Anda di halaman 1dari 12

Pengalaman Psikologis Pelaku LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender)

Dalam Memahami Identitas Diri Berdasarkan Perspektif Gender


(Studi Fenomenologi Di Wilayah Kabupaten Jember)

Oleh:
Femylia Fahmadiyah Yusdi¹, Awatiful Azza², Komarudin³

¹Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember


²'³Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember
Email: femyliafy@gmail.com

Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember


Jl. Karimata 49 Jember Telp: (0331) 332240 Fax: (0331) 337957
Kotak Pos 104 Jember 68121

ABSTRAK
Pendahuluan : LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender. Istilah tersebut digunakan untuk seseorang yang memiliki hasrat seksual
dengan sejenis atau dua jenis kelamin. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan
sebuah identitas diri dan anggapan gendernya. Tujuan dari penelitian ini, untuk
mengidentifikasi permasalahan terhadap pengalaman psikologis pelaku lgbt (lesbian
gay biseksual transgender) dalam memahami identitas diri berdasarkan perspektif
gender (studi fenomenologi di wilayah kabupaten jember).
Metode : Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif dengan
metode indept interview, yang bertujuan untuk mendapatkan data deskriptif berupa
ucapan dari objek penelitian, adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
dengan menggunakan teknik snowball sampling.
Hasil : hasil peneilitian ini menunjukan ada 4 partisipan, dengan menhasilkan
sebanyak 8 tema dan 8 sub tema yang berhubungan dengan pengalaman psikologis
pelaku lgbt (lesbian gay biseksual transgender) dalam memahami identitas diri
berdasarkan perspektif gender.
Diskusi : Pengalaman psikologis pelaku LGBT dalam memahami identitasnya berada
pada masalah kebingungan dalam menentukan identitas atau bisa disebut dengan
Identitas diffusion. Ketidakberdayaan adalah alasan yang diungkapkan oleh seluruh
partisipan. Partisipan menolak untuk dikatakan sebagai pendosa, bahkan mereka
cenderung menyalahkan Tuhan terkait dengan apa yang menimpa kondisi seksual
mereka saat ini.

Kata kunci: pengalaman psikologis, pelaku LGBT, perspektif gender


Daftar pustaka 30 (2007-2016)

1
ABSTRACT

Introduction : LGBT stands for Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender. The term is
used for someone who has a sexual desire with a similar gender or bisexual. It is
closely related to an identity and gender assumptions. The purpose of this study was
to identify problems with the lesbian gay bisexual transgender experience in
understanding their identity based on gender perspective (phenomenology study in
Jember district).
Method : This research used qualitative research approach method with indept
interview method, which is aim to get descriptive data in the form of speech from
research object, as for technique used in data collection by using snowball sampling
technique.
Results : The results of this research show that there were 4 participants, with 8
themes and 8 sub themes related to the lesbian gay bisexual transgender experience
in understanding their identity based on gender perspective.
Discussion : The psychological experience of LGBT actors in understanding their
identity lies in the problem of confusion in determining identity or can be called the
identity diffusion. Powerlessness is the reason expressed by all participants.
Participants refuse to be said to be sinners, they even tend to blame God for what is
happening to their current sexual condition

Keywords: psychological experience, LGBT , gender perspective


References 30 (2007-2016)

2
PENDAHULUAN kelamin luar kombinasi pria-wanita
juga termasuk transgender. (
Fenomena LGBT merupakan
Foucault, Michel 2008; Oetomo
salah satu contoh gaya hidup
2013).
alternatif yang kini telah merambah
Menurut Soetjiningsih (2004)
di Indonesia, LGBT adalah singkatan
dalam Kusuma Pinasti (2012)
dari Lesbian, Gay, Biseksual dan
sebelum seseorang mengidentifikasi
Transgender . Lesbian merupakan
identitas dirinya secara seksual,
istilah yang umum digunakan untuk
individu melalui tiga tahapan yaitu
para perempuan yang mengarahkan
(1) sensitisasi dimana individu
pilihan orientasi seksualnya kepada
mengalami perasaan yang berbeda
sesama perempuan, atau perempuan
(orientasi seksual), (2) Kebingungan
yang mencintai perempuan baik itu
identitas (identity confusion)
secara fisik, seksual, atau emosional.
seseorang memiliki ketertarikan
Gay atau Homo adalah istilah untuk
lebih kuat dengan sesama jenis
laki-laki yang memiliki
daripada lawan jenis, biasanya pada
kecenderungan seksual kepada
fase ini remaja yang diidentifikasi
sesama pria, atau pria yang
sebagai homoseksual akan
mencintai pria baik secara fisik,
mempunyai kecenderungan yang
seksual, atau emosional. Biseksual
kuat terhadap penyalahgunaan drug,
adalah istilah untuk seseorang
alcohol, depresi bahkan suicide (3)
penyuka sejenis atau dua jenis
Asumsi identitas (identity
kelamin, yaitu wanita dan pria.
assumption), Pada tahap ini remaja
Biseksual kerap di pandang sebagai
mulai menerima dirinya sebagai
salah satu bentuk penyembunyian
homoseksual (gay) yang terjadi pada
identitas homoseksual atau sebagai
remaja lanjut (usia 18-21 tahun) dan
masa transisi antara identitas
mulai coming out.
heteroseksual dan identitas gay dan
Tercatat dalam lembaga yang
lesbian. Transgender adalah orang
menangani masalah LGBT, bahwa
yang cara berperilaku atau
hasil survey Yayasan Pendidikan
penampilannya tidak sesuai dengan
Kartini Nusantara diketahui , 4000
peran gender pada umumnya. Orang-
hingga 5000 penyuka sesama jenis
orang yang terlahir dengan alat

3
tersebar di Jakarta. Sedangkan Gaya ini sangat penting terhadap
Nusantara memperkirakan ada identitas seseorang nantinya
260.000 dari enam juta penduduk (Maramis, Willy F 2009).
Jawa Timur adalah homo (Oetomo Masa perkembangan remaja
2011). Jumlah tersebut belum merupakan masa dimana banyak
termasuk kaum homo di kota-kota keputusan penting menyangkut masa
besar lainnya. Dr. Dede Oetomo, depan yang harus ditentukan,
aktivis gay yang telah hidup selama misalnya tentang pekerjaan, sekolah,
18 tahun dengan pasangannya yang dan pernikahan. Selain itu, salah satu
sejenis (gay), memperkirakan secara tugas penting yang dihadapi para
nasional jumlahnya mencapai 1% remaja adalah mencari solusi atas
dari total penduduk di Indonesia pertanyaan yang menyangkut
Gatra (2003). Di Kabupaten Jember identitas dan mengembangkan
sendiri pun terdapat komunitas identitas diri yang mantap (sense of
LGBT dengan jumlah anggota yang individual identity), orientasi seksual
terdata adalah sebanyak 256 orang memiliki dimensi antara lain seperti
(Dinas Kesehatan, 2014). identitas seksual (“saya seorang
Seseorang individu yang gay”) dan tingkah laku seksual
normal baik laki-laki maupun (“saya berhubungan seks dengan pria
perempuan akan menunjukkan lain”). Identitas homoseksual dapat
perkembangan fisik yang nantinya berfungsi sebagai identitas diri (self
dalam perkembangannya akan identity), identitas yang diterima
menunjukan perbedaan fisik secara (perceived identitiy), identitas yang
signifikan antara laki-laki dan ditampilkan (presented identity), atau
perempuan. Perubahan ini di ketiga-tiganya. Seseorang yang
karenakan proses pertumbuhan memiliki pengalaman seksual dengan
produksi yang terjadi dalam diri orang yang berjenis kelamin sama
seseorang. Laki-laki dalam tidak secara otomatis menunjukkan
tubuhnya terdapat hormon yang bahwa orang itu adalah seorang
dapat kita kenal testosteron homoseksual atau biseksual (
sedangkan pada perempuan dapat Friedman, H & Maramis, W 2008).
dikenal sebagai estrogen. Hormon

4
Hal tersebut terjadi pengalaman subjektif dari berbagai
dikarenakan banyak faktor – faktor jenis dan tipe subjek yang ditemui
pendukung yang dialami oleh setiap (Moleong, 2010). Penelitian di
individu mulai dari faktor diadakan di Wilayah Kabupaten
pendidikan, faktor ekonomi, Jember, karena diwilayah kabupaten
dukungan dari orang tua, pengaruh jember terdapat suatu komunitas
teman sekitarnya dan juga stressor LGBT yang cukup besar.
yang di dapatkan. Dengan hal itulah
peneliti sangat tertarik dengan Populasi dan Tehnik Sampling
komunitas LGBT untuk diteliti lebih Dalam penelitian tidak
dalam tentang bagaimana menggunakan istilah populasi untuk
pengalaman psikologis pelaku LGBT menunjuk subjek penelitian, karena
(Lesbian Gay Biseksual penelitian kualitatif berangkat dari
Transgender) dalam memahami kasus tertentu yang ada pada situasi
identitas diri berdasarkan perspektif sosial tertentu, dan hasil kajiannya
gender (studi fenomenologi) di tidak akan di berlakukan ke populasi,
wilayah Kabupaten Jember. tetapi di transfer ke tempat lain pada
situasi sosial yang memiliki
MATERIAL DAN METODE kesamaan dengan situasi sosial pada
Penelitian kasus yang dipelajari. Sampel
Desain penelitian kualitatif penelitian pada kualitatif bukan
yang di gunakan dalam penelitian ini dinamakan responden, tetapi sebagai
adalah fenomenologi, penelitian nara sumber atau partisipan,
kualitatif dengan desain informan, teman, dan guru dalam
fenomenologi diartikan sebagai : 1) penelitian. Sampel dalam penelitian
pengalaman subjektif atau kualitatif juga bukan disebut sampel
pengalaman fenomenologikal ; 2) statistik, tetapi sampel teoritis,
suatu studi tentang kesadaran dari karena tujuan penelitian kualitatif
perspektif pokok dari seseorang adalah untuk menghasilkan teori
(Husserl). Istilah fenomenologi (Sugiono, 2010; arfikawati 2012).
sering di gunakan sebagai anggapan
umum untuk menunjuk pada

5
Pengumpulan Data dan Analisis Hasil penelitian yang telah
Data dilakukan digambarkan pada bab ini
Pada penelitian ini peneliti secara deskriptif-naratif dengan
menggunakan instrumen antara lain : setting fenomenologis, tujuannya
a. Recorder : adalah alat diamana adalah untuk mendapatkan gambaran
yang untuk merekam suara yang atau pemahaman tentang pengalaman
telah di ceritakan oleh partisipan psikologis pelaku LGBT dalam
terhadap peneliti. memahami identitas dirinya
b. Field note : adalah catatan yang berdasarkan perspektif gender di
digunakan oleh para peneliti untuk Wilayah Kabupaten Jember.
mendeskribsikan hasil rekaman Sebanyak 5 partisipan terlibat
peristiwa yang terjadi dilapangan.
dalam penelitian dan yang sudah
Penelitian ini sesuai dengan
tersaturasi adalah 4 partisipan.
karakteristik penelitian kualitatif,
untuk mendapatkan informasi maka Diantara 5 partisipan itu dijelaskan
digunakan instrumen pedoman
karakteristiknya secara terperinci
wawancara mendalam
sebagai berikut: Partisipan 1 inisial
indept interview yang dilengkapi
dengan daftar pertanyaan yang di Nn.H berusia 23 tahun merupakan
hubungkan dengan fokus
seorang lesbian yang masih
penelitianserta alat rekam suara dan
mengenyam pendidikan di salah satu
alat tulis untuk membantu penulisan
hasil penelitian (Purwandini, 2008; perguruan tinggi. Tinggal bersama
Afrikawati, 2012).
ibunya saja dan bekerja paruh waktu

di sebuah club. Partisipan 2 inisial


HASIL & PEMBAHASAN
A. HASIL Tn.F merupakan seorang biseksual
Karakteristik partisipan waria
berusia 24 tahun bekerja sebagai
dalam menjalankan kehidupan
karyawan Bank swasta, tinggal
sehari-hari berdasarkan
perspektif gender secara mendiri di sebuah rukost.

Partisipan 3 inisial Tn.A berusia 22

6
tahun seorang gay yang masih memahami arti sebuah identitas diri

berstatus mahasiswa di salah satu berdasarkan perspektif gendernya.

perguruan tingggi, selain mahasiswa Semua partisipan mengatakan

Tn.A merupakan seorang bahwa dirinya mengalami Identity

broadcaster. Partisipan 4 inisial Tn.R diffusion atau kebingungan dalam

merupakan seorang transgender menentukan identitasnya karena

berusia 55 tahun yang telah lama ketidakberdayaan, bahkan cenderung

tinggal di Jakarta karena mempunyai menyalahkan Tuhan atas apa yang

usaha salon disana, di kota jember sedang dialami mereka, seperti

partisipan juga sebagai pemilik salah penuturan P1, P2, P3 berikut ini:

satu salon. Tn.R resmi menjadi “...aku sih sadar identitas diriku ini
perempuan mbak, perempuan ya
transgender pada tahun 2013 dan yang berperilaku lembut dan
pasangannya juga sama cowok
menjalani operasi transgender saat normal ya kaya umumnya orang-
orang aja mbak. Aku tau ini dosa
itu di negara Singapore. Partisipan 5 aku sadar betul mbak 100 persen aku
sadar aku ini dilaknat. Aku kadang
inisial Tn.B seorang biseksual kalo pas sendiri juga nangis,
sebenarnya aku ini apa aku ini
berusia 26 tahun bekerja sebagai siapa? aku ini apa? Kenapa aku
harus beperilaku hina begini tapi ya
customer service di perusahaan mau gimana mbak? Siapa sih yang
mau begini…” ( P1 )
telekomunikasi.
“…identitas itu ya dimana kita bisa
Analisa Tema jadi diri kita sendiri.. tanpa
mengikuti omongan orang lain dan
Hampir semua partisipan percaya omongan orang lain.. kaya
gitu menurut aku sih.. Jadi identitas
mengalami hal sama dari segi kita itu dari cara kita berbicara, dari
cara kita berfikir, dari cara kita
pengalaman secara psikologis. bertingkah, itu merupakan identitas
buat kita.. jadi menurut aku identitas
Peneliti menemumkan bagaimana itu ya yang membuat kita nyaman,
bahagia.. aku sadar identitasku ini
pemahaman partisipan dalam laki-laki dan di agama ini melanggar
kodrat, ya terus mau gimana lagi..

7
memang suda begini.. sudah dicoba dalam memahami identitas dirinya
buat tobat tapi ga bisa..gimana ya
wong memang naluri.. kalo nangis berdasarkan perspektif gender di
dan ya tiap sadar aku selalu
menangis ini dosa besar.. ak bingung Wilayah Kabupaten Jember. Secara
harus gimana? Apa Tuhan ini salah
ya ngasih aku identitas? Kadang aku khusus penelitian ini dirancan untuk,
mikir begitu..aku bingung..”( P2 )
memberikan gambaran, interpretasi

“…identitas dalam diriku ini aku dan mengungkapa berbagai hal


memahami bahwa aku ini laki-laki
harusnya aku mencintai perempuan pengalaman psikologis pelaku LGBT
seutuhnya.Tapi aku ini kan
menyimpang mbak jadi laki-laki dalam memahami identitas dirinya
yang suka dengan laki-laki.
Identitasku ya begini ini, aku laki- berdasarkan perspektif gender di
laki tapi hasrat seksualku dengan
sesama laki-laki. Aku tau di agama Wilayah Kabupaten Jember.
ini dosa, tapi mau gimana lagi aku
tidak bisa menolak,ini memang diri
aku sendiri terbesit kadang Pembahsan Hasil Penelitian
identitasku ini sebenarnya apa?
Kenapa Tuhan gak adil dengan
Identitas adalah sebuah
memberiku kondisi ini?... ( P3)
fenomena psikologi yang kompleks.
B. PEMBAHASAN
Dimana hal itu mungkin adalah
Bab ini menjelaskan
sebuah cara pemikiran seseorang
bagaimana makna hasil penelitian
dalam kepribadiannnya. Termasuk
sesuai dengan tema yang telah
didalamnya identifikasi dengan
ditetapkan diawal penelitian, bab ini
individu yang dianggap penting
juga membahas tentang keterbatasan-
dalam kehidupan mulai dari awal
keterbatasan penelitian serta
masa kanak-kanak. Termasuk
implikasinya bagi dunia
identifikasi peranan seks, ideologi
keperawatan. Tujuan dari penelitian
individu, penerimaan norma
ini adalah mengeksplorasi
kelompok, dan banyak lagi. Identitas
pengalaman psikologis pelaku LGBT
diri merujuk kepada

8
pengorganisasian atau pengaturan apa yang melakukan merupakan

dorongan-dorongan, kemampuan- sebuah dosa dan melanggar norma

kemampuan dan keyakinan- agama menurut Erikson (dalam Berk,

keyakinan ke dalam citra diri secara 2007).Namun ketidakberdayaan

konsisten yang meliputi kemampuan menjadi alasan mereka. Mereka

memilih dan mengambil keputusan menolak untuk dikatakan sebagai

baik menyangkut pekerjaan, orientasi pendosa, bahkan mereka cenderung

seksual dan filsafat hidup (Santrock, menyalahkan Tuha n terkait dengan

2007). apa yang menimpa kondisi seksual

mereka saat ini.


pengaruh.

A. SIMPULAN DAN SARAN


Fakta hasil penelitian ini
Simpulan
mengatakan bahwa, seluruh

partisipan mengalami Identity Berdasarkan hasil penelitian dan

diffusion yaitu seseorang yang pembahasan dapat disimpulkan

mengalami kebingungan dalam bagaimana pengalaman psikologis

mencapai identitas. Partisipan sadar pelaku LGBT dalam memahami

dan menunjukkan adanya suatu krisis identitas diri berdasarkan perspektif

yang harus diselesaikan, namun gender di Wilayah Kabupaten

mereka tidak mau Jember.

menyelesaikannya. Pada dasarnya


1.Makna LGBT bagi pelaku: makna
seluruh partisipan mengatkan bahwa
LGBT yang dipahami oleh
mereka menyadari mengenai
partisipan adalah LGBT merupakan
masalah gendernya dan identitas
suatu hasrat seksual, penyuka
dirinya, mereka menyadari bahwa

9
sesama jenis, dan mengganti jenis membuat partisipan sedikit ragu

kelamin. Dalam pengambilan pada awalnya. Namun dengan

keputusan menjadi seorang LGBT keyakinan dalam diri terhadap

partisipan memperoleh dukungan nalurinya membuat partisipan

yang penuh dari kelompok. akhirnya menerima kondisi LGBT

Mendapat perhatian lebih, perasaan tersebut.

nyaman, dan naluri menjadi 3.Pengalaman psikologis pelaku

perempuan seutuhnya merupakan LGBT dalam memahami

faktor pendorong lainnya yang identitasnya berdasarkan perspektif

membuat partisipan yakin dalam gender adalah mereka merasa

menentukan pilihannya kebingungan dalam menentukan

identitas diri atau bisa disebut


2. Pengalaman psikologis pelaku
dengan Identitas diffusion.
dalam menerima kondisi LGBT
Bahwasannya semua partisipan
yang dialaminya tentunya sangat
sangat sadar terhadap identitas dan
beragam dan melalui proses yang
gendernya namun mereka
panjang. Adaptasi psikologis yang
kebingungan dalam menetapkan
dialami partisipan antara lain
identitasnya. Ketidakberdayaan
emosinal dan harga diri rendah.
adalah alasan yang diungkapkan
Perasaan hina, kotor, bahkan
oleh seluruh partisipan. Partisipan
seorang pendosa kerap
menolak untuk dikatakan sebagai
membayangi kehidupan sehari-hari
pendosa, bahkan mereka cenderung
partisipan. Pergolakan dalam diri
menyalahkan Tuhan terkait dengan
yang kerap menolak kondisi

penyimpangan seksualnya

10
apa yang menimpa kondisi seksual derajat kesejahteraan mental dan

mereka saat ini. menghindari risiko-risiko

4. Pengalaman psikologis pelaku mencelakai diri sendrii dengan

LGBT dalam memahami respon masalah yang kompleks yang

sosial masyarakat: stigma dihadapi para pelaku LGBT.

masyarakat dari perspektif 3. Bagi orang tua/orang terdekat

partisipan adalah berupa perlakuan Disrankan bagi para orang tua da

diksriminasi. Dimana stigma yang orang terdekat untuk selalu

negative selalu melekat pada diri memberikan control dan dukungan

partisipan. perhatian bagi anak-anaknya.

B. Saran Berikan cinta dan kasih sayang

1. Bagi Partisipan selayaknya agar mereka merasakan

Disarankan bagi partisipan untuk kepedulian yang selama ini mereka

tetap bersemangat dalam menjalani tidak dapatkan.

hidup walaupun keadaan partisipan 4. Bagi peneliti selanjutnya

berbeda dengan yang lain jangan Disarankan bagi peneliti

berkecil hati dan mengalami isolasi selanjutnya untuk menggali lebih

sosial terhadap stigma negative dalam tentang bio-psiko-sosial

masyarakat. yang dialami oleh pelaku LGBT,

2.Bagi Petugas kesehatan misalnya saja tentang bagaimana

Disarankan dapat memberikan pelaku LGBT memahami konsep

informasi terhadap kesehatan dirinya, atau terapi psikologis yang

terutama tentang kesehatan dapat membantu pelaku LGBT

psikologis guna meningkatkan

11
untuk sembuh dari abnormalitas (Lesbian) Terhadap Nilai-
Nilai Spiritual. Universitas
seksualnya. Muhammadiyah Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA Maramis, Willy F. (2009). Catatan


Ilmu Kedokteran Jiwa- Edisi
2, Surabaya: Airlangga
Collone, S., & Eliana, R. (2007). University Press: Pusat
Gambaran konflik Penerbitan dan Percetakan
interpersonal waria di tinjau (AUP).
dari identitas gender.journal
ofPsikologia, 1(2), hal. 02-03. Moleong, M.A. (2010). Metodologi
penelitian kualitatif,
Bandung: PT. Remaja
Dessy, (2012). Dinamika Identitas Rosdakarya.
Diri Mahasiswa Lesbian (
Studi Kasus Mahasiswi Kementrian Kesehatan Republik
Lesbian di Yogyakarta). Indonesia. 2009. Modul
Universitas Islam Negri Pelatihan Intervensi
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Perubahan Perilaku : Seks,
Seksualitas dan Jender.
Jakarta. Tersedia online di
Afrikawati, E. (2012). Pengalaman http://pppl.depkes.go.id/_asse
psikososial pekerja seks t/_download/Modul_B-3_-
komersial dikalangan Seks,_Seksualitas_dan_Jende
mahasiswa (studi r_- min.pdf di akses tanggal
fenomenologi diwilayah 07 Desember 2016.
jember). Universitas
Santrock, J.W. 2007. Psikologi
Muhammadiyah Jember : Pendidikan (edisi kedua).
tidak di terbitkan. (Penerj. Tri Wibowo B.S).
Jakarta: Kencana.
Oetomo, Dede. (2013). Laporan
LGBT Nasional Indonesia. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Hidup Sebagai LGBT di Kuantitatif, Kualitatif, dan
Asia: Tinjauan dan Analisa R&D. Bandung: CV.
Alfabeta.
Partisipatif tentang
Lingkungan Hukum dan
Sosial bagi Orang dan
Masyarakat Madani Lesbian,
Gay, Biseksual dan
Transgender, Bali: USAID
Indonesia.

Kusuma, P. (2012). Konflik Diri Dan


Persepsi Homoseksual

12

Anda mungkin juga menyukai