Anda di halaman 1dari 13

M. Fadhlan S. Intan.

Geologi Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan

GEOLOGI SITUS GUA BATU, DESA NAPAL LICIN, KECAMATAN ULU


RAWAS, KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA,
PROVINSI SUMATERA SELATAN
The Geology of Batu Cave Site, Napal Licin Village, Rawas Ulu Subdistrict,
North Musi Rawas Regency, South Sumatera Province

Muhammad Fadlan Syuaib Intan


Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jl. Raya Condet Pejaten No. 4 Jakarta Selatan 12510
geobugis@yahoo.co.id

Abstrak
Gua Batu merupakan gua tebing dengan dengan ketinggian 189 meter diatas permukaan
air laut. Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan geologi permukaan
secara umum dan tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi geologi yang meliputi aspek
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sumber bahan alat litik. Metode penelitian
diawali dengan kajian pustaka, survei lapangan, dan interpretasi data lapangan. Situs Gua
Batu dan sekitarnya terbagi atas empat satuan morfologi yaitu satuan morfologi dataran,
satuan morfologi bergelombang lemah, satuan morfologi bergelombang kuat, satuan
morfologi karst. Batuan penyusun adalah aluvial berumur Holosen, serpih berumur Miosen
Awal, batulanau berumur Oligosen-Miosen Awal, dan batugamping berumur Jura–Kapur.
Alat litik di Situs Gua Batu berbahan batuan chert, rijang, andesit, jasper, dan fosil kayu,
bahan bakunya diperoleh dari Sungai Air Rawas. Alat litik lain yang ditemukan melimpah
adalah jenis obsidian yang berlokasi di Bukit Hulu Simpang dan Bukit Legal Tinggi.

Kata kunci: Geologi; Gua; Sumber Bahan Baku

Abstract. Batu Caves is cave cliff with a height of 189 meters above sea level and altitude
30 meters from the Plains, as well as the directional face N230°E (southwest) and slope 60°.
The purpose of this study was to conduct a mapping of surface geology in General and the
goal is to find out the condition of geology which covers aspects of geomorphology,
geology, stratigraphy, structure resources lytic tool. Research method begun with a
literature review, a survey of the field, and it’s interpretation. Batu Caves and the
surrounding site was divided into four morphological units i.e. units of the morphology of
the Plains, undulating weak morphology unit, a unit of the powerful, rugged morphology of
unit karst morphology. Constituent rocks are alluvial Holocene age, shale of Early Miocene
age, siltstone age of the Oligocene-Early Miocene, and limestone was Jura–Chalk. Lithic
tool on Batu Cave Site are made of chert, flint, andesite, jasper, and fossillized Wood Its
raw material retrieved from River Water Rawas. Other lithic tool found abundant was obsi-
dian. The source is located at the junction of Hulu Simpang and Legal Tinggi Hill.

Keywords: Geology; Cave; Raw Material Source

1. Pendahuluan antara 102°4’0’’ Bujur Timur - 103°22’13’’


Musi Rawas Utara (Muratara) merupakan Bujur Timur dan 2°19’15’’ Lintang Selatan
salah satu kabupaten dalam wilayah - 3°6’30’’ Lintang Selatan. Luas wilayah
Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis, Kabupaten Musi Rawas Utara adalah seluas
Kabupaten Musi Rawas Utara terletak 6.008,55 km2/600.865,51 Ha. Wilayah

Naskah diterima 03/05/2016; Revisi diterima 26/11/2016; Disetujui 29/11/2016 129


Siddhayatra Vol. 21 (2) November 2016: 129-141

terluas dimiliki oleh Kecamatan Ulu Rawas permasalahan struktur geologi daerah
dengan luas mencapai 24,18 persen dari telitian (struktur geologi apa saja yang
total luas wilayah kabupaten ini. Batas mengontrol daerah telitian). Maksud dari
administratif Kabupaten Musirawas Utara, penelitian ini adalah untuk melakukan
di sebelah utara dengan Kabupaten pemetaan geologi permukaan secara umum
Sarolangun, Provinsi Jambi, di sebelah sebagai salah satu upaya untuk menyajikan
selatan dengan, Kabupaten Musi Rawas, di informasi geologi yang ada, serta melakukan
sebelah barat dengan Kabupaten Lebong, suatu analisa berdasar atas data pada daerah
Provinsi Bengkulu, dan di sebelah timur telitian, kemudian dibuat suatu laporan
dengan Kabupaten Musi Banyuasin (BPS, penelitian untuk melengkapi penelitian di
2015). Situs Gua Batu. Tujuan penelitian yaitu
Batasan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui kondisi geologi yang
hanya mengkaji lingkup Situs Gua Batu, meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi,
Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas, struktur geologi, sumber bahan alat litik.
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Penelitian ini di fokuskan di Situs Gua
Sumatera Selatan. Rumusan masalah dalam Batu dan sekitarnya, yang termasuk wilayah
penelitian ini adalah a) bagaimana kondisi administratif Desa Napal Licin, Kecamatan
bentang alam daerah telitian (satuan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara,
geomorfik, pola dan stadia sungai); b) Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi penelitian
bagaimana stratigrafi daerah telitian (kontak tercantum pada Peta Topografi Lembar
antar satuan batuan) dan; c) bagaimana Sarolangun Indonesia, Sheet SA 48-9, Series

Gambar 1. Keletakan Situs Gua Batu Peta Topogr afi (Sumber : Lembar Sar olangun Indonesia Sheet SA
48-9, Series T503, Edition 1-AMS, 1954).

130
M. Fadhlan S. Intan. Geologi Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan

T503, Edition 1-AMS (1954), berskala kandungan mineral, tekstur, struktur,


1:250.000. fragmen, matriks, semen. Hasil analisis
akan memberikan produk nama batuan.
2. Metode 2. Geomorfologi, penentuan bentuk bentang
Metode penelitian yang digunakan dalam alam akan mempergunakan Sistem
penelitian ini, dilakukan dengan beberapa Desaunettes (1977), yang didasarkan atas
tahap, yang diawali dengan kajian pustaka, besarnya kemiringan lereng dan beda
dilakukan dengan mempelajari lokasi tinggi relief suatu tempat. Hasilnya
penelitian dari peneliti terdahulu, buku, adalah pembagian wilayah berdasarkan
jurnal, maupun dari internet. Kemudian ketinggian dalam bentuk prosentase
dilakukan survei lapangan, yaitu mengamati lereng. Pengamatan sungai dilakukan
keadaan geomorfologi yang mencakup untuk melihat pola pengeringan (drainage
bentuk bentang alam, dan bentuk sungai basin), misalnya klasifikasi berdasar atas
beserta stadianya. Pengamatan juga kuantitas air, pola dan stadia sungai (lihat
dilakukan pada karakter lithologi yang Desaunettes 1977).
mencakup jenis batuan, batas penyebaran 3. Struktur Geologi: Pengamatan struktur
batuan, dan urut-urutan pengendapan. geologi di lapangan akan dilanjutkan
Selanjutnya struktur geologi yang terdapat melalui analisis jenis struktur, misalnya
di wilayah penelitian, misalnya patahan patahan (fault) apakah jenis patahan
(fault), lipatan (fold) dan kekar (joint) normal (normal fault), patahan naik
melalui pengukuran jurus (strike) dan (thrust fault), patahan geser (strike fault)
kemiringan (dip). dan sebagainya. Lipatan (fold) apakah
Selama survei telah dilakukan pengambil sinklin ataukah antiklin. Kekar (joint)
-an sampel batuan yang akan digunakan apakah kekar tiang (columnar joint) atau
dalam analisa laboratorium. Terakhir yaitu kekar lembar (sheet joint).
analisis berupa deskripsi temuan lapangan Data-data dari kajian pustaka dengan hasil
serta analisis lebih lanjut di laboratorium lapangan dan laboratorium dikompilasi-kan
dan pembuatan peta (misalnya peta geologi, dengan hasil penelitian penulis, dan langkah
peta geomorfologi). Langkah analisis akan terakhir dilakukan interpretasi peta geologi
disesuaikan dengan kebutuhan dan urutan dan peta topografi.
kerja geologi, yaitu:
1. Lithologi, sampel batuan di analisis, 3. Hasil dan Pembahasan
melalui petrologi, unsur batuan yang di 3.1 Lokasi dan Data Fisik Situs Gua Batu
analisis adalah jenis batuan, warna, Gua Batu (Gua Napal Licin) merupakan

131
Siddhayatra Vol. 21 (2) November 2016: 129-141

Gambar 2. Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan
(foto: dok. Balar Sumsel).

Gambar 3. Keletakan Situs Gua Batu dalam kontur ketinggian wilayah administr atif Kecamatan
Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan (topografi: Jarvis et al. 2008)

132
M. Fadhlan S. Intan. Geologi Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan

gua tebing yang termasuk wilayah arkeologis yang ditemukan di Situs Gua
administratif Desa Napal Licin, Kecamatan Batu adalah alat-alat litik, fragmen gerabah,
Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara, sisa vertebrata, sisa moluska, arang, dan sisa
Provinsi Sumatera Selatan. Situs Gua Batu hematit. Alat-alat litik terdiri dari obsidian.
berada di wilayah Taman Nasional Kerinci chert, rijang, andesit, jasper, dan fosil kayu
Seblat (TNKS). Secara geografis Situs Gua (Fauzi, et al. 2015).
Batu terletak pada koordinat 02°41’41,6”
Lintang Selatan dan 102°21’01,6” Bujur 3.2 Geologi Gua Batu dan Sekitarnya
Timur, dengan dengan ketinggian 189 Bemmelen (1949) membagi Pulau
meter diatas permukaan air laut dan Sumatera secara fisiografi regional kedalam
ketinggian dari dataran 30 meter. Situs Gua 6 zona yaitu, 1) Zona Jajaran Barisan; 2)
Batu tercantum pada Peta Topografi Lembar Zona Semangko; 3) Zona Pegunungan Tiga
Sarolangun Indonesia, Sheet SA 48-9, Series Puluh; 4) 4. Zona Kepulauan Busur Luar; 5)
T503, Edition 1-AMS (1954), berskala Zona Paparan Sunda dan; 6) Zona Dataran
1:250.000. Rendah dan Berbukit. Daerah penelitian,
Situs Gua Batu berarah hadap N230°E merupakan bagian dari Cekungan Sumatera
(barat daya) dan termasuk pada kategori gua Selatan yang terletak diantara Paparan
yang kena sinar matahari terbenam, dengan Sunda pada sebelah timur laut dan jalur
kemiringan lereng 60°. Sirkulasi udara yang tektonik Bukit Barisan di sebelah baratdaya.
sedang serta intensitas sinar yang bagus- Sedangkan batas cekungan disebelah
sedang. Ornamen yang terdapat di gua ini baratlaut dan barat adalah Tigapuluh High,
adalah flow stone, pilar, stalaktit dan dan sebelah tenggara maupun timur dibatasi
stalagmit. Di sebelah barat Situs Gua Batu oleh daerah Lampung High. Geologi Situs
dengan jarak 70 meter mengalir Sungai Air Gua Batu dan sekitarnya, yang akan
Rawas dengan arah barat laut ke arah diuraikan adalah tentang kondisi geologi dan
tenggara. Batuan penyusun Situs Gua Batu aspek-aspek geologi lainnya (bentang alam,
adalah batugamping (limestone) termasuk stratigrafi, dan struktur geologi), yang erat
pada jenis batuan sedimen yang berumur kaitannya dengan keberadaan situs tersebut
Jura hingga Kapur. dan sekitarnya sebagai berikut:
Menurut klasifikasi morfologi karst
menurut Sweeting (dalam Tjia 1987), maka 3.2.1 Geomorfologi
Gunung Karang Nato (tempat Situs Gunung Morfologi atau bentuk bentang alam
Batu) dapat dimasukkan ke dalam morfologi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a)
karst tropis (Tjia 1987). Tinggalan lithologi; b) struktur geologi; c) stadia

133
Siddhayatra Vol. 21 (2) November 2016: 129-141

daerah dan; d) Tingkat perkembangan erosi hulu pertama di Gunung Bujang (1951
(Thornbury, 1964). Berdasarkan hal meter) dan hulu kedua di Bukit Lumut (1500
tersebut, maka secara umum bentang alam meter). Dari Gunung Bujang, bernama
(morfologi) di Situs Gua Batu dan Sungai Simpang Kanan, dan dari Bukit
sekitarnya pada pengamatan lapangan, Lumut bernama Sungai Simpang Kiri.
memperlihatkan kondisi dataran Kedua sungai ini menyatu di barat laut Bukit
bergelombang. Kondisi bentang alam seperti Hulu Simpang Kiri (1003 meter) dan
ini, apabila di klasifikasikan dengan berubah nama menjadi Sungai Air Rawas,
mempergunakan Sistem Desaunettes, 1977 dan selanjutnya bermuara di Sungai Musi.
(dalam Todd, 1980), yang berdasarkan atas Sungai-sungai yang lebih kecil dari
besarnya prosentase kemiringan lereng dan Sungai Air Rawas (sungai induk) di Situs
beda tinggi relief suatu tempat, maka Gua Batu dan sekitarnya adalah Sungai
wilayah penelitian terbagi atas empat satuan Keruh (berarah dari utara ke selatan),
morfologi yaitu: a) satuan morfologi dataran sedangkan yang berarah dari selatan ke utara
dengan prosentase kemiringan lereng antara adalah Sungai Kerah, Sungai Kulus, Sungai
0 - 2%; b) satuan morfologi bergelombang Senawar, dan Sungai Mengkulan, serta
lemah dengan prosentase kemiringan lereng beberapa sungai kecil lainnya yang tak
antara 2 - 8%; c) satuan morfologi bernama. Sungai-sungai tersebut bermuara
bergelombang kuat dengan prosentase di Sungai Air Rawas.
kemiringan lereng antara 8-16% dan; d) Sungai Air Rawas dan anak-anak
satuan morfologi karst. Ketinggian wilayah sungainya, termasuk pada kelompok sungai
penelitian dan sekitarnya, secara umum yang berstadia Sungai Dewasa-Tua (old-
adalah 100 – 800 meter diatas permukaan mature river stadium), dan Stadia Sungai
airlaut. Tua (old river stadium). Keseluruhan sungai
Pola pengeringan permukaan (surface -sungai besar dan kecil di Situs Gua Batu
drainage pattern) sungai-sungai di Situs dan sekitarnya, memberikan kenampakan
Gua Batu dan sekitarnya, secara umum Pola Pengeringan Dendritik, dan Pola
menunjukkan arah aliran dari arah selatan ke Pengeringan Rectangular. Berdasarkan
arah utara dan dari arah utara ke arah klasifikasi atas kuantitas air di Wilayah
selatan, menuju ke sungai induk yaitu Kikim dan sekitarnya, maka sungai-sungai
Sungai Air Rawas dan selanjutnya menyatu tersebut, termasuk pada Sungai Periodik/
di Sungai Musi, serta mengikuti bentuk Permanen (Lobeck, 1939; Thornbury,
bentang alam lokasi penelitian. Sungai Air 1964). Dengan memperhatikan tebing-tebing
Rawas (sungai induk) mempunyai dua hulu, di sepanjang Sungai Air Rawas di lokasi

134
M. Fadhlan S. Intan. Geologi Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan

penelitian, memperlihatkan adanya lapisan sedimen mekanik (epyclastic) (Huang


kerakal (pebble), maka dapat ditarik suatu 1962). Batuan serpih (shale) tersingkap di di
asumsi bahwa Sungai Air Rawas tersebut, bawah Jembatan Sungai Keruh di Desa
telah mengalami peremajaan (rejuvination) Napal Licin. Lokasi ini merupakan kontak
(Lobeck 1939; Thornbury 1964). batuan antara batuan serpih dengan batu
lanau. Batuan serpih tersebut dapat
3.2.2 Stratigrafi disebandingkan dengan Formasi Kasiro
Lokasi Situs Gua Batu dan sekitarnya (Tmk) yang berumur Miosen Awal
tercantum pada Peta Geologi Lembar (Suwarna et al. 1992).
Sarolangun yang disusun oleh Suwarna et al c. Batulanau (siltstone)
(1992). Pada peta geologi tersebut, Berdasarkan hasil analisis petrologi,
singkapan batugamping di Bukit Karangnato batulanau (siltstone), termasuk jenis batuan
tidak tergambarkan karena berskala sedimen mekanik (epyclastic) (Huang
1:250.000, sehingga dalam pembuatan peta 1962). Batulanau teramati dengan baik di
batuan dan stuktur, skala peta diperbesar, sebelah kanan jalan raya menuju Desa Kuto
gugusan batugamping Bukit Karangnato Tanjung. Batulanau tersebut dapat
bisa diperlihatkan. Situs Gua Batu dan disebandingkan dengan Formasi Papan
sekitarnya, yang merupakan wilayah Betupang (Tomp) yang berumur Oligosen
penelitian tersusun oleh batuan yang tertua hingga Miosen Awal (Suwarna et al. 1992).
adalah Batugamping (limestone) yang d. Batugamping (limestone)
berumur berumur Jura hingga Kapur, dan Berdasarkan hasil analisis petrologi,
batuan termuda adalah Aluvial yang batugamping (limestone) termasuk pada
berumur Holosen. jenis batuan sedimen kimia (Pettijohn,
a. Aluvial 1975). Batugamping di Situs Gua Batu dapat
Terdiri dari pasir, lanau, dan lempung disebandingkan dengan Anggota Mersif
serta merupakan hasil pelapukan batuan Formasi Peneta (KJpm) yang berumur Jura
penyusun wilayah penelitian. Satuan batuan hingga Kapur (Suwarna et al. 1992).
ini terhampar di satuan morfologi dataran
dan di sepanjang sungai-sungai induk di 3.2.3 Struktur Geologi
wilayah penelitian dan berumur Holosen Struktur geologi yang melewati Situs Gua
(Suwarna et al. 1992). Batu dan sekitarnya adalah sesar atau
b. Serpih (shale) patahan (fault). Patahan (fault),
Berdasarkan hasil analisis petrologi, diinterpretasikan berdasarkan atas arah jurus
serpih (shale), termasuk pada jenis batuan (strike) dan kemiringan (dip) perlapisan

135
Siddhayatra Vol. 21 (2) November 2016: 129-141

Gambar 4. Singkapan batuan penyusun wilayah


penelitian, dari atas ke bawah: aluvial, serpih (shale),
batulanau (siltstone) dan gamping (limestone)
(Sumber: dok. Balar Sumsel).

136
M. Fadhlan S. Intan. Geologi Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan

atuan, zona hancuran dan milonitisasi, berbentuk memanjang.


cermin sesar (slickenside), belokan sungai Bentuk bentang alam karst Bukit
90°, pergeseran litologi dan lain-lain. Oleh Karangnato adalah suatu topografi yang
hal tersebut, maka patahan (fault) yang terbentuk pada daerah dengan litologi
melewati wilayah penelitian dan sekitarnya berupa batuan yang mudah larut,
adalah dari jenis sesar naik (thrust fault) dan menunjukkan relief yang khas, penyaluran
sesar geser (strike slip fault) (Billing 1972). tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba
Wilayah penelitian mengalami gangguan masuk ke dalam tanah dan meninggalkan
struktur geologi yang diawali oleh sesar naik lembah kering dan muncul kembali di
(thrust fault). Sesar naik (thrust fault) tempat lain sebagai mata air yang besar.
berarah barat laut – tenggara, yang dapat Batuan karbonat merupakan batuan yang
diamati atau terlihat mulai dari penyusun utamanya adalah mineral
Rantaulungkang menuju Gunung Batupang karbonat. Batuan karbonat dapat terbentuk
hingga ke Bukit Bukok. Setelah kegiatan di berbagai lingkungan pengendapan.
sesar naik (thrust fault) berlangsung, terjadi Biasannya batuan ini terbentuk pada
lagi kegiatan tektonik berupa sesar geser lingkungan laut, terutama laut dangkal. Hal
(strike slip fault) berarah barat laut – tersebut dikarenakan batuan karbonat
tenggara, yang dapat diamati atau terlihat di dibentuk oleh zat organik yang umumnya
wilayah Bukit Bukok, Bukit Sabit, dan subur di daerah yang masih mendapat sinar
Gunung Batupang. matahari, dan kaya akan nutrisi. Morfologi
yang dihasilkan oleh batuan karbonat yang
3.3 Bentang Alam Bukit Karangnato mengalami karstifikasi dikenal dengan
Bentang alam Bukit Karangnato dan sebutan bentang alam karst.
sekitarnya, termasuk dalam satuan Gua-gua yang terbentuk dari
morfologi karst tersusun oleh batugamping batugamping yang secara fisik batuannya
dengan bentuk permukaan yang kasar, serta keras, tetapi secara kimia amat lemah dan
kenampakan khas seperti bentuk bukit bulat lapuk. Endapan batugamping yang lapuk
dengan lereng tegak, dolena, pipa kras, akibat pengaruh kimia yang disebabkan oleh
stalaktit dan stalagmit, travertin, sungai aktivitas air yang mengandung larutan
bawah tanah, voclus, ponore, gua-gua sisi karbon dioksida dan umumnya berupa air
lereng dan gua-gua kaki bukit (clift foot hujan, sedang karbon dioksida berasal dari
cave), berlereng terjal dan datar pada udara atau sumber lainnya. Berlangsungnya
puncaknya. Di antara bukit-bukit tersebut pelapukan kimia seperti tersebut diatas,
terdapat lembah sempit yang datar, serta menyebabkan terjadinya proses karst.

137
Siddhayatra Vol. 21 (2) November 2016: 129-141

Gambar 5. Bahan baku alat litik ber upa jasper


(x) dan andesit (xx) yang ditemukan di Sungai Air
Rawas di depan Situs Gua Batu dalam bentuk
boulder (Sumber: dok. Balar Sumsel)

Perubahan fisik endapan batugamping akibat 1975). Batugamping penyusun Bukit


proses karst, menyebabkan permukaannya Karangnato dan sekitarnya tempat
berlubang-lubang, sedang bagian dalamnya ditemukan Situs Gua Batu, termasuk dalam
membentuk jaringan rongga. Permukaan Anggota Mersip Formasi Peneta (KJpm)
batugamping yang berlubang-lubang yaitu batugamping kelabu muda-tua kristalin
meningkatkan fungsinya sebagai perangkap umur Jura-Kapur (Suwarna et al. 1992).
air hujan, dan selanjutnya dengan terjadinya Sedangkan Formasi batuan induknya
jaringan rongga didalam lapisan batuan, termasuk pada Formasi Peneta (KJp) terdiri
meningkat pula fungsinya sebagai dari batusabak, serpih, batulanau dan
akumulator air. Terjadinya proses diatas batupasir, sisipan batugamping, mengan-
berlangsung abadi dan merupakan bentukan dung fosil Clodocoropsisi mirabilis umur
alam yang tidak dapat dipugar kalau rusak, Jura-Kapur (Suwarna et al. 1992).
dan tidak dapat terbentuk kembali kalau
hilang (Intan 2004). 3.4 Alat-Alat Litik Situs Gua Batu
Berdasarkan klasifikasi petrologi Salah satu hasil industri penghuni gua
terhadap batuan penyusun Bukit Karangnato adalah alat-alat litik. Alat-alat litik tersebut
dan sekitarnya tempat ditemukan Situs Gua umumnya mempunyai sifat-sifat khusus
Batu adalah batugamping (limestone) antara lain, struktur batuan yang kompak
karbonat, yang berwarna segar putih (massive), sifat mudah terbelah
kekuningan dan lapuk berwarna putih (breakability) yang baik, tidak mempunyai
kecoklatan. Tekstur termasuk dalam pecahan (fracture), mempunyai kekerasan
kelompok non klastik dengan struktur tidak (hardness) yang tinggi, kesamaan mineral
berlapis (non stratified). Komposisi mineral (homogenity), dan beberapa sifat fisik lain
adalah kalsium karbonat (CaCO3) (Pettijohn yang mendukung (Intan, 2002). Untuk
138
M. Fadhlan S. Intan. Geologi Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan

menentukan sumber bahan alat litik, maka meter ke arah barat dari Situs Gua Batu.
langkah pertama yang dilakukan adalah Sebenarnya, bahan baku alat litik (chert,
mengetahui segala jenis batuan yang rijang, andesit, jasper, dan fosil kayu) bukan
ditemukan selama kegiatan ekskavasi di hanya di depan gua (di Sungai Air Rawas),
suatu situs gua (Intan 2002). Langkah namun sepanjang Sungai Air Rawas, dengan
berikutnya adalah, melakukan survei di batas Desa Kuto Tanjung di sebelah barat,
sekitar situs, guna menentukan lokasi hingga ke Desa Muara Kulam di sebelah
sumber bahan alat litik, baik dalam bentuk timur, menyediakan bahan batuan untuk alat
singkapan maupun boulder batuan (Intan -alat litik tersebut (kecuali obsidian).
2002).
Tinggalan arkeologis yang ditemukan di 3.5 Obsidian
Situs Gua Batu adalah alat-alat litik, Pada penelitian beberapa tahap di Situs
fragmen gerabah, sisa vertebrata, sisa Gua Batu, ditemukan banyak sisa-sisa
moluska, arang, dan sisa hematit. Alat-alat kehidupan masa lalu, namun yang paling
litik terdiri dari obsidian, chert, rijang, menarik adalah ditemukannya alat-alat litik
andesit, jasper, dan fosil kayu (Prasetyo yang berbahan batuan obsidian yang sangat
2014; Fauzi et al. 2015). melimpah. Lokasi sumber obsidian di Situs
Alat-alat litik berbahan batuan chert, Gua Batu, ditemukan di sebelah barat dan
rijang, andesit, jasper, dan fosil kayu, bahan barat laut dari situs-situs gua tersebut.
bakunya diperoleh dari Sungai Air Rawas Lokasi obsidian yang dekat dari situs-situs
dalam bentuk boulder, yang jaraknya 70 adalah Bukit Hulu Simpang dan Bukit Legal

Gambar 6. Situs Gua Batu dan lokasi bahan baku obsidian dalam Peta Geologi Lembar Sar olan-
gun (Sumber: Suwarna et al, 1992 dengan modifikasi).

139
Siddhayatra Vol. 21 (2) November 2016: 129-141

Tinggi. Jarak terjauh dari situs ke lokasi Struktur geologi yang melewati wilayah
obsidian adalah 27,75 km (garis lurus) dan penelitian dan sekitarnya adalah sesar (fault)
jarak terdekat adalah 23,94 km (garis lurus). dari jenis sesar naik (thrust fault) dan sesar
geser (strike slip fault). Sesar naik (thrust
4. Penutup fault) berarah barat laut – tenggara,
Gua Batu (Gua Napal Licin) merupakan melewati wilayah Rantaulungkang, Gunung
gua tebing dengan ketinggian dari dataran Batupang, dan Bukit Bukok. Sesar geser
30 meter. Situs Gua Batu berarah hadap (strike slip fault) berarah barat laut –
N210°E (barat laut) dengan kemiringan tenggara, melewati wilayah Bukit Bukok,
lereng 60°, dan batuan penyusun adalah Bukit Sabit, dan Gunung Batupang. Hasil
batugamping (limestone) yang berumur Jura penelitian terdahulu di Situs Gua Batu,
hingga Kapur. Situs Gua Batu dan menghasilkan tinggalan arkeologis berupa
sekitarnya sebagai lokasi penelitian terbagi alat-alat litik (obsidian. chert, rijang, andesit,
atas empat satuan morfologi yaitu satuan jasper, dan fosil kayu), fragmen gerabah,
morfologi dataran (0-2%), satuan morfologi sisa vertebrata, sisa moluska, arang, dan sisa
bergelombang lemah (2-8%), satuan hematit. Alat-alat litik (non obsidian)
morfologi bergelombang kuat (8-16%), dan berbahan batuan chert, rijang, andesit,
satuan morfologi karst, dengan ketinggian jasper, dan fosil kayu, bahan bakunya
secara umum adalah 100 – 800 meter diatas diperoleh dari Sungai Air Rawas. Alat litik
permukaan airlaut. yang ditemukan melimpah adalah obsidian
Sungai Air Rawas (sungai induk) dan yang berlokasi di Bukit Hulu Simpang dan
anak-anak sungainya berstadia Sungai Bukit Legal Tinggi. Jarak terjauh dari situs
Dewasa-Tua (old-mature river stadium), ke lokasi obsidian adalah 27.75 km (garis
dan Stadia Sungai Tua (old river stadium), lurus) dan jarak terdekat adalah 23.94 km
berpola pengeringan Dendritik, dan (garis lurus).
Rectangular, serta termasuk pada Sungai
Periodik/Permanen. Sungai Air Rawas Daftar Pustaka
tersebut, telah mengalami peremajaan Badan Pusat Statistik, 2015 Pokja Sanitasi
(rejuvination). Batuan penyusun Situs Gua Kabupaten Musi Rawas Utara. Pemkab.
Batu dan sekitarnya adalah Aluvial berumur Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera
Holosen, Serpih (shale) berumur Miosen Selatan
Awal, Batulanau (siltstone) berumur Bemmelen, R.W. van, 1949 The Geology of
Oligosen - Miosen Awal, dan Batugamping Indonesia. vol.IA, Martinus Nijhoff,
(limestone) berumur Jura – Kapur. Leiden: The Hague.

140
M. Fadhlan S. Intan. Geologi Situs Gua Batu, Desa Napal Licin, Kecamatan Ulu Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan

Billing, M.P., 1972 Structural Geology. Guevara. 2008. “Hole-filled seamless


Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliggs, SRTM data V4.” SRTM. Center for
New Jersey. Tropical Agriculture (CIAT).
Desaunettes, J.R. 1977. Catalogue of Lobeck, A.K., 1939, Geomorphology, A n
Landforms for Indonesia: Examples of a Introduction To The Study of Landscape.
Physiographic Approach to Land Mc Graw Hill Book Company Inc, New
Evaluation for Agricultural Development. York and London.
Bogor: Land Capability Appraisal Project Prasetyo E. Sigit, 2014. Penelitian Gua Batu
(Indonesia), Lembaga Penelitian Tanah, di Desa Napal Licin Kabupaten
Trust Fund of the Government of Muratara Tahap II (Laporan Penelitian
Indonesia. Arkeologi). Palembang: Balai Arkeologi
Fauzi, M. Ruly, Prasetyo E. Sigit, Harindito Palembang (tidak diterbitkan).
Galang, Hendrata A. Oka, Santoso Pettijohn, P.J., 1975 Sedimentary Rocks.
Teguh, Gunawan, Untung, Yusuf, 2015 New York: Harper and Brothers.
Penelitian Gua-Gua Di Kabupaten Musi Sartono, S., et al, 1988 “Kompleks Melange
Rawas Utara: Ekskavasi Gua Batu Di di Sumatera Selatan”. Makalah
Desa Napal Licin Kecamatan Ulu Rawas Pertemuan Ilmiah Tahunan - IAGI,
(Tahap III). Palembang: Balai Arkeologi Bandung: IAGI.
Palembang, Kementerian Pendidikan Dan Suwarna N., Suharsono, Gafoer S., Amin
Kebudayaan (tidak diterbitkan) TC., Kusnama, Hermanto B., 1992 Peta
Huang, Walter T. Phd., 1962 Petrology. Geologi Lembar Sarolangun, Sumatera.
McGraw-Hill Book Company. Bandung: Pusat Penelitian dan
Intan S. Fadhlan M., 2002 “Explotation of Pengembangan Geologi.
Rock Resources”. Gunung Sewu In Thornbury,W.D., 1964 Principle of
Prehistoric Time. Ed. Truman Geomorphology. New York dan London:
Simanjuntak, Retno Handini, Bagyo John Willey and sons, inc.
Prasetyo, Yogyakarta: Gadjah Mada Tjia H.D., 1987 Geomorfologi. Dewan
University Press. hlm 53–156. Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur:
———., 2004 “Sejarah Pembentukan Kementerian Pendidikan Malaysia.
Gunung Sewu Dan Gua-Gua Karst”. Ed. Todd D.K., 1980 Groundwater Hidrology.
Prasejarah Gunung Sewu. Jakarta: IAAI. New York: John Willey & Sons Inc.
Hlm.42-45. Diterbitkan oleh IAAI
Jakarta.
Jarvis, A., H.I. Reuter, A. Nelson, dan E.

141

Anda mungkin juga menyukai