Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin.
Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 – 6
tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi
pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan
di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4 %.
Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesiapenyakit ini dikenal dengan
istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama chicken-pox. Varisela adalah
penyakit infeksi menular, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Pada umumnya
menyerang anak-anak, tapi dapat juga terjadi pada orang dewasa yang belum pernah terkena
sebelumnya. Banyak menyerang anak usia sekolah dasar (antara 5-9 tahun). Penularan
memang cukup sering terjadi antar teman sekolah. Bersifat sangat menular dengan masa
penularan antara 1 hari sebelumnya timbul ruam sampai 7 hari setelah munculnya gejala.
Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dan percikan ludah (droplet infection).
Varisela, yang biasa dikenal di Amerika Serikat sebagai cacar air, disebabkan oleh virus
varicella-zoster. Penyakit ini umumnya dianggap sebagai penyakit virus ringan, membatasi
diri dengan komplikasi sesekali. Sebelum vaksinasi varisela menjadi luas di Amerika Serikat,
penyakit ini menyebabkan sebanyak 100 kematian setiap tahunnya. Karena vaksin varisela
diperkenalkan diAmerika Serikat pada tahun 1995, insiden penyakit telah secara substansial
menurun.2
Bahkan saat ini, varisela tidak benar-benar jinak. Satu studi menunjukkan bahwa hampir
1:50 kasus varicella yang terkait dengan komplikasi. Di antara sebagian besar komplikasi
serius varisela pneumonia dan ensefalitis, keduanya terkait dengan angka kematian yang
tinggi. Selain itu, kekhawatiran telah dikemukakan mengenai hubungan varisela dengan
invasif parah penyakit streptococcus grup A. Amerika Serikat mengadopsi vaksinasi
universal terhadap varisela pada tahun 1995, yang mengurangi tingkat mortalitas dan
morbiditas dari penyakit ini. Untuk alasan yang jelas, anak yang tidak divaksinasi tetap
rentan. Anak dengan varisela mengekspos kontak dewasa di rumah tangga, sekolah, dan pusat
penitipan anak dengan risiko berat, penyakit bahkan fatal. Varisela adalah umum dan sangat
menular dan mempengaruhi hampir semua anak-anak rentan sebelum remaja.4

1
Kedua kasus dalam rumah tangga sering lebih parah. Sekolah atau hubungi pusat
penitipan anak berkaitan dengan tingkat transmisi yang lebih rendah namun masih signifikan.
Anak-anak yang rentan jarang mendapatkan penyakit dengan kontak dengan orang dewasa
dengan zoster. Ttransmisi maksimum terjadi selama akhir musim dingin dan musim semi. 4
Varisela dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon ini
menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi pada orang-
orang ini, namun serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi diorang imunokompeten.
Reexposure dab infeksi subklinis dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan yang
diperoleh setelah episode cacar air, ini dapat berubah di era post vaksin. 6
Varisela Zooster Virus (VZV) adalah penyebab dari sindroma klinik Varisela atau
Chicken pox. Varisela merupakan penyakit yang biasanya tidak berat, sembuh dengan
sendirinya, dan merupakan infeksi primer. Zooster sebagai kesatuan klinis yang berbeda,
disebabkan oleh reaktivitas dari VZV setelah infeksi primer, dimana VZV (disebut juga
Human Herpes Virus – 3 / HVH-3) sendiri adalah virus dengan DNA double-stranded yang
termasuk Alphaherpesvirinae. 4
Setelah infeksi primer, VZV menempati sistem saraf sensoris terutama di Geniculatum,
Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant disana untuk beberapa tahun. Dengan
bertambahnya umur atau keadaan immunocompromised, virus menjadi aktif kembali dan
turun dari sistem saraf sensoris ke kulit sehingga muncul erupsi di kulit atau keluhan lain
seperti nyeri tanpa manifestasi yang nampak di kulit. 4
Varisela atau Chicken pox merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada anak usia
sekolah, dimana lebih dari 90% kasus diderita anak usia kurang dari 10 tahun. Penyakit ini
tidak berat pada anak yang sehat, meskipun morbiditas meningkat pada orang dewasa dan
pada pasien dengan immunocompromised. 2

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ditentukan suatu rumusan masalah
adalah “belum diketahuinya faktor karakteristik penderita yang berhubungan dengan
terjadinya penyakit varisela pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk
Pakam tahun 2015”.

2
1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui beberapa faktor karakteristik penderita yang berhubungan dengan terjadinya


penyakit varisela pada anak di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam tahun
2015.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui umur penderita yang berhubungan dengan terjadinya penyakit varisela


pada pasien anak.

2. Mengetahui jenis kelamin penderita yang berhubungan dengan terjadinya penyakit


varisela pada pasien anak.

3. Mengetahui status pendidikan penderita yang berhubungan dengan terjadinya


penyakit varisela pada pasien anak.

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit Umum Deli
Serdang dalam rangka menigkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
varicella dimasa yang akan dating dan agar lebih meningkatkan dalam pengobatan
dan pemberantasan penyakit varicella.

2. Bagi Masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi tentang penyakt varicella.
3
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadi bahan rujukan dan pengembangan penilitian Varicella selanjutnya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi, terutama berlokasi
di bagian sentral tubuh. Disebut juga cacar air, chicken pox . 1

2.2 Epidemiologi
Amerika Serikat dan daerah beriklim sedang lain, 90-95% individu mendapat virus
varisela zoster pada masa anak. Epidemi varisela tahunan terjadi pada musim dingin dan
musim semi. Strain virus varisela zoster tipe-liar yang menyebabkan epidemi varisela
tahunan tidak menunjukkan perubahan dalam virulensi sebagaimana dinilai dengan
keparahan klinis infeksi virus varisela zoster primer dari tahun ke tahun. 2
Insidensi varisela di Amerika diperkirakan 3,1 – 3,5 juta setiap tahun. Meskipun belum
ada penelitian di Indonesia, namun kasus varisela yang dirawat di beberapa rumah sakit besar
di lima provinsi menunjukkan angka yang cukup tinggi. Sekitar 607 kasus dilaporkan oleh
rumah sakit tersebut selama kurun waktu 1994-1995. 3
Varisela sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet atau aerosol
dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui sekret saluran nafas, dan jarang melalui kontak
tidak langsung. Infeksi ini menyerang semua usia termasuk neonatus dengan puncak insidensi
pada usia 5-9 tahun. Sebanyak 90% pasien varisela berusia kurang dari 10 tahun.
4
Kebanyakan kasus lain timbul diantara usia 1-4 tahun serta 10-14 tahun. Di atas usia 15
tahun, sekitar 10% populasi Amerika Serikat rentan terhadap infeksi. 3,4
Di Amerika Serikat sekitar 90% penduduk dewasa mempunyai kekebalan terhadap
varisela. Kekebalan varisela berlangsung seumur hidup setelah seseorang terkena serangan
penyakit ini satu kali. Angka kematian penyakit ini lebih rendah. Di Amerika Serikat rata-rata
kematian adalah 2 per 100.000 penduduk, tetapi bisa meningkat sampai 30 per 100.000 pada
orang dewasa. Kematian biasanya terjadi karena adanya komplikasi. Mortalitas kasus dengan
komplikasi cukup tinggi yaitu 5 – 25%. Pada 15% penderita selamat akan mempunyai
sekuele yang menetap berupa kejang, retardasi mental, dan kelainan atau perubahan perilaku.
3

2.3 Etiologi
Varisela disebabkan oleh herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster
(virus V – Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini
mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan
virus V – Z akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela itu sembuh, mungkin
virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V –
Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V – Z dapat ditemukan
dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varisela; dapat dilihat dengan mikroskop
elektron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru
embrio manusia. 5

2.4 Patogenesis
Varisela disebabkan oleh virus varicella-zoster yang termasuk dalam famili virus herpes.
virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring.
Multiplikasi virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit
melalui darah dan limfe ( viremia primer ). Virus varicella-zoster dimusnahkan oleh sel
sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa
inkubasi. Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan
tubuh dan respon yang timbul. 4,6
Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan tubuh yang
belum berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam
5
jumlah yang lebih banyak. Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan telah
memasuki siklus viremia, yang pada penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari
oleh imunitas humoral dan imunitas seluler. Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama
pada limfosit. Bahkan pada varicella yang tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder
menunjukkan adanya subklinis infeksi pada banyak organ selain kulit. 4
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada
kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap virus varicella-zoster berfungsi protektif
terhadap varisela. Pada orang yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu
menjadi sakit setelah terkena paparan eksogen. Sel mediasi imunitas untuk virus varicella-
zoster juga berkembang selama varisela, berlangsung selama bertahun-tahun, dan
melindungi terhadap terjadinya resiko infeksi yang berat. 4

2.5 Gambaran Klinis


Walaupun masa inkubasi varisela berkisar dari 10-21 hari, penyakit biasanya mulai dari
14-16 hari sesudah pemajanan. Hampir semua yang terpajan, anak rentan menderita ruam,
tetapi ruam ini mungkin terbatas kurang dari pada 10 lesi. 2
 Stadium Prodromal
Gejala prodromal timbul setelah 14 – 15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya ruam
kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. pada anak yang lebih besar dan
dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3 hari sebelumnya, menggigil,
malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat disertai nyeri
tenggorokan dan batuk kering. 4
 Stadium Erupsi
Ruam kulit muncul dimuka dan dikulit kepala, dengan cepat menyebar ke badan dan
ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan jarang ditemukan pada
telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi varisela bersifat sentrifugal. Gambaran yang
menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan ke papula, vesikula, pustula,
dan akhirnya menjadi krusta. Perubahan ini hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. 4
Terdapat efloresensi atau sifat-sifatnya, yaitu vesikel berukuran miliar sampai lentikular,
disekitarnya terdapat daerah eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan
vesikel mulai dari eritema vesikula, pustula, skuama hingga sikatriks ( polimorf ). Gambaran
vesikel khas, superficial, dinding tipis dan terlihat seperti tetesan air sehingga disebut

6
teardrop vesicle. Penampang 2-3 mm berbentuk elips dengan sumbu sejajar garis lipatan
kulit. 4,8

Gambar 2.1 Stadium Erupsi


Cairan vesikel pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat serbukan
sel radang dan menjadi pustula. Lesi kemudian mengering yang dimulai dari bagian tengah
dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu bergantung kepada
dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah
muda dan kemudian berangsur-angsur hilang. Apabila terdapat penyulit berupa infeksi
sekunder dapat terjadi jaringan parut. 4,6
Vesikel juga dapat timbul pada mukosa mulut terutama pada palatum. Vesikel ini dengan
cepat pecah sehingga luput dari pemeriksaan, bekasnya masih dapat terlihat berupa ulkus
dangkal dengan diameter 2-3 mm. lesi kulit terbatas terjadi pada lapisan epidermis sehingga
tidak menembus membran basal kulit, sehingga tidak menimbulkan bekas. Jaringan parut
yang menetap terjadi sebagai akibat infeksi sekunder ( lesi menembus membran basalis
kulit). Vesikel juga dapat timbul pada mukosa hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna,
saluran kemih, vagina dan konjungtiva. 4

Gambar 2.2 Vesikel

7
Gambaran lain dari lesi varisela adalah terdapatnya semua tingkatan lesi kulit dalam
waktu bersamaan pada satu area. Pada kasus yang khas dan berat suhu badan dapat mencapai
39 – 40,5°C. apabila demam berlanjut mungkin telah terjadi infeksi bakteri sekunder atau
penyulit lain. Keluhan demam berlanjut mungkin telah terjadi infeksi bakteri sekunder atau
penyulit lain. Keluhan yang paling menonjol adalah perasaan gatal selama fase erupsi,
sehingga dapat dijumpai lesi bekas garukan. 4

2.6 Diagnosis
Diagnosis varisela dapat ditegakkan secara klinis dengan gambaran dan perkembangan
lesi kulit yang khas, terutama apabila dikethui ada kontak 2-3 minggu sebelumnya. Gambaran
khas termasuk (1) muncul setelah masa prodromal yang singkat dan ringan, (2) lesi
berkelompok terutama di bagian sentral, (3) perubahan lesi yang cepat dari makula, vesikula,
pustula, sampai krusta, (4) terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pada
daerah yang sama, (5) terdapat lesi mukosa mulut. 4
Umumnya pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan lagi. Pada tiga hari pertama dapat
terjadi leukopenia yang diikuti dengan leukositosis. Serum antibodi IgA dan IgM dapat
terdeteksi pada hari pertama dan kedua paska ruam. Untuk mengkonfirmasi ini umumnya
dilakukan pada pasien risiko tinggi yang memerlukan konfirmasi cepat. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan diantaranya isolasi virus (3-5 hari), PCR, ELISA, tehnik
imunofluoresensi Fluoresecent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), yang merupakan
baku emasnya. 4
Pemeriksaan rontgen thoraks dilakuakan untuk mengkonfirmasi ataupun mengekslusi
pneumonia. Gambaran nodul infiltrat difus bilateral umumnya terjadi pada pneumonia
varisela primer sedangkan infiltrat fokal mengidentifikasikan pneumonia bakterial sekunder.
Punsi lumbal dapat dilakuakan pada anak dengan kelianan neurologis. 4

2.7 Diagnosa Banding


Diagnosa banding varisela meliputi ruam vesikuler yang disebabkan oleh agen infeksi
lain, seperti enterovirus, atau staphylococcus aureus, reaksi obat, dermatitis kontak, dan
gigitan serangga. 2

2.8 Komplikasi

8
Infeksi bakteri sekunder, biasanya akibat dari S. aureus atau Streptococcus pyogenes
(streptokokus β- hemolitikus grup A), merupakan komplikasi varisela paling sering. Selulitis,
limfadenitis, dan abses subkutan juga terjadi. varisela gangrenosa, biasanya akibat dari S.
pyogenes, jarang ada tetapi mungkin mengancam jiwa akibat infeksi sekunder. Sepsis bakteri
akut tidak lazim, tetapi bakterimia sementara dapat menyebabkan infeksi setempat
pneumonia stafilokokus atau streptokokus, artritis atau osteomielitis. Ensefalitis dan ataksi
serebellar merupakan komplikasi neurologis varisela yang diuraikan dengan baik; insiden
morbiditas sistem saraf sentral tertinggi pada penderita sebelum umur 5 tahun dan lebih tua
dari umur 20 tahun meningoensefalitis ditandai oleh kejang-kejang, kesadaran yang berubah,
dan kaku kuduk; penderita dengan ataksia serebellar mempunyai permulaan gangguan cara
berjalan, nistagmus dan bicara tertelan yang lebih perlahan-lahan. 2,10
Gejala-gejala neurologis biasanya mulai dari 2-6 hari sesudah mulainya ruam tetapi dapat
terjadi selama masa inkubasi atau sesudah penyembuhan ruam. Penyembuhan varisela khas
cepat, terjadi dalam 24 – 72 jam, dan biasanya sempurna. Sebelum hubungan salisilat
terdokumentasi, beberapa anak dengan varisela menderita gejala neurologis yang disebabkan
oleh ensefalopati akibat sindrom Reye. Hepatitis varisela relatif sering dan biasanya
subklinis, tetapi beberapa anak menderita muntah berat, yang harus dibedakan dari muntah
akibat sindrom Reye. Trombositopenia akut, yang disertai dengan petekie, purpura, vesikel,
hemoragik, hematuria, dan perdarahan saluran cerna merupakan komplikasi yang jarang
biasanya sembuh sendiri. Komplikasi lain varisela yang jarang adalah nefritis, sindrom
nefrotik, sindrom hemolitik uremik, arthritis, miokarditis, perikarditis, pankreatitis dan
orkitis. 2,10

2.9 Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit. 1

2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat simptomatik dengan antipiretik dan analgesik, untuk menghilangkan
rasa gatal diberikan sedatif. Analgetik dan antipiretik dapat diberikan asetaminofen.
Simptomatik lokal dapat diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal (mentol,
kamfora) untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta menghilangkan rasa gatal.
Dapat diberikan bedak salisilat 1% dan mencegah infeksi sekunder (misal dengan kuku
9
digunting agar pendek, mengganti pakaian dan alas tempat tidur sesering mungkin). Bila
terdapat infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika. 6,9
Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang
sama dan telah digunakan sejak tahun 1983. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus
aminobenzen. Efek analgesik parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu
tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral salisilat. 9,10
Asam salisilat sangat iritatif sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya yang
dapat dipakai secara sistemik, adalah ester salisilat dari asam organik dengan substitusi pada
gugus hidroksil, misalnya asetosal. Asam salisilat diabsorpsi cepat dari kulit sehat, terutama
bila dipakai sebagai obat gosok atau salep. Asam salisilat berbentuk bubuk, digunakan
sebagai keratolitik dengan dosis tergantung dari penyakit yang akan diobati. 9
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis analog nukleosida
purin. Asiklovir efektif terhadap infeksi virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2, termasuk
herpes mukokutaneus jenis kronis dan rekurens pada pasien yang terganggu fungsi
imunologiknya (imunokompromised), juga diindikasikan untuk HSV ensefalitis, neonatus
dan VZV (Virus Varisela Zoster). 2
Asiklovir setelah masuk ke dalam sel yang terinfeksi, oleh timidinkinase virus akan
diubah menjadi monofosfatnya dan kemudian oleh kinase sel sendiri diubah menjadi senyawa
trifosfat. Zat yang terakhir ini merupakan senyawa yang sesungguhnya menghambat DNA
polimerase yang spesifik pada virus. Afinitas enzim virus terhadap asiklovir sekitar 200 kali
lebih besar daripada afinitas enzim mamalia. Ini menunjukkan kerja selektifnya relatif
terhadap virus. Setelah infus iv, zat akan terdistribusi dengan cepat dalam jaringan. Waktu
paruh eliminasi plasma adalah sekitar 3 jam. Ekspresi terutama terjadi melalui ginjal.
pengaturan dosis (sebagai infus tetes) adalah 5 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari. Efek
samping yang terjadi (jarang) ialah eksantema serta kenaikan kadar kreatinin dan urea dalam
darah. 4
Dosis pengobatan varisela dan herpes zoster; 800 mg 5 kali sehari selama 7 hari. Anak,
varisela : 20 mg/kgBB (maksimal 800 mg) 4 kali sehari selama 5 hari. Di bawah 2 tahun :
200 mg 4 kali sehari, 2 – 5 tahun 400 mg 4 kali sehari. Diatas 6 tahun 800 mg 4 kali sehari. 4,9
Vidarabine atau adenin arabinoside in vitro mempunyai sifat antivirus terhadap virus V –
Z. Vidarabine dapat digunakan dengan hasil yang baik pada penderita pneumonia varisela.

10
Dosis yang dianjurkan ialah 15 mg/kg/hr tidak toksik terhadap sumsum tulang dan tidak
menekan respon imun. 6
Vidarabine merupakan analog adenosine yang mulanya digunakan sebagai sitostatika.
Senyawa ini mencegah terutama dengan menghambat DNA polymerase perbanyakan virus
intrasel. Senyawa ini dapat juga dipakai sebagai parenteral pada bentuk yang parah infeksi
herpes simpleks dan virus varisela zoster. Akan tetapi secara sistemik tidak digunakan lagi
karena asiklovir yang baru dikembangkan mempunyai efek samping yang lebih sedikit dan
bekerja lebih aman. Untuk pemakaian secara lokal biasanya vidarabine digunakan dalam
kadar 3%. Pada penggunaan secara parenteral efek samping yang timbul disamping nausea,
muntah dan diare, kadang-kadang timbul reaksi neurotoksik terutama pada pasien dengan
insufisiensi ginjal dan hati. Disamping itu pada dosis tinggi dapat terjadi bahaya leukopenia.
4,6

2.11 Pencegahan
1. Vaksinasi
Vaksin varicella terdiri dari virus varicella yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella
di USA sejak tahun 1955 telah menurunkan angka insidensi dan kematian yang disebabkan
oleh varicella. Pemberian vaksin varicella telah memberikan perlindungan terhadap varicella
hingga 71 – 100%, dan vaksin lebih efektif apabila diberikan pada anak setelah berusia 1
tahun. 2
Pada anak-anak yang kurang dari 13 tahun pemberian vaksin varicella direkomendasikan
dengan dosis tunggal, sedangkan pada anak-anak yang lebih besar dengan dua dosis yang
diberikan dengan interval waktu 4-8 minggu. Efek samping dari pemberian vaksin serigkali
terjadi 42 hari setelah imunisasi, dan pada umumnya terjadi bila diberikan pada anak sebelum
14 bulan, setelah vaksin MMR, dan bila anak medapat steroid peroral. 2
2. Imunoglobin Varicella Zooster (VZIG)
1. Diberikan sebagai profilaksis setelah terpapar virus, dan terutama pada orang-
orang dengan resiko tinggi
2. Dosis yang diberikan adalah 125 IU/10 KgBB. 125 IU adalah dosis minimal,
sedangkan dosis maksimal adalah 625 IU dan diberikan secara intramuskuler
3. VZIG hanya mengurangi komplikasi dan menurunkan angka kematian varicella
sehingga pada orang-orang yang tidak megalami gangguan imunologi lebih baik
diberikan vaksin varicella.
11
Indikasi pemberian VZIG : 4
1. Mereka yang dikotraindikasikan mendapat vaksinasi varisela
2. Neonatus yang ibunya mengalami gejala varisela dalam 5 hari sebelum hingga 2 hari
setelah pajanan
3. Pajanan pasca natal pada bayi premature (usia gestasi < 28 minggu atau berat lahir <
1000 gram)
4. Ibu hamil yang terpajan
5. Petugas rumah sakit yang rentan terinfeksi
6. Anak sehat yang berisiko sakit
Pemberian VZIG ini harus mempertimbangkan : 1) apakah pasien termasuk kelompok
yang rentan, 2) apakah pajanan tersebut akan (kemungkinan besar) menimbulkan sakit, dan
3) apakah passion berisiko lebih besar umntuk mengalami komplikasi dibandingkan dengan
populasi umum. VZIG diberikan dalam kurun waktu 72 jam pasca pajanan atau dalam 96 jam
pada pasien imunokompromais. Efek proteksi VZIG ini diharapkan mampu bertahan hingga
kira-kira 3 minggu. Sebaliknya, VZIG dikontraindikasikan pada pasien yang sudah pernah
menerima vaksinasi varisela dan sudah seropositif. 4
Dosis VZIG yang direkomendasikan adalah 1125 unit/10 kgBB (minimal 125 U dan
maksimal 625 U) secara intramuskular. Pemeberian VZIG relative amaan dengan efek
samping minimal berupa rasa nyeri dan bengkak di daerah injeksi pada 1% pasien; keluhan
gastrointestinal, pusing dan ruam terjadi pada > 0,2%; sementara anafilaktik syok dan
angioneurotik edema hanya pada > 0,1% resipien. 4
Menurut leavell dan Clark dalam bukunya yang berjudul “Preventive for The Doctor in
his Community” membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat
dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha pencegahan tersebut dapat
diterapkan pada penyakit varisela, usaha-usaha pencegahan tersebut adalah:
A. Masa sebelum sakit
a. sebelum terjadinya infeksi varisela, dilakukan upaya untuk mempertinggi nilai
kesehatan masyarakat dengan upaya Health Promotion. Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya Contohnya:
1. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya
2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan : penyediaan air bersih, perbaikan
cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah kepad a masyarakat

12
3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik
b. memberikan perlindungan khusus terhadap penyakit varisela (specific protection).
Pencegahan pada cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memilkiki resiko tinggi mengalami
komplikasi bias diberikan Varicella zoster immunoglobulin (VZIG). VZIG adalah
antibodi IgG terhadap virus VZV dengan dosis pemberian satu vial untuk 10 kg
berat badan secara intramuscular. VZIG profilaksi diindikasikan untuk individu
berisiko tinggi, termasuk anak-anak immunodefisiensi, wanita hamil yang pernah
mempunyai kontak langsung dengan penderita varisela, dan neonatal yang
terekspose oleh ibu yang terinfeksi varisela. Kemudian usaha lain yaitu dengan
mengisolasi penderita varisela agar tidak menular kepada orang lain.
B. Masa Sakit
a. mengenali dan mengetahui penyakit varisela pada tingkat awal serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and promt treatment).
b. pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan oleh varisela (disability limitation).
C. Rehabilitasi
Merupakan usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri
dan masyarakat, semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

13
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep –
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Konsep hanya
dapat diamati dan diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel.
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota kelompok yang
berbeda dengan kelompok lain. Variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen
(bebas, sebab, mempengaruhi) dan variabel dependen (tergantung, akibat, terpengaruh). 7

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah :

Faktor Karakteristik :

Umur
Penyakit varisela
Jenis kelamin

Status pendidikan anak

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

No Nama Definisi Operasional Alat Cara Ukur Hasil ukur/ Skala


Variabel Ukur kategori ukur

1 Umur Umur penderita Rekam Melihat 1 – 4 tahun Interval


varisela yang tercantum medik status pasien
5 – 9 tahun
pada rekam medik
10 – 15 tahun

14
2 Jenis Jenis kelamin penderita Rekam Melihat Laki-laki Nominal
kelamin varisela yang tercantum medik status pasien Perempuan
pada rekam medic

3 Status Status pendidikan yang Rekam Melihat Belum Ordinal


pendidikan ditempuh oleh pasien medik status pasien sekolah
anak
Sekolah

3.3 Hipotesis Penelitian


a. H0 : Tidak ada hubungan antara umur dengan terjadinya penyakit varisela pada anak

b. H0 : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya penyakit varisela pada
anak

c. H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan terjadinya penyakit varisela
pada anak

15
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian adalah jenis penelitian analitik dengan desain pendekatan case control
dengan cara membandingkan kelompok kasus dengan kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya. Untuk menilai dari kasusnya terlebih dahulu lalu mencari faktor penyebab dari
kasus tersebut.

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian


• Penelitian ini dilakukan di Poli Anak Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Lubuk Pakam 2015.
• Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Poli Anak Rumah Sakit Umum
Deli Serdang Lubuk Pakam
• Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa dirumah sakit tersebut
memiliki data rekam medik yang nantinya mempermudah peneliti dalam
pengumpulan data yang sesuai peneliti butuhkan.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang ke poli anak Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam pada bulan Agustus 2015.
a. Populasi kasus adalah seluruh pasien anak yang menderita penyakit varisela di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam pada bulan Agustus 2015 dengan
jumlah 52 orang.

16
b. Populasi kontrol adalah pasien anak yang bukan menderita penyakit varisela di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang pada bulan Agustus 2015 dengan jumlah
104 orang.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah populasi yang diteliti yang menganggap mewakili seluruh populasi.
Sampel penelitian ini terdiri dari :
a. Sampel kasus adalah seluruh pasien anak yang menderita penyakit varisela di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam yang datang ke poli anak pada bulan
Agustus 2015 dengan jumlah 52 orang. Teknik pengambilan sampel pada kasus
adalah total sampling, dimana seluruh populasi kasus menjadi sampel.
b. Sampel kontrol adalah pasien anak yang bukan menderita penyakit varisela di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam yang datang ke poli anak pada bulan
Agustus 2015 dengan jumlah 52 orang. Teknik pengambilan sampel untuk control
adalah simple random sampling, dimana setiap anggota atau unit populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

4.4 Pengolahan Data


a. Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk mengecek nama dan kelengkapan identitas
pasien yang dilakukan secara manual.
b. Coding
Memberi kode atau angka tertentu pada data secara manual sebelum diolah ke
program komputer.
c. Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data kedalam program komputer.
d. Pembersihan data (cleaning data)
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer untuk
menghindari terjadi kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving
Penyimpanan data.

4.5 Analisis data


4.5.1 Analisis Univariat

17
Analisis data univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel
dependen itu penyakit varisela dan variabel independen yaitu umur, jenis kelamin dan
status pendidikan anak.
4.5.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauh mana hubungan variabel bebas
(umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu) terhadap variabel terikat kejadian
penyakit varisela dengan menggunakan uji Chi-Square dan menggunakan statistical
product and service solution (SPSS). Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini
adalah α = 0,05. Jika nilai p < α, maka Ho ditolak.

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum Daerah yang teletak pada Kota Lubuk
Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

5.1. Hasil Analisis Univariat

5.1.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden Kasus varisela di Rumah Sakit Umum Deli
Serdang Lubuk Pakam

18
Usia (tahun) Frekuensi (anak) Persentase(%)

1-4 2 3.8

5-9 23 44.2

10-15 27 51.9

Total 52 100.0

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden Kasus varisela di Rumah Sakit Umum
Deli Serdang Lubuk Pakam

Berdasarkan tabel 5.1. diatas umur responden terbanyak adalah 10-15 tahun yaitu sebanyak
27 responden (51.9%), usia 5-9 tahun sebanyak 23 responden (44.2%), usia 1-4 tahun
sebanyak 2 responden (3.8%).

5.1.2. Distribusi Frekuensi Usia Responden Kontrol di Rumah Sakit Umum Deli
Serdang Lubuk Pakam

Usia (tahun) Frekuensi (anak) Persentase (%)

1-4 6 11.5

5-9 20 38.5

19
10-15 26 50.0

Total 52 100.0

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Usia Responden Kontrol di Rumah Sakit Umum Deli
Serdang Lubuk Pakam

Berdasarkan tabel 5.2. diatas umur responden terbanyak adalah 10-15 tahun yaitu sebanyak
26 responden (50.0%), usia 5-9 tahun sebanyak 20 responden (38.5%), usia 1-4 tahun
sebanyak 6 responden (11.5%).

5.1.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Kasus varisela di Rumah Sakit
Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Jenis kelamin Frekuensi (anak) Persentase (%)

Laki-laki 40 76.9

Perempuan 12 23.1

Total 52 100.0

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Kasus varisela di Rumah
Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Berdasarkan tabel 5.3. diatas jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 40
responden (76.9%), dan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 responden (23.1%).

5.1.4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Kontrol di Rumah Sakit Umum
Deli Serdang Lubuk Pakam

20
Jenis kelamin Frekuensi (anak) Persentase (%)

Laki-laki 25 48.1

Perempuan 27 51.9

Total 52 100.0

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Kontrol di Rumah Sakit
Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Berdasarkan tabel 5.4. diatas jenis kelamin responden terbanyak perempuan sebanyak 27
responden (51.9%), dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 25 responden (48.1%).

5.1.5. Distribusi Frekuensi Status Pendidikan Responden Kasus varisela di Rumah


Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Status Pendidikan Frekuensi (anak) Persentase (%)

Belum bersekolah 4 7.7

Bersekolah 48 92.3

Total 52 100.0

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Status Pendidikan Responden kasus varisela di Rumah
Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Berdasarkan tabel 5.5. diatas bahwa status Pendidikan responden terbanyak adalah yang
bersekolah sebanyak 48 responden (92.3%),yang belum bersekolah sebanyak 4 responden
(7.7%).

21
5.1.6. Distribusi Frekuensi Status Pendidikan Responden Kontrol di Rumah Sakit
Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Status Pendidikan Frekuensi (anak) Persentase (%)

Belum bersekolah 14 26.9

Bersekolah 38 73.1

Total 52 100.0

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Status Pendidikan Responden kontrol di Rumah Sakit
Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Berdasarkan tabel 5.6. diatas bahwa status Pendidikan responden terbanyak adalah yang
bersekolah sebanyak 38 responden (73.1%),yang belum bersekolah sebanyak 14 responden
(26.9%).

5.2 Hasil Analisis Bivariat

5.2.1. Faktor Usia dengan Varisela di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Usia (tahun) Kasus (anak) Kontrol p-value


(anak)

0.328

1-4 2 6

5-9 23 20

22
10-15 27 26

Tabel 5.7. Faktor Usia dengan Varisela di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk
Pakam

Dari tabel 5.7. diatas diketahui bahwa usia 1-4 tahun yang menderita Varisela
sebanyak 2 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 6 orang . Usia 5-9 tahun yang
menderita Varisela sebanyak 23 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 20 orang.
Usia 10-15 tahun yang menderita Varisela sebanyak 27 orang dan yang tidak menderita
Varisela sebanyak 26 orang. Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0.328.

5.2.2. Faktor Jenis Kelamin dengan Varisela di Rumah Sakit Umum Deli Serdang
Lubuk Pakam

Jenis kelamin Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)


(anak) (anak)

0.002

Laki-laki 40 25 3.600 (1.548– 8.371)

Perempuan 12 27

Tabel 5.8. Faktor Jenis Kelamin dengan Varisela di Rumah Sakit Umum Deli Serdang
Lubuk Pakam

Dari tabel 5.8. diatas diketahui bahwa laki-laki yang menderita Varisela sebanyak 40
orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 25 orang. Perempuan yang menderita
Varisela sebanyak 12 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 27 orang. Dari hasil
uji chi-square diperoleh nilai p=0.002. Didapatkan Odd Ratio 3,6 yang berarti laki-laki
memiliki resiko 3,6 kali lebih besar terkena Varisela dari pada perempuan.

23
5.2.3. Faktor Status Pedidikan dengan Varisela di Rumah Sakit Umum Deli Serdang
Lubuk Pakam

Status Pedidikan Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)


(anak) (anak)

0.010

Belum 0.226 (0.069 – 0.743)


4 14
Bersekolah

Bersekolah 48 38

Tabel 5.9. Faktor Status Pedidikan dengan Varisela di Rumah Sakit Umum Deli
Serdang Lubuk Pakam

Dari tabel 5.9. diatas diketahui bahwa responden yang belum bersekolah yang
menderita Varisela sebanyak 4 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 14 orang.
Responden yang bersekolah dan menderita Varisela sebanyak 14 orang dan yang tidak
menderita Varisela sebanyak 38 orang. Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,010.
Didapatkan Odd Ratio 0.226 yang berarti seseorang yang bersekolah memiliki resiko 0.226
kali lebih besar dari pada yang belum bersekolah.

24
BAB 6

PEMBAHASAN

6.1. Hubungan Faktor Usia dengan Varisela

Hasil analisa data menunjukkan bahwa usia 1-4 tahun yang menderita Varisela
sebanyak 2 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 6 orang . Usia 5-9 tahun yang
menderita Varisela sebanyak 23 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 20 orang.
Usia 10-15 tahun yang menderita Varisela sebanyak 27 orang dan yang tidak menderita
Varisela sebanyak 26 orang. Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0.328. (P >0,05)
yang menunjukkan tidak adanya hubungan statistik yang bermakna antara usia dengan
Varisela.

6.2. Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Varisela

Hasil analisa data menunjukkan bahwa laki-laki yang menderita Varisela sebanyak 40
orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 25 orang. Perempuan yang menderita
Varisela sebanyak 12 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 27 orang. Dari hasil
uji chi-square diperoleh nilai p=0.002 (P<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan statistik
yang bermakna antara jenis kelamin dengan Varisela. Dikarenakan anak laki-laki cenderung
berinteraksi dengan lingkungan luar dibandingkan dengan perempuan.

6.3. Hubungan Faktor Status Pendidikan dengan Varisela

Hasil analisa data menunjukkan bahwa responden yang belum bersekolah yang
menderita Varisela sebanyak 4 orang dan yang tidak menderita Varisela sebanyak 14 orang.
Responden yang bersekolah dan menderita Varisela sebanyak 14 orang dan yang tidak
menderita Varisela sebanyak 38 orang. Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,010. (P <
0,05) yang menunjukkan adanya hubungan statistik yang bermakna antara status pendidikan
dengan Varisela. Dikarenakan anak yang statusnya bersekolah lebih beresiko terkena varisela

25
sebab mereka lebih sering berhubungan secara berkelompok seperti bermain, belajar didalam
kelas.

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Tidak adanya hubungan antara usia dengan Varisela di Rumah Sakit Rumah Sakit
Umum Daerah Deli Serdang , karena hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,328. (P
>0,05) yang menunjukkan tidak adanya hubungan statistik yang bermakna antara usia
dengan Varisela.

2. Adanya hubungan antara jenis kelamin dengan Varisela di Rumah Sakit Rumah Sakit
Umum Daerah Deli Serdang, karena hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,002
(P<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan statistik yang bermakna antara jenis
kelamin dengan Varisela.

3. Adanya hubungan antara status pendidikan dengan Varisela di Rumah Sakit Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang, karena hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,010.
(P < 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan statistik yang bermakna antara status
pendidikan dengan Varisela.

7.2. Saran

1. Bagi masyarakat, agar memperbaiki kualitas hidup, terutama terhadap hal-hal yang
terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan Varisela. Seperti imunisasi
dan perbaikan status gizi

2. Bagi Depkes RI, agar dapat memfasilitasi dalam hal pemberian imunisasi pada anak
dan penyediaan petugas kesehatan yang ahli di bidangnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A. dan Varisela. , 2011. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hassan, R. dan Alatas, H. , 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Istiantoro Yati , H. , 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kurniawan, M. dkk. , 2009. Pada Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita
Harapan.
Nelson, WE. dan Varisela. , 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Vol. 2. Alih
Bahasa: Wahab S.A. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. , 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Rampengan, TH. , 2005. Penyakit Infeksi Tropis Pada Anak. Jakarta: EGC.
Siregar. , 2005. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Soedarmo. dkk . , 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.
Widoyono. , 2011. Penyakit Tropis Epdemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

27

Anda mungkin juga menyukai