Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Relasi Antara Sains dan Agama

Dosen Pengampu:
Dr. Abdul Malik, M. Ag.

Disusun Oleh:
1. M. Tajudin Akbar (180301001)
2. Silvia Rizki Handayani (180301003)
3. Putri Fartika Mulyaningrum (180301014)
4. Muhammad Khairurromadhan (180301029)

UNIVERSTAS ISLAM NEGERI MATARAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunianya kita dapat menyelesaikan tugas kita sebagai manusia sebagaimana mestinya.
Kedua kalinya sholawat beriringkan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam
nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya dari alam jahiliyah menuju
alam islamiah yang seperti saat ini yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan.
Ketiga kalinya kami ucapakan terima kasih banyak kepada bapak dosen karena sudah
memberikan arahan materi-materi yang begitu baik sebelum pada akhirnya kami diberkan
tugas untuk menyelsaikan pembuatan makalah yang berjudul “Relasi Antara Sains dan
Agama”.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna tapi kami harap dengan adanya makalah
ini, para pembaca bisa mendapatkan wawasan terkait dengan Relasi Antara Sains dan Agama
itu sendiri.

Mataram, 21 Mei 2019


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………….……………….….…….
B. Rumusan Masalah……………………………………….………………..….……..
C. Tujuan……………………………………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian sains………………………….….............................................................
2. Pengertian agama………………………………………...…………………………
3. Hubungan sains dan agama…………………………………………………………
1) Tipologi ian G.berbour………………………...……………………………
2) John Hought……………………………………...…………………………
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….……………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...……………….………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu maju dan pesat, maka tentunya tak
lepas dari adanya peranan ilmu pengetahuan yang ikut mewarnai jalannya kehidupan
manusia. Kehadiran ilmu pengetahuan sangatlah penting, tanpanya mungkin manusia akan
terus-menerus hidup pada zaman kegelapan. Jika kita berbicara mengenai ilmu atau lebih
dikenal dengan istilah sains, maka tak dapat dilepaskan dari adanya campur tangan agama
dalm perjalannya. Sains adalah kepastian ilmu-ilmu yang diperoleh dari keterbatasannya.
Semntara agfama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.
Banyak agama yang memilki narasi, simbol dan sejarah suci yang dimaksudkanuntuk
menjelaskan makna hidup dan/ atau menjelaskan asal usul kehidupan di alam semesta ini.
Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas,
etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiran, ada sekitar
4.200 agama didunia. Sepanjang sejarah manusia, pembicaraan mengenai sain dan agama
tidak pernah ada ujungnya. Agama dan sains merupakan bagian penting dalam kehidupan
manusia. Sains dan agama merupakan dua entitas yang sama-sama telah mewarnai sejarah
kehidupan umat manusia. Keduanya telah berperan penting dalam membangun peradaban,
dengan lahirnya agama tidak saja telah menjadikan manusia memilki iman, namun juga
terbangunnya manusia yang beretika, bermoral dan beradab yang menjadi pandangan hidup
bagi manusia dalam menjalani hidup. Sedangkan sains dengan perkembangannya telah
menjadikan kemajuan dunia dengan berbagai penemuan-penemuan gemilang. Dari asal
muasalanya memang terdapat perbedaan anatara agama dan sains. Agama bersal dari wahyu
yang diturunkan Tuhan melalui nabi dan Rasul, sementara sains (ilmu) merupakan proses
perenungan atau olah pikir dan aktivitas berpikir otak manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian sains ?
2. Apa Pengertian agama ?
3. Bagaimana Hubungan sains dan agama ?
1) Bagaimana Tipologi ian G.berbour ?
2) Bagaimana Pemikiran John Hought ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa Pengertian sains
2. Untuk mengetahui Apa Pengertian agama
3. Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan sains dan agama
1) Untuk mengetahui Bagaimana Tipologi ian G.berbour
2) Untuk mengetahui Bagaimana Pemikiran John Hought
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sains
Merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran berdasarkan
fakta atau fenomena alam. Sains yang dipahami dalam arti sebagai pengetahuan objektif
tersusun dan teratur tengtang tantanan alam semesta.
Ciri-ciri Sains menurut Malsen yaitu :
1. Harus tanpa pamrih
2. Universalisme
3. Objektiftas
4. Intersubjektifitas
5. Progresif
B. Pengertian Agama
Merupakan system kepercyaan tuhan atau yang biasa di sebut dengan Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan
tersebut. Sebagian orang menganggap bahwa agama aalah pegangan hidup yang di anutnya
yang memberikan kedamaian.
Indonesia memiliki 5 agama yaitu , Islam, Kristen, Katolik,Hindu,budha serta
kepercayaan animisme dan dinamisme1
C. Adapun hubungan Sains dan Agama
Agama dan sains tidak selamanya berada di dalam pertentangan dan ketidaksesuaian.
Banyak kalangan yang berupaya mencari hubungan anara keduanya. Sebagian kelompok
berpendapat bahwa agama tidak mengarahkan pada jalan yang di kehendakinya.
Kelompok lain juga berpendapat bahwa Sains dan Agama tidak akan pernah di
temukan keduanya adalah entitas yang berbeda dan berdiri sendiri, memiliki wilayah yng
terpisah baik dari segi objek, metode, penelitian kereteria kebenaran serta peran yang
dimainkan.
Adapun pandangan para pakar mengenai hubungan antara Sains dan Agama antara
lain.
1. Tipologi ian G.berbour
Menurut tipologi menepatkan Sains dan Agama dalam dua Ekstrim yang saling
bertentangan. Bahwa Sains dan Agama merupakan pernyataan yang berlawanan sehingga

1
Baharuddin 2009, Pendidikan Lingkungan Hidup
orang harus memilih salah satu antara keduanya. Masing-masing penghimpun menganut
dengan mengambil posisi-posisi yang bersebrangan. Sains memaksakan eksistensi Agama
begitu juga sebaliknya. Keduanya hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing
Agama dan Sains adalah dua Ekstrim yang saling bertentangan.
Berbaour menanggapi hal ini bahwa kepercayaan Agama menawarkan kerangka
makna yang lebih luas dalam kehidupan. Sedangkan sains tidak ada mengungkap tentang
yang luas dari pengalaman manusia atau mengartikulasikan kemungkinan. Kemugkinan bagi
tranformasi hidup manusia sebagaimana yang dipersaksikan oleh agama. Memisahkan
Agama dan Sains dalam wilayah yang berbeda memiliki bahasa yang berbeda berbicara
sesuatu yang berbeda, berdiri sendiri merupakan suatu indenpedensi dan otonomi tanpa saling
mempengaruhi. Agama mencakup nilai sedangkan Sains berhubungan dengan fakta dan di
bedakan dengan masalah yang di telaah. Borbour juga mengatakan bahwa tuhan adalah
transedensi yang berbeda dari yang lain dan tidak dapat diketahui melalui penyikapan diri.
Keyakinan agama sepenuhnya bergantung kepada kehendak tuhan bukan atas penemuan
manusia-manusia sebagaimana yng dilakukan Sains. Sains bebas menjalankan aktivitas
mereka tanpa keterlibatan unsur teologi demikian pula sebaliknya. Karena metode dan pokok
persoalan keduanya berbeda. Sains di bangun berdasarkan pengamatan dan penalaran
manusia sedangkan teologi berdasarkan wahyu ilahi.2
Bahwa pandangan ini sama-sama mempertahankan karakter unik dari Sains dan
Agama. Namun demikian manusia tidak boleh merasa puas dengan pandangan bahwa Sains
dan Agama sebagai dua dominan yang tidak koheren. Agama dan Sains adalah dua yang
terpisah yang yakni agama hanya dapat dikenal sebagaimana yang di wahyukan, tidak dapat
dikenali oleh penyikapan diri, sedangkan sains dapat dikenali melalui fenomena berdasarkan
pengamatan dan penlaran manusia, sedangkan teologi berdasarkan wahyu.
Sains dan Agama ditafsirkan sebagai dua bahasa yang berbeda atau tidak saling
berkaitan karena funsinya yang berbeda-beda agama adalah seperangkat pedoman terhadap
jalan hidup yang terprinsip kepada moral, sedangkan Sains dianggap sebagai serangkaian
konsep untuk memprediksi dan mengontrol alam. Dalam menghubungkan agama dan sains
pandangan ini dapat diwakili oleh pendapat Albert Enstein yang mengatakan tanpa Sains
agama menjadi buta, dan tanpa Agama Sains menjadi lumpuh.3

2
Baharuddin 2013, Asimilasi Muallaf Tionghoa Kota Pontianak Perspektif Kondisi Proses dan Hambatan.
Pontianak (STAN Pontianak Press)
3
Baharuddin 2013, Perubahan Sosial Budaya Pontianak, (STAN Pontianak Press)
Seorang teolog katolik yang mengatakan tidak adanya dimensi religious dalam
sains bahwa dunia memerlukan landasan rasional tertinggi yang bersumber dalam teks
keagamaan dan struktur pengalaman manusiawi. Pandangan ini melahirkan hubungan yang
lebih bersahabat dari pada pendekatan diaog yang menemukan titik temu antara Sains dan
Agama. Sains dan doktrin-doktrin keagamaan sama sama di anggap valid dan menjadi
sumber koheren dalam pandangan dunia bahkan pemahaman dunia yang di peroleh melalui
Sains di harapkan dapat memperkaya pemahaman keagamaan bagi manusia yang beriman.
Adapun beberapa pendekatan yang dilakukan dalam hal ini yang pertama berangkat dari data
ilmiah yang menawarkan data konklusif dari keyakinan agama untuk memperoleh eksistensi
tuhan, pendekatan kedua yaitu dengan menelaah ulang doktrin-doktrin agama dalam
relevansinya dengan teori teori ilmiah. Lalu pemikiran sains agama di tafsirkan dalam rangka
konseptual yang sama. Demikian borbour menjelaskan tentang hubungan integrasi ini.4
2. John Hought
Menurut hought, hubungan agama dan sains di awali dengan dilakukanan titik
konflik dilakukan pemisahan antara Agama dan Sains untuk mengurangi konflik , dilakukan
pemisahan yang jelas batas-batas agama dan sains agar tampak jelas batas-batas perbedaan
keduanya. Jika batas keduanya sudah terlihat maka langlah selanjutnya untuk mengupayakan
berdialog, setelah tahap itu dilakukan maka selanjutnya akan di temukan kesamaan tujuan
yaitu, mencapai pemahaman yang bener tentang alam, selanjutnya Agama dan Sains akan
melengkapi. Pandangan yang mirip tetapi tidak sama dengan Borbour yang dimana langkah
pertama menarik garis pemisah untuk menunjukan kontras sama, lalu yang kedua setelah
perbedaan ini jelas lalu bisa dilakukan kontrak, langkah ini didorong oleh dorongan psikolog
yang kuat bahwa bagaimanapun bidang-bidang ilmu yang berbeda perlu dikoherenkan. Disini
implikasi teologis, bukan untuk membuktikan doktrin keagamaan melainkan sekedar
menafsirkan temuan ilmiah dalam rangka keagamaan. 5
Hanya saja persamaan Jhon Hought dan Barbour sama-sam berupaya untuk
mengakarkan sains dalam pandangan agama mengenai realistis.

4
Departemen Pendidikan Nasional, (2013), Kamus Besar Bhasa Indonesia, Edidi 3. Jakarta: Balai Pustaka
5
Depdiknas (2003), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan materi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tak
selamanya agama dan sains itu berada pada satu pertentangan yang tidak meilki jalan temu
satu sama lain. Agama dan sains memilki keterkaitan yang erat satu sama lain seperti yang
dikutip dalam pernyataan seorang ilmuan termasyhur di dunia, Albert Einstein mengtakan
bahwa “tanpa Sains agama menjadi buta, dan tanpa Agama Sains menjadi lumpuh”. Dari
pernyataan ini maka jelaslah agam dan sains itu koheren satu sama lain. Tujuan keduanya
adalah sama-sama mengungkap tentang kebenaran yang terkandung dalam alam semesta ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baharuddin 2009, Pendidikan Lingkungan Hidup
2. Baharuddin 2013, Asimilasi Muallaf Tionghoa Kota Pontianak Perspektif Kondisi
Proses dan Hambatan. Pontianak (STAN Pontianak Press)
3. Baharuddin 2013, Perubahan Sosial Budaya Pontianak, (STAN Pontianak Press)
4. Departemen Pendidikan Nasional, (2013), Kamus Besar Bhasa Indonesia, Edidi 3.
Jakarta: Balai Pustaka
5. Depdiknas (2003), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai