Related Problem)
Tugas Umum : xi + 67 halaman, 4 gambar
Tugas Khusus : iii + 34 halaman, 4 gambar
Daftar Acuan Tugas Umum : 7 (1996-2014)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 18 (2001-2013)

ix

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 20
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 20
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM.................................................................................. 3


2.1 Rumah Sakit .................................................................................................. 3
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .......................................................... 7
2.3 Panitia Farmasi dan Terapi ............................................................................ 9
2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ....................................... 13
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit) ....................................... 15

BAB 3 GAMBARAN UMUM RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD . 20


3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto .................................................................. 20
3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ...................................................... 21
3.3 Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ................ 22
3.4 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum ........ 24

BAB 4 URAIAN HASIL KEGIATAN .............................................................. 37


4.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ............................ 37
4.2 Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ...................................... 37
4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto................... 38
4.4 Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto ..................................... 45
4.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi ........................................................... 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 66


5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 66
5.2 Saran ............................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad .................... 24


Gambar 4. 1 Struktur organisasi instalasi farmasi RSPAD................................... 39
Gambar 4. 2 Bukti Pengeluaran (BP) material dari gudang material................... 49
Gambar 4. 3 Form daftar permintaan obat dari Depo ke gudang farmasi ............ 51

xi

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


xii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL- 16
MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


JUNI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL-16
MEI 2014

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK
xiii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


JUNI 2014

xiv

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


xv

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa pencipta manusia dan
kehidupan, yang penuh rahmat dan kasih sayang. Alhamdulillah atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang telah dilaksanakan
pada tanggal 7 April-16 Mei 2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum
ini dengan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian
akhir apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
10. Ibu Dra. Renni Septini., Apt. MARS selaku pembimbing selama PKPA di
RSPAD Gatot Soebroto atas ilmu-ilmu yang telah diberikan;
11. Ibu Dra. Juheini A, M.Si.,Apt selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis
12. Kolonel (CKM), Drs. Hidayatul Rachman, Apt., M.Si selaku kepala
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto;
13. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI;
14. Bapak Drs.Hayun, M.Si.,Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI;
15. Seluruh staf medis maupun non-medis RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
atas bantuannya selama PKPA;
16. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Farmasi UI atas
segala ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama penulis menempuh
pendidikan ini;
17. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis, atas segala bentuk dukungan,
perhatian, kasih sayang, serta doa tiada henti yang diberikan kepada
penulis;
18. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 78 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia atas dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin
selama menempuh pendidikan di program Profesi Apoteker.

xvi

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

2014

xvii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 20
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 20
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM.................................................................................. 3


2.1 Rumah Sakit .................................................................................................. 3
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .......................................................... 7
2.3 Panitia Farmasi dan Terapi ............................................................................ 9
2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ....................................... 13
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit) ....................................... 15

BAB 3 GAMBARAN UMUM RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD . 20


3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto .................................................................. 20
3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ...................................................... 21
3.3 Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ................ 22
3.4 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum ........ 24

BAB 4 URAIAN HASIL KEGIATAN .............................................................. 37


4.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ............................ 37
4.2 Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto ...................................... 37
4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto................... 38
4.4 Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto ..................................... 45
4.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi ........................................................... 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 66


5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 66
5.2 Saran ............................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

xviii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad .................... 24


Gambar 4. 1 Struktur organisasi instalasi farmasi RSPAD................................... 39
Gambar 4. 2 Bukti Pengeluaran (BP) material dari gudang material................... 49
Gambar 4. 3 Form daftar permintaan obat dari Depo ke gudang farmasi ............ 51

xix

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah satu diantara sarana kesehatan yang merupakan
rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan
farmasi rumah sakit merupakan satu diantara kegiatan di rumah skait yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Dewasa ini paradigma dunia farmasi tidak hanya fokus terhadap drug
oriented semata namun sudah mulai mencangkup patient oriented yang berfokus
pada keselamatan pasien terutama di sarana kesehatan yang terkenal dengan
sebutan farmasi klinis. Paradigma ini juga sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit
yang disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien (patient oriented) (Kementerian Kesehatan, 2006)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertugas dalam pengelolaan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
sampai dengan pengendalian semua perbekalan farmasi yang beredar dan

xx

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien rawat inap, rawat jalan maupun
untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar & Amalia, 2004).

Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan


tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker yang
bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk tidak hanya memiliki pengetahuan
mengenai manajemen pengelolaan perbekalan farmasi saja, namun juga
pengetahuan farmasi klinik. Satu diantara upaya untuk meningkatkan wawasan,
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi
kesehatan lainnya, maka Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama
dengan Rumah Sakit Pusat Anggkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad
menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan
PKPA yang diikuti penulis dilaksanakan mulai tanggal 7 April – 16 Mei 2014.

1.2 Tujuan
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini
bertujuan agar calon Apoteker memahami manajemen perbekalan farmasi dan
pelayanan farmasi klinik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

2 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Rumah Sakit
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah
Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial (Kementerian Kesehatan RI, 2009a).

2.1.2 Fungsi dan Tugas Rumah Sakit


Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, dan untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud fungsi
rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2009b).

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit


Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk member kemudahan
mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan pemilik serta
evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah sakit
pendidikan.
2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
1. Rumah sakit umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit disebut Rumah sakit umum. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi:
a. Rumah sakit umum kelas A
Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah akit
umum kelas A paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima
pelayanan spesialis penunjang medik, dua belas pelayanan medik spesialis lain,
dan tiga belas pelayanan medik subspesialis.
b. Rumah sakit umum kelas B
Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah
sakit umum kelas B paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat
pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya,
dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.
c. Rumah sakit umum kelas C
Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah
sakit umum kelas C paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan
empat pelayanan spesialis penunjang medik.

4 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


5

d. Rumah sakit umum kelas D


Fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang harus dimiliki Rumah
sakit umum kelas D paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.
2. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya disebut Rumah sakit khusus. Berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi:
a. Rumah Sakit khusus kelas A
b. Rumah Sakit khusus kelas B
c. Rumah Sakit khusus kelas C
2.1.3.2 Berdasarkan Pengelola
Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
a. Rumah sakit publik
Rumah sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
badan hukum yang bersifat nirlaba disebut Rumah sakit publik. Rumah sakit
publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Rumah sakit privat
Rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Persero Terbatas atau Persero disebut Rumah sakit privat.
2.1.3.3 Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara
terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya disebut Rumah sakit
pendidikan.

2.1.4 Organisasi Rumah Sakit


Definisi organisasi Rumah sakit adalah sebuah struktur yang dibangun
oleh rumah sakit sendiri yang memiliki tingkatan-tingkatan dan tugas masing-
masing serta saling membutuhkan satu sama lain. Organisasi tersebut dapat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


6

berdiri di bawah naungan pemerintah ataupun tidak. Rumah sakit yang tidak
berada di bawah naungan pemerintah adalah rumah sakit swasta yang terdiri dari
orang yang memiliki rumah sakit tersebut.
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas
kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.

2.1.5 Tenaga Kesehatan


Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi
profesi masing-masing. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:
1. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;
2. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;
3. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten
apoteker;
4. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan
entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,
administrator kesehatan, dan sanitarian;
5. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;
6. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan
terapi wicara; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


7

7. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi


gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik
prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


2.2.1 Definisi IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi / fasilitas
di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia,
2004).
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara
umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu
rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian. Pada
IFRS, pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan paripurna yang mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan
obat berdasarkan resep bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian
mutu, distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit.
Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada
pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan (Siregar & Amalia, 2004)

2.2.2 Tugas dan Fungsi IFRS


Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


8

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk


meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

2.2.3 Ruang Lingkup IFRS


Ruang lingkup farmasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Farmasi klinik yaitu ruang lingkup farmasi yang dilakukan dalam program
rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan
obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit perawatan
klinis, pemeliharaan formularium; penelitian, pengendalian infeksi di
rumah sakit, serata informasi obat.
2. Farmasi non-klinik mencakup : perencanaan; penetapan spesifikasi produk
dan pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan
dan pengemasan kembali, distribusi dan pengendalian semua perbekalan
keesehatan yang beredar yang digunakan di rumah sakit secara
keseluruhan. (Siregar, 2004)

2.2.4 Struktur Organisasi IFRS


Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004, pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,
tujuan dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan
filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


9

Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan


perbekalan, pelayanan farmasi klinis dan manajemen mutu, serta harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan. Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat puncak, tingkat menengah dan garis depan. Manajer tingkat puncak
bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas
fungsi dari system mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian
besar merupakan kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk
mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan.
Manajer garis depan terdiri atas personil pengawas yang secara langsung
memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan.
Setiap personil IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan
fungsi mereka, dampaknya pada pelayanan dan bertanggung jawab untuk
mencapai mutu produk dan pelayanan (Siregar dan Amalia, 2004).

2.3 Panitia Farmasi dan Terapi


Menurut Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spasialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Tujuan Panitia
Farmasi dan Terapi adalah:
1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat dan evaluasinya.
2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan (Kementerian Kesehatan RI, 2004).

2.3.1 Organisasi dan Kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi


Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang
dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah
sakit setempat:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


10

1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)


dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter
bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua Staf Medis Fungsional
yang ada.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi
klinik, maka sebagai ketua adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah
apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur,
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya
diadakan sebulan sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat
mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat Panitia Farmasi dan Terapi
diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat (Kementerian
Kesehatan RI, 2004).
Charles Siregar dalam bukunya Farmasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa
keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota
tersebut mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar (misalnya
kelas A dan B) perlu diadakan suatu struktur organisasi Panitia Farmasi dan
Terapi yang terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai hak suara, sebagai
suatu tim pengarah dan pengambil keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh
berbagai subpanitia yang dipimpin oleh salah seorang anggota inti. Anggota
dalam subpanitia adalah dokter praktisi spesialis, apoteker spesialis informasi
obat, apoteker spasialis farmasi klinik dan berbagai ahli sesuai dengan keahlian
yang diperlukan dalam tiap subpanitia (Siregar dan Amalia, 2004).
Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolongan
penyakit sasaran obat, di beberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF
(Staf Medik Fungsional) yang ada. Panitia Farmasi dan Terapi dapat juga
membentuk subpanitia untuk kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


11

dan pelaporan reaksi obat merugikan, subpanitia evaluasi penggunaan obat,


subpanitia pemantauan resistensi antibiotik, subpanitia formulasi dietetik atau
subpanitia khusus jika perlu. Dalam subpanitia khusus ini, sering kali melibatakan
spesialis yang bukan anggota Panitia Farmasi dan Terapi (Siregar dan Amalia,
2004).

2.3.2 Fungsi dan Ruang Lingkup


Adapun fungsi dan ruang lingkup dari Panitia Farmasi dan Terapi antara
lain:
1. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota
staf medis.
3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus.
4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun
nasional.
5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan
terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus
menerus penggunaan obat secara rasional.
6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat (Kementerian Kesehatan RI, 2004).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


12

2.3.3 Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi


Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Farmasi dan Terapi memiliki
kewajiban antara lain:
1. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
2. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium
rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
3. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut (Kementerian
Kesehatan RI, 2004).

2.3.4 Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi


Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi memiliki tugas antara lain:
1. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);
2. Menetapkan jadwal pertemuan;
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan;
5. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit;
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait;
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan.
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi
lain;
9. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT;
10. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan;
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


13

12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan


obat pada pihak terkait.

2.3.5 Formularium Rumah Sakit


Definisi Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui
oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi
pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium terdiri dari
halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), daftar isi,
informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang
diterima untuk digunakan dan lampiran. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem
dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara
formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan
Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang
ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.

2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit


Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan
farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
1. Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk
dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
2. Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,
dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah
sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


14

catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus


penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan rencana
pengembangan.
3. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh
panitia pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari pabrik/
distributor/ pedagang besar farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan
sediaan farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan melalui
sumbangan/droping/hibah.
4. Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang
diproduksi adalah sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi
dengan harga murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil,
sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk
penelitian, sediaan nutrisi parenteral, dan rekonstruksi sediaan obat kanker.

5. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang


telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan
perbekalan farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa,
barang harus bersumber dari distributor utama, harus mempunyai material
safety data sheet (MSDS), khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus
mempunyai certificate of origin, dan tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun.
6. Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu
dan kestabilannya, mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya
terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
7. Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


15

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh


pasien dengan mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi

2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Kementerian


Kesehatan RI, 2004)
2.5.1 Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep
meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan
pasien;
b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter;
c. Tanggal resep; dan
d. Ruangan atau unit asal resep.
Kesesuaian farmasetik meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan;
b. Dosis dan jumlah obat;
c. Stabilitas dan ketersediaan; dan
d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan.
Pertimbangan klinis meliputi :
a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat;
b. Duplikasi pengobatan;
c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat;
d. Kontraindikasi; dan
e. Efek aditif.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


16

2.5.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker
untukmemberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada
tenagakesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan dilingkungan rumah sakit;
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan
Terapi ;
3. Meningkatkan profesionalisme apoteker; dan
4. Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif
dan pasif;
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat, atau tatap muka;
3. Membuat buletin, leaflet, dan label obat;
4. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan
formularium rumah sakit;
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
6. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian. Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO).
Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis, dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO
sedini mungkin (terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya
jarang), menentukan frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua
faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya
ESO.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


17

Kegiatan monitoring efek samping obat meliputi:


a. Menganalisa laporan ESO;
b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO;
c. Mengisi formulir ESO; dan
d. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni
kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring
ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat
mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan
sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans
obatindividu, dan surveilans unit pasien.

2.5.3 Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)


Alat untuk mengidentifikasi permasalahan terkait penggunaan obat seperti
dosis yang tidak benar, reaksi efek samping yang bisa dihindari, pemilihan obat
yang tidak tepat, dan kesalahan dalam penyiapan dan pemberian obat disebut
pengkajian penggunaan obat. Ini merupakan program evaluasi penggunaan obat
yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari
pengkajian penggunaan obat adalah:
1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/dokter tertentu;
2. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter
satu dengan yang lain;
3. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan
4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah
1. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
a. Rata-rata jumlah obat per pasien;
b. Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik;
c. Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


18

d. Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan


e. Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.
2. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut
:
a. Rata-rata waktu konsultasi;
b. Rata-rata waktu dispensing;
c. Persentase obat aktual yang disiapkan;
d. Persentase pelabelan yang benar; dan
e. Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.
3. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
a. Ketersediaan daftar obat-obat esensial
b. Ketersediaan obat-obat esensial.

2.5.4 Konseling
Kegiatan konseling merupakan suatu proses sistematik untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien mengenai nama obat,
tujuanpengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan
obat,efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan
interaksidengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk
pasiendengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien rujukan dokter,
2. Pasien dengan penyakit kronis,
3. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
4. Pasien geriatrik, dan
5. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya :
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:
a. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


19

b. Bagaimana cara pemakaiannya


c. Efek yang diharapkan dari obat tersebut
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

2.5.5 Ronde/visite pasien


Kegiatan ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk :
1. Pemilihan obat,
2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik,
3. Menilai kemajuan pasien, dan
4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut :
1. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari
kunjungan tersebut kepada pasien;
2. Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;
3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar; dan
4. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk
pemberian obat.
Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara apoteker
sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 3

GAMBARAN UMUM RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD

3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Pada awal abad 19 perkembangan rumah sakit militer di Indonesia
merupakan bagian dari strategi militer Belanda untuk tetap mempertahankan tanah
jajahannya (Bederlands Indies). Pada awal Januari 1808, Gubernur Jenderal
Daendles memperkuat militernya dengan mendirikan rumah sakit militer (Groot
Militaire Hospitalen) atau Rumah Sakit Garnisun di Jakarta.
Besarnya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi serdadu Belanda di Batavia
pada saat itu, menyebabkan pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun
rumah sakit militer yang besar dengan nama Groot Hospitaal Weltevreden. Satu
abad kemudian yaitu tahun 1942 rumah sakit ini dikenal dengan nama Militaire
Hospitaal Batavia dan merupakan cikal bakal RSPAD Gatot Soebroto.
Selama penjajahan Jepang (1942-1945), rumah sakit ini tetap berfungsi
sebagai rumah sakit militer di bawah Komando Angkatan Darat Jepang dengan
nama Rikugun Byoin. Setelah pengakuan kedaulatan RI, maka rumah sakit
tersebut dikuasai oleh KNIL sampai tahun 1950 yang diberi nama Leger Hospital
Batavia. Pada tanggal 26 Juli 1950 diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia
(TNI) yang diwakili oleh Letnan Kolonel Dr. Satrio dan dokter pihak KNIL oleh
Letkol Scheffer. Sejak saat itu namanya diganti menjadi Rumah Sakit Tentara
Pusat (RSTP).
Pada tanggal 1 Maret 1952 Letnan Kolonel Dr. Satrio menyerahkan
jabatan Kepala RSTP kepada Letnan Kolonel DR. Reksodiwirjo Wijotoarjo dan
sesuai dengan perkembangan organisasi Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan
Darat (DKT AD) menjadi Djawatan Kesehatan Angkatan Darat (DKAD). Sebutan
ini mempengaruhi juga nama RSTP menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
yang disingkat RSPAD dan nama ini digunakan sampai tahun 1970.
Mengingat jasa-jasa Letnan Jendral Gatot Soebroto yang bertekad
memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi rumah sakit kebanggaan

20 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat,
dipakailah nama Gatot Soebroto Ditkesad di belakang nama Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat atau RSGS. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan
Kepala Staf Angkatan Darat, Nomor SKEP/582/1970. Sesuai dengan tuntunan
organisasi agar lebih mudah pengucapannya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977
dibuat keputusan Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor:
SE/18/VIII/1977 yang isinya menetapkan bahwa nama rumah sakit ini berubah
menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad disingkat
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad sampai sekarang.
Saat ini RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tingkat I
di jajaran TNI yang memberikan pelayanan kesehatan bagi para prajurit, Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya serta masyarakat umum. Rumah sakit ini juga
digunakan oleh tim dokter kepresidenan dan sebagai tempat pemeriksaan pejabat
tertinggi dan tinggi negara. Untuk itu RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mendapat
dukungan fasilitas gedung dan alat kesehatan yang canggih.

RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi rumah sakit militer terbesar di


kawasan Asia yang terletak di Jl. Abdul Rachman Saleh No. 24 Jakarta Pusat,
dengan luas tanah 125.000 m2 dan luas bangunan 115.010 m2. RSPAD Gatot
Soebroto mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 757 tempat tidur dan
jumlah ini sangat fleksibel tergantung perkembangan rumah sakit.
Berdasarkan kapasitas tempat tidur dan unit pelayanannya RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tipe A. Berdasarkan peraturan
Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam), RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad menjadi rumah sakit rujukan tertinggi bagi seluruh angkatan dalam
jajaran Dephankam dan TNI (RSPAD Gatot Soebroto, 2014).

3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad
merupakan rumah sakit rujukan tertinggi bagi anggota TNI (Tentara Nasional
Indonesia) Angkatan Darat. Berdasarkan kriteria pembagian Rumah Sakit
menurut PerMenkes RI No.93/Menkes/SK/XI/1992 dan Undang-Undang

21 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


22

Republik Indonesia No.44 tahun 2009, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad termasuk rumah sakit kelas A yang memiliki
tenaga spesialistik dan subspesialistik yang lengkap dengan kapasitas tempat tidur
lebih kurang 1000, selain itu juga merupakan Rumah Sakit pendidikan. Pelayanan
kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ditujukan untuk melayani:
1. Pasien Dinas yaitu pasien anggota TNI Angkatan Darat, PNS Kementerian
Pertahanan dan Keamanan beserta keluarganya (suami/istri dan 2 anak
berusia maksimal 25 tahun belum menikah dan masih bersekolah), serta
pasien dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut
dan Angkatan Udara.
2. Pasien swasta, yaitu masyarakat umum yang berobat ke RSPAD baik
pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan (RSPAD Gatot Soebroto,
2014).

3.3 Visi, Misi dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
3.3.1 Visi
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi RS berstandar internasional,
sebagai rujukan tertinggi dan RS pendidikan utama, serta kebanggaan prajurit dan
masyarakat.

3.3.2 Misi
a. Menyelenggarakan fungsi RS tingkat pusat dan rujukan tertinggi AD
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.
b. Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang bermutu
secara menyeluruh untuk prajurit/ PNS TNI AD, untuk keluarga dan
masyarakat.
c. Mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan.
d. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pendidikan yang
berkelanjutan.
e. Memberikan lingkungan yang mendukung proses pemilahan dan
pendukung bayi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


23

3.3.3 Tugas dan Fungsi


Tugas pokok RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menyelenggarakan
fungsi perumahsakitan tertinggi di jajaran TNI AD, melalui upaya-upaya
pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan
kegiatan kesehatan promotif dan preventif.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad melaksanakan fungsi:
a. Pelayanan perumahsakitan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan
di bidang pelayanan medik, penunjang medik serta keperawatan bagi
personil TNI AD beserta keluarganya dalam rangka menunjang tugas
pokok TNI AD.
b. Rujukan dan supervisi, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di
bidang rujukan pelayanan pasien dan penunjang diagnostik dari rumah
sakit tingkat Kodam serta melaksanakan supervisi teknis medis dan
sistem/manajemen perumahsakitan.
c. Pendidikan dan pelatihan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan
penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan tingkat Diploma III, Strata I
dan Pasca Sarjana serta melaksanakan pelatihan dalam rangka peningkatan
profesionalisme dan keterampilan bagi personel kesehatan sesuai tingkat
dan kebutuhan pelayanan kesehatan.
d. Riset, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan dengan
menyelenggarakan penelitian ilmiah, pengembangan teknis medis dan
sistem perumahsakitan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan.
e. Pembinaan profesi tenaga kesehatan di lingkungan Kesehatan TNI AD.
Meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang pemeliharaan dan
peningkatan profesionalisme melalui penyelenggaraan seminar, lokakarya,
temu ilmiah dan penulisan karya ilmiah kesehatan dalam rangka alih
teknologi (RSPAD Gatot Soebroto, 2014).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


24

3.4 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad

Struktur organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan


Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29
Desember 2006 adalah sebagai berikut:
A. Eselon Pimpinan Rumah Sakit, terdiri atas:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


25

1. Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, disingkat


Ka RSPAD Gatot Soebroto.
2. Wakil Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto,
disingkat Waka RSPAD Gatot Soebroto.
B. Eselon Pembantu Pimpinan, terdiri atas:
1. Ketua Badan Penasehat
2. Ketua Komite Medik
3. Ketua Komite Riset
4. Kepala Satuan Pengawasan Internal (Ka SPI)
5. Direktur Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed)
6. Direktur Pembinaan Penunjang Medis (Dirbinjangmed)
7. Direktur Pembinaan Penunjang Umum (Dirbinjangum)
8. Direktur Pembinaan Pengembangan (Dirbinbang)
C. Eselon Pelayanan, terdiri atas:
1. Sekretaris (Ses)
2. Kepala Informasi dan Pengolahan Data (Kainfolahta)
D. Eselon Pelaksana, terdiri atas:
1. Kepala Departemen Bedah
2. Kepala Departemen Penyakit Dalam
3. Kepala Departemen Kesehatan Jiwa
4. Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi
5. Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak
6. Kepala Departemen Jantung
7. Kepala Departemen Paru
8. Kepala Departemen Mata
9. Kepala Departemen Saraf
10. Kepala Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorokan
11. Kepala Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin
12. Kepala Departemen Gigi dan Mulut
13. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik
14. Kepala Instalasi Radiologi dan Kedokteran Nuklir.
15. Kepala Instalasi Patologi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


26

16. Kepala Instalasi Gawat Darurat


17. Kepala Instalasi Kamar Operasi
18. Kepala Instalasi Rawat Jalan
19. Kepala Instalasi Rawat Inap
20. Kepala Instalasi Anestesi
21. Kepala Instalasi Farmasi
22. Kepala Unit Kedokteran Militer
23. Kepala Unit Rikkes
24. Kepala Unit Gizi
25. Kepala Unit Gudang Material
26. Kepala Unit Kesehatan Lingkungan
27. Kepala Unit Teknik
28. Kepala Unit Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
29. Kepala Unit Penunjang Khusus
(RSPAD Gatot Soebroto, 2014).

3.4.1 Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah staf fungsional
yang memiliki integritas, otonomi dan profesionalisme sesuai dengan keahliannya
dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dalam penentuan standar pelayanan, pengawasan serta penilaian
mutu pelayanan kesehatan.
b. Memberikan saran dan pertimbangan medik dalam rangka rujukan pasien
ke rumah sakit lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad di bidang pendidikan, pelatihan serta pengembangan tenaga
kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto.
d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dalam menegakkan etika profesi dan etika Rumah Sakit serta
hokum kedokteran di RSPAD Gatot Soebroto.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


27

e. Memberikan saran dan pertimbangan dalam supervisi perumahsakitan


terhadap Rumah Sakit tingkat Kodam.

3.4.2 Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


Adapun Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad diketuai oleh
seorang Pakar Ahli Fungsional yang memiliki kemampuan dan integritas di
bidang riset ilmu kesehatan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad terhadap rencana kegiatan penelitian dan pengembangan yang
akan dilaksanakan oleh setiap kecabangan ilmu kesehatan di RSPAD
Gatot Soebroto.
b. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi setiap pelaksanaan
penelitian dan pengembangan di RSPAD Gatot Soebroto.

3.4.3 Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
merupakan kelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis
komunikasi organisasi antara staf medik dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Komite Farmasi dan Terapi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dipimpin oleh
Dirbinjangmed, sekretaris I adalah Kepala Instalasi Farmasi, sekretaris 2 adalah
seorang apoteker dari Instalasi Farmasi dan beranggotakan dokter dari tiap
departemen, dengan Penasehat Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto.
KFT mulai berdiri pada tahun 1982, sejak diterapkannya Farmasi Rumah
Sakit di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dengan disusunnya Daftar Obat
Esensial (DOE) edisi I. Pada tahun 1992 disusun DOE edisi II, yang merupakan
tindak lanjut dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
085/MENKES/PER/I/1989, tentang kewajiban menulis resep dan atau
menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah serta
Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan No. 013/Kep/VI/1985 tentang
DOE ABRI edisi I dan Kep MENKES RI No. 216/MENKES/SK/III/1995 tanggal
8 Maret 1995 tentang Daftar Obat Esensial Nasional serta surat Harian Pangab

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


28

No. 2 tanggal 1 Januari 1998 tentang pelaksanaan tindakan penghematan dan


disiplin anggaran, pencegahan, penyimpanan dan pemborosan.
DOE merupakan acuan bagi para dokter di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dalam menuliskan resep kepada pasien secara rasional yaitu tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan waspada terhadap efek samping
obat. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad telah menerbitkan beberapa edisi DOE
yang antara lain :
1. DOE edisi V diterbitkan pada tahun 1997
2. DOE edisi VI diterbitkan bulan Juli 2002
3. DOE edisi VII diterbitkan bulan Juli 2007
4. DOE edisi VIII diterbitkan tahun 2009
5. DOE Edisi IX diterbitkan tahun 2012

3.4.4 Direktorat Pembinaan Penunjang Medik RSPAD Gatot Soebroto


Bagian Direktorat Pembinaan Penunjang Medik (Dirbinjangmed)
membawahi antara lain Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan
Perbekalan Kesehatan (Rendal Ada Bekkes) dan Bagian Perencanaan dan
Pengendalian Pengadaan Alat Kesehatan (Rendal Ada Alkes).
Rendal Ada Bekkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan
mengadakan perbekalan kesehatan, obat-obatan dan alat kesehatan sekali pakai,
sementara Rendal Ada Alkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan
mengadakan alat kesehatan inventaris. Namun, setelah era SJSN maka beberapa
kebijakan dan prosedur berubah mengikuti peraturan pemerintah sehingga yang
akan dibahas dalam laporan ini adalah tugas dan wewenang Rendal Ada
Bekkes/Alkes pada era SJSN.

3.4.4.1 Rendal Ada Bekkes


Kepala Bagian Administrasi Rendal Ada Bekkes membawahi Urusan
Perencanaan Perbekalan Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan
Perbekalan Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag
Rendal Ada Bekkes, Mayor. Ckm. Riboed Soemargo, S.Si., Apt., adalah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


29

memimpin, mengendalikan, dan mengawasi perbekalan kesehatan, serta


merencanakan perbekalan kesehatan di Farmasi.
Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan
pola perencanaan dan jumlah anggaran, barang dropping, stok yang tersisa dari
pengadaan sebelumnya, serta ketersediaan barang di pasaran. Pola perencanaan
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan konsumsi (data penggunaan bekal
kesehatan tahun sebelumnya) dan epidemiologi (pola kejadian penyakit di
masyarakat tahun sebelumnya).
Sebelum era SJSN, sumber Anggaran yang digunakan dalam pengadaan
bekal kesehatan antara lain:
a. DPK (Dana Pemeliharaan Kesehatan)
Merupakan dana yang diperoleh dari 2 % potongan gaji bruto dari TNI-AD
dan PNS TNI AD. Pengeluaran dari dana ini dilakukan tiap bulan dan
hanya untuk pembelian bekal kesehatan dan restitusi, biasanya
memberikan sumbangsih 47 % dari total anggaran pelayanan kesehatan.
b. RBK (Rutin Bekal Kesehatan)
Merupakan dana yang diperoleh dari APBN. Pengeluaran dari dana ini
dilakukan tiap triwulan dan hanya untuk semua bekal kesehatan dan alat
kesehatan, biasanya memeberikan sumbangsih 9 % dari total anggaran
pelayanaan kesehatan.
c. Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum)
Merupakan dana yang diambil dari keuntungan melayani masyarakat
umum untuk menunjang kekurangan dana dari DPK dan RBK.
Saat ini, sumber dana hanya berasal dari BPJS dan Yanmasum. Untuk
dana Yanmasum maka perencanaan melalui pimpinan rumah sakit kemudian
melalui Direktur Pembinaan Penunjang Medis dan bagian perencanaan dan
pengadaan rumah sakit, perencanaan tersebut merupakan perencanaan kebutuhan
secara menyeluruh selama satu tahun. Untuk pembelian, dilakukan melalui
pembelian langsung kepada PBF utama yang sudah menjadi rekanan RSPAD
Gatot Soebroto. Alur Perencanaan, Pengadaan, dan Distribusi Bekal Kesehatan
adalah sebagai berikut: pihak IFRS akan menyerahkan data yang dikumpulkan
dari Depo-Depo dan user mengenai pemakaian bekal kesehatan kepada Rendal

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


30

Ada Bekkes. Kemudian bagian pengadaan akan menghubungi PBF tersebut


setelah melalui persetujuan Kepala RSPAD. Setelah PBF datang, bagian yang
menerima bukan lagi Gudang Material ataupun Gudang Farmasi melainkan
Gudang Yanmasum.

3.4.4.2 Rendal Ada Alkes


Kepala Bagian Administrasi Rendal Ada Alkes membawahi Urusan
Perencanaan Alat Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan Alat
Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag Rendal Ada
Alkes, Letkol. Ckm. Drs. Ambiyo, Apt., adalah merencanakan pengadaan alat
kesehatan, mengendalikan pengadaan alat kesehatan, merencanakan pemeliharaan
alat kesehatan, dan mengendalikan pemeliharaan alat kesehatan.
Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan
permintaan langsung dari user. Jika tidak ada permintaan dari user maka tidak
bisa dilakukan pengadaan. User hanya boleh menyebutkan spesifikasi alat
kesehatan inventaris yang dibutuhkan dan tidak boleh menyebutkan merek
langsung.
User mengajukan rencana kebutuhan alkes kepada Kepala RSPAD dengan
tembusan kepada Dirbinjangmed dan Kabagrendalada Alkes. Setelah itu
Kabagrendalaada Alkes mengajukan persetujuan ke Dirbinjangmed sementara
Dirbinjangmed meminta persetujuan penggunaan dana PNBP Yanmasum. Jika
PNBP Yanmasum telah setuju maka persetujuan itu akan dibawa ke Kepala
RSPAD. Jika Kepala RSPAD telah setuju, maka Kabagrendalada Alkes akan
mengajukan pengadaan alkes kepada Unit Layanan Pengadaan dan Pejabat
Pengadaan. Setelah selesai urusan harga dan kontrak, maka kontrak akan
diserahkan kepada Pejabat Keuangan, kemudian kontrak yang sudah dibayar akan
diserahkan kepada Unit Gudang Material bersama dengan barangnya. Barang
tersebut kemudian akan diserahkan kepada user sesuai dengan PPM.

3.4.5 Direktorat Pembinaan Pelayanan Medik (Dirbinyanmed) RSPAD Gatot


Soebroto Ditkesad

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


31

Dirbinyanmed membawahi beberapa bagian. Bagian dibawah


Dirbinyanmed yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian adalah Bagian
Administrasi Pasien dan Informasi Medis.

3.4.5.1 Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis (Minpasien dan Formed)
Minpasien dan Formed adalah organisasi yang langsung berada di bawah Sub
Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Subdirbinyanmed) dan bertanggung
jawab kepada Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed).Tugas
pokok bagian ini adalah membantu Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan prosedur-prosedur untuk
penerimaan, pemulangan dan pengolahan administrasi pasien serta pelaporan.
Kepala Bagmin Pasien dan Formed membawahi:
1. Kepala Seksi Administrasi Pasien (Kasimin Pasien) Kasi Min Pasien
dalam tugasnya dibantu oleh:
a. Kepala Urusan Pendaftaran Pasien (Kaur Pendaftaran Pasien)
b. Kepala Urusan Administrasi Catatan Medis (Kaurmin CM)
c. Kepala Urusan Data Pelayanan Medis (Kaur Data Yanmed)
d. Kepala Seksi Informasi Medis (Kasi Informasi Medis)
2. Kasi Informasi Medis dibantu oleh:
a. Kepala Urusan Data Pelayanan (Kaur Data Yan)
b. Kepala Urusan Penyajian Informasi Medis (Kaur Saji Formed)
Penyimpanan rekam medik disusun berdasarkan nomor dan warna. Rekam
medik mengandung 6 unsur: administrasi, keaslian, keuangan, penelitian/
diagnosa, pendidikan. Dokumentasi Rekam medik dimusnahkan setiap 5 tahun
sekali.

3.4.6 Unit lain yang Berkaitan dengan Pekerjaan Kefarmasian


3.4.6.1 Unit Gudang Material
Tugas pokok Unit Gudang Material yaitu menerima, menyimpan,
memelihara dan mendistribusikan material kesehatan dan material umum.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


32

Material kesehatan terdiri dari alat kesehatan, obat-obatan, medical supply, dan
gas medik sedangkan material umum terdiri dari alat tulis kantor (ATK),
administrasi kantor, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan. Mekanisme
kegiatan di unit gudang material :
1. Mekanisme penerimaan material:
a. Berdasarkan Surat Perintah Penerimaan Material (SPPM) disertai
dengan kontrak atau Surat Pesanan Dalam Negeri (SPDN)/Surat
Perintah Pengeluaran (SPP)/Nota Pembelian (NP)/Bukti Penyerahan
(BP).
b. Diterima oleh tim komisi penerimaan barang, disaksikan oleh kepala
unit gudmat dan rekanan.
c. Dibuat berita acara penerimaan (BA).
2. Mekanisme penyimpanan material:
a. Disimpan di gudang penyimpanan material sesuai dengan jenisnya.
b. Dicatat di buku penerimaan material.
c. Dicatat di kartu persediaan material (warna merah) dan kartu
pertanggungjawaban (warna putih).
3. Mekanisme pemeliharaan material:
a. Material ditempatkan pada suhu yang sesuai, sirkulasi udara baik dan
cukup penerangan listrik.
b. Aman dari pencurian, kebakaran, kebocoran air dan hewan pengerat.
4. Mekanisme pengeluaran material kesehatan:
a. Berdasarkan SPPM dan dibuat BP.
b. Dicatat dibukti pengeluaran, dikeluarkan dari kartu persediaan dan
kartu pertanggungan jawab.
5. Mekanisme pengembalian material:
a. Kepala departemen membuat nota dinas pengembalian material ke
direktur pembinaan dan penunjang medik (untuk material kesehatan)
dan direktur pembinaan dan penunjang umum (untuk material umum).
b. Kepala bagian rencana pengadaan bekal kesehatan memeriksa tingkat
kerusakan alat kesehatan dan dibuat berita acara kerusakan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


33

c. Berdasarkan BA yang telah disetujui direktur pembinaan dan penunjang


medik atau direktur pembinaan dan penunjang umum, kepala
departemen mengisi formulir mutasi inventaris.
d. Material kesehatan dikembalikan ke gudang material disertai BA dan
formulir mutasi inventaris.

6. Mekanisme penghapusan material:


a. Kepala unit gudmat mengajukan usulan penghapusan ke direktur
pembinaan dan penunjang medik atau direktur pernbinaan dan
penunjang umum.
b. Tim panitia pencelaan atau penghapusan memeriksa dan membuat
berita acara pencelaan atau penghapusan.
c. Berdasarkan BA tersebut, direktur pembinaan dan penunjang medik
atau direktur pembinaan dan penunjang umum membuat surat usulan
penghapusan material ke direktur kesehatan angkatan darat yang
ditandatangani oleh kepala RSPAD Gatot Soebroto.
7. Mekanisme distribusi material dari gudang material ke IFRS:
a. Material diterima oleh tim komisi penerimaan barang, disaksikan oleh
Kepala Unit Gudmat dan rekanan.
b. Dibuat berita acara penerimaan (BA).
c. Diserahkan ke instalasi farmasi sesuai dengan material kesehatan yang
diterima oleh kepala unit gudmat.
d. Pendistribusian ke pemakai dilaksanakan oleh instalasi farmasi
Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun secara alphabetis, terdiri atas :
1) Golongan A1 kering seperti serbuk, tablet, kapsul dan lain-lain.
2) Golongan A1 basah seperti sirup (potio), cream, injeksi dan lain-lain.
3) Golongan A2 Medical Supply
4) Golongan A3 pembalut seperti perban, kapas dan lain-lain.
5) Golongan B1 alat kesehatan seperti spuit, jarum suntik dan lain-lain.
Untuk obat-obatan gudmat membuat laporan setiap 6 bulan sekali,
sedangkan untuk alat kesehatan gudmat membuat laporan 3 bulan sekali. Obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


34

diterima dan disesuaikan dengan surat kontrak oleh gudmat, kemudian dibukukan
dan disimpan di gudang obat dan alat kesehatan. Sistem pengeluaran barang yang
digunakan adalah sistem FEFO (First Expired First Out). Setiap barang yang
keluar dan masuk harus dicatat dikartu stok.

3.4.6.2 Unit Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan Pengendalian Nosokomial


Unit Kesling berada di bawah Ka RSPAD. Tugas Kesling sebagai
pelaksana pengelolaan lingkungan meliputi:
1. Pengelolaan limbah cair Limbah cair berasal dari berbagai macam unit,
seperti laboratorium, ruang perawatan, dapur, laundry. Penanganan limbah
cair menggunakan sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Di
RSPAD terdapat 6 unit IPAL, yaitu :
a. IPAL Laundry
b. IPAL Rehabilitasi Medik
c. IPAL Paru
d. IPAL IKA (anak)
e. IPAL Jiwa
f. IPAL Kartika
Pemantauan pengolahan limbah di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BAPEDALDA
(Badan Pengendalian Limbah Daerah) untuk melihat aman tidaknya Iimbah
tersebut. Parameter pemeriksaan Iimbah cair adalah Chemical Oxygen Demand
(COD), Biological Oxygen Demand (BOD), dan zat padat tersuspensi.
2. Pengelolaan limbah padat Limbah padat dibedakan menjadi :
a. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari ruangan perawatan,
laboratorium radiologi, kedokteran, kamar operasi, dan UGD.
Penanganannya dilakukan dengan proses pembakaran menggunakan
incenerator dengan suhu 1000°C - 1300°C.
b. Limbah nonmedis terdiri dari:
1) Limbah organik seperti sampah dapur, kertas.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


35

2) Limbah anorganik seperti botol plastik, botol infus, vial dan ampul.
Penanganannya dilakukan dengan membuang limbah ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir), kemudian oleh Dinas Kesehatan DKI
dalam 1 minggu diambil 2 kali.
3. Pengelolaan limbah gas agar tidak terjadi polusi udara maka hasil
pembakaran limbah padat yaitu limbah gas yang dihasilkan harus dibakar
lagi dengan api suhu 1000°C, sehingga gas yang keluar tidak
membahayakan lagi atau sesuai dengan standar baku.
4. Pengawasan makanan
Dilakukan oleh unit gizi yang bertanggung jawab kepada Ka RSPAD.
5. Pengelolaan dan pengawasan kualitas air bersih. Air bersih RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad berasal dari:
a. PDAM
b. Artesis (air tanah) Menggunakan filter penyaring dengan kapasitas
100 liter/jam. Kandungan air juga diperiksa secara kimia, fisika dan
mikrobiologi.
6. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menggunakan desinfektan untuk
ruangan pasien yang terinfeksi dan kamar operasi.
7. Pengawasan kualitas kebisingan dan pencahayaan.
8. Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu. Pemberantasan ini
dilakukan dengan 3 cara:
b. Fisik: ditangkap dengan menggunakan perangkap.
c. Kimia: menggunakan bahan kimia, misal racun tikus dan lainnya.
d. Biologi: memelihara ikan ke dalam selokan air untuk memakan jentik
nyamuk.
9. Penyuluhan.
Dilakukan setahun 4 kali dimana materinya mencakup tentang kesehatan
lingkungan dan higiene rumah sakit dengan adanya interaksi baik dengan diskusi
ataupun ceramah. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad
sudah mempunyai laboratorium kesehatan lingkungan. Manfaat dari laboratorium
kesling tersebut adalah untuk memeriksa udara baik yang terdapat di dalam
ruangan maupun diluar ruangan, air, makanan dan minuman, limbah cair yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


36

terdapat di lingkungan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.


Kemampuan laboratorium kesling sebagai berikut:
a. Memeriksa parameter kualitas udara dalam ruangan.
b. Memeriksa parameter kualitas air.
c. Memeriksa parameter kualitas limbah cair merupakan pemeriksaan
swapantau yang dianjurkan oleh Bapedal DKI Jakarta.
d. Memeriksa kualitas makanan atau minuman.
e. Metode dan lokasi pemantauan serta tolak ukur: kebisingan dan kualitas
udara, pengukuran pencahayaan, pengukuran suhu dan kelembaban,
pemeriksaan partikel debu.
f. Metode dan lokasi pemantauan sampah padat.
g. Kualitas air limbah.
h. Kualitas air bersih.
i. Pemantauan serangga dan binatang pengganggu.
j. Pemantauan infeksi nosokomial.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 4

URAIAN HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI


APOTEKER DI INSTALASI FARMASI RSPAD GATOT
SOEBROTO DITKESAD

4.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Visi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menjadi
unit pelayanan kebanggaan prajurit dan masyarakat, khususnya pelayanan
kesehatan di bidang kefarmasian. Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad adalah:
1. Melaksanakan pelayanan perbekalan kesehatan bagi TNI dan keluarganya
yang berobat di RSPAD Gatot Soebroto.
2. Memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga medik maupun
paramedik secara berkesinambungan.
3. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan faktor
lingkungan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mampu
menjawab tantangan tugas masa depan.
4. Melaksanakan fungsi kefarmasian dalam Komite Farmasi dan Terapi.
5. Melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan bagi sarjana farmasi,
profesi apoteker dan kedokteran, mahasiswa Akademi Keperawatan
(AKPER), dan siswa Sekolah Menengah Farmasi (SMF).
6. Melaksanakan pelayanan obat bagi masyarakat umum yang berobat di
RSPAD Gatot Soebroto.
7. Melaksanakan lain-lain fungsi sesuai dengan disiplin ilmu kefarmasian

4.2 Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


4.2.1 Tujuan Umum
Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mempunyai tujuan
umum untuk memberikan pelayanan di bidang kefarmasian secara paripurna, baik
untuk lingkungan TNI AD/PNS TNI AD beserta keluarganya maupun masyarakat
umum.
4.2.2 Tujuan Khusus

37 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mempunyai tujuan
khusus untuk :
1. Memberikan pelayanan di bidang obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada prajurit TNI AD atau PNS TNI AD beserta keluarganya secara
optimal.
2. Meningkatkan derajat kesehatan prajurit TNI AD atau PNS TNI AD
beserta keluarganya maupun masyarakat umum melalui pelayanan
kefarmasian untuk mencapai masyarakat yang sehat, agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Menyelenggarakan fungsi kefarmasian secara profesional dan berorientasi
kepada kepentingan penderita dengan melaksanakan program penggunaan
obat secara “rasional” yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
pasien, dan waspada terhadap efek samping obat.
4. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan baik ke dalam maupun ke luar
guna meningkatkan ketrampilan dan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kefarmasian.

4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto


Ditkesad
Kepala Instalasi Farmasi dijabat oleh seorang Perwira Menengah (Pamen)
TNI AD berkualifikasi Apoteker dengan pangkat Kolonel CKM. Tugas dan
kewajiban Kepala Instalasi Farmasi sebagai berikut:
1. Merencanakan, menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan
kefarmasian.
2. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan obat dan suplai medik.
3. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan gas medik.
4. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan monitoring efek samping obat.
5. Menyelenggarakan pemeliharaan alat kesehatan meliputi pemeliharaan
berkala dan perbaikan tingkat ringan, sedangkan untuk perbaikan tingkat
sedang dan berat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak ketiga.
6. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan
obat dan suplai medis serta pemeliharaan alat kesehatan.

38 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


39

7. Melaksanakan pembinaan personil di jajaran Instalasi Farmasi.


8. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto.

Kepala Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh:


1. Kepala Kelompok Administrasi, disingkat Kapokmin
2. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Materiil Kesehatan, disingkat Kasub Instal
Yanmatkes.
3. Kepala Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan, disingkat Kasub Instal
Haralkes.
4. Kepala Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat, disingkat Kasub
Instal Jang Info Obat.
5. Staf Fungsional, disingkat SF.

[sumber: Kasub Instal Haralkes, 2014]

Gambar 4. 1 Struktur organisasi instalasi farmasi RSPAD


Gatot Soebroto Ditkesad

4.3.1 Sub Bagian Instalasi Penunjang dan Informasi (Sub Instal Jang dan Info)
Sub Instal Jang dan Info dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD
berkualifikasi apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS golongan IV/a – b
dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


40

1. Merencanakan, menyediakan, meyimpan dan mendistribusikan obat dan


suplai medis untuk kebutuhan seluruh RSPAD Gatot Soebroto.
2. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan suplai medis serta monitoring
efek samping obat, khususnya bagi penderita rawat inap.
3. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan
matkes serta pemeliharaannya.
4. Memberikan informasi persediaan obat bulanan untuk seluruh unit
pelayanan.
5. Menerbitkan leaflet mengenai informasi obat.
6. Merencanakan, menyiapkan dan mengevaluasi pemakaian obat-obat
sitostatika.
7. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi.
8. Melaksanakan pengembangan pendidikan, pelatihan dan pelayanan
kefarmasian.
9. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Jang dan
Info
10. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi
Farmasi.

Kasub Instal Jang dan Info membawahi dua bagian, yaitu Bagian
Penunjang dan Bagian Informasi dan MESO. Kepala Seksi Penunjang (Kasi
Penunjang) membawahi dua sub bagian, yaitu Perbekelan Kesehatan dan Gudang
Farmasi dan Produksi. Kepala Seksi Informasi dan MESO (Kasi Info dan MESO)
membawahi dua sub bagian, yaitu Informasi Obat dan MESO.
4.3.1.1 Bagian Penunjang
Kepala Seksi Penunjang dijabat oleh seorang PNS berkualifikasi Apoteker
berpangkat golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Membuat rencana kebutuhan obat, suplai medis dan kebutuhan produksi
setiap triwulan
2. Membuat perencanaan, penanganan dan pelaporan khusus untuk obat-obat
sitostatika
3. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat, suplai medis dan obat-
obat yang diproduksi sendiri

Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014
41

4. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika dan


psikotropika yang diminta melalui unit bekkes
5. Melaporkan setiap obat-obat yang sudah mendekati kadaluarsa dan
persediaan yang kosong
6. Melaksanakan stok opname obat dan suplai medis setiap akhir tahun
anggaran
7. Melaksanakan dan mengawasi penyimpanan obat dan suplai medis
menurut peraturan yang berlaku
8. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Perencanaan dan Pengadaan
mengenai pengadaan bekkes
9. Melaksanakan evaluasi terhadap mutu obat yang diproduksi disertai
dengan tindak lanjutnya
10. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup seksi penunjang
11. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Jang dan Info
Kasi Penunjang membawahi Bekkes dan Gudang. Kaur Bekkes dan
Gudang dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ c – d dengan tugas
dan kewajiban sebagai berikut:
1. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat dan suplai medis setiap
bulan
2. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika,
psikotropika, sitostatika dan obat-obat khusus yang dilayani setiap bulan.
3. Mencatat dan melaporkan setiap obat-obat yang mendekati
kadaluarsa dan obat yang rusak
4. Melaporkan persediaan obat yang tidak ada di persediaan
5. Melaksanakan permintaan obat ke unit Gudmat
Selain Bekkes dan Gudang, Kasi Penunjnag juga membawahi Produksi.
Kaur Produksi dijabat oleh seorang PNS berpangkat gol. III/ c – d dengan
tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Memproduksi obat sesuai dengan formula yang ada dibawah pengawasan
Kasi Penunjang
2. Mencatat dan melaporkan semua hasil produksi yang telah di buat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


42

3. Mencatat dan melaporkan pengeluaran hasil produksi


4. Melakukan pemeriksaan mutu terhadap hasil produksi secara organoleptis
5. Mencatat dan melaporkan bahan baku yang tidak ada dalam persediaan ke
Kasi Penunjang
6. Menyelenggarakan stock opname bahan baku dan sediaan hasil produksi
setiap akhir tahun anggaran
Produksi dibawah instalasi farmasi terbagi menjadi produksi steril dan
non-steril. Contoh dari produksi non-steril antara lain hand rub, rivanol, tetes
telinga, larutan H2O2, salep boor, lotio kumerfeldi, formalin 10%, gentian violet,
elektrolit glukosa, betadine gargle, potio nigra, chloral hydrat, syrup simplex,
amonia 10%, hingga beberapa jenis salep.
4.3.1.2 Bagian Informasi Dan Meso
Kepala Seksi Informasi dan MESO dijabat oleh seorang PNS berpangkat
golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan kegiatan informasi obat kepada tenaga medis, para medis,
pasien dan keluarganya
2. Melaksanakan Monitoring Efek Samping Obat di setiap unit pelayanan
pasien rawat inap dan rawat jalan
3. Mendidik dan membimbing para Sarjana Farmasi, siswa SMF yang
membutuhkan informasi tentang obat dan system pelayanan farmasi dalam
praktek kerja di Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
4. Membuat dan menerbitkan brosur tentang obat baru yang beredar di
pasaran secara periodik
5. Membuat edaran obat yang tersedia maupun tidak tersedia secara periodik
6. Melaksanakan kegiatan PKMRS bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
beserta keluarganya
7. Melaksanakan koordinasi dengan unit Rekam Medik dalam pelaksanaan
Monitoring Efek Samping Obat
8. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instal Info dan
MESO
9. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Jang dan Info

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


43

Kasi Info dan MESO membawahi Bagian Informasi Obat. Perwira Urusan
Informasi Obat (Paur Info Obat)dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan
III/ a- b dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Membuat edaran obat - obatan dan suplai medis yang ada setiap 2 minggu
sekali
2. Mencatat dan mengedarkan informasi obat kepada tenaga medis dan
paramedis
3. Membuat dan menginformasikan kepada unit pelayanan tentang obat dan
suplai medis yang mendekati kadaluarsa
4. Mengumpulkan dan mencatat semua informasi mengenai obat yang
diterima dari unit pelayanan rawat inap dan rawat jalan
Kasi Info dan MESO membawahi Bagian MESO.Perwira Urusan MESO
(Paur MESO)dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ a – b, dengan
tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mencatat semua keluhan-keluhan medis, paramedis dan pasien mengenai
efek samping obat.
2. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai
pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan.
3. Mengidentifikasi obat - obatan dan pasien yang mempunyai risiko
mengalami efek samping obat.
4. Menyiapkan, mengedarkan dan mengisi formulir efek samping obat

4.3.2 Sub Bagian Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan dan Gas Medis
Sub Instal Haralkes dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berkualifikasi
Apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS IV B dengan tugas dan
kewajiban sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan perencanaan program kerja bidang pemeliharaan dan


perbaikan alat kesehatan.
2. Memonitor inventaris alat kesehatan di seluruh RSPAD Gatot Soebroto.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


44

3. Menyelenggarakan perencanaan, penyimpanan dan pendistribusian gas


medik untuk seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
4. Menyusun laporan berkala seluruh kegiatan pemeliharaan alat kesehatan
dan pendistribusian gas medik serta mengevaluasi dan
menindaklanjutinya.
5. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kaur.

6. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Logistik mengenai pengadaan


gas medik
7. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Haralkes
8. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi
Farmasi

Kasub Instal Haralkes membawahi dua bagian, yaitu Pemeliharaan Alat


Kesehatan (Haralkes) dan Pemeliharaan Instalasi Gas Medik (Har Instal Gas
Medik). Kepala Urusan Nik Haralkes dijabat oleh seorang Pama TNI AD
berpangkat Kapten CKM dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mengkoordinir dan melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan alat
kesehatan.
2. Menghimpun dan menyusun permintaan pemeliharaan dan perbaikan alat
kesehatan dari pengguna untuk dasar proses perbaikan alat kesehatan.
3. Melaksanakan program pemeliharaan dan perbaikan per triwulan
4. Membuat laporan pelaksanaan program pemeliharaan dan perbaikan per
triwulan.
5. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Haralkes
Selain Haralkes, terdapat juga Har Instal Gas Medik. Kepala Urusan Nik
Har Instal Gas Medik dijabat oleh seorang PNS berrpangkat golongan III/ c – d
dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
1. Mengkoordinir dan melaksankaan semua kegiatan distribusi gas medik.
2. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran gas medik setiap bulan.
3. Mencatat dan melaporkan setiap bulan mengenai peredaran tabung gas
medik yang kosong.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


45

4. Melaporkan persediaan gas medik yang kososng dan terlambat


pengirimannya.
5. Melaksanakan stock opname setiap akhir tahun.
6. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal
Haralkes.

4.4 Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad


4.4.1 Pemilihan, Perencanaan, dan Pengadaan Perbekalan Kesehatan
4.4.1.1 Pemilihan
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1197/MENKES/SK/2004, pemilihan atau
seleksi merupakan langkah awal dalam siklus pengelolaan perbekalan farmasi.
Pemilihan merupakan kegiatan mulai dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menetukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi hingga
menjaga dan memperbaharui standar obat.
Di RSPAD Gatot Soebroto pemilihan perbekalan farmasi dilakukan
berdasarkan daftar obat dalam formularium, dimana dalam formularium ini
tercantum daftar perbekalan farmasi yang di-cover oleh Jaminan Kesehatan
nasional (JKN).
Pemilihan perbekalan farmasi yang tepat bertujuan untuk mendukung
terselenggaranya penggunaan obat dan biaya yang efektif dan rasional. Oleh
karena itu, apoteker memiliki peranan penting dalam kegiatan pemilihan ini.
4.4.1.2 Perencanaan dan Pengadaan
Menurut Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit tahun 2004,
perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yan telah
ditentukan disesuaikan anggaran yang tersedia. Metode perencanaan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi,
sedangkan pedoman perencanaan perbekalan farmasi dapat berupa DOEN,
formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, data catatan medik, data

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


46

pemakaian periode lalu, sisa persediaan, serta rencana pengembangan dan


anggaran yang tersedia. Perencaaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad yang meliputi sediaan farmasi dan alat kesehatan habis pakai, disusun
menggunakan metode kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi.
Sebelum menjadi satu di antara Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
(BPJS), pengadaan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarkan
daftar kebutuhan Depo farmasi selama satu tahun. Daftar ini kemudian dilaporkan
kepada Kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto. Semua kebutuhan dari
Depo farmasi akan dikompilasi dalam rencana kebutuhan tahunan. Depo-Depo
farmasi menyusun daftar kebutuhan perbekalan farmasi dengan metode konsumsi
berdasarkan rata-rata konsumsi per bulan selama 12 bulan terakhir. Selain itu,
metode epidemiologi juga diterapkan. Data jumlah pasien beserta jenis penyakit
yang diderita akan sangat memnbantu dalam memproyeksikan kebutuhan
perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad .

Setelah Rencana Kebutuhan (Renbut) tahunan telah disetujui oleh Kepala


Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto selanjutnya akan diajukan kepada
Direktur Pembinaan dan Penunjang Medik (Dirbinjangmed) untuk dikaji kembali
mengenai anggaran yang tersedia, kapasitas gudang, dan waktu yang dibutuhkan
mulai dari barang dipesan sampai barang siap didistribusikan ke instalasi farmasi.
Renbut yang telah dikaji kemudian disusun kembali menjadi Renbut dan Program
Kerja (Progja) dan perbekalan kesehatan untuk kebutuhan RS. Pengadaan
perbekalan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad kemudian akan
dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Pejabat Pengadaan yang
berada di bawah pengawasan Dirbinjangmed.
Sejak diterapkannya Sistem Jaminan Sosisal Nasional (SJSN), sistem
perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad yang merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
berubah. Perencanaan perbekalan farmasi saat ini dilakukan berdasarkan daftar
kebutuhan dari Depo farmasi yang disusun berdasarkan buku defecta, yaitu buku
catatan perbekalan farmasi yang habis atau hampir habis. Daftar kebutuhan dari
semua Depo farmasi kemudian dikompilasi oleh Bagian Pengadaan di Pelayanan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


47

Kesehatan Masyarakat (PKM) yang bertugas memesan perbekalan farmasi ke


distributor. Penyuplai perbekalan farmasi merupakan distributor pilihan yang
memiliki track record yang baik dan menawarkan produk berkualitas dengan
harga yang sesuai.

4.4.2 Penerimaan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Distributor akan mengirim perbekalan farmasi yang dipesan oleh Bagian
Pengadaan PKM sesuai jam pemesanan. Barang yang dipesan pada pagi hari
sebelum pukul 10.00, akan dikirim pada pukul 10.00, untuk pemesanan di atas
pukul 10.00, barang akan diantarkan ke RSPAD Gatot Soebroto pada siang hari.
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Bagian Gudang PKM.
Sebelum disimpan dalam gudang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian barang yang
datang dengan barang yang dipesan. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan
kesesuaian barang dengan faktur, meliputi alamat pengirim dan alamat yang
dituju, nama produk, jenis, potensi, spesifikasi, tanggal kadaluarsa dan jumlah
produk. Faktur kemudian diserahkan ke Bagian Administrasi PKM untuk
didokumentasikan sebagai tatanan naskah (Takah) yang nantinya akan dilaporkan
kepada Kepala Bagian PKM.
Setelah pemeriksaan barang datang, dilakukan penyimpanan perbekalan
farmasi di gudang sesuai dengan jenis, bentuk sediaan, dan stabilitas. Penyusunan
barang di gudang menggunakan sistem First In First Out (FIFO) atau First
Expaired First Out (FEFO). Penyimpanan perbekalan farmasi dipisahkan
berdasarkan jenis sediaannya yaitu sediaan padat seperti tablet dan kapsul, sediaan
semi padat seperti krim dan salep, serta sediaan cair seperti obat suntik dan infus.
Perbekalan yang perlu penanganan khusus, seperti vaksin, insulin, reagen
laboratorium, atau perbekalan lain disimpan di dalam medical refrigerator yang
suhunya terkontrol sehingga kualitas ataupun efek terapinya tetap terjaga. Obat-
obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus yang terpisah
dari obat lain. Untuk obat-obat yang memiliki LASA (Look A like Sound Like)
penyimpanannya disertai dengan pelabelan bertuliskan LASA dengan warna hijau
terang di setiap kemasan sekunder dan peletakkannya tidak berdekatan untuk
meminimalisir resiko salah pengambilan obat. Beberapa obat yang masuk dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


48

golongan High Alert seperti KCl 7,46%, MgSO4 20% dan 40%, NaHCO3 8,4%,
NaCl 3%,disimpan di tempat atau wadah tertentu yang diberi border berwarna
merah, disertai pelabelan di setiap kemasan primer dengan label berwarna merah
bertuliskan HIGH ALERT. Sistem penyimpanan yang seperti ini tidak hanya
diterapkan di gudang PKM saja, tetapi juga di semua Depo farmasi. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kerusakan, penyalahgunaan, ataupun salah
pengambilan obat atau perbekalan farmasi lain.

4.4.3 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Instalasi Farmasi RSPAD Gatot


Soebroto Ditkesad
Menurut Kepmenkes RI 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah sakit, distribusi merupakan kegiatan penyaluran
perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi
bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Pendistribusian obat ke pasien menggunakan sistem desentralisasi dimana
terdapat beberapa Depo farmasi untuk memudahkan pelayanan kefarmasian dan
menghindari kebocoran barang di unit pelayanan kesehatan. Sistem distribusi
dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada.
4.4.3.1 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Gudang Material Kesehatan ke
Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto
Unit Gudang Material mempunyai tugas pokok yaitu menerima,
menyimpan, memelihara dan mendistribusikan material kesehatan dan material
umum. Material kesehatan terdiri dari alat kesehatan, obat-obatan, medical supply,
dan gas medik sedangkan material umum terdiri dari alat tulis kantor (ATK),
administrasi kantor, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan.
Distribusi material atau barang dari Gudang Material RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad harus dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pengeluaran
Material (SPPM) oleh Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad kepada Kepala
Unit Gudang Material (Gudmat). Selain itu, Kepala Bagian Pengendalian ,
Distribusi dan Inventaris (Kabag Daldisi dan Inven) akan menerbitkan Nota
Pengeluaran Material untuk user di RSPAD Gatot Soebroto. User yang dimaksud

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


49

oleh Gudmat adalah departemen, instalasi, unit atau bagian yang melakukan
permintaan, baik material kesehatan maupun material umum kepada Unit Gudmat.

Distribusi perbekalan farmasi yang meliputi sediaan farmasi dan alat


kesehatan, dilakukan oleh Gudang Material Kesehatan kepada Gudang IFRSPAD
Gatot Soebroto. Pengeluaran material kesehatan dari Gudmat Kesehatan RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarakn nota permintaan material yang
berisi nama barang yang diminta, satuan serta jumlah barang yang ditangani oleh
Kepala IFRS. Setelah Kepala Unit Gudmat menyetujui pengeluaran material dari
Gudang Penyimpanan Material Kesehatan, maka dilakukan pengambilan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang diminta dengan melakukan pengurangan
jumlah stok pada kartu stok dan ditulis pada Buku Pengeluaran Material Gudmat.
Penyerahan material kesehatan kepada IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
dilakukan dengan disertai Bukti Pengeluaran (BP) Material yang ditandatangani
oleh Kepala Unit Gudmat dan Kepala Urusan dari Gudang Material Kesehatan,
serta disisipkan tanda tangan dari personil yang menerima material kesehatan
yang bersangkutan.

[Sumber : Gudang Farmasi RSPAD Gatot Soebroto, 2014]


Gambar 4. 2 Bukti Pengeluaran (BP) material dari gudang
material ke gudang farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


50

Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang ada di gudang material saat ini
hanya sisa dari permintaan sebelumnya, karena setelah menjadi BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) nantinya semua sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang datang akan disimpan di PKM (Pelayanan Kesehatan Masyarakat) yang
nantinya akan bergabung dengan gudang farmasi. Nantinya gudang farmasi tidak
lagi berhubungan dengan gudang material dalam permintaan barang tetapi
langsung melakukan permintaan barang ke PBF dan tidak ada perbedaan antara
barang dinas dan swasta.
4.4.3.2 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad ke Depo Farmasi
Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melayani permintaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan dari depo-depo farmasi, yaitu Depo Farmasi Perawatan
Inap (Depo Perawatan Umum, Depo Farmasi Rawat Mondok dan Depo Farmasi
Kedokteran Militer), Depo Farmasi Rawat Jalan yang melayani pasien dari
poliklinik-poliklinik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad serta Unit Produksi
IFRSPAD Gatot Soebroto.
Rencana permintaan perbekalan farmasi dari setiap Depo Farmasi kepada
Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan untuk setiap satu bulan.
Masing-masing Depo Farmasi harus mengisi Lembar Daftar Permintaan (LDP)
dengan mencantumkan jumlah yang diminta serta sisa yang masih ada di Depo
Farmasi bersangkutan. LDP harus atas pengetahuan Apoteker beranggung jawab
atas Depo Farmasi tersebut. Pengambilan perbekalan farmasi di Gudang IFRS
dilakukan dengan menggunakan Nota Permintaan Obat dan/atau Nota Permintaan
Perbekalan Farmasi. Tetapi apabila sebelum permintaan barang bulan berikutnya
Depo sudah kehabisan stok, dapat melakukan permintaan kembali dengan
menggunakan Nota Permintaan Obat dan/atau Nota Permintaan Perbekalan
Farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


51

[Sumber: Gudang Farmasi RSPAD Gatot Soebroto, 2014]


Gambar 4. 3 Form daftar permintaan obat dari Depo ke Gudang Farmasi

Setiap bulan masing-masing Depo melakukan rekap penggunaan sediaan


farmasi dan alat kesehatan kemudian dijadikan dasar untuk merencanakan
permintaan kepada gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad untuk kebutuhan
bulan berikutnya.
4.4.3.3 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Depo Farmasi Pelayanan Rawat Inap
Instalasi Farmasi Rawat Inap RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melayani
pasien berhak dan keluarganya, serta pasien swasta. Pada pelayanan rawat inap
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, resep pada Instalasi Farmasi Rawat Inap diantar
oleh perawat. Setelah Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian dari IFRS
menerima resep, selanjutnya dilakukan verifikasi resep untuk persyaratan
administrasi, kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis. Persyaratan
administrasi meliputi:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


52

1. Blanko resep yang digunakan adalah yang saat itu berlaku di RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad.
2. Identitas dokter penulis resep yang meliputi nama dokter, SIP, tanda
tangan dokter, poliklinik atau tempat perawatan
3. Identitas pasien dimana terdapat perbedaan untuk pasien dinas dan pasien
non dinas. Untuk pasien dinas meliputi nama pasien terdiri dari dua kata,
pangkat/corps/golongan, NRP/NIP, kesatuan, nomor rekam medik (RM)
dan umur atau tanggal lahir pasien. Sedangkan untuk pasien non dinas
meliputi nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik
(RM), tanggal lahir atau umur pasien dan berat badan. Untuk semua resep
harus terdapat stempel yang menunjukkan darimana resep tersebut berasal.
4. Kelengkapan lainnya seperti tanggal resep, tanda “R/”
Kesesuaian farmasetis meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
Pertimbangan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi obat
3. Alergi, interaksi, dan efek samping obat
4. Kontraindikasi
5. Efek aditif
Jika resep yang terima oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian tidak
terbaca atau resep tidak jelas atau ragu-ragu untuk mengambil tindakan, maka
Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian segera menghubungi dokter penulis
resep untuk menanyakan kejelasan obat yang diresepkan. Setelah mendapat
kejelasan dari dokter penulis resep, petugas IFRS bersangkutan menulis dan
mengulang kembali penjelasan dokter penulis resep untuk memastikan
kebenarannya. Jika petugas IFRS gagal menghubungi dokter penulis resep, maka
petugas IFRS tersebut perlu menghubungi dokter spesialis kepala instalasi atau
departemen yang terkait dengan dokter penulis resep.

Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014
53

Instalasi Rawat Inap menerapkan sistem distribusi desentralisasi dengan


membuat beberapa Depo farmasi. Secara umum sistem distribusi desentralisasi
dengan 3 Depo farmasi yaitu Depo perawatan umum untuk melayani resep
penyakit dalam, Depo kedokteran militer (Dokmil) dan Depo rawat mondok
sebagai pusat dari apotek rawat inap yang melayani resep dari unit Perawatan
Paru, Jantung, Kebidanan, IKA, Jiwa, ICU, Bedah jantung, Paviliun Kartika,
Paviliun Darmawan dan Gawat Darurat. Sistem pendistribusian obat di pelayanan
rawat inap terbagi menjadi 2 yaitu sistem distribusi unit dose dan resep individual.
a. Sistem Unit-Dose Dispensing (UDD)
Sistem distribusi unit dose untuk pasien rawat inap di unit bedah lantai 3
sampai 6 dan di unit perawatan umum yaitu lantai 1 sampai 6 dilakukan dari tiap
ruang perawatan resep diantar masing-masing oleh perawat atau petugas
pengantar ke Depo farmasi kemudian petugas di Depo farmasi melakukan
verifikasi resep dan pemberian nomor urut untuk pengerjaan. Resep di copy,
dimana resep asli menjadi arsip Depo dan copy nya diletakkan dalam wadah UDD
pasien. Hal yang dilakukan dalam penyiapan UDD:
1. Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian mengambil obat sesuai resep
untuk penggunaan sehari dan mempersiapkan wadah untuk penggunaan 24
jam serta wadah obat per sekali waktu penggunaan obat. Pada wadah
penggunaan 24 jam ditempel label bertuliskan nama pasien yang terdiri
dari dua kata , nomor rekam medik (RM) dan ruangan tempat pasien
dirawat. Tutup wadah per sekali waktu penggunaan ditempel etiket
berwarna putih untuk sediaan obat luar dan sediaan parenteral diberi etiket
biru yang memuat informasi berupa nama pasien yang terdiri dari dua
kata, nomor rekam medik (RM), tanggal penderian, nomor resep serta
waktu pemberian. Ketentuan wadah obat yaitu obat yang diberikan pagi
hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna pink, obat untuk
siang hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna biru, obat
untuk sore hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna hijau dan
obat untuk malam hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna
ungu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


54

2. Setelah wadah per waktu penggunaan sudah siap semua, kemudian wadah-
wadah tersebut dimasukkan dalam wadah penggunan 24 jam. Wadah
pasien yang sudah siap diserahkan pada petugas lain untuk dilakukan
pengecekan kesesuaian antara resep dan sediaan farmasi yang telah
disiapkan.
3. Setelah dilakukan pengecekan dan obat yang disiapkan sudah sesuai resep,
maka wadah-wadah pasien diletakkan pada trolley untuk masing-masing
unit rawat inap kemudian diserahkan pada perawat. Pada saat penyerahan,
petugas dari Depo farmasi yang menyerahkan harus menulis dalam
bukuekspedisi yang memuat tanggal penyerahan, jumlah wadah obat yang
diberikan dengan masing-masing nama pasien, jumlah kotak UDD serta
paraf petugas Depo yang menyerahkan dan perawat yang menerima.
4. Oleh perawat trolley yang berisi wadah obat pasien dibawa ke nurse
station dan diberikan kepada pasien sesuai waktu pemberian yang tertera
di etiket. Setiap kali pemberian obat kepada pasien harus memberikan
tanda pada Daftar Pemberian Terapi.
Sistem distribusi ini mempunyai keuntungan:
1. Memperkecil risiko kesalahan pemberian obat karena adanya pengendalian
dan pengawasan langsung dari apoteker atau asisten apoteker pada saat
sebelum dan sesudah penyiapan obat
2. Meningkatkan kepatuhan penderita terhadap regimen pengobatannya,
pengendalian dan pemantauan obat lebih baik
3. Mengurangi penyimpanan obat di ruangan karena seharusnya tidak boleh
menyimpan obat di ruang perawatan
4. Mencegah pencurian obat dan pemborosan
5. Mengurangi biaya total pengobatan yang berkaitan dengan obat karena
apabila sewaktu-waktu obat dihentikan pasien hanya membayar obat yang
digunakan
Kekurangan sistem distribusi unit dose menyebabkan beban kerja perawat
bertambah sehingga diperlukan personil lebih banyak. Pemberian obat kepada
pasien dilakukan oleh perawat sehingga peran farmasis kurang dapat terlihat oleh
pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


55

b. Sistem resep individual atau Individual medication order system


Proses dispensing sistem permintaan pengobatan individual mirip dengan
dispensing untuk pasien rawat jalan yaitu obat untuk pasien disiapkan berdasarkan
resep tertulis untuk pasien secara individual. Sistem resep individual diterapkan
dimana pasien diberikan obat berdasarkan resep yang dituliskan oleh dokter.
Sistem distribusi ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya:
1. Semua obat yang diperlukan disiapkan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
sehingga dapat dilakukan pengkajian kesesuaian terapi, jadi perawat
mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung kepada penderita.
2. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan
3. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
4. Memungkinkan pengendalian yang lebih mudah atas sediaan farmasi
5. Mempermudah penagihan biaya obat pasien.
6. Menghindarkan kebingungan perawat menginterpretasikan resep.
Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual antara lain:
1. Kemungkinan keterlambatan obat sampai ke pasien.
2. Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat.
3. Kemungkinan terjadi kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada
saat obat disiapkan.
Pelayanan rawat inap IFRSPAD Gatot Soebroto terdiri dari lima Depo
Farmasi, yaitu:
a. Depo Farmasi Rawat Mondok
Depo Farmasi Rawat mondok terletak di gedung instalasi farmasi RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad. Personel di Depo farmasi rawat inap terdiri dari 1 orang
apoteker, 3 orang asisten apoteker.Waktu operasional pelayanan yaitu hari Senin-
Kamis mulai pukul 07.30-15.30 dan pada hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00.
Kriteria pasien yang diberikan pelayanan di Depo farmasi rawat mondok adalah
anggota TNI AD, PNS dari lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan PNS
dari kesatuan lain beserta keluarga dan Peserta BPJS. Depo Farmasi rawat
mondok memiliki cakupan pelayanan rawat inap yang luas dibanding Depo
farmasi lainnya. Pelayanan resep obat dan medical supply di Depo farmasi rawat
inap diberikan kepada pasien rawat inap pada:

Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014
56

1. Unit perawatan paru dan jantung lantai 1-4


2. Ruang bersalin, unit perawatan obstetri (post partum) dan gynaecology
(penyakit yang berhubungan dengan kandungan) pada lantai 1-2
3. Unit perawatan bayi; unit perawatan anak/IKA lantai 1-2
4. Unit perawatan amino (perawatan pasien dengan gangguan mental)
5. ICU
6. Pasien yang akan pulang setelah pemeriksaan UGD
7. Perwira tinggi TNI yang dirawat inap di paviliun Kartika
Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah
pemakaian untuk 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Tidak ada
pelayanan intravena admixture dan pelayanan sitotoksik.
Sistem distribusi obat di pelayanan rawat mondok yaitu sistem distribusi
unit dose dan sistem distribusi resep perorangan. Unit dose diberikan untuk unit
perawatan anak/IKA lantai 2 dan unit perawatan obstetric dan gynaecology lantai
1 dan 2 yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,
meningkatkan kepatuhan pasien dan mengontrol penggunaan obat pasien.
Distribusi resep perorangan berlaku untuk ICU.
Alur pelayanan resep di Depo farmasi rawat mondok:
1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke Depo farmasi rawat mondok dan
dicatat di buku ekspedisi oleh petugas yang berwenang. Untuk pasien
peserta BPJS, pasien atau keluarga pasien sendiri yang membawa resep ke
Depo farmasi rawat mondok dengan menyertakan foto copy SEP (Surat
Eligibilitas Pasien) dan foto copy kartu ASKES/BPJS
2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas.
3. Resep yang diterima diberi nomor dan kode dengan warna, Merah: unit
perawatan paru dan unit perawatan jantung dan internis. Hitam: unit
perawatan anak atau IKA, unit perawatan bayi dan unit perawatan amino.
Biru: unit perawatan obstetri dan gynaecology, ruang bersalin. Hijau: ICU,
UGD, dan paviliun Kartika.
4. Dilakukan pembukuan di masing-masing buku (pra dokumen) berdasarkan
asal unit perawatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


57

5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf
kemudian dimasukkan ke keranjang obat untuk resep individual,
sedangkan untuk unit dose disiapkan perhari.
6. Jika obat tidak tersedia, dibuatkan salinan atau copy resep
7. Obat yang sudah siap kemudian dievaluasi akhir, selanjutnya diserahkan
ke petugas.
8. Obat ditempatkan pada wadah unit dose kecuali untuk ICU dilakukan
resep individual, kemudian perawat akan mengambil ke apotek rawat
mondok
b. Depo Farmasi Perawatan Umum
Pelayanan apotek di perawatan umum dipimpin oleh seorang apoteker.
Depo farmasi perawatan umum terletak di lantai 1 pada gedung perawatan
umum.Personel di Depo Farmasi perawatan umum terdiri dari 1 orang apoteker, 3
orang asisten apoteker.Waktu operasional apotek perawatan umum yaitu hari
Senin-Kamis mulai pukul 07.30-15.30 dan hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00.
Gedung perawatan umum ini dikhususkan untuk rawat inap pasien dewasa yang
mengalami gangguan penyakit dalam seperti gagal ginjal, gangguan jantung,
hipertensi, diabetes, liver, kelainan darah, gangguan saluran pencernaan dan
sebagainya; pasien yang mengalami infeksi virus dan sejenisnya seperti typhus,
HIV AIDS, malaria, DBD, penyakit tumor dan kanker. Sebagai unit pelayanan
obat yang ada, Depo Farmasi perawatan umum melakukan pelayanan resep obat,
tetapi tidak dengan medical supply. Medical supply diperoleh dari Depo gudang
farmasi dikarenakan keterbatasan ruangan yang ada.
Pelayanan resep obat diberikan kepada pasien yang dirawat di gedung
perawatan umum terdiri dari pasien rawat inap:
1. Lantai 1 untuk TNI berpangkat kolonel
2. Lantai 2 untuk TNI berpangkat letkol, mayor dan PNS golongan IV
3. Lantai 3 untuk TNI berpangkat kapten, perwira menengah, letnan dan PNS
golongan III
4. Lantai 5 yang dikhususkan untuk pasien perempuan yang berasal dari TNI
berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


58

5. Lantai 6 lantai yang dikhususkan untuk pasien laki-laki yang berasal dari
TNI berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II.
Untuk lantai 4 Depo perawatan umum tidak melayani pasien Dinas, karena
dikhususkan untuk pasien ASKES departemen dan ASKES swasta.Jumlah obat
yang diserahkan kepada pasien adalah obat parenteral untuk pemakaian 2 hari,
sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Tidak ada pelayanan intravena
admixture dan pelayanan sitotoksik.
Sistem distribusi obat di perawatan umum yaitu sistem unit dose dan resep
perorangan. Unit dose dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik dan
meningkatkan kepatuhan pasien, sedangkan untuk medical supply diperoleh dari
apotek rawat mondok bagian medical supply. Resep perorangan diberikan kepada
pasien yang akan pulang.
Alur pelayanan resep:
1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke Depo farmasi perawatan umum
oleh petugas yang berwewenang.
2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas.
3. Resep yang diterima diberi nomor kemudian diberi kode
4. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen)
berdasarkan asal lantai perawatan.
5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, diperiksa, dibubuhi paraf
kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing
lantai perawatan.
6. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk
ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti.
7. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy
resep
8. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi,
serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang
menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli.
c. Depo Farmasi Kedokteran Militer (Dokmil)
Pelayanan apotek di kedokteran militer dipimpin oleh seorang apoteker.
Depo farmasi kedokteran militer terletak di lantai 6 pada gedung bedah sentral.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


59

Personil di Depo Farmasi Dokmil terdiri dari 1 orang apoteker, 3 orang asisten
apoteker dan 1 orang tenaga non asisten apoteker. Waktu operasional pelayanan
resep di Depo Farmasi Dokmil yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul 07.30-15.30
dan hari Jumat mulai pukul 07.30-16.00. Kriteria pasien yang diberikan pelayanan
resep di Depo Farmasi Dokmil adalah anggota TNI AD, PNS dari lingkungan
RSPAD Gatot Soebroto dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga serta pasien
dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut dan Angkatan
Udara.
Gedung bedah sentral ini dikhususkan untuk rawat inap pasien yang
mengalami gangguan saraf, seperti stroke dan pasien yang telah selesai menjalani
operasi di lantai 2 gedung bedah sentral. Sebagai unit pelayanan obat, Depo
Farmasi Dokmil melakukan pelayanan resep obat dan medical supply untuk
pasien rawat inap pada perawatan stroke pada lantai 3, perawatan pasca bedah
pada lantai 3, 4, dan 5, serta lantai 6 untuk perawatan TNI korban peperangan atau
TNI yang mengalami kecelakaan pada saat pendidikan maupun kecelakaan pada
kerja. Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah
untuk pemakaian 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari.
Sistem distribusi obat di Dokmil yaitu sistem distribusi unit dose dan resep
perorangan.Unit dose diberikan untuk dimaksudkan agar dapat lebih memantau
penggunaan obat oleh pasien, karena biasanya pasien pasca bedah mendapat
beberapa antibiotik. Resep perorangan diberikan kepada pasien yang akan pulang.
Alur pelayanan resep di Depo farmasi dokmil:
1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke Depo farmasi Dokmil oleh petugas
yang berwenang.
2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas.
3. Resep yang diterima diberi nomor kemudian diberi kode, yaitu B untuk
unit perawatan bedah, ST untuk unit perawatan stroke, dan D untuk unit
perawatan Dokmil.
4. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen)
berdasarkan asal lantai perawatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


60

5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, diperiksa, dibubuhi paraf
kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing
lantai perawatan.
6. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk
ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti.
7. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy
resep
8. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi,
serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang
menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli.
d. ICU
Depo Farmasi ICU terletak di lantai 2 pada gedung bedah sentral.Personel
di Depo Farmasi ICU dua orang asisten apoteker dan 1 orang Apoteker Klinis.
Tugas dari asisten apoteker adalah mengcover obat-obatan yang dibutuhkan oleh
pasien. Kriteria pasien yang diberikan pelayanan oleh Depo Farmasi ICU adalah
anggota TNI AD, dan PNS di lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan
PNS dari kesatuan lain beserta keluarga, pasien askes/BPJS dan pasien swasta.
Sistem distribusi obat di ICU yang terdiri dari sistem resep individu yang terdapat
empat ruangan, yaitu:
1. Ruang A : terdiri dari empat bed, hanya untuk pasien perawatan khusus
misalnya pasca operasi, pasien masih sadar, dan tanpa ventilator
2. Ruang B : terdiri dari satu bed, khusus bedah jantung
3. Ruang C : terdiri dari empat bed, untuk pasien yang membutuhkan
ventilator
4. Ruang D : terdiri dari empat bed, khusus untuk anak, tapi karena sedikit
atau bahkan tidak ada pasien anak, sehingga digunakan untuk pasien
dewasa.
Depo farmasi ICU melakukan permintaan sediaan farmasi untuk pasien
per resep per hari ke Depo Farmasi Mondok, kecuali medical supply dilakukan
permintaan mingguan ke Depo Farmasi Mondok.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


61

e. Depo Farmasi Instalasi Kamar Operasi (IKO)


Terletak di Gedung Bedah lantai dua dan terdiri dari sepuluh Kamar
Operasi yaitu:
1. Kamar Operasi I untuk bedah saraf
2. Kamar Operasi II untuk bedah pasien anak dan kasus digestive
3. Kamar Operasi III untuk bedah telinga, hidung dan tenggorokan atau THT
serta bedah gigi dan mulut (gilut)
4. Kamar Operasi IV untuk bedah plastik dan kasus tumor
5. Kamar Operasi V dan VI untuk kebidanan
6. Kamar Operasi VII untuk bedah mata
7. Kamar Operasi VIII untuk bedah jantung dan thorax
8. Kamar Operasi IX untuk bedah urologi
9. Kamar Operasi X untuk bedah orthopedi
Kekhususan dari Depo farmasi IKO adalah penggunaan obat anestesi dan
narkotik sangat sering, sehingga untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
narkotik serta penyelundupan sisa obat anestesi dan narkotik yang digunakan
maka kemasan dari obat anestesi dan narkotik yang digunakan harus
dikembalikan. Depo farmasi IKO mempersiapkan perbekalan farmasi untuk
keperluan bedah setelah jadwal bedah disampaikan kepada Depo minimal sehari
sebelum operasi dilaksanakan. Perbekalan farmasi tersebut disiapkan dalam kotak
menjadi satu set standar untuk masing-masing keperluan bedah di setiap kamar
operasi. Jika terdapat tambahan maka dokter bersangkutan harus meresepkan
tambahan yang diperlukan.
4.4.3.4 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Pelayanan Rawat Jalan
Apotek Rawat Jalan terletak di lantai 1 dengan posisi yang strategis
diantara 12 poli pelayanan kesehatan yang berada di RSPAD Gatot Soebroto yaitu
Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik Kardiologi,
Poliklinik Obstetri dan Ginekologi, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Penyakit
Dalam, Poliklinik Jiwa, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Mata, Poliklinik
Pulmonologi, Poliklinik Neurologi serta Poliklinik Telinga, Hidung dan
Tenggorokan (THT). Terdiri dari dua Apotek rawat jalan yaitu Apotek eks
ASKES yang melayani Poliklinik Pulmonologi dan Poliklinik Penyakit Dalam

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


62

serta Apotek eks dinas yang melayani Poliklinik lainnya. Waktu operasional
apotek rawat jalan yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul 07.30-15.30 dan pada hari
Jumat mulai pukul 07.30-16.00.Jumlah resep yang masuk ke apotek rawat jalan
setiap harinya sekitar ± 350-400 resep.Dimana jumlah resep racikan sekitar ± 35%
dari resep yang masuk.Karena RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan
rumah sakit angkatan, maka dalam pelayanan Apotek rawat jalan memiliki
beberapa peraturan.
Alur pelayanan resep di apotek rawat jalan:
1. Resep ditulis oleh dokter yang ada di masing-masing poli RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad.
2. Resep dibawa oleh pasien ke apotek rawat jalan melalui loket penerimaan
resep, resep adalah resep asli bukan copy.
3. Petugas loket memeriksa kelengkapan resep dan identitas pasien untuk
pasien dinas perlu menyertakan Kartu Tanda Anggota, kemudian diberi
nomor urut dan label (untuk pegawai RSPAD label warna biru, sedangkan
untuk anggota TNI beserta keluarga di luar RSPAD diberi label warna
merah), untuk pasien BPJS perlu menyertakan foto copy SEP (Surat
Eligibilitas Pasien) dan foto copy kartu ASKES/BPJS. Resep diberi tanda
jam resep masuk dan petugas loket akan memberikan nomor resep ke
pasien.
4. Resep masuk kemudian dilakukan pemeriksaan stok obat, dibuat etiket dan
paraf, dicatat di buku register atau dengan menggunakan komputer
5. Obat disiapkan secara individual yaitu obat disiapkan sesuai dengan
jumlah yang tertera pada resep. Untuk obat racikan dilakukan perhitungan
terlebih dahulu sesuai resep. Dalam proses peracikan untuk Apotek rawat
jalan eks dinas sudah baik karena petugas racik sudah memakai APD dan
ruang racik terpisah dari ruang lain di Apotek. Pada Apotek rawat jalan
eks ASKES petugas raciknya tidak menggunakan APD dan ruang racik
bukan merupakan ruang khusus tetapi hanya meja dimana ruangannya
sering digunakan untuk hal lain seperti makan, menyimpan barang, dan
untuk sholat. Seharusnya ruang racik hanya di khususkan untuk peracikan
saja.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


63

6. Untuk obat yang tidak tersedia, dapat mengambil langsung ke gudang


Apotek rawat jalan. Apotek rawat jalan memiliki gudang penyimpanan
yang didistribusikan dari gudang farmasi. Dimana Apotek melakukan
permintaan setiap bulan kepada gudang tapi dapat melakukan permintaan
bila sewaktu-waktu persediaan kosong sebelum permintaan bulan
berikutnya. Adanya gudang di Apotek rawat jalan dapat membantu apabila
tiba-tiba terjadi kekosongan obat tidak perlu waktu lama untuk mengisi
kembali kekosongan obat sehingga pelayanan dapat terus berjalan melihat
banyaknya pasien jika pelayanannya lambat pasien akan menunggu lebih
lama.
7. Bila obat sudah siap, diperiksa oleh petugas dengan melihat kesesuaian
antara resep dan obat yang disiapkan kemudian diserahkan pada loket
penyerahan ke pasien atau keluarga pasien dengan meminta tanda terima
(tanda tangan dan nama jelas) oleh pasien atau keluarga pasien. Resep
yang dilayani akan disimpan selama 3 tahun.
8. Pelayanan farmasi klinik yang ada di apotek rawat jalan meliputi informasi
obat dan konseling khusus untuk penyakit kronis dan HIV/AIDS. Tapi
karena banyaknya resep masuk dan antrian pasien, informasi obat yang
diberikan menjadi tidak maksimal, perlu adanya tambahan personil agar
semua pasien mendapat informasi yang jelas dan akurat mengenai obat
khususnya untuk penyakit kronis yang mendapat banyak obat. Informasi
yang seharusnya diberikan saat penyerahan obat yaitu nama obat, indikasi,
dosis, efek samping, aturan pakai dan cara penyimpanan.
4.4.3.5 Distribusi Gas medik
Gas Medik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menyediakan gas-gas
untuk keperluan medik. Gas-gas tesebut dipesan dari perusahaan Aneka Gas, dan
pemesanan berdasarkan persediaan gas di rumah sakit. Gas-gas tersebut meliputi :
1. Gas Oksigen (O2)
2. Gas Nitrogen (N2O)
3. Gas Carbon (CO2)
Pengendalian O2 liquid dilakukan dengan melakukan pengecekan tekanan
volume dan temperatur.Untuk kebutuhan pengisian tabung O2 cair jika telah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


64

mencapai 35 inch maka Kepala Sub Instalasi Haralkes dan Gas Medik
mengajukan pengadaan kepada Kepala Unit Gudang Material.Kemudian atas
persetujuan Kepala RSPAD Gatot Soebroto dilakukan pengisian oleh PT. Aneka
Gas Indusri hingga maksimal 120 inch.
Gas Medik di RSPAD digunakan untuk keperluan ruang perawatan dan
Operasi.Gas-gas tersebut didistribusikan langsung ke seluruh ruang perawatan dan
Operasi melalui pusat pengendalian gas medik yang terletak di lantai dasar
gedung Kedokteran Militer RSPAD.

4.5 Komunikasi, Informasi dan Edukasi


Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada teman sejawat, dokter, perawat , profesi kesehatan lainnya dan pasien. Di
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad pelayanan informasi obat sering dilakukan di
Depo Farmasi Rawat Jalan, dimana pasien yang datang merupakan pasien yang
telah lama menjalani pengobatan maupun pasien baru di Poliklinik RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad. Pelayanan informasi obat kepada pasien lama dan pasien baru
adalah untuk pasien lama kita harus menanyakan bagaimana penggunaan obat
selama ini, apakah sudah benar, apa yang dirasakan setelah meminum obat untuk
mengetahui kepatuhan dan efek obat pada pasien. Sedangkan untuk pasien baru
harus diberi informasi secara lengkap meliputi nama obat, dosis, indikasi, aturan
pakai, cara penggunaan dan cara penyimpanan.
Pelayanan informasi obat yang telah berjalan di Depo Farmasi Rawat Jalan
untuk saat ini masih kurang maksimal, karena jumlah pasien yang terlalu banyak
tidak diimbangi dengan jumlah personil yang ada di Depo Farmasi Rawat
Jalan.Sehingga pasien kurang mendapat informasi mengenai regimen obat yang
diterima.Sebaiknya perlu dilakukan penambahan personil di Depo Farmasi Rawat
Jalan sehingga pelayanan informasi obat dapat lebih maksimal terutama untuk
pasien baru dan pasien yang menerima obat dengan penggunaan khusus misalnya
insulin dan supositoria.
Pelayanan informasi obat yang telah berjalan di rawat inap sudah cukup
baik. Terutama untuk pasien pulang selalu diberikan informasi mengenai regimen

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


65

obat yang akan digunakan pasien setelah pulang dari rumah sakit. Ini penting
karena setelah pasien pulang sudah tidak ada lagi petugas medis yang membantu
pasien dalam penggunaan obat.Pasien dituntut harus mandiri menjalani
pengobatan sesuai dengan aturan dokter.
Disamping pemberian informasi kepada pasien, konseling juga
dibutuhkan. Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengn
penggunaan obat pasien. Tujuan dilakukan konseling adalah :
1. Mengetahui dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
tentang obat dan penyakit yang diderita pasien
2. Memberikan informasi yang dibutuhkan pasien
3. Meningkatkan kepatuhan pasien
4. Memantau perkembangan pasien
5. Memonitoring penggunaan obat
6. Menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik antara pasien dengan
farmasis
Konseling kepada pasien di RSPAD Gatot Soebroto baik di rawat inap
maupun di rawat jalan belum berjalan secara maksimal. Pada rawat inap tidak
hanya Dokter, Apoteker seharusnya rutin melakukan visite menemui pasien untuk
memberikan konseling kepada pasien.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam hal manajemen perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi RSPAD Gatot
Soebroto Ditkesad melakukan perencanaan, penyimpanan, produksi, dan
distribusi dengan menggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispensing) dan resep
individual pada pasien rawat inap dan resep individual pada pasien rawat jalan
sedangkan kegiatan farmasi klinis baru berjalan pada ruangan ICU (Intensive
Care Unit).

5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan kepuasan pasien maka perlu ditingkatkan keramahan
dalam melakukan tugas pelayanan kefarmasian
2. Pada rawat inap tidak hanya Dokter, Apoteker seharusnya rutin melakukan
visite menemui pasien untuk memberikan konseling kepada pasien
terutama untuk pasien penyakit kronis dan pasien pulang
3. Perlu penambahan petugas farmasi khususnya di Depo rawat jalan untuk
meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada pasien

66 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Ridwan. (1996).Kiat Sukses di Bidang Jasa. Jakarta: Andi Offset


Siregardan Amalia, Lia. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan


RI No. 1197/ Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2006).Standar Pelayanan Farmasi di


Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatana Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.36


tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang No.44


tahun 2009 tentang RumahSakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad . 2014. Profil RSPAD. Diakses di


www.rspadgatsu.com, pada 2 Mei 2014, 17.43 wib.

67 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


i

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD)
GATOT SOEBROTO DITKESAD
PERIODE 7 APRIL- 16 MEI 2014

LAPORAN KASUS PASIEN CKD STAGE 5 DI UNIT


PERAWATAN UMUM LANTAI 4 RUMAH SAKIT PUSAT
ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO
DITKESAD TANGGAL 12 MEI – 16 MEI 2014

Ayu Mayangsari, S.Farm


1306434105

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
DEPOK
JUNI 2014
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................................................ 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3


2.1 Definisi ................................................................................................................................. 3
2.2 Etiologi ................................................................................................................................. 4
2.3 Faktor Resiko ..................................................................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ........................................................................................................................ 5
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................................. 6
2.6 Komplikasi .......................................................................................................................... 7
2.7 Epidemiologi ...................................................................................................................... 7
2.8 Diagnosis ............................................................................................................................. 7
2.9 Penatalaksanaan CKD ..................................................................................................... 8

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 15


3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian .................................................................................... 15
3.2 Metode Pengkajian .......................................................................................................... 15

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 16


4.1 Hasil ..................................................................................................................................... 16
4.2 Pembahasan ....................................................................................................................... 27

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 32


5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 32
5.2 Saran .................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 33

ii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Guideline Terapi Hipertensi pada CKD ................................................... 11


Gambar 2.2 Parameter Manajemen Anemia pada CKD ............................................. 12
Gambar 2.3 Guideline terapi Anemia pada CKD (1)................................................... 13
Gambar 2.4 Guideline terapi Anemia pada CKD (2)................................................... 14

iii

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)
merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko morbiditas dan mortalitas
yang tinggi di dunia, kurang lebih 26 juta orang dewasa di Amerika dan warga
negara lain berisiko terkena gagal ginjal kronik. Insiden dan prevalensi gagal
ginjal meningkat pada setiap tahunnya, outcome yang rendah dan biaya
pengobatan yang tinggi. Banyak pasien dihadapkan pada problem medis yang
berhubungan dengan gagal ginjal kronik, salah satu dan mayoritas problem
tersebut adalah anemia, yang berkembang sejak awal pasien terkena gagal ginjal
kronik dan berkontribusi pada penurunan kualitas hidup pasien. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya kemungkinan efek samping yang terjadi,
termasuk komplikasi dan kematian karena penyakit kardiovaskuler (Lankhorst
dan Wish, 2010).
Penyakit ginjal dapat menyebabkan naiknya tekanan darah sebaliknya
hipertensi merupakan salah satu faktor pencetus gagal ginjal. Secara klinik kedua
keadaan ini sukar dibedakan terutama pada penyakit ginjal menahun. Apakah
hipertensi yang menyebabkan penyakit ginjal ataukah penyakit ginjal yang
menyebabkan naiknya tekanan darah untuk mengetahui keadaan ini diperlukan
adanya catatan medik yang teratur dalam jangka panjang (Tessy, 2006).
Maksud pengobatan hipertensi pada pasien GGK selain untuk menurunkan
tekanan darah, juga untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ target.
Pemilihan antihipertensi untuk pasien GGK didasarkan kepada efek lain yang
menguntungkan selain efek antihipertensi, misalnya dapat menurunkan tingkat
proteinuria, bersifat nefroprotektif dan kardioprotektif. Antihipertensi utama yang
digunakan pada GGK adalah Angiotensin Converting Enzime Inhibitors (ACEI) (
misalnya Kaptopril, lisinopril ) dan Angiotensin I Receptor blockers (ARBs)
(misalnya

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


losartam, cadesartan). ACEI dan ARBs direkomendasikan karena mempunyai
manfaat nefroprotektif (NKF, 2004)
Anemia merupakan manifestasi klinik penurunan sel darah merah pada
sirkulasi dan biasanya ditandai dengan penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb).
Anemia didefinisikan dari National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes
Quality Initiative (NKF/K-DOQI) sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang
kurang dari 13,5 g/dL pada laki-laki dewasa dan kurang dari 12 g/dL pada wanita
dewasa. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada gagal ginjal
kronik, insiden ini meningkat karena penurunan Glomerular Filtration Rate
(GFR). Sebuah studi populasi National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) dari National Institutes of Health and Prevalence of Anemia in Early
Renal Insufficiency (PAERI) menyebutkan bahwa insiden terjadinya anemia
adalah kurang dari 10% pada gagal ginjal kronik stadium 1 dan 2, 20-40% pada
gagal ginjal kronik stadium 3, 50-60% pada gagal ginjal kronik stadium 4, dan
lebih dari 70% pada gagal ginjal kronik stadium 5 (Lankhorst dan Wish, 2010).
Berdasarkan uraian di atas penderita CKD stage terminal yang disertai
dengan komplikasi perlu mendapat perhatian khusus. Melalui tugas khusus ini
diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dalam penanganan penderita
CKD khususnya yang berkaitan dengan Hipertensi dan Anemia.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui DRP (Drug Related Problem) yang terjadi berdasarkan terapi
yang diberikan kepada pasien
2. Mengetahui peran Apoteker dalam mencegah keparahan CKD lebih lanjut

1.3 Manfaat
Sebagai tambahan informasi bagi teman-teman sejawat mengenai
penatalaksanaan CKD yang disertai Hipertensi dan Anemia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Keadaan klinis gagal ginjal ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi
ginjal (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).
Menurut Nursalam (2006), gagal ginjal kronis (chronic renal failure)
adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia
(urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya
jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal. Gagal ginjal kronis (GGK)
atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lainnya dalam darah) (Suharyanto dan Madjid,
2009).
Menurut The Kidney Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) (dalam Desita,
2010), gagal ginjal kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapan penyakit
dari waktu ke waktu sebagai berikut :
Stadium 1 : kerusakan masih normal (GFR > 90 ml/min/1,73 m2)
Stadium 2 : ringan (GFR 60-89 ml/min/1,73 m2)
Stadium 3 : sedang (GFR 30-59 ml/min/1,73 m2)
Stadium 4 : gagal berat (GFR 15-29 ml/min/1,73 m2)
Stadium 5 : gagal ginjal terminal (GFR <15 ml/min/1,73 m2)
Anemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis disebabkan oleh
sejumlah faktor , yang paling umum adalah produksi eritropoetin yang tidak
adekuat (racun uremik dapat menginaktifkan eritropoetin atau menekan sumsum
tulang terhadap eritropoetin) penyebab lain meliputi: defisiensi besi fungsional

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


4

atau absolut , kehilangan darah terutama di saluran gastrointestinal , berkurang


setengah hidup sirkulasi sel darah , kekurangan folat atau vitamin B12 , atau
beberapa kombinasi ini dengan kekurangan erythropoietin.

2.2 Etiologi
Menurut Brenner dan Lazarus 1987 (dalam Suharyanto dan Madjid, 2009)
penyebab penyakit ginjal stadium terminal yang paling banyak di New England
adalah :
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 24 %
Nefropati Diabetik 15 %
Nefrosklerosis Hipertensif 90 %
Penyakit ginjal polikistik 8%
Pielonefritis kronis dan nefritis 8%
interstitial lain

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 (Perhimpunan


Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006) mencatat penyebab gagal
ginjal yang menjalani hemodialisa di Indonesia, yaitu :
Penyebab Insiden
Glomerulonefritis 46, 39 %
Diabetes Melitus 18,65 %
Obstruksi dan infeksi 12,85 %
Hipertensi 8,46 %
Sebab lain 13,65 %

2.3 Faktor Risiko


Faktor risiko terjadinya gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1. Faktor yang tidak langsung menyebabkan gagal ginjal kronik, seperti umur,
pendapatan dan pendidikan yang rendah, ras, penurunan massa ginjal, berat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


5

badan lahir rendah, riwayat keluarga gagal ginjal kronik, inflamasi sistemik,
dan dislipidemia.
2. Faktor inisiasi gagal ginjal kronik, meliputi diabetes, hipertensi, dan
glomerulonefritis.
3. Faktor progresivitas, meliputi glikemia, hipertensi, proteinuria, merokok dan
obesitas (Joy dkk., 2008).

2.4 Patofisiologi
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2006)
patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang
lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan growth
faktor. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang
progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya
progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia,
dislipidemia. Kemungkinan mekanisme progresi gagal ginjal di antaranya akibat
peningkatan tekanan glomerulus (akibat peningkatan tekanan darah sistemik, atau
kontriksi arteriolar eferen akibat peningkatan kadar angiotensin II), kebocoran
protein glomerulus, kelainan lipid.
Pada stadium yang paling dini gejala-gejala klinis yang serius seringkali
tidak muncul, pada keadaan dimana LFG masih normal atau malah meningkat.
Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Kondisi LFG sebesar 60 % pasien masih belum merasakan keluhan
(asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 30 % mulai terjadi keluhan pada seperti nokturia, badan
lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


6

LFG kurang 30 % pasien, memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata
seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena
infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi saluran
cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau
hipervolumia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.
Pada LFG di bawah 15 % akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan
pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy)
antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikataan
sampai pada stadium gagal ginjal.

2.5 Manifestasi Klinis


Mempertimbangkan bahwa ginjal sangat berperan dalam mengatur
keseimbangan homeostasis tubuh, penurunan fungsi organ tersebut akan
mengakibatkan banyak kelainan dan mempengaruhi pada sistem tubuh yang lain.
Antara gejala-gejala klinis yang timbul pada GGK adalah (Pranay, 2010):
1. Poliuria, terutama pada malam hari (nokturia).
2. Udem pada tungkai dan mata (karena retensi air).
3. Hipertensi.
4. Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi substansi buangan dalam
tubuh.
5. Anoreksia, nausea dan vomitus.
6. Gatal pada kulit, kulit yang pucat karena anemia.
7. Sesak nafas dan nafas yang dangkal karena akumulasi cairan di paru.
8. Neuropati perifer. Status mental yang berubah karena ensefalopati akibat
akumulasi bahan buangan atau toksikasi uremia.
9. Nyeri dada karena inflamasi di sekitar jantung penderita.
10. Perdarahan karena mekanisme pembekuan darah yang tidak berfungsi.
11. Libido yang berkurang dan gangguan seksual.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


7

2.6 Komplikasi
Akumulasi berbagai zat yang normalnya diekskresi oleh ginjal, serta
produksi eritopoietin dan vitamin D yang tidak adekuat oleh ginjal menyebabkan
komplikasi penyakit ginjal kronik. Banyak komplikasi yang timbul seiring dengan
penurunan fungsi ginjal, seperti: (O’Callaghan, 2009)
1. Anemia akibat produksi eritropoietin yang tidak adekuat oleh ginjal
2. Hipertensi akibat retensi natrium dan air (hipervolemia)
3. Komplikasi kulit berupa gatal yang dapat disebabkan oleh deposit kalsium
4. Perikarditis dapat terjadi akibat kadar ureum dan fosfat yang tinggi
5. Kardiomiopati dilatasi atau hipertrofi ventrikel kiri akibat hipervolemia
6. Komplikasi neurologis dan psikiatrik dapat terjadi akibat uremia
7. Gangguan imunologis

2.7 Epidemiologi
Prevalensi PGK atau yang disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD)
meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tahun 1999 hingga 2004, terdapat
16.8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami PGK. Persentase
ini meningkat bila dibandingkan data pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%
(CDC,2005).
Di negara-negara berkembang , insidens ini diperkirakan sekitar 40-60
kasus per juta penduduk per tahun. Di Indonesia, diperkirakan insidens PGK
berkisar 100-150 per 1 juta penduduk. Berdasarkan Pusat Data & Informasi
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERS) jumlah penderita PGK
sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 100.000
orang penderita gagal ginjal kronik di Indonesia.

2.8 Diagnosis
Diagnosis dari gagal ginjal kronis terdiri dari: anamnesis yang ditandai
seringnya berkemih pada malam hari, pergelangan kaki bengkak, lemah, lesu,
mual, muntah, nafsu makan turun, kram otot terutama malam hari, sulit tidur,
bengkak disekitar mata terutama pada bangun tidur, dan mata merah serta berair
(uremic red eye) karena deposit garam kalsiun fosfat yang dapat menyebabkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


8

iritasi hebat pada selaput lendir mata. Pemeriksaan fisik, seperti anemia, kulit
gatal dan kering, edema tungkai maupun palpebra, tanda bendungan paru, mata
merah dan berair. Diagnosis juga ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium
terhadap gangguan fungsi ginjal.

2.9 Penatalaksanaan CKD


Penderita CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus
sesuai dengan derajat penyakit CKD. Menurut Suwitra (2006), sesuai dengan
derajat penyakit CKD dapat
dilihat dalam tabel berikut :

Menurut Suwitra (2006) penatalaksanaan untuk CKD secara umum


antara lain adalah sebagai berikut :
1. Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum
terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi ginjal tidak terjadi.
Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasono grafi, biopsi serta
pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat
terhadap terapi spesifik. Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 20–30 %
dari normal terapi dari penyakit dasar sudah tidak bermanfaat.
2. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada
pasien penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui kondisi komorbid yang
dapat memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara lain,
gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


9

urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obatnefrotoksik, bahan radio


kontras, atau peningkatan aktifitas penyakit dasarnya. Pembatasan cairan dan
elektrolit pada penyakit CKD sangat diperlukan. Hal tersebut diperlukan untuk
mencegah terjadinya edema dan komplikasi kardiovaskuler. Asupan cairan
diatur seimbang antara masukan dan pengeluaran urin serta Insesible Water
Loss (IWL). Dengan asumsi antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas
tubuh. Elektrolit yang harus diawasi dalam asupannya adalah natrium dan
kalium. Jumlah kalium perlu dibatasi karena hiperkalemi dapat mengakibatkan
aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu obat dan makanan yang
mengandung kalium (sayuran dan buah) harus dibatasi dalam jumlah 3,5-5,5
mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk menghindari terjadinya
hipertensi dan edema. Jumlah garam disetarakan dengan tekanan darah dan
adanya edema.
3. Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi ginjal adalah
hiperventilasi glomerulus yaitu :
a. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60 ml/mnt,
sedangkan diatas batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein.
Protein yang dibatasi antara 0,6-0,8/kg BB/hr, yang 0,35-0,50 gr
diantaranya protein nilai biologis tinggi. Kalori yang diberikan sebesar 30-
35 kkal/ kg BB/hr dalam pemberian diet. Protein perlu dilakukan
pembatasan dengan ketat, karena protein akan dipecah dan diencerkan
melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat. Bila terjadi malnutrisi, maka
masukan protein dapat ditingkatkan sedikit, selain itu makanan tinggi
protein yang mengandung ion hydrogen, fosfor, sulfur, dan ion anorganik
lain yang diekresikan melalui ginjal. Selain itu pembatasan protein
bertujuan untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat dan protein berasal
dari sumber yang sama, agar tidak terjadi hiperfosfatemia.
b. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus.
Pemakaian obat anti hipertensi disamping bermanfaat untuk memperkecil
risiko komplikasi pada kardiovaskuler juga penting untuk memperlambat
perburukan kerusakan nefron dengan cara mengurangi hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Selain itu pemakaian obat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


10

hipertensi seperti penghambat enzim konverting angiotensin (Angiotensin


Converting Enzim / ACE inhibitor) dapat memperlambat perburukan
fungsi ginjal. Hal ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti
hipertensi dan anti proteinuri.
4. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskuler merupakan hal yang penting,
karena 40-45 % kematian pada penderita CKD disebabkan oleh komplikasi
CKD karena kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk pencegahan dan terapi
penyakit vaskuler adalah pengendalian hipertensi, DM, dislipidemia, anemia,
hiperfosfatemia, dan terapi pada kelebian cairan dan elektrolit. Semua ini
terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi CKD secara
keseluruhan.
5. CKD mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan
derajat penurunan LFG. Seperti anemia dilakukan penambahan/tranfusi
eritropoitin. Pemberian kalsitrol untuk mengatasi osteodistrasi renal. Namun
dalam pemakaiannya harus dipertimbangkan karena dapat meningkatkan
absorbsi fosfat.
6. Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat 4-5.
Terapi ini biasanya disebut dengan terapi pengganti ginjal.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


11

2.9.1 Guideline Terapi Hipertensi pada CKD

(Dipiro 7th edition hal 752, 2008)


Gambar 2.1 Guideline Terapi Hipertensi pada CKD

ACEIs dan ARB saat ini dianggap pilihan pertama pada pasien dengan
CKD karena dapat mengurangi tekanan intraglomerular (Dipiro et all, 2008).
Terapi antihipertensi harus dimulai pada pasien CKD diabetes atau nondiabetes
dengan angiotensin-converting enzim inhibitor (ACEI) atau angiotensin II
receptor blocker. Calcium channel blocker Nondihydropyridine umumnya
digunakan sebagai obat lini kedua ketika antiproteinuric ACEIs atau angiotensin
II receptor blocker tidak ditoleransi (Dipiro et al, 2009).

Pada penelitian Espinel et al , 2013 pasien dengan CKD rentan terhadap


gangguan dalam keseimbangan kalium setelah pengobatan dengan olmesartan
atau enalapril. Nilai kalium yang lebih tinggi dari 5 mmol / L ditemukan pada 30-
40 % dari pasien yang diteliti , menunjukkan perlunya perhatian sering pada tahap
ini (moderate CKD) dan mungkin lebih penting pada pasien dengan CKD yang
lebih berat dan pasien dengan blokade ganda dari sistem renin –angiotensin.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


12

2.9.2 Guideline Anemia pada CKD (Dipiro, 2008)

Hasil yang diharapkan dari manajemen anemia adalah untuk


meningkatkan kapasitas oksigen, sehingga mengurangi dyspnea, ortopnea dan
keletihan serta untuk mencegah konsekuensi jangka panjang seperti LVH (Left
ventricular hypertrophy) dan mortalitas kardiovaskular. Untuk mencapai tujuan ini
seseorang harus memiliki besi, folat, dan B12 yang memadai dan tingkat
kecukupan ESA.

Gambar 2.2 Parameter Manajemen Anemia pada CKD

Hb adalah parameter pemantauan yang lebih dipilih dari hematokrit (HCT)


karena dapat palsu meningkat jika sampel darah telah disimpan untuk jangka
waktu lama. Batas bawah dari target konsentrasi hemoglobin (Hb) untuk anemia
CKD 11 g / dL, nilai yang lebih rendah dari pasien tanpa CKD.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


13

Gambar 2.3 Guideline terapi Anemia pada CKD (1)

Terapi farmakologis anemia CKD dengan ESA (Erythropoietic-


Stimulating Agent) untuk memperbaiki kekurangan erythropoietin dan
suplementasi besi untuk memperbaiki dan mencegah kekurangan zat besi. Terapi
besi adalah terapi lini pertama untuk anemia CKD jika didiagnosis kekurangan zat
besi , dan untuk beberapa pasien, target Hb dapat dicapai tanpa terapi bersamaan
dengan ESA. Pemberian zat besi dan ESA sering diperlukan untuk secara efektif
merangsang eritropoiesis dan mencegah anemia mikrositik yang terjadi dengan
kekurangan zat besi . Jika Tsat (Transferin saturation) dan serum ferritin di

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


14

bawah indeks tujuan terapi, suplementasi zat besi dianjurkan . Pilihan untuk
suplementasi besi termasuk terapi oral dan IV.

Gambar 2.4 Guideline terapi Anemia pada CKD (2)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Mei – 16 Mei 2014 yang bertempat


di Ruang Perawatan Umum lantai 4 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD)
Ditkesad Gatot Soebroto

3.2 Metode Pengkajian


Data – data yang dikumpulkan berasal dari hasil pengamatan yaitu penulis
mengamati perkembangan pasien dari hari ke hari dan terapi yang diberikan
kepada pasien disertai dengan komunikasi langsung kepada pasien untuk
dibandingkan dengan literatur yang ada. Penelusuran literatur dilakukan pada
literatur yang dipublikasikan sejak tahun 2004 – 2014 .

15

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Kajian Pasien MRS

Nama : Tn. N

No.RM : 40.96.58

BB : 80 kg

TB : 160 cm

TL : 11/8/1948

Alamat : Bangka Belitung

MRS : 14 April 2014

Ruang Watnap : Unit Perawatan Umum Lt.4

DPJP : dr. Dwi Edi Wahono., Sp.PD

Keluhan MRS : pasien rujukan dari bang ka belitung dengan CKD stage 5
on CAPD dengan dyspnae, merasa sesak sejak 1 minggu,
badan bengkak, di bangka belitung tidak ada HD, sudah
pasang CAPD, perlu repair CAPD, merasa nyeri di perut

Riwayat penyakit : Hipertensi

Riwayat pengobatan : furosemid 2x1 amp, valsartan 1x80 mg, asam folat 3x1

Tanda vital MRS : TD 140/100 mmHg ; Nadi 90 x/menit ; RR 24 x/menit

Diagnosa : CKD stage 5 , causal HT stage 1, on CAPD

16

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


17

4.1.2 Data Lab

JENIS HASIL
NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN 9/5/2014 13/5/2014 15/5/2014

HEMATOLOGI

Hematologi rutin

Hemoglobin 8,9 9,4 8,8 13 – 18 g/dL

Hematokrit 28 30 28 40 –52%

Eritrosit 3,4 3,6 3,3 4,3 – 6,0 juta/µL

Leukosit 5500 6300 5200 4800 – 10800 /µL

Trombosit 186000 256000 272000 150.000 – 400.000


/µL

MCV 82 83 83 80 – 96 fL

MCH 26 26 26 27 – 32 pg

MCHC 32 32 32 32 – 36 g/dL

KIMIA KLINIK

Ureum 100 111 82 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 5,7 7,6 5,8 0,5 – 1,5 mg/dL

Natrium (Na) 138 137 135 135 – 147 mmol/L

Kalium (K) 3,8 4,2 3,8 3,5 – 5,0 mmol/L

Klorida(Cl) 101 102 105 95 – 105 mmol/L

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


18

4.1.3 Tanda Vital

TANDA VITAL

TANGGAL TD Nadi RR Suhu Skala


Kesadaran
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (oC) Nyeri

12/5/2014 CM 140/80 88 25 36,5 2

13/5/2014 CM 130/80 80 23 36 0

14/5/2014 CM 150/90 80 24 36 2

15/5/2014 CM 150/90 80 24 36 2

16/5/2014 CM 150/90 80 24 36,2 2

4.1.4 Pengobatan yang Diterima Pasien

NAMA DOSIS TANGGAL (MEI 2014)


DOSIS KETERANGAN
OBAT LAZIM 12 13 14 15 16

Paracetamol 3 x 1 500 mg – 1 V Sesuai


(500mg) g tiap 6–8
jam

Asam Folat 3 x 1 (5 1 mg – 60 V V V V V Sesuai


mg) mg / hari

B12 3 x 1 (100 0,4 mg / V V V V V Sesuai


mcg) hari

CaCO3 3 x 1 (500 Dosis V V V V V Sesuai


disesuaikan
mg)
dengan
serum
fosfat dan
tingkat
kalsium
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


19

(tidak boleh
melebihi
2500
mg/hari)

Amlodipine 1x5 mg 5–10 mg V V V V V Sesuai


per hari

Vipalbumin® 3x1 (500 3000 mg – V V V V V Dosis <<


mg) 6000 mg
per hari

Lasix® 2x1 (40 20 mg – 1 g V V V V V Sesuai


mg) per hari

Alprazolam 1x0,5 mg 0,5 mg per V V V V V Sesuai


hari

Ceftriaxone 1x2g 1 g per hari V V Sesuai


(max 2 g
per hari)

4.1.5 Penjelasan Obat yang Diterima Pasien

Interaksi Kontraindi
Dosis (patient Efek Samping (>
Nama Obat Indikasi Obat kasi dgn
on CAPD) 10%)
(Significant) Tn.N

Paracetamol Pengobatan nyeri ringan 500 mg – 1 g - - -


sampai sedang dan demam
tiap 6–8 jam
(antipiretik/analgesik);
tidak memiliki efek
antirematik atau anti-
inflamasi
Asam Folat pengobatan 1 mg – 60 mg / - - -
hiperhomosisteine
hari

B12 pengobatan 0,4mg/ hari - - -

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


20

hiperhomosisteine

CaCO3 pengobatan dan Dosis - CaCO3+ -


pencegahan kekurangan disesuaikan Amlodipine :
kalsium atau dengan serum CaCO3
hiperfosfatemia; untuk fosfat dan menurunkan
mengikat fosfat tingkat level
kalsium (tidak amlodipin
boleh melebihi
2500 mg/hari)

Amlodipine Pengobatan hipertensi; 5–10 mg per Kardiovaskular: CaCO3 + -


pengobatan simtomatik edema perifer Amlodipine :
hari
angina stabil kronik, (2% sampai 15% CaCO3
angina vasospastik dosis terkait) menurunkan
level
amlodipin

Vipalbumin® Ekspansi volume plasma 3000 mg – - - -


dan pemeliharaan cardiac
6000 mg per
output, hipoproteinemia
hari

Lasix® Manajemen edema yang 20 mg – 1 g - - -


berhubungan dengan gagal
per hari
jantung kongestif dan hati
atau penyakit ginjal; terapi
tunggal atau dalam
kombinasi dengan
antihipertensi dalam
pengobatan hipertensi
Alprazolam Pengobatan gangguan 0,5 mg per hari Sistem saraf - -
kecemasan; gangguan pusat: koordinasi
panik, kecemasan terkait Abnormal,
dengan depresi gangguan
kognitif, depresi,
mengantuk,kelela
han, pusing,
gangguan
memori, sedasi
Gastrointestinal:
Nafsu makan
meningkat/menur
un, sembelit, air
liur menurun,
berat badan
naik/turun,

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


21

xerostomia (mulut
kering akibat
kurangnya
produksi air liur)
Genitourinari:
Kesulitan
Berkemih
Neuromuskular &
skeletal:
Dysarthria (ggg
motorik dr
pengucapan)
Ceftriaxone Pengobatan infeksi saluran 1 g per hari - - -
pernapasan bawah, infeksi
(max 2 g per
kulit, infeksi tulang dan
sendi, infeksi saluran intra- hari)
abdominal dan kemih,
penyakit radang panggul
(bakteri, dan meningitis;
digunakan dalam
profilaksis bedah

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


22

4.1.6 DRP (Drug Related Problem)

Doman utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan

Efektivitas terapi M1.1 Obat tidak efektif Lasix® Lasix® (furosemid) yang bekerja
pada ginjal (loop henle) menjadi
tidak efektif bagi pasien dengan
gangguan ginjal

M1.2 Efek obat tidak optimal - -

M1.3 Efek obat salah (idiosinkrasi) - -

M1.4 Ada indikasi yang tidak diterapi Anemia Perlu managemen terapi anemia
sesuai guideline (pengukuran Tsat
dan Ferritin untuk penentuan terapi)

Reaksi Obat yang M2.1 Pasien menderita ROTD bukan alergi - -


tidak Diketahui

M2.2 Pasien menderita ROTD alergi - -

M2.3 Pasien menderita efek toksik - -

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


23

Doman utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan

Biaya Pengobatan M3.1 Biaya pengobatan lebih mahal dari yang - -


diperlukan

M3.2 Obat tidak diperlukan Alprazolam, dan Vip - Alprazolam tidak


albumin diperlukan dalam kasus ini
- Tidak ada indikasi
penggunaan albumin

Lain-Lain M4.1 Pasien tidak puas dgn terapi yang - -


diterimanya meskipun terapi tersebut
optimal baik dari segi efektivitas maupun
biaya

M4.2 Keluhan pasien/masalah tidak jelas, tidak - -


termasuk ketiga kategori masalah terkait
obat diatas

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


24

Domain Utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan

Pemilihan Obat P1.1 Pemilihan obat tidak tepat (bukan indikasi - -


yang paling tepat) termasuk penggunaan
obat yang kontraindikasi

P1.2 Tidak ada indikasi penggunaan Vip albumin Tidak ada data albumin pasien
rendah

P1.3 Kejadian interaksi obat CaCO3 + Amlodipine CaCO3 menurunkan level


amlodipin

P1.4 Duplikasi kelompok terapi atau bahan aktif - -


yang tidak tepat

P1.5 Ada indikasi tapi obat tidak diresepkan Anemia Perlu pemilihan terapi untuk
anemia pasien

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


25

Domain Utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan

Pemilihan Obat P1.6 Banyak obat (kelompok terapi atau bahan - -


aktif yang berbeda) diresepkan untuk
indikasi yang sama

P1.7 Tersedia obat yang lebih hemat biaya - -

P1.8 Kebutuhan obat yang bersifat - -


sinergis/preventif tidak diresepkan

P1.9 Ada indikasi baru dan obat belum - -


diresepkan

Domain Utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan

Pemilihan Bentuk P2.1 Bentuk sediaan obat tidak tepat - -


sediaan

Pemilihan dosis P3.1 Dosis obat terlalu rendah Vipalbumin® - Vipalbumin® : Seharusnya
diberikan 3000 mg – 6000 mg
per hari (3 x sehari 2 kapsul)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


26

Domain Utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan


Pemilihan dosis P3.3 Pengaturan dosis kurang Vipalbumin® 3 x sehari 1 kapsul
seharusnya 3 x sehari 2 kapsul
P3.4 Pengaturan dosis terlalu sering - -

P3.5 Tidak ada pemantauan obat dalam darah - -

P3.6 Masalah terkait farmakokinetik obat yang - -


memerlukan penyesuaian

P3.7 Perburukan/ perbaikan kondisi sakit yang - -


memerlukan penyesuaian dosis

Domain Utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan

Penentuan lama P4.1 Lama pengobatan terlalu pendek - -


pemgobatan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


27

P4.2 Lama pengobatan terlalu panjang - -

Proses penggunaan P5.1 Waktu penggunaan obat atau interval - -


obat pemberian dosis tidak tepat

P5.2 Menggunakan obat lebih sedikit dari - -


pedoman pengobatan atau pemberian obat
lebih jarang dari aturan penggunaan

P5.3 Menggunakan obat berlebih atau pemberian - -


obat melebihi aturan penggunaan

P5.4 Obat tidak diminum atau tidak diberikan - -

Domain Utama Kode Masalah Obat yang bermasalah Keterangan


Proses penggunaan P 5.5 Minum obat yang salah atau memberikan - -
obat obat yang salah
P 5.6 Penyalahgunaan obat (penggunaan obat - -
tidak sesuai dengan peruntukkan resmi)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


28

P 5.7 Pasien tidak dapat menggunakan obat atau - -


bentuk sediaan sesuai aturan
Logistik P 6.1 Obat yang diresepkan tidak tersedia - -
(kefarmasian) P 6.2 Kesalahan peresepan (dalam hal menulis - -
resep)
P 6.3 Kesalahan peracikan obat (dispensing - -
error)
Pasien P 7.1 Pasien lupa untuk minum obat - -
P 7.2 Pasien menggunakan obat yang tidak - -
diperlukan
P 7.3 Pasien makan makanan yang berinteraksi - -
dengan obat
P 7.4 Penyimpanan obat oleh pasien tidak tepat - -
Lain-lain P 8.1 Lain-lain - -
P 8.2 Penyebab tidak jelas - -

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


29

4.2 Pembahasan

Pada kasus ini, pasien didiagnosis CKD stage 5 on CAPD (Continous


Ambulatory Peritonial Dialysis). Pasien MRS dengan kondisi bengkak dan
disertai sesak sudah satu minggu. Bengkak yang dialami pasien terjadi karena
edema yaitu adanya cairan berlebihan di dalam tubuh. Bengkak pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan
ginjal untuk mengekskresi natrium ke dalam urin sedangkan natrium menahan
cairan di dalam pembuluh darah. Cairan yang menumpuk di dalam tubuh dapat
mengganggu organ seperti paru-paru, sehingga pasien merasa sesak. Keadaan ini
juga terjadi akibat CAPD yang terpasang pada pasien kurang bekerja maksimal,
sehingga perlu adanya “repair” CAPD. Kelebihan cairan diatasi dengan
hemodialisis. Pasien diterapi hemodialisis selama dua kali seminggu selagi belom
terpasang CAPD lagi.
Melihat dari riwayat penyakit dan pengobatan pasien, diketahui bahwa
pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Dengan demikian dapat disimpulkan,
CKD yang dialami pasien adalah komplikasi lanjutan dari penyakit hipertensi.
Sebagian besar penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi. Efek dari
hipertensi, terutama kerusakan pada jantung dan pembuluh darah. Setiap bentuk
hipertensi menyebabkan kerusakan ginjal. Hipertensi dalam jangka waktu lama
dapat merusak arteriol ginjal dan glomeruli (nephrosclerosis) dan pada waktunya
menyebabkan iskemia ginjal. Dengan demikian , hipertensi primer extrarenal
dapat berkembang menjadi hipertensi ginjal melalui pengembangan
nephrosclerosis. Semua ini menghasilkan lingkaran setan dimana iskemia ginjal
dan hipertensi saling memperkuat satu sama lain.
Melihat dari hasil laboratorium pasien selama penulis mengkaji terdapat
data-data yang abnormal yaitu adanya penurunan hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit. Data ini merupakan penandaan adanya anemia. Penyebab utama anemia
yang dialami pasien karena produksi eritropoetin yang tidak adekuat. Dalam
keadaan normal, 90% eritropoetin diproduksi ginjal dan 10% diproduksi hati.
Ketika mengalami kerusakan ginjal, maka produksi di ginjal akan menurun.
Pemeriksaan saturasi transferin dan ferritin diperlukan untuk mengetahui adanya
indikasi kekurangan besi. Pada kasus ini, terapi untuk anemia tidak diresepkan.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


30

Perlu adanya manajemen terapi untuk anemia pasien, karena keadaan anemia
dapat menimbulkan keadaan lemas sehingga dapat menurunkan kualitas hidup
pasien.
DRP adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan
secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan
pasien. Selama penulis mengkaji perkembangan pasien, obat yang diterima pasien
adalah paracetamol, asam folat, vitamin B12, CaCO3, Lasix®, Vip Albumin,
Amlodipine, Alprazolam dan Ceftriaxone. Dalam kasus ini, terdapat beberapa
DRP.

Penggunaan Lasix® (furosemide) dalam kasus ini kurang efektif jika

diberikan. Pertimbangan penggunaan Lasix® di sini adalah untuk penanganan


edema pasien. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa pasien sudah mengalami
gagal ginjal terminal (stage 5) sehingga fungsi dan struktur ginjal sudah
mengalami kerusakan. Mengingat Lasix® bekerja menghambat reabsorbsi Na, K
dan Cl di lengkung henle ginjal, maka efektivitasnya akan menurun karena obat
bekerja pada organ yang rusak. Sesuai dengan hasil penelitian Siregar (2008) yang
menunjukkan bahwa pada gagal ginjal kronik efek diuresis akan berkurang bila
laju filtrasi glomerulus berkurang (tes Klirens Kreatinin kurang dari 20 ml/menit).
Penggunaan vipalbumin® dalam kasus ini tidak diperlukan karena tidak
ada data albumin pasien rendah. Selain itu apabila penggunaan vipalbumin®
dimaksudkan untuk menambah nutrisi, lebih baik nutrisi diambil dari makanan-
makanan yang mengandung banyak protein seperti ikan gabus, telor dan kedelai.
Selain itu dosis yang dianjurkan dokter kurang karena menurut literatur pemberian
albumin 3000 mg – 6000 mg per hari sehingga perlu diberikan 3 x 2 kapsul sehari.
Penggunaan Alprazolam dalam kasus ini tidak diperlukan. Pertimbangan
penggunaan Alprazolam adalah sebagai obat penenang karena keadaan sesak
pasien yang mengganggu. Tapi perlu dilihat bahwa penggunaan Alprazolam
bukan merupakan obat untuk indikasi sesak, hanya sebagai penenang. Diketahui
bahwa efek samping penggunaan Alprazolam cukup banyak sehingga perlu
pertimbangan risk and benefit nya.
Interaksi obat yang terjadi adalah penggunaan CaCO3 dan Amlodipine
(golongan CCB). CaCO3 dapat menurunkan level Amlodipine. Obat golongan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


31

CCB bekerja dengan menghambat lewatnya ion kalsium ke dalam sel di sisi lain
CaCO3 dapat meningkatan konsentrasi ion kalsium di luar sel menentang efek
CCB tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan jeda waktu pemberian antara CaCO3
dan Amlodipine.
Peran Apoteker sangat diperlukan dalam mengatasi kasus ini. Komunikasi
antara Apoteker dan pasien perlu dibangun, agar terapi dapat berjalan maksimal
dan dapat mencegah keparahan CKD lebih lanjut. Bentuk komunikasi yang dapat
diberikan Apoteker kepada pasien yaitu dalam bentuk konseling atau pelayanan
informasi obat yaitu :
a. Menginformasikan kepada pasien tentang kemungkinan komplikasi Ginjal,
sehingga pasien akan mengontrol dietnya dan dapat meningkatkan aktifitas
fisiknya.
b. Menginformasikan kepada pasien untuk terus rajin mengontrol tekanan
darah dan Kreatinin. Kadar kalium dan fosfat pasien, juga perlu diperhatikan
mengingat komplikasi ginjal yang tidak terbatas.
c. Menginformasikan kepada pasien tentang pentingnya kepatuhan dalam
mengkonsumsi obatnya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan terapi yang diberikan kepada pasien terdapat beberapa DRP
yang perlu diperhatikan :
a. Obat tidak efektif yaitu penggunaan Lasix®
b. Ada indikasi yang tidak diterapi yaitu anemia
c. Obat tidak diperlukan yaitu Alprazolam dan Vip Albumin
d. Tidak ada indikasi penggunaan obat yaitu Vip Albumin
e. Kejadian interaksi obat yaitu CaCO3 dan Amlodipine
f. Ada indikasi tapi obat tidak diresepkan yaitu Anemia
g. Dosis obat terlalu rendah yaitu Vip Albumin
h. Pengaturan dosis kurang yaitu Vip Albumin
2. Peran Apoteker dalam mencegah keparahan CKD adalah :
a. Menginformasikan kepada pasien tentang kemungkinan komplikasi Ginjal,
sehingga pasien akan mengontrol dietnya dan dapat meningkatkan aktifitas
fisiknya.
b. Menginformasikan kepada pasien untuk terus rajin mengontrol
tekanan darah dan Kreatinin. Kadar kalium dan fosfat pasien juga
perlu diperhatikan mengingat komplikasi ginjal yang tidak terbatas.
c. Menginformasikan kepada pasien tentang pentingnya kepatuhan
dalam mengkonsumsi obatnya.

5.2 Saran

1. Agar mencapai tujuan terapi Anemia pada CKD perlu manajemen


terapi anemia yang lebih tepat (sesuai guideline)
2. Agar mengetahui seberapa besar protein yang keluar bersama urin
perlu dilakukan tes proteinuria
3. Untuk penyesuaian dosis CaCO3 perlu dilakukan tes serum fosfat dan
kalsium
4. Tingkatkan terapi non farmakologi untuk mendukung terapi farmakologi

32

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Ashley, Caroline and Aileen Currie. 2009. The Renal Drug Handbook Third
Edition. Radcliffe Publishing Ltd. Oxford : New York

CDC., 2004. State-Specific Trends in Chronic Kidney Failured-United States,


1990-2001. National Center for Chronic Disease Prevention and Health
Promotion, CDC.http://www.cdc.gov./mmwr/preview/.htm

Desita. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
RSUP HAM Medan

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,
2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Seventh Edition,
TheMcGraw-Hill Companies, Inc., USA.

Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., 2009, Handbook of
Pharmacoteraphy: A Patophysiology Approach, Seventh Edition,
McGraw-Hill, United Staded.
Espinel, Eugenia, et al. 2013. Risk Of Hyperkalemia in Patients with Moderate
Chronic Kidney Disease Initiating Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors or Angiotensin Receptor Blockers: A Randomized Study. BMC
Research Notes

KDOQI, 2002, Clinical Practice Guidelines For Chronic Kidney Disease:


Evaluation, Classification and Stratification, National Kidney
Foundation.

Joy, M.S., Kshirsagar, A., Franceschini, N., 2008, Pharmacotherapy A


Pathophysiologic Approach, 7th ed., Chronic Kidney Disease: Progression-
Modifiying Therapies, McGraw-Hill Companies.

Lankhorst, C.E., Wish, J.B., 2010, Anemia in Renal Disease: Diagnosis and
Management, Blood Reviews.

National Kidney Foundation. 2004. K/DOQI Clinical practice guidelines for


dialysis patients.

Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika

O’Callaghan C. At a Glance Sistem Ginjal (Terjemahan). 2nd ed. Safitri A,


Astikawati R, editors. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2009.

33

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014


34

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pranay, K., Stoppler, M.C. (ed), 2010. Chronic Kidney Disease. Available from:
http://www.emedicinehealth.com/chronic_kidney_disease/page18_em.ht
m#Authors%20and%20Editors

Suhardjono, dkk., 2001. Gagal Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Edisi Ketiga. FK UI, Jakarta.

Suharyanto., Abdul, Madjid. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Perkemihan. Trans Info Media. Jakarta.

Suwitra. K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Edisi keempat. Penerbit Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI.
Jakarta.

Tessy. A. 2006. Hipertensi Pada Penyakit Ginjal. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi keempat. Penerbit Depertemen Ilmu Penyakit Dalam
FK-UI. Jakarta.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Ayu Mayangsari, FFar UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai