Siddhayãtra
JURNAL ARKEOLOGI
p-ISSN 0853-9030
Siddhayatra Vol. 23 No. 1 Hlm. 1-79 Mei 2018
e-ISSN 2598-9030
Siddhayãtra
e-ISSN 2598 - 9030
Sekretariat (Secretariat)
Titet Fauzi Rachmawan
Dewi Patriana
Alamat Redaksi:
Balai Arkeologi Sumatera Selatan. Jln. Kancil Putih,
Lr. Rusa, Demang Lebar Daun, Palembang 30137
Tlp. (0711) 445247; Fax. (0711) 445246
E-mail Redaksi: redaksibalar@gmail.com
www.siddhayatra.kemdikbud.go.id
SIDDHAYATRA merupakan jurnal kajian arkeologi yang dikelola oleh Dewan Redaksi di
Balai Arkeologi Sumatera Selatan serta disunting bersama Mitra Bestari. Edisi perdana terbit
bulan Februari tahun 1996. Setiap volume terbit dua kali dalam setahun dengan nomor yang
berbeda. Siddhayatra dalam bahasa sansekerta memiliki makna ‘perjalanan suci yang berha-
sil mencapai tujuan’. Kata siddhayatra seringkali disebutkan di dalam prasasti pendek yang
bersifat shanti (tenang) dari masa Kedatuan Sriwijaya. Sesuai dengan keluhuran maknanya,
jurnal ini diharapkan dapat berperan sebagai instrumen dalam menyampaikan capaian-capaian
penelitian arkeologi kepada masyarakat luas, termasuk para peneliti kajian budaya dan akade-
misi. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis, bukan Dewan Redaksi. Segala bentuk
reproduksi dan modifikasi ilustrasi di dalam jurnal ini harus berdasarkan izin langsung kepada
penulis yang bersangkutan.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Siddhayatra
Volume 23 (1) 2018 berhasil diterbitkan. Meskipun mengalami keterbatasan jumlah tulisan
yang masuk ke Dewan Redaksi Jurnal Arkeologi Siddhayatra serta proses seleksi yang
melibatkan Mitra Bestari, kami kembali mempublikasikan artikel-artikel ilmiah yang
mengulas kajian arkeologi dan pengembangannya. Seluruh artikel yang dimuat di dalam
terbitan Volume 23 No. 1 bulan Mei tahun 2018 ini melingkupi kajian arkeologi yang
dibahas dari berbagai sudut.
Tulisan dari Kabib Sholeh membahas tentang keberagaman masyarakat dan
toleransi beragama dalam sejarah Kerajaan Sriwijaya, sebuah analisis historis dalam bidang
sosial, budaya, ekonomi dan agama. Masyarakat Kerajaan Sriwijaya pada masa itu telah
memiliki keberagaman dalam bidang keagamaan Hindu dan Islam. Saling menghormati dan
menjujung tinggi toleransi terhadap Islam tidak hanya ditunjukan dalam negeri saja, raja
Sriwijaya pernah mengirimkan dua kali surat kepada bani Umayah pada masa
kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz di Arab.
Amilda pada edisi kali ini membahas mengenai adaptasi dan negoisasi pada
perkawinan orang Komering berdasarkan pendekatan struktural fungsional. Masyarakat
suku Komering melihat pernikahan tidak hanya sebagai ikatan dua manusia antara laki-laki
dan perempuan, tetapi pernikahan merupakan ikatan antara dua keluarga besar dan juga
memuat kepentingan untuk memperoleh pengakuan dan mempertahankan status sosial.
Berbagai model pernikahan yang dimiliki masyarakat suku Komering menunjukkan bahwa
budaya yang dimiliki suatu masyarakat sebagai hasil dari adaptasi dan negosiasi antara nilai
dan aturan yang dimiliki masyarakat dengan kepentingan dan harapan individu anggota
masyarakat. Adaptasi dan negosiasi tersebut menghasilkan pergeseran budaya bahkan
mengubah budaya dan tradisi suatu masyarakat.
Artikel M. Fadhlan S. Intan pada edisi ini mengenai geoarkeologi cekungan Soa di
Flores Nusa Tenggara Timur. Cekungan Soa terbagi atas dua satuan morfologi yaitu, satuan
morfologi dataran (0%-2%) dan satuan morfologi bergelombang lemah (2%-8%), serta
ketinggian secara umum adalah 250 - 400 meter dpl. Sungai induk adalah Sungai Ae Sisa
dan anak-anak sungainya. Satuan batuan yang menyusun situs-situs di Cekungan Soa,
adalah breksi vulkanik, tufa, konglomerat, dan endapan aluvial. Penelitian di Cekungan
Soa, telah berhasil mendata sejumlah situs yang mengandung sumberdaya paleolitik hal ini
terlihat bahwa dari 12 lokasi pengamatan, Kabupaten Nagekeo ditemukan 7 situs paleolitik,
dan Kabupaten Ngada ditemukan 5 situs paleolitik. Batuan yang dimanfaatkan sebagai alat-
alat litik adalah jasper, chert, tufa kersikan, andesit, dan basal. Batuan-batuan tersebut
banyak ditemukan di Cekungan Soa dan sekitarnya, baik dalam bentuk singkapan maupun
boulder.
i
Artikel Ahmad Zamhari dan Refico Apriansyah membahas mengenai toponimi pada
masa pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam di Kecamatan Ilir Timur 1
Palembang. Pemerintahan Palembang Darusallam Abad 18 sampai 19 mengontrol dan
mengawasi dengan menggunakan sistem Guguk dengan maksud untuk mempermudah
mengatur serta mengontrol kehidupan masyarakat Pribumi. Toponim ini mencakup kawasan
-kawasan: jalan Segaran yang mempunyai makna tempat Pemandian, jalan Sayangan yang
memiliki makna tempat pengerajin tembaga, Lorong Kuningan tempat pengerajin kuningan,
Kepandean tempat pengerajin olahan besi, Kebumen tempat tinggal para bangsawan
kesultanan, jalan Purban merupakan tempat tinggal Pangeran Purbo.
Artikel Titet Fauzi Rachmawan menjadi artikel terakhir dalam edisi ini. Tulisan tersebut
mengenai pengaruh dan perkembangan bendungan Watervang yang ada di Lubuklinggau
sampai saat ini. Bendungan Watervang ini berguna bagi masyarakat sebagai lahan pertanian,
pariwisata dan perikanan, hal tersebut dapat dijumpai hingga saat ini. Dengan adanya
bendungan tersebut, membuat Lubuklinggau menjadi sentra beras di wilayah Sumatra
Selatan. umum terhadap masyarakat di wilayah tersebut yaitu merupakan salah satu
penghasil beras terbesar di Sumatera Selatan sampai sekarang.
Secara umum tulisan-tulisan yang dimuat dalam terbitan Siddhayatra kali ini sangat
berpotensi digunakan sebagai referensi dalam penyusunan publikasi ilmiah. Di dalamnya
tersaji data-data arkeologi yang relatif lengkap, disertai hasil interpretasi berlatarkan kajian
multidisipliner serta sudut pandang yang berbeda. Semoga tulisan-tulisan tersebut dapat
menggugah para pembaca dan memperkaya pemahaman akan arkeologi Indonesia dan
sejarah kebudayaan bangsa. Sejumlah perbaikan telah kami lakukan di berbagai aspek, baik
dalam manajemen jurnal maupun desain tata letak sebagai langkah menuju jurnal
terakreditasi dan terindeks secara luas. Akhir kata, kami mewakili segenap Dewan Redaksi
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam penerbitan jurnal
ini.
Dewan Redaksi
ii
Siddhayãtra
Jurnal Arkeologi (Journal of Archaeology)
DAFTAR ISI
Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis
Historis Dalam Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)
Community Diversity And Religious Tolerance In The History Of The Sriwijaya Kingdom (A Historical
Analysis In The Field Of Social, Cultural, Economic and Religious) .......................................................... 1
Kabib Sholeh
Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
Adaptation And Negotiation In Commerce Marketing Based On Functional Structural Approach .......... 13
Amilda
Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur 1
Palembang
Toponyms In The Government The Palembang Darusallam In The East Ilir District 1 Palembang .......... 49
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari
iii
SIDDHAYATRA
Volume 23 Nomor 1, Mei 2018 p-ISSN 0853-9030 e-ISSN 2598-9030
Lembar abstrak ini dapat diperbanyak (copy) tanpa izin penulis dan redaksi
959.801
KEBERAGAMAN MASYARAKAT DAN TOLERANSI BERAGAMA DALAM SEJARAH
KERAJAAN SRIWIJAYA (SUATU ANALISIS HISTORIS DALAM BIDANG SOSIAL, BUDAYA,
EKONOMI DAN AGAMA)
Kabib Sholeh
Kerajaan Sriwijaya pada masa keemasannya banyak dikunjungi para pedagang asing (Arab, Cina India) yang
datang ke Sriwijaya untuk berdagang dan kepentingan lainnya, sehingga secara tidak langsung akan
berpengaruh pada keberagaman masyarakat sekaligus memunculkan kehidupan toleran di bumi Sriwijaya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keberagaman masyarakat di Sriwijaya dalam berbagai aspek
kehidupan, toleransi antar umat beragama seperti Budha, Islam dan Hindu, dan faktor-faktor munculnya
kehidupan toleransi di Sriwijaya. Metode yang digunakan adalah metode historis atau metode sejarah. Adapun
langkah-langkah dalam metode sejarah diantaranya adalah heuristik (pengumpulan data/sumber), verifikasi
(penyeleksian atau kegiatan kritik sumber), interpretasi (penafsiran sejarah) dan yang terakhir historiografi
(penulisan sejarah). Penelitian ini menjelaskan kondisi keberagaman masyarakat Sriwijaya mulai dari
masyarakat pribumi, orang-orang Arab, India dan Cina, masyarakat asing tersebut ada di Sriwijaya karena
faktor ekonomi dengan cara berdagang mereka masuk. Keberagaman masyarakat di Sriwijaya sangat
dilindungi oleh raja Sriwijaya, tidak ada penekanan, pembunuhan, pengancaman dari raja Sriwijaya kecuali
mereka melakukan pemberontakan akan dibumihanguskan. Raja Sriwijaya merasa senang dan menghormati
keberagaman masyarakatnya. Raja Sriwijaya terbuka terhadap orang-orang asing, mencintai perdamaian yang
didasari kerelegiusan dalam memimpin sesuai dengan ajaran-ajaran Budha yang dianutnya. Kondisi demikian
berdampak terhadap kebijakan raja Sriwijaya dalam menyikapi sebuah perbedaan dalam menjalankan
kepercayaan dan agama seperti Budha, Islam, Hindu dan kepercayaan lokal. Sriwijaya sangat menjunjung
tinggi toleransi beragama seperti yang digambarkan pada situs candi Bumiayu yang bercorak Hindu, datang
dan menetapnya para pedagang Muslim di Sriwijaya, sampai Sriwijaya mengirimkan surat kepada bani
Umayah untuk meminta dikirimkannya seorang mubaleq sebagai penasehat raja. Semua bukti-bukti tersebut
menggambarkan raja Sriwijaya sangat toleran dengan agama lain.
Kata kunci: Keberagaman Masyarakat; Toleransi Beragama; Kerajaan Sriwijaya.
392.5
ADAPTASI DAN NEGOSIASI PADA PERKAWINAN ORANG KOMERING BERDASAR
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL
Amilda
Perkawinan pada masyarakat Indonesia tidak hanya sarat dengan nilai dan aturan budaya yang melingkupinya,
tetapi juga ia menjadi ajang konflik antar kepentingan individu dalam masyarakat. Penelitian ini akan
menjawab pertanyaan bagaimana individu masyarakat melakukan adaptasi dan bernegosiasi atas berbagai
kepentingan tersebut? Hasil adapatasi dan negosiasi tersebut menghasilkan berbagai model pernikanan yang
dilakukan oleh masyarakat Komering yaitu (1) pernikahan rasan tuha angkat gawi, (2) rasa tuha takad padang
(3) pernikahan ngakuk anak, dan (4) sibambangan. Berbagai model pernikahan ini dilihat sebagai hasil
negosiasi antara berbagai kepentingan yang ada pada masyarakat tersebut. Pada masyarakat Komering, pilihan
pernikahan lebih didasarkan pada kondisi keluarga calon pengantin, terutama kemampuan keluarga laki-laki
untuk memenuhi permintaan keluarga pengantin perempuan.
Kata kunci: Rasan Tuha; Sibambangan; Kawin Lari; Suku Komering; Tradisi
551
GEOARKEOLOGI CEKUNGAN SOA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR
M. Fadlan F. Intan
Cekungan Soa yang termasuk wilayah Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo terletak di Pulau Flores,
banyak menyimpan tinggalan budaya yang antara lain berasal dari masa Paleolitik, yang selama ini belum
terlalu diperhatikan oleh peneliti lingkungan, khususnya geoarkeologi. Hal inilah yang menjadi pokok
permasalahan yang mencakup kondisi geologi secara umum. Adapun maksud penelitian ini adalah melakukan
pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya menyajikan informasi geologi terkait
dengan situs arkeologi. Tujuannya adalah untuk mengetahui aspek-aspek geomorfologi, stratigrafi di situs-
situs arkeologi. Metode penelitian dilakukan melalui kajian pustaka, survei, analisis data lapangan dan
interpretasi. Pengamatan lingkungan memberikan informasi tentang bentang alam daerah penelitian yang
terdiri dari satuan morfologi dataran, dan satuan morfologi bergelombang lemah. Sungainya berpola aliran
centripetal, berstadia Sungai Dewasa-Tua, sungai tua, Sungai Periodik/Permanen, dan Sungai Episodik
Intermittent. Batuan penyusun adalah breksi vulkanik, tufa, konglomerat, dan endapan aluvial. Struktur geolog
iv
berupa patahan dari jenis patahan normal. Eksplorasi di Cekungan Soa telah mendata 12 situs paleolitik. Dari
klasifikasi petrologi, alat-alat litik terbuat dari batuan jasper, chert, andesit, dan basal. Batuan sebagai bahan
baku alat litik, banyak ditemukan di Cekungan Soa dan sekitarnya, baik dalam bentuk singkapan maupun
boulder.
Kata kunci: Geologi; Plistosen; Paleolitik; Situs Terbuka; Bahan Alat Litik
959.801
TOPONIM PADA MASA PEMERINTAHAN KESULTANAN PALEMBANG DARUSALLAM DI
KECAMATAN ILIR TIMUR 1 PALEMBANG
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari
Kecamatan Ilir Timur I Palembang menyimpan kekayaan data sejarah dan budaya yang sangat banyak seperti
Situs-situs sejarah dari masa Sriwijaya sampai Kolonial terutama mengenai kajian toponim. Tujuan dalam
penelitian ini bermaksud untuk mengetahui nilai sejarah toponim pada masa pemerintahan Kesultanan
Palembang Darusallam di kecamatan ilir timur I Palembang. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif
Kualitatif adalah metode yang membicarakan berupa hasil pengamatan wawancara atau penelaan dokumen.
Penelitian ini juga secara sistematis ada kegiatan pokok ysng dilakukan yaitu: Teknik pengumpulan data
melalui kegiatan observasi langsung ke lokasi penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
sejarah toponim di Kecamatan Ilir Timur I Palembang memiliki hubungan dengan sejarah pemerintahan
kerajaan Islam di Palembang yaitu Kesultanan Palembang Darusallam. Kajian toponim di Kecamatan Ilir
Timur I Palembang ini banyak sekali peninggalan sejarah seperti Jalan Kepandean (Pengerajin Besi), Jalan
Sayangan (Pengerajin Tembaga), Jalan Segaran (Kolam Pemandian), Jalan Sungai Tengkuruk (Anak Sungai
Musi), Jalan Candi Angsoko (Komplek Percandian dan Makam Pangeran Madi Angsoko dari kerajaan
Palembang) dan juga toponim dalam bentuk Nasionalisme dan bentuk Geografis (Hasil alam).
Kata kunci: Nilai Sejarah; Toponim; Kecamatan Ilir Timur I Palembang
930.1
BENDUNGAN WATERVANG: PENGARUH DAN PERKEMBANGANNYA SAMPAI SAAT INI
Titet Fauzi Rachmawan
Bendungan Watervang dibangun dengan membendung Sungai Kelingi yang membelah Kota Lubuk Linggau.
Bendungan ini dibangun dengan tujuan untuk mengembangkan pertanian dan perekonomian setelah adanya
politik etis. Tulisan ini melihat bagaimanakah pengaruh Bendungan Watervang pada Kota Lubuk Linggau dan
perkembangannya sampai sekarang. Untuk melihat pengaruhnya dilakukan survey dan studi pustaka
bendungan pada masa sekarang. Bendungan ini terdiri komponen bendungan, jembatan gantung, penampung
air, pintu air, bangunan pengendap, gudang, alat pengukur curah hujan, dan bangunan pendukung pariwisata.
Pengaruh bendungan watervang secara umum kepada Kota Lubuk Linggau adalah terbentuknya kawasan
pendukung kota ini. Kawasan pendukung ekonomi kota ini merupakan salah satu penghasil beras terbesar di
Sumatera Selatan sampai sekarang.
Kata kunci: Bendungan; Kolonial; Per kembangan
v
SIDDHAYATRA
Volume 23 Nomor 1, Mei 2018 p-ISSN 0853-9030 e-ISSN 2598-9030
This abstract page(s) may be copied without permission from the authors and publisher
959.801
Community Diversity And Religious Tolerance In The History Of The Sriwijaya Kingdom (A Historical
Analysis In The Field Of Social, Cultural, Economic and Religious)
Kabib Sholeh
The kingdom of Sriwijaya was known as the greatest protector and follower of Buddhism in the archipelago of
his time. The diversity of society, race and religion make Sriwijaya truly able to maintain peace, diversity and
tolerance among religious people.. The purpose of this study is to analyze the diversity of society in the
kingdom of Sriwijaya in various aspects of life, tolerance among religious communities between Buddhism,
Islam and Hinduism, and the factors emergence of life tolerance in the kingdom of Srivijaya. The method used
is historical method. The steps in historical methods include heuristics (data collection / source), verification
(selection or source criticism), interpretation (historical interpretation) and the last is historiography
(historical writing). This research explains the diversity of society in the Sriwijaya kingdom from indigenous
peoples, Arabs, Indians and Chinese, and the foreign community is in the kingdom of Sriwijaya due to
economic factors and they enter by trade. The diversity of the people in the kingdom of Sriwijaya is highly
protected by the king of Sriwijaya kingdom so there is no emphasis, murder, threats from the king of Sriwijaya
kingdom unless they do the rebellion will be burned. The king of the kingdom of Sriwijaya felt happy and
respected the diversity of his people. The king of the kingdom of Sriwijaya is open to strangers, loving peace
based on the unreliability of leadership in accordance with his Buddhist teachings. Such conditions have an
impact on the policy of the king of Sriwijaya kingdom in addressing a difference in running beliefs and
religions such as Buddhism, Islam, Hinduism and local beliefs. Sriwijaya highly upholds religious tolerance
as depicted on the Hindu temple site Bumiayu temple, the arrival and settlement of Muslim traders in the
kingdom of Sriwijaya, so that the kingdom of Sriwijaya sent a letter to the Umayyads to request the sending of
a mubaleq as king's adviser. All these evidences depict the king of the kingdom of Sriwijaya very tolerant of
other religions.
Keywords: Community Diversity; Religious Tolerance: Sriwijaya Kingdom.
392.5
Adaptation And Negotiation In Commerce Marketing Based On Functional Structural Approach
Amilda
Marriage in Indonesian is full of values and cultural rules that govern how marriages should be done. The
marriage becomes the arena of conflict between individual or family interests. This paper will look at how
these interests generate the various variants of marriage owned by the Komering community in the Cempaka
and Batu areas. The adaptation and negotiation resulted the model of the wedding: (1) rasan tuha elder gawi,
(2) rasan tuha takad padang, (3) ngakuk anak, and (4) sibambangan. This variant model of marriage is result
of adaptation and negotiation between the right of the parent do determine the mate for her child, the parent's
right to set the money request and dowry as a form of parental consent to her child's mate.
Keywords: Rasan Tuha; Sibambangan; Elopement; Komering Tribe; Tradition
551
Geoarkeology of Soa Basin, Flores, East Nusa Tenggara
M. Fadhlan S. Intan
Soa Basin, which belongs to Ngada Regency and Nagekeo Regency, is located on Flores Island, with many
cultural stays, among others, from the Paleolithic period, which has not been too concerned by environmental
researchers, especially geoarkeology. This is the issue that covers general geological conditions. The purpose
of this research is to mapping the surface geology in general as an effort to present geological information
related to archeological site. The aim is to know the geomorphological, stratigraphic aspects of the
archaeological sites. The research method is done through literature review, survey, field data analysis and
interpretation. Environmental observations provide information on the landscape of the study area consisting
of terrestrial morphology units, and weak wavy morphology units. The river is centripetal flow pattern, with
the old river, mature-old river, periodic/permanent river, and episodik /intermittent river. Constituent rocks
are volcanic breccias, tuffs, conglomerates, and alluvial deposits. The geological structure is a fracture of the
normal fault type. Exploration in the Soa Basin has listed 12 paleolithic sites. From the classification of
petrology, litik tools made of jasper, chert, andesite, and basalt rocks. Rock as a raw material litik, found in
Soa Basin and surrounding areas, both in the form of outcrops and boulder.
Keywords: Geology; Pleistocene; Paleolithic; Open Site; Lithic Tools Materials
vi
959.801
Toponyms In The Government The Palembang Darusallam In The East Ilir District 1 Palembang
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari
East Ilir District I Palembang contains a wealth of historical and cultural data such as historical sites from
the time of Sriwijaya to Colonial especially on toponymous studies. The purpose of this research is to know the
value of toponym history during the reign of Sultanate of Palembang Darusallam in subdistrict of ilir east I
Palembang. This study uses descriptive qualitative method is a method that talked about the results of
observation interviews or penelaan documents. This research is also systematically there are main activities
ysng done: Technique of data collection through activity of direct observation to research location. From the
research results can be concluded that the history of toponyms in East Ilir District I Palembang has a
relationship with the history of the government of the Islamic empire in Palembang Palembang Sultanate
Darusallam. The toponymous study in East Ilir I Palembang Sub-district is a lot of historical relics such as
Kepandean Street (Iron Craft), Sayangan Street (Copper Craftsmen), Street Segaran (Swimming Baths),
Tengkuruk River Road (Son of Musi River), Angsoko Temple Road (Temple Complex and Tomb of Prince
Madi Angsoko of the kingdom of Palembang) as well as toponyms in the form of Nationalism and
Geographical form (Natural Results).
Keywords: Historical Value; Toponym; East Ilir District I Palembang.
930.1
Dam Watervang: Influence And The Development To The Present
Titet Fauzi Rachmawan
Watervang dam is built by stemming the Kelingi River which divides Lubuk Linggau City. The dam is built for
the purpose of developing agriculture and the economy after ethical politics. This paper looks at how the
influence of the Watervang Dam on Lubuk Linggau City and its development to date. To see the influence of
the survey and the study of dam libraries in the present. This dam consists of dam components, suspension
bridges, water reservoirs, water gates, sedimentary buildings, warehouses, rain gauges, and tourism support
buildings. The influence of the watervang dam in general to Lubuk Linggau City is the formation of the city's
supporting area. This city's economic support area is one of the largest rice producers in South Sumatra until
now.
Keywords: Dam; Colonial; Development
vii
viii
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)
Kabib Sholeh
Universitas PGRI Palembang: Jl. Jend. A. Yani, lrg. Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang
habibsholeh978@gmail.com
Abstract
The kingdom of Sriwijaya was known as the greatest protector and follower of Buddhism
in the archipelago of his time. The diversity of society, race and religion make Sriwijaya
truly able to maintain peace, diversity and tolerance among religious people.. The purpose
of this study is to analyze the diversity of society in the kingdom of Sriwijaya in various
aspects of life, tolerance among religious communities between Buddhism, Islam and
Hinduism, and the factors emergence of life tolerance in the kingdom of Srivijaya. The
method used is historical method. The steps in historical methods include heuristics (data
collection / source), verification (selection or source criticism), interpretation (historical
interpretation) and the last is historiography (historical writing). This research explains the
diversity of society in the Sriwijaya kingdom from indigenous peoples, Arabs, Indians and
Chinese, and the foreign community is in the kingdom of Sriwijaya due to economic factors
and they enter by trade. The diversity of the people in the kingdom of Sriwijaya is highly
protected by the king of Sriwijaya kingdom so there is no emphasis, murder, threats from
the king of Sriwijaya kingdom unless they do the rebellion will be burned. The king of the
kingdom of Sriwijaya felt happy and respected the diversity of his people. The king of the
kingdom of Sriwijaya is open to strangers, loving peace based on the unreliability of
leadership in accordance with his Buddhist teachings. Such conditions have an impact on
the policy of the king of Sriwijaya kingdom in addressing a difference in running beliefs and
religions such as Buddhism, Islam, Hinduism and local beliefs. Sriwijaya highly upholds
religious tolerance as depicted on the Hindu temple site Bumiayu temple, the arrival and
settlement of Muslim traders in the kingdom of Sriwijaya, so that the kingdom of Sriwijaya
sent a letter to the Umayyads to request the sending of a mubaleq as king's adviser. All these
evidences depict the king of the kingdom of Sriwijaya very tolerant of other religions.
Abstrak. Ker ajaan Sr iwijaya pada masa keemasannya banyak dikunjungi par a
pedagang asing (Arab, Cina India) yang datang ke Sriwijaya untuk berdagang dan
kepentingan lainnya, sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada keberagaman
masyarakat sekaligus memunculkan kehidupan toleran di bumi Sriwijaya. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis keberagaman masyarakat di Sriwijaya dalam berbagai aspek
kehidupan, toleransi antar umat beragama seperti Budha, Islam dan Hindu, dan faktor-faktor
munculnya kehidupan toleransi di Sriwijaya. Metode yang digunakan adalah metode historis
atau metode sejarah. Adapun langkah-langkah dalam metode sejarah diantaranya adalah
heuristik (pengumpulan data/sumber), verifikasi (penyeleksian atau kegiatan kritik sumber),
interpretasi (penafsiran sejarah) dan yang terakhir historiografi (penulisan sejarah).
Penelitian ini menjelaskan kondisi keberagaman masyarakat Sriwijaya mulai dari
masyarakat pribumi, orang-orang Arab, India dan Cina, masyarakat asing tersebut ada di
Sriwijaya karena faktor ekonomi dengan cara berdagang mereka masuk. Keberagaman
masyarakat di Sriwijaya sangat dilindungi oleh raja Sriwijaya, tidak ada penekanan,
Naskah diterima 03/11/2016; Revisi diterima 28/03/2017; Disetujui 01/04/2017
1
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12
2
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)
wilayah Kadatuan Śriwijaya bukan hanya Sriwijaya diperoleh dari berita Arab yang
agama Buddha Mahayana saja, agama lain menjelaskan raja Sriwijaya pernah mengirim
juga berkesempatan untuk berkembang. utusan kepada Khalifah Umar ibn ‘Abd. Al-
Bukti-bukti arkeologis berupa arca batu Aziz (717-720 Masehi) masa Dinasti
yang mewakili agama Hindu dan Tantris, Umayyah. Adapun isi surat tersebut
juga ditemukan di wilayah Kadatuan menjelaskan tentang pemberian hadiah dari
Śriwijaya. Di Palembang, selain ditemukan Sriwijaya sebagai tanda persahabatan dan
arca Buddha juga ditemukan arca Hindu sekaligus permohonan untuk meminta
yang berupa arca Ganeśa (abad ke-9 dikirimkannya mubaleq dari dinasti
Masehi) dan arca Siwa (Siregar 2010, 34). Umaiyah sebagai salah satu penasehat raja
Ini membuktikan bahwa di kota Śriwijaya di Sriwijaya (Azra 1995, 41-42). Berita dari
terdapat juga kelompok masyarakat yang Arab tersebut semakin menguatkan
memeluk agama Hindu yang hidup di perkembangan dan kondisi di pusat kerajaan
antara kelompok masyarakat yang beragama Sriwijaya tidak hanya agama Budha saja,
Buddha. tetapi hidup berdampingan dengan damai,
Sebuah arca yang menarik untuk menjunjung tinggi toleransi dengan agama
dicermati adalah arca Bodhisattwa lain seperti Islam, Hindu dengan Budha.
Awalokiteśwara yang dibuat dari batu. Di Melihat bukti-bukti sejarah yang
bagian punggung arca terdapat prasasti yang diuraikan di atas, setidaknya membuktikan
singkat yaitu menginformasikan tentang kalau raja Sriwijaya sangat menjujung tinggi
seorang pendeta Hindu menghadiahkan toleransi dan menghormati sebuah
sebuah arca Bodhisattwa yang tentunya keberagaman masyarakat meskipun dalam
untuk masyarakat pemeluk agama Buddha perbedaan umat beragama. Sebuah
Mahayana (Utomo 2018, 22). Dari bukti pembelajaran yang sangat berharga bagi
tersebut dapat ditafsirkan ada keserasian generasi muda masa kini dan masa yang
hidup beragama diantara kelompok akan datang tentang kehidupan yang toleran
masyarakat pemeluk agama Buddha yang dalam keberagaman masyarakat pada masa
mayoritas, dan kelompok masyarakat yang lampau seperti masa Sriwijaya.
pemeluk agama Hindu yang tergolong Adapun tujuan penelitian ini adalah
minoritas. Pada candi Bumiayu juga untuk menganalisis keberagaman
terdapat peninggalan-peninggalan arca yang masyarakat di Sriwijaya dalam berbagai
bercorak Hindu sehingga bukti tersebut aspek kehidupan, untuk menganalisis
menambah kuatnya keberagaman di bumi toleransi antar umat beragama di Sriwijaya
Sriwijaya tentang toleransi beragama. antara Budha, Islam dan Hindu, dan faktor-
Agama Islam masuk di Palembang pada faktor munculnya kehidupan toleransi antar
abad ke-7 Masehi dengan dibawa oleh para umat beragama dalam berbagai bidang di
pedagang Muslim dari Arab langsung. Bukti Sriwijaya.
keberadaan Islam di pusat kerajaan
3
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12
4
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)
penelitian dari awal sampai akhir. itu dengan kondisi masa sekarang telah
Berdasarkan penulisan tersebut akan dapat mengalami perubahan yang signifikan.
dinilai apakah penelitiannya berlangsung Seperti pada jalur Selat Malaka yang
sesuai dengan prosedur yang menuju Selat Bangka pada kondisi sekarang
dipergunakannya atau tidak, memiliki pada deretan kepulauan jalur tersebut
validitas dan reliabilitas yang memadai atau banyak pulau-pulau yang sudah tenggelam
tidak, sehingga penulisan sejarah itu akan sehingga para pedagang yang melalui laut
dapat ditentukan mutu penelitian sejarah itu dapat secara langsung menuju ke Utara (laut
sendiri. Cina), berbeda dengan kondisi pada masa
abad ke-7 Masehi, menurut Obdyen kondisi
3. Hasil dan Pembahasan geografis deretan kepulauan dari Malaka
3.1. Keberagaman Masyarakat di sampai Bangka terdapat deretan kepulauan
Sriwijaya Riau-Lingga dan pulau-pulau kecil sampai
Hubungan dagang nusantara dengan menuju selat Bangka yang masih menyatu
negeri-negeri luar terutama dengan India, kepulauan tersebut (Daldjoeni 1984, 43).
Cina dan Arab sangatlah mudah terjadi. Kondisi geografis demikian sangat
Kondisi tersebut karena adanya faktor menguntungkan bagi Sriwijaya, maka para
geografis yang menguntungkan bagi pedagang dari Arab, India dan Cina setiap
nusantara sendiri yaitu adanya angin musim melalui jalur tersebut secara otomatis akan
yang baik untuk berlayar menyeberangi mampir di pusat Sriwijaya.
Samudera India ke Timur dan sebaliknya
(Notosusanto 2008, 5). Kondisi yang
demikian jelas menjadikan Sriwijaya
menjadi wilayah yang secara geografis akan
diuntungkan. Mau tidak mau para pedagang
asing akan melalui jalur perdagangan
Sriwijaya atau mampir setidaknya di pusat
Sriwijaya terlebih dahulu sebelum
melanjutkan perjalanannya. Pendapat ini
didukung oleh Bernad, bahwasanya
nusantara banyak didatangi para pedagaang
asing karena faktor geografis, kondisi
demikian yang menjadikan Sriwijaya ramai Gambar 1. Foto peta wilayah situs Margomulyo
dan Air Sugiahan tampak berada pada
akan para pedagang asing (Vlakke 2008, 8). tepian pantai timur Sumatera Selatan
yang dekat dengan Selat Bangka dan
Jalur pelayaran perdagangan masa temuan arkeologi berupa tiang-tiang
kayu nibung bekas permukiaman kuno
Sriwijaya khususnya jalur yang melalui masa Sriwjaya dan temuan barang
Selat Malaka menuju Selat Bangka pada dagang berupa damar (Wiyana 2014,
79-83).
masa itu sangat strategis, kondisi pada masa
5
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12
6
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)
kepada dinasti Umayah untuk mengirimkan bercorak Budha dengan ditemukannya pada
mubaleq ke Sriwijaya sebagai penasehat raja struktur candi tersebut berupa stupa dalam
(Azra 1995, 28). Untuk di Sriwijaya sendiri kondisi masih utuh. Stupa adalah sebuah
pada abad ke-7 Masehi sudah terdapat benda atau bangunan suci pada agama
sebuah kelompok pedagang Muslim yang Budha. Bentuknya merupakan sebuah
tinggal di tepi-tepi sungai besar atau pantai bangunan kubah, beridiri di atas sebuah alas
dengan para pedagang lainnya seperti Cina (lapik) dan sebuah tiang puncak di atasnya
dan India (Purwanti 2004, 111). Untuk (Nasir 1980, 31). Temuan stupa tersebut
wilayah selat Bangka sendiri secara setidaknya memberi makna dan penafsiran
arkeologis banyak ditemukan temuan- sendiri bagi perekembangan kehidupan
temuan artefak kapal dagang Arab dan sosial-budaya dan agama masyarakat pada
barangnya yang setelah dilakukan uji labor masa itu dan khususnya kerajaan Sriwijaya.
pada serpihan kayu kapal dan barang Kompleks percandian Bumiayu jelas dapat
lainnya diperkirakan masa abad ke-9 dipahami sebagai contoh kehidupan yang
Masehi. Ditegaskan juga oleh arkelog Retno kompleks pada masa itu, dimana kehidupan
Purwanti, Islam sudah masuk di wilayah masyarakat berdampingan dalam sebuah
bangka masa Sriwijaya (Purwanti, 2015:42). perbedaan keyakinan atau kepercayaan yang
Masuknya agama Islam di Sriwijaya tidak berjalan dengan damai dan penuh toleransi
lepas dari peranan para pedagang dari Arab pada masa itu.
yang membawanya. Faktor utama tumbuhnya kehidupan yang
menjujung tinggi toleransi dalam beragama
3.2.2. Agama Hindu di Sriwijaya tidak lain ialah seorang raja penguasa
Hubungan baik dengan penguasa Hindu
tidak hanya dilakukan dengan penguasa
Jawa saja tetapi hubangan tersebut
berlangsung dengan penguasa-penguasa
wilayah takhlukan Sriwijaya lainnya.
Wilayah-wilayah vasal Sriwijaya terletak
pada pedalaman dan ada juga di tepian
pantai atau sungai. Seperti wilayah vasal
Sriwijaya yang terletak pada pedalaman dan
kebetulan bercorak Hindu yaitu wilayah
situs candi Bumiayu yang terletak tidak jauh
Gambar 2. foto arca dewa, makara, nandi,
dari sungai Lematang. reruntuhan bagian-bagian candi yang
Mengenai keberagaman pada situs candi berrelief yang ada pada candi Bumiayu
Kabupaten Pali Sumatera Selatan yang
Bumiayu yang sudah dikenal sebagai situs bercorak Hindu yang semasa pada
zaman Srwijaya yaitu abad ke-9 – 13
peninggalan masa Sriwijaya yang bercorak Masehi (Sumber koleksi foto: Kabib
Sholeh
Hindu, terdapat pada salah satu candi yang
7
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12
8
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)
etnis dan budaya saja tetapi dalam bidang dinasti Umar bin Abdul Aziz ke Sriwijaya
agama terdapat agama Budha, Hindu, Islam merupakan salah satu bentuk hubungan
dan kepercayaan lokal lainnya. Pada agama persahabatan yang baik, tetapi menariknya
Islam yang sudah masuk di Sriwijaya pada bukan hanya masalah hubungan
abad ke-7 Masehi atau semasa dengan awal persahabatan antar negara penguasa, lebih
perkembangan kerajaan Sriwijaya di dalam lagi seakan-akan raja Sriwijaya ingin
Palembang, agama Islam yang statusnya menunjukan sebuah kepemimpinan yang
adalah agama minoritas yang jumlahnya tidak melihat sebuah perbedaan menjadi
sangat sedikit di Sriwijaya dibandingkan sebuah ancaman. Bisa jadi permintaan
dengan agama kerajaan yaitu Budha justru pengirimana ulama ke Sriwijaya sebagai
hidup berdampingan dan saling seorang penasehat kerajaan karena raja
menghormati atara agama Islam dengan Sriwijaya sangat memahami agama Islam
agama Budha. merupakan salah satu agama monoteis yang
Untuk Agama Islam memang belum dianggap oleh raja Sriwijaya memiliki
sempat berkembang di bumi Sriwijaya kemiripan atau kesamaan dengan agama
dengan pesat seperti pada abad ke-15-16 atau kepercayaan yang dianut oleh penguasa
Masehi, namun keberadaan dan kedatangan sebelum Sriwijaya berdiri (Kan-to-li) yaitu
Islam di Bumi Sriwijaya telah memberi agama Abraham (Monoteisme). Alasan
warna tersendiri, dimana raja Sriwijaya lainnya adalah Islam yang dikenal oleh
mempersilahkan datang dan masuk dengan Sriwijaya adalah agama yang membawa
melalui para pedagang dari Arab langsung. perdamaian, menjunjung tinggi keadilan dan
Raja Sriwijaya memberi jaminan keamanan saling menghormati antara agama satu
seperti pendatang asing yang lainnya, para dengan agama lainnya. Raja Sriwijaya
pedagang dari Arab tersebut menetap semi sendiri terkenal akan ketaatannya dalam
permanen dan ada juga yang sudah menjalankan ajaran-ajaran Budha dan salah
permanen, sambil menunggu angin musim satunya menjujung tinggi toleransi antar
untuk melanjutkan perjalanannya. Dalam umat beragama sehingga ajaran tersebut ada
catatan berita dari Arab sendiri hubungan persamaan dengan agama Islam yang
baik dan saling menghormati antar berasal dari Arab dengan demikian wajar
beragama ditunjukkan oleh Sriwijaya apabila raja Sriwijaya memiliki kebijakan
dengan mengirimkan surat kepada dinasti untuk mengambil seorang ulama atau
bani Umayah selama dua kali dan salah satu mubaleq dari Arab langsung untuk dijadikan
yang menarik dari pengiriman surat tersebut salah satunya sebagai penasehat kerajaan
salah satunya isinya menjelaskan tentang pada masa itu.
raja Sriwijaya meminta dikirimkan seorang Selain dengan agama Islam toleransi
ulama dari dinasti Umar bin Abdul Aziz antar umat beragama juga terjadi antara
(Muawiyah). Sriwijaya dengan agama Hindu. Hubungan
Permintaan pengiriman ulama dari baik dengan Hindu juga terjadi, kondisi
9
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12
10
Kabib Sholeh.. Keberagaman Masyarakat Dan Toleransi Beragama Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Suatu Analisis Historis Dalam
Bidang Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Agama)
11
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 1-12
12
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
Amilda
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Jl. Prof. K. H. Zainal Abidin Fikri No.KM 3,5, Pahlawan,
Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30126 .
amildasani@gmail.com
Abstract
Marriage in Indonesian is full of values and cultural rules that govern how marriages
should be done. The marriage becomes the arena of conflict between individual or family
interests. This paper will look at how these interests generate the various variants of mar-
riage owned by the Komering community in the Cempaka and Batu areas. The adaptation
and negotiation resulted the model of the wedding: (1) rasan tuha elder gawi, (2) rasan tuha
takad padang, (3) ngakuk anak, and (4) sibambangan. This variant model of marriage is
result of adaptation and negotiation between the right of the parent do determine the mate
for her child, the parent's right to set the money request and dowry as a form of parental
consent to her child's mate.
Abstrak. Per kawinan pada masyar akat Indonesia tidak hanya sar at dengan nilai
dan aturan budaya yang melingkupinya, tetapi juga ia menjadi ajang konflik antar
kepentingan individu dalam masyarakat. Penelitian ini akan menjawab pertanyaan
bagaimana individu masyarakat melakukan adaptasi dan bernegosiasi atas berbagai
kepentingan tersebut? Hasil adapatasi dan negosiasi tersebut menghasilkan berbagai model
pernikanan yang dilakukan oleh masyarakat Komering yaitu (1) pernikahan rasan tuha
angkat gawi, (2) rasa tuha takad padang (3) pernikahan ngakuk anak, dan (4) sibambangan.
Berbagai model pernikahan ini dilihat sebagai hasil negosiasi antara berbagai kepentingan
yang ada pada masyarakat tersebut. Pada masyarakat Komering, pilihan pernikahan lebih
didasarkan pada kondisi keluarga calon pengantin, terutama kemampuan keluarga laki-laki
untuk memenuhi permintaan keluarga pengantin perempuan.
Kata kunci: Rasan Tuha; Sibambangan; Kawin Lari; Suku Komering; Tradisi
14
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
15
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
3. Tradisi Pernikahan Masyarakat Suku utama dalam pelaksanaan adat dan tradisi
Komering yang berkembang di masyarakat.
Jika budaya di definisikan sebagai Berdasarkan sistem kekerabatan,
seperangkat peraturan atau norma yang masyarakat Komering Cambai dan Gunung
dimiliki oleh para anggota masyarakat, Batu menarik garis keturunan berdasarkan
aturan atau norma yang dimiliki masyarakat garis ayah atau patrilineal dengan pola
menghasilkan perilaku yang oleh para menetap patrilokal. Tradisi patrilineal ini
anggotanya dipandang layak dan dapat ditandai dengan adanya tradisi menamai
diterima (Kaplan & Manners, 1999 :3-4), cucu pertama dengan nama panggilan dari
maka budaya Komering adalah segala sang kakek dengan harapan tetap menjaga
norma yang diakui dan dimiliki dan kehadiran sang kakek tetap hidup dalam
tercermin dari perilaku setiap anggota keluarga tersebut. Sistem keturunan
masyarakatnya. Budaya Komering patrilineal ini ditunjukkan dalam aturan
menyebar di wilayah sepanjang sungai pewarisan, anak laki-laki tertua akan
Komering yang meliputi bentangan wilayah memperoleh harta tidak bergerak dan ia
dari daerah Muara Dua hingga Gunung bertanggung jawab atas kelangsungan
Batu. Selain kesatuan wilayah, budaya seluruh keluarganya dan hak mengelola
Komering juga diikat oleh kesamaan bahasa harta warisan keluarga. Anak perempuan
yaitu bahasa Komering. menerima harta dalam bentuk barang
Masyarakat Komering mendiami wilayah bawaan yang diberikan oleh orang tua ketika
sepanjang sungai Komering dan dibedakan ia menikah. Nilai harta bawaan tersebut
menjadi dua wilayah yang terpisah yaitu diusahakan untuk sesuai dengan harga yang
Komering Ulu dan Komering Ilir2. diterima oleh anak laki-laki. Harta bawaan
Masyarakat Komering menyebut budaya yang diberikan kepada anak perempuan
mereka sebagai Budaya Seminung, namun merupakan harta bawaan dari ibunya
sekarang lebih dikenal dengan sebutan sewaktu ia menikah. Meskipun peran
budaya Komering mengikuti nama sungai keluarga dari garis ayah berperan penting
yang mengalir di wilayah ini. Secara dalam kehidupan keluaga Komering, namun
kewilayahan, Masyarakat Komering Ulu untuk urusan perkawinan, saudara laki-laki
dibagi menjadi beberapa marga yang ibu atau kalama berperan penting. Kalama
mendiami wilayah Komering Ulu berhak untuk memutuskan perkawinan dari
diantaranya marga Paku Sekunyit, Sosoh anak-anak saudara perempuannya.
Buay Rayap, Buay Pemuka Peliyung, Buay Masyarakat suku Komering menganggap
Madang, dan Semendawai. Mayoritas pernikahan bukan hanya hubungan antara
masyarakatnya beragama Islam sehingga dua orang yang berlawanan jenis yang
nilai-nilai dari ajaran Islam menjadi rujukan sepakat untuk menikah antara pemuda
2
Konsep penyebutan nama masyarakat berdasarkan nama sungai sangat umum ditemukan pada masyarakat yang memiliki
budaya sungai seperti di Sumatera (lihat tulisan Anam)
16
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
(meranai) dengan gadis (mouli), pernikahan laki akan mengirimkan utusan kepada
juga merupakan bentuk penyatuan dua keluarga perempuan untuk menanyakan
keluarga sehingga proses perkawinan status dari anak perempuan mereka, apakah
tersebut akan melibatkan seluruh keluarga sudah ada yang meminang atau belum.
besar. Berdasarkan proses pernikahannya, Kedatangan utusan tersebut dilengkapi
masyarakat Komering mengenal empat dengan membawa tepak atau tempat sirih
model pernikahan yaitu yaitu pernikahan (1) yang berisi cambai (sirih), urai (pinang), dan
Rasan tuha angkat Gawi (Bubotik); (2) rukuk tembakau, serta kue. Setelah
Rasan Tuha Takad Padang; (3) Ngakuk menyampaikan niatnya utusan tersebut akan
Anak (ambil anak), dan (4) sibambangan. kembali dan keluarga laki-laki harus
menunggu beberapa hari kemudian.
3.1 Rasan Tuha Angkat Gawi (Bubotik) Keluarga perempuan akan mengirimkan
Pernikahan rasan tuha angkat gawi utusan untuk menjawab pertanyaan tersebut
(bubotik) disebut juga dengan pernikahan ke kediaman keluarga laki-laki dengan
rasan tuha adalah pernikahan yang didasari membawa kue sebagai balasan.
kesepakatan antara kedua keluarga. Jika pinangan diterima, maka proses
Pernikahan dengan model ini merupakan pernikahan akan memasuki tahap mancikko
bentuk pernikahan ideal pada masyarakat cawa yaitu tahapan menyampaikan
suku Komering. Pernikahan rasan tuha kehendak. Keluarga laki-laki akan kembali
banyak dilakukan di antara keluarga dengan mendatangi kediaman keluarga perempuan
tujuan mempererat hubungan keluarga dan dengan membawa pengasan atau tepak,
menjaga harta keluarga. Proses pernikahan tembakau ranau dan rokok daun nipah, beras
ini diawali dengan perundingan antar orang dan ketan, telur di dalam nampan kuning,
tua. Ciri dari pernikahan rasan tuha adalah panganan wajik/wajok yang ditempatkan di
keluarga akan menyelenggarakan pesta dalam baki berwarna kuning, serta berbagai
besar-besaran dengan mengundang seluruh panganan lainnya. Pada tahap ini keluarga
kerabat dan warga desa. Pernikahan ini laki-laki menyampaikan keseriusannya
melalui tahapan yang panjang dan lama, untuk meminang anak gadis mereka.
semakin tinggi status sosial dari keluarga Keluarga laki-laik masih harus menunggu
tersebut, maka proses pernikahannya akan jawaban dari keluarga perempuan apakah
memerlukan waktu yang lama. Prinsip diterima atau ditolak. Setelah mendapat
utama dari pernikahan ini adalah pernikahan lamaran tersebut, keluarga besar perempuan
ini adalah kerja orang tua dan keluarga besar akan melakukan musyawarah dengan
kedua belah pihak dan si anak hanya seluruh anggota keluarga dengan
menyetujui saja keputusan keluarganya. mengundang kamaman, yaitu saudara laki-
Proses pernikahan rasan tuha diawali laki ayah dan kalam, saudara laki-laki dari
dengan dilakukan bhupodok atau proses ibu. Pada tahap ini juga calon pengantin
pendekatan. Pada tahapan ini, keluarga laki- perempuan pun akan ditanyakan apakah
17
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
menerima atau tidak. Pada musyawarah ini untuk melaksanakan upacara cambu-cambu.
akan diputuskan apakah lamaran ini diterima Pada upacara cambu-cambu, calon
atau ditolak. Setelah diputuskan, keluarga pengantin perempuan beserta orang tuanya
perempuan akan mengirimkan utusan untuk akan dijemput oleh keluarga calon pengantin
menyampaikan jawaban dari pinangan laki-laki untuk melakukan upacara mandi
tersebut kepada keluarga laki-laki tersebut. cambu-cambuan di Sungai Komering.
Jika lamaran diterima, maka akan dikirim Setelah upacara ini, calon pengantin
utusan untuk membicarakan permintaan dari perempuan dan orang tuanya akan
keluarga perempuan berupa behandi yaitu dikembalikan ke keluarganya.
sejumlah uang yang diminta keluarga Pasca disepakati ikatan antara calon
perempuan untuk persiapan pernikahan serta pengantin laki-laki dan perempuan maka
mas kawin yang harus disediakan oleh memasuki tahap bhutunggu, calon pengantin
keluarga laki-laki. Permintaan behandi laki-laki harus mengabdi kepada keluarga
meliputi perhitungan bahan makan yang calon pengantin perempuan dengan cara
dibutuhkan untuk melaksanakan pernikahan bekerja di rumah keluarga perempuan
seperti beras, kayu bakar, serta sejumlah hingga waktu pernikahan tiba yang
emas sebagai mas kawin. Jika permintaan ditentukan. Masa bhutunggu ini menjadi
tersebut dirasa berat oleh keluarga laki-laki, masa penilaian terhadap calon pengantin
maka mereka akan mengirimkan utusan laki-laki atas kesungguhan untuk menjadi
untuk menegosiasikan permintaan behandi menikahi anak perempuan mereka. Setelah
dan mas kawin tersebut. Proses negosiasi ini disepakati waktu pernikahan, maka
akan terus dilakukan hingga ditemukan dilaksanakan upacara pengatu, yaitu upacara
kesepakatan besaran jumlah behandi dan mengantarkan berbagai barang pemberian
mas kawin. Terkadang kesepakatan tidak dari keluarga calon pengantin perempuan.
tercapai, maka proses pernikahan dapat Pada acara pengatu ini menjadi ajang untuk
dibatalkan. Setelah dicapai kesepakatan, menunjukkan status sosial dari keluarga
akan ditentukan hari dimana keluarga laki- calon pengantin laki-laki, semakin banyak
laki akan mengantarkan behandi tersebut. pemberian menandakan tingginya status
Kesepakatan tersebut juga menjadi tanda sosial pengantin laki-laki dan ia akan
telah adanya ikatan antara anak laki-laki dan dihormati oleh keluarga calon pengantin
perempuan dari keluarga tersebut bahwa perempuan. Menjelang upacara ini, keluarga
anak perempuan mereka sudah menjadi calon pengantin laki-laki akan menyiapkan
bagian dari keluarga laki-laki dan ia harus berbagai macam barang yang harus
melakukan tahapan upacara adat di diserahkan kepada keluarga calon pengantin
lingkungan keluarga calon pengantin laki- perempuan berupa rukuk tembakau, juadah
laki. Keluarga calon pengantin perempuan atau kue-kue basah, serta pohon, hiasan
harus meminjamkan anak gadis mereka pinang dan bendera-bendera. Hiasan pohon
kepada keluarga calon pengantin laki-laki yang akan diserahkan tersebut terbuat dari
18
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
uang, rangkaian hiasan buah pinang dibawa ke rumah keluarga calon pengantin
menyimbolkan jumlah kebun pinang yang perempuan dengan cara diarak dengan iringi
akan diserahkan kepada calon penganti tetabuhan sehingga semua warga kampung
perempuan sebagai boli. Juadah atau kue yang dilewati akan menyaksikan segala
basah yang disajikan dalam mukun atau pemberian tersebut.
talam, banyaknya jumlah mukun yang harus Prosesi persiapan pernikahan ini akan
diserahkan oleh keluarga laki-laki ditutup dengan acara nyawak, dimana dua
ditentukan oleh keluarga calon pengantin keluarga telah diikat oleh kesepakatan
perempuan. Semakin tinggi status sosial bersama dalam ikatan pertunangan antara
keluarga calon pengantin perempuan maka calon pengantin laki-laki dan perempuan.
jumlah mukun yang harus diserahkan pun Acara ini ditandai dengan prosesi
akan semakin banyak. melingkarkan benang berwarna merah,
Keluarga calon pengantin laki-laki juga hitam, dan putih disekujur tubuh calon
harus mempersiapkan pasalinan berupa pengantin perempuan oleh para perempuan
seperangkat pakaian beserta kain songket, dari keluarga calon pengantin laki-laki
sepasang gelang tangan, gelang kaki, dan dengan disaksikan oleh seluruh keluarga
kalung emas yang digunakan sebagai kedua belah pihak. Selama masa menunggu
pakaian calon pengantin perempuan. Calon hari pernikahan tiba, calon pengantin laki-
pengantin laki-laki juga harus menyiapkan laki bertanggung jawab untuk menjaga,
uang poh-poh boning yang diberikan untuk mengawasi, dan menyediakan segala
ibu calon pengantin perempuan sebagai kebutuhan calon pengantin perempuan.
tanda terima kasih karena telah mengasuh Pemenuhan segala kebutuhan calon
dan merawat calon pengantin perempuan. pengantin perempuan ini disebut ngantar
Jika calon pengantin perempuan masih penyawak, calon pengantin laki-laki akan
memiliki saudara perempuan yang belum memberikan uang, pakaian pengantin dan
menikah, maka calon pengantin laki-laki segala perlengkapannya untuk digunakan
harus mempersiapkan palangkahan sebagai pengantin perempuan pada saat pernikahan.
tanda permohonan maaf dalam bentuk uang Penyawak ini sebagai simbol pengikat,
ataupun emas. Selain menyiapkan segala bahwa perempuan tersebut sudah diikat oleh
pemberian yang dibawa untuk acara keluarga pengantin laki-laki.
pengatu, keluarga calon pengantin laki-laki Secara adat, pernikahan rasan tuha
juga harus mengantarkan suluk bulung dilakukan diselenggarakan dua kali, di
berupa kayu bakar, sayur mayur, daun rumah keluarga pengantin laki-laki dan
pisang, beras, ayam, gula, terigu, serta perempuan secara bergantian. Ijab kabul
segala kebutuhan untuk memasak makanan dilaksanakan di rumah pengantin
pada acara pernikahan. Suluh bulung yang perempuan. Setelah ijab kabul, dilanjutkan
terpenting selain beras adalah kayu bakar dengan acara sedekah. Pada saat sedekah ini
untuk memasak. Semua pemberian ini akan juga dilakukan pemberian gelar oleh
19
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
20
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
21
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
kerabat calon pengantin laki-laki. Dengan acara melingkatkan benang tiga warna
segera utusan keluarga calon pengantin laki- ditubuh pengantin perempuan sebagai tanda
laki akan segera melakukan perundingan bahwa ia telah menjadi bagian dari keluarga
dengan keluarga calon pengantin pengantin laki-laki. Setelah acara ini akan
perempuan. Setelah dicapai kesepakatan dilaksanakan sedekah atau resepsi
kapan pernikahan akan dilaksanakan, berapa pernikahan dan pemberian gelar kepada
permintaan yang disepakati akan diberikan pengantin laki-laki. Pada malam harinya
kepada keluarga perempuan, calon dilaksanakan acara nganut atau menerima
pengantin perempuan akan dikembalikan ke kedatangan keluarga besar pengantin
keluarganya. perempuan. Pada pernikahan takad padang,
Pernikahan dilaksanakan sesuai dengan tidak dilakukan acara jemput gimon atau
aturan adat dan agama, dengan aturan adat penjemputan harga bawaan pengantin
yang digunakan hanya sebagian. Diawali perempuan. Harta bawaan pengantin
dengan perundingan antara keluarga perempuan akan diantarkan oleh
perempuan dengan utusan keluarga keluarganya ke rumah pengantin laki-laki
pengantin laki-laki, setelah dicapai tanpa disertai dengan acara tertentu.
keputusan diadakan upacara manciko cawa Pernikahan rasan tuha takad padang, lebih
yang digabungkan dengan acara pengatu banyak dipilih oleh keluarga pengantin di
dengan diawali dengan bupondok. Semua daerah Komering khususnya di Cempaka
acara ini berada pada tahapan pangatu. Pada dan Gunung Batu dengan alasan tidak
pernikahan takad padang, tidak dilakukan memerlukan persiapan dan proses yang
acata nyawa sebagai simbol ikatan panjang. Pernikahan ini tidak memberatkan
keluarga, hubungan yang terjadi lebih kedua keluarga dan merepotkan keluarga
didasarkan pada kepercayaan antar keluarga besar mereka dan dipandang lebih praktis
karena jarak antara pengatu dan pernikahan untuk dilaksanakan oleh keluarga pengantin.
tidak akan lebih dari 7-10 hari. Keluarga
pengantin laki-laki akan membawa bawaan 3.3. Pernikahan Ngakuk Anak
yang sama seperti pada pernikahan angkat Model pernikahan ini dipandang sebagai
gawi namun tidak diberikan pohon hias dan bentuk penyimpangan yang diperbolehkan
rangkaian pinang. Menjelang penikahan, oleh adat karena alasan keluarga perempuan
diadakan acara bhumiah atau acara hanya mempunyai seorang anak gadis dan
perpisahan pengantin perempuan dengan tidak memiliki anak laki-laki, sehingga ia
keluarganya. akan kehilangan anaknya jika mengikuti
Pernikahan akan dilaksanakan di rumah adat yang berlaku pada masyarakat
pengantin perempuan, pengantin perempuan Komering. Pilihan yang mungkin dilakukan
diarak ke rumah pengantin laki-laki dengan untuk mengatasi situasi ini adalah
diiringi tetabuhan tetapi tidak menaiki joli. melakukan pernikahan anak gadisnya
Di rumah pengantin laki-laki dilaksanakan dengan cara rasan tuha ngakuk anak,
22
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
23
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
24
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
25
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
dengan bekerjanya nilai dan norma dalam masyarakat tentang pasangan yang
masyarakat (Radcliffe-Brown dalam Kuper, diinginkan oleh aturan masyarakat.
1996:61-62). Pasangan yang ideal adalah berasal dari
Dengan menggunakan konsep tersebut, keluarga yang memiliki status sosial yang
variasi tradisi pernikahan pada masyarakat sama, pernikahan rasan tuha angkat gawi
suku Komering sebagai bentuk adaptasi umumnya merupakan hasil perjodohan antar
budaya mereka dalam mengatasi orang tua. Orang tua akan menggunakan
permasalahan yang dihadapi oleh individu. standar masyarakat untuk menentukan jodoh
Pernikahan rasan tuha angkat gawi terbaik bagi anak-anak mereka. Pilihan yang
merupakan tradisi pernikahan yang ideal mungkin adalah menjodohkan anak
bagi masyarakat suku Komering, namun perempuan mereka dengan pemuda yang
tidak semua individu dapat berasal dari keluarga yang memiliki status
melaksanakannya karena mahalnya biaya yang sama dengan mereka, berasal dari
yang harus dikeluarkan oleh keluarga keturunan yang terpandang pula.
pengantin. Pernikahan ideal tersebut Pernikahan dalam dimensi sosial tampak
memerlukan waktu yang panjang dan pada besarnya permintaan dari keluarga
menguras sumber daya seluruh anggota perempuan atau behandi yang harus
keluarga kedua belah pihak. Berdasarkan disediakan oleh keluarga pengantin laki-laki.
beberapa variasi tradisi pernikahan pada Hanya laki-laki yang berasal dari keluarga
masyarakat suku Komering menunjukkan kaya yang mampu melakukan pernikahan
masyarakat suku Komering menghadapi rasan tuha angkat gawi. Besarnya
permasalahan terkait dengan keberadaan permintaan keluarga perempuan juga
mas kawin yang mahal, menjaga status menunjukkan status kedua keluarga dalam
sosial, serta ketiadaan anak laki-laki sebagai masyarakatnya, semakin tinggi permintaan
penerus keturunan. Permasalahan utama keluarga perempuan semakin tinggi stratus
dalam pernikahan pada masyarakat suku keluarga pengantin laki-laki karena mampu
Komering adalah usaha untuk memenuhi memenuhi segala permintaan keluarga
kebutuhan dan harapan dari individu pengantin perempuan. Kontestasi status
anggota masyarakat. Kebutuhan dan harapan sosial masing-masing keluarga juga terlihat
tersebut meliputi: ketika acara jemput gimon, dimana harta
1. Pengakuan dan mempertahankan status bawaan pengantin perempuan akan
sosial keluarga ditunjukkan kepada semua tamu yang hadir.
Kebutuhan akan pengakuan status sosial Semakin banyak uang pembelian yang
keluarga dan sarana untuk mempertahankan diberikan oleh keluarga laki-laki akan
struktur sosial masyarakat ditunjukkan diukur dengan seberapa banyak banda dan
dalam proses pernikahan rasan tuha angkat pasalin yang dibawa pengantin perempuan
gawi. Pernikahan ideal berdasarkan tradisi ketika ia datang dan memasuki rumah
bertujuan untuk mewujudkan harapan keluarga pengantin laki-laki. Kini,
26
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
pernikahan rasan tuha angkat gawi tidak berlaku yaitu semua urusan harus segera
banyak lagi dilakukan, pernikahan ini diselesaikan dan harus segera dinikahkan.
dilakukan hanya jika pernikahan tersebut Pernikahan rasan tuha takad padang lebih
terjadi antara keluarga atau sang gadis banyak dipilih jika pernikahan dilakukan
menikah dengan pemuda dari luar desa. atas persetujuan kedua orang tua dan
2. Kepraktisan dan kehormatan keluarga dengan alasan kepraktisan. Pilihan
Pernikahan rasan tuha angkat gawi pernikahan ini juga menandakan pasangan
sebagai pernikahan ideal pada masyarakat pengantin masih menghargai kedua orang
suku Komering, dipandang sangat tidak tua dan keluarga mereka dengan terlebih
praktis karena harus menempuh berbagai dahulu melakukan perundingan secara diam
tahapan yang panjang dan memerlukan -dian antar keluarga. Pilihan pernikahan ini
waktu yang lama sehingga pernikahan yang juga menghindari keributan yang mungkin
lebih praktis dan mempermudah keluarga timbul di antara dua keluarga tersebut.
dirasa perlu, maka pilihannya adalah Meskipun pernikahan ini termasuk
menggunakan model pernikahan rasan tuha pernikahan kawin lari, namun dipandang
takad padang. Pernikahan rasan tuha takad terhormat karena kedua keluarga telah
padang, sebagai strategi mengatasi proses menyetujui hubungan tersebut.
pernikahan rasan tuha angkat gawi 3. Penerus keturunan
memerlukan waktu yang lama. Aturan adat masyarakat suku Komering
Memperpendek rangkaian pernikahan menuntut pengantin perempuan untuk
memungkinkan masing-masing keluarga tinggal dan menjadi bagian dari keluarga
menghemat sumber daya yang mereka suaminya, menimbulkan permasalahan bagi
miliki. Mekanisme untuk mempersingkat keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki
rangkaian pernikahan adalah dengan karena anak-anak mereka akan
melakukan kawin lari yang disepakati oleh meninggalkan mereka dan menjadi bagian
kedua keluarga. dari keluarga suaminya. Bagi masyarakat
Pilihan untuk melakukan takad padang suku Komering kehadiran anak laki-laki
sebagai bentuk negosiasi budaya dari menjadi penting, terutama dalam masalah
panjangnya proses yang harus dilalui perkawinan, anak laki-laki akan berperan
pasangan pengantin untuk sampai pada sebagai kalama pada pernikahan anak-anak
jenjang pernikahan, sedangkan bagi saudara perempuan mereka. Ia akan
sebagian orang tua mempercepat berperan penting dalam memutuskan
pernikahan menjadi pilihan yang terbaik pernikahan keponakan perempuan mereka.
terutama dengan alasan menghindari zina Kehadiran anak laki-laki dalam keluarga
serta mengejar waktu yang baik untuk juga bertindak sebagai pemimpin, pengatur,
dilangsungkannya pernikahan. Dengan dan penasehat bagi seluruh anggota
membawa lari seorang gadis, maka aturan keluarganya dalam kehidupan sehari-hari
penyelesaian masalah kawin lari pun dan ketika menghadapi hal yang menuntut
27
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
peran dari seluruh anggota keluarganya. mereka akan menetapkan uang permintaan
Anak laki-laki bertanggung jawab terhadap atau behandi yang tinggi dengan perkiraan
kelangsungan rumah tangga keluarganya, calon pengantin laki-laki dan keluarganya
dan pengelolaan harta warisan orang tidak mampu memenuhi permintaan tersebut
tuanya. Peran anak laki-laki dalam keluarga sehingga pernikahan terpaksa dibatalkan.
menjadi penting sehingga tidak memiliki Aturan adat yang berlaku pada masyarakat
anak laki-laki bagi keluarga suku Komering suku Komering menyatakan bahwa anak
akan membawa masalah bagi mereka. perempuan harus menerima mas kawin lebih
Untuk mengatasi masalah ini, keluarga banyak dari pada yang telah diterima
berhadap dapat menikahkan anak ibunya, jika ia diberikan mas kawin kurang
perempuan mereka dan tetap memperoleh dari yang diterima ibunya dipandang sebagai
penerus keturunan. Strategi yang mungkin penghinaan bagi keluarga tersebut. Dengan
dilakukan adalah menikahkan anak aturan ini, maka pilihan melakukan kawin
perempuannya dengan perjanjian sang lari atau sibambangan menjadi pilihan utama
menantu menjadi bagian dari keluarganya, untuk menikah pada banyak pemuda suku
dengan cara ngakuk anak. Anak-anak yang Komering. Dengan melakukan
dilahirkan dari pernikahan ngakuk anak sibambangan, mereka akan terbebas dari
menjadi bagian dari keluarga perempuan tuntutan permintaan dan mas kawin yang
dan menyandang nama dari keluarga besar dari keluarga perempuan. Selain itu
ibunya. Dengan cara ini, keluarga pilihan menikah sibambangan ini menjadi
perempuan tetap memperoleh keturunan. pilihan pernikahan yang banyak dilakukan
Pilihan untuk melakukan pernikahan oleh masyarakat suku Komering khususnya
ngakuk anak, banyak dipilih oleh keluarga- di daerah Cempaka dan Gunung Batu.
keluarga terpandang dan kaya karena Pilihan ini tidak hanya dilakukan oleh
mereka harus menanggung semua biaya mereka yang berasal dari keluarga
yang diperlukan dan mereka harus kebanyakan tetapi juga dilakukan oleh
memberikan pangatu dan menjemput keluarga berada dan terhormat.
pengantin laki-laki. Selain alasan di atas, sibambangan dapat
4. Ketiadaan biaya, perbedaan status sosial dengan mudah diterima masyarakat suku
Ketika pernikahan ideal memerlukan Komering karena ketiadaan sanksi adat yang
biaya yang mahal dan tidak semua keluarga tegas bagi pelaku sibambangan tersebut
memiliki biaya untuk menikahkan anak sehingga melakukan sibambangan bukanlah
mereka atau ketika pasangan kekasih tidak perbuatan yang memalukan, meskipun
memperoleh restu dari orang tua mereka mereka telah melakukan pelanggaran adat
karena perbedaan status sosial sehingga dengan mengabaikan hak kekuasaan orang
mereka tidak mungkin menikah sesuai tua untuk memilih jodoh bagi anaknya dan
dengan aturan dan adat mereka. Usaha untuk menjatuhkan kehormatan keluarga
menolak pilihan anak mereka, orang tua perempuan. Keluarga perempuan merasa
28
Amilda. Adaptasi Dan Negosiasi Pada Perkawinan Orang Komering Berdasar Pendekatan Struktural Fungsional
29
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 13-30
30
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
M. Fadhlan S. Intan
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Jalan Raya Condet Pejaten No. 4, Jakarta 12510
geobugis@yahoo.co.id
Abstract
Soa Basin, which belongs to Ngada Regency and Nagekeo Regency, is located on Flores
Island, with many cultural stays, among others, from the Paleolithic period, which has not
been too concerned by environmental researchers, especially geoarkeology. This is the
issue that covers general geological conditions. The purpose of this research is to mapping
the surface geology in general as an effort to present geological information related to
archeological site. The aim is to know the geomorphological, stratigraphic aspects of the
archaeological sites. The research method is done through literature review, survey, field
data analysis and interpretation. Environmental observations provide information on the
landscape of the study area consisting of terrestrial morphology units, and weak wavy
morphology units. The river is centripetal flow pattern, with the old river, mature-old river,
periodic/permanent river, and episodik /intermittent river. Constituent rocks are volcanic
breccias, tuffs, conglomerates, and alluvial deposits. The geological structure is a fracture
of the normal fault type. Exploration in the Soa Basin has listed 12 paleolithic sites. From
the classification of petrology, litik tools made of jasper, chert, andesite, and basalt rocks.
Rock as a raw material litik, found in Soa Basin and surrounding areas, both in the form of
outcrops and boulder.
Abstrak. Cekungan Soa yang ter masuk wilayah Kabupaten Ngada dan Kabupaten
Nagekeo terletak di Pulau Flores, banyak menyimpan tinggalan budaya yang antara lain
berasal dari masa Paleolitik, yang selama ini belum terlalu diperhatikan oleh peneliti
lingkungan, khususnya geoarkeologi. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang
mencakup kondisi geologi secara umum. Adapun maksud penelitian ini adalah melakukan
pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya menyajikan informasi
geologi terkait dengan situs arkeologi. Tujuannya adalah untuk mengetahui aspek-aspek
geomorfologi, stratigrafi di situs-situs arkeologi. Metode penelitian dilakukan melalui kajian
pustaka, survei, analisis data lapangan dan interpretasi. Pengamatan lingkungan
memberikan informasi tentang bentang alam daerah penelitian yang terdiri dari satuan
morfologi dataran, dan satuan morfologi bergelombang lemah. Sungainya berpola aliran
centripetal, berstadia Sungai Dewasa-Tua, sungai tua, Sungai Periodik/Permanen, dan
Sungai Episodik/Intermittent. Batuan penyusun adalah breksi vulkanik, tufa, konglomerat,
dan endapan aluvial. Struktur geologi berupa patahan dari jenis patahan normal. Eksplorasi
di Cekungan Soa telah mendata 12 situs paleolitik. Dari klasifikasi petrologi, alat-alat litik
terbuat dari batuan jasper, chert, andesit, dan basal. Batuan sebagai bahan baku alat litik,
banyak ditemukan di Cekungan Soa dan sekitarnya, baik dalam bentuk singkapan maupun
boulder.
Kata kunci: Geologi; Plistosen; Paleolitik; Situs Ter buka; Bahan Alat Litik
32
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
mulai sejak tahun 1930-an, yaitu tahap Theodor Verhoeven, seorang pastor yang
pertama berlangsung di sekitar 1930-1970, bertugas di Seminari Mataloko, dekat kota
dilaksanakan oleh para peneliti asing, Bajawa. Verhoeven melakukan penjelajahan
sementara tahap kedua berlangsung yang intensif dan melakukan ekskavasi di
sesudahnya dilaksanakan peneliti Indonesia, berbagai situs di Flores. Selain Soa, dia juga
dengan atau tanpa kerjasama dengan pihak melakukan ekskavasi di berbagai situs di
asing. Para peneliti tahap pertama inilah wilayah Manggarai dan Ngada. Hasil-hasil
yang meletakkan dasar-dasar pengetahuan penelitian Verhoeven telah meletakkan dasar
tentang prasejarah Flores dan melandasi -dasar pemahaman tentang prasejarah Flores
penelitian-penelitian sesudahnya hingga dan memberi inspirasi bagi penelitian-
sekarang. Tercatat W.J.A. Willems - penelitian sesudahnya. Pastor inilah yang
prehistorian yang memimpin Lembaga pertama kali memberikan pandangan tentang
Purbakala (Oudheidkundige Dienst) pada keberadaan Homo erectus di pulau ini,
Jaman Kolonial yang banyak meneliti situs- berdasarkan penemuan artefak-artefak litik
situs prasejarah di Jawa Timur, Sulawesi, kasar yang mencirikan paleolitik di
Timor dan Sumba. Pada tahun 1938 dia Cekungan Soa. Hasil-hasil penelitian
menelusuri wilayah sepanjang Maumere- beberapa puluh tahun kemudian (khususnya
Ruteng dan melakukan ekskavasi di Soa, dalam dasawarsa terakhir) semakin
Bajawa, dan Ruteng, dan melaporkan bahwa memperkuat pandangan tersebut melalui
dia tidak menemukan artefak pada situs- penemuan-penemuan baru di beberapa situs
situs yang digali, kecuali serpihan-serpihan di wilayah cekungan ini (Jatmiko, 2008;
yang padat. Oleh karena kesehatannya Jatmiko 2015:19-37).
kurang baik, maka niat untuk melanjutkan Menurut Jatmiko (2008); Jatmiko
penelitian di pulau ini dihentikan. Hasil (2015:19-37), penelitian di Pulau Flores di
penelitian W.J.A. Willems dilanjutkan oleh mulai sejak tahun 1930-an, yaitu tahap
33
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
34
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
Ngamapa; 10) Situs Kopowatu; 11) Situs petrologi, unsur batuan yang di analisis
Dozo Dhalu dan; 12) Situs Sagala. Situs- adalah jenis batuan, warna, kandungan
situs tersebut tercantum dalam Peta mineral, tekstur, struktur, fragmen, matriks,
Topografi Lembar Ruteng Indonesia (SC 51 semen. Hasil analisis akan memberikan
-1) Series T503- Edition 1-AMS (1943), produk nama batuan; b) Geomorfologi,
berskala 1:250.000. Wilayah penelitian penentuan bentuk bentang alam akan
dibatasi pada garis-garis lintang, yaitu 121° mempergunakan Sistem Desaunettes
04'30" - 121°10'00" bujur timur dan 8° 1977 (Desaunettes 1977; dan Todd 1980). ,
41'00" - 8°43'00" lintang selatan, dengan yang didasarkan atas besarnya kemiringan
luas jelajah ± 44 km2 (11 x 4 km). lereng dan beda tinggi relief suatu tempat.
Hasilnya adalah pembagian wilayah
2. Metode berdasarkan ketinggian dalam bentuk
Metode penelitian yang digunakan dalam prosentase lereng. Pengamatan sungai
penelitian ini, dilakukan dengan beberapa dilakukan untuk melihat pola pengeringan
tahap, yaitu kajian pustaka, survei, dan (drainage basin), misalnya klasifikasi
analisis. Kajian Pustaka, dilakukan dengan berdasarkan atas kuantitas air, pola dan
mempelajari lokasi penelitian dari peneliti stadia sungai dan: c) Struktur Geologi:
terdahulu, buku, jurnal, maupun dari Pengamatan struktur geologi di lapangan
internet.Survei, dilakukan dengan akan dilanjutkan melalui analisis jenis
mengamati keadaan geomorfologinya yang struktur, misalnya patahan (fault) apakah
mencakup bentuk bentang alam, dan bentuk jenis patahan normal (normal fault), patahan
sungai. Kemudian lithologi yang mencakup naik (thrust fault), patahan geser (strike
jenis batuan, batas penyebaran batuan, dan fault) dan sebagainya. Lipatan (fold) apakah
urut-urutan pengendapan. Selanjutnya sinklin ataukah antiklin. Kekar (joint)
struktur geologi yang terdapat di wilayah apakah kekar tiang (columnar joint) atau
penelitian, misalnya patahan (fault), lipatan kekar lembar (sheet joint). Data-data dari
(fold) dan kekar (joint) melalui pengukuran kajian pustaka dengan hasil lapangan dan
jurus (strike) dan kemiringan (dip). Selama laboratorium dikompilasikan dengan hasil
survei akan dilakukan pengambilan sampel penelitian penulis, dan langkah terakhir
batuan yang akan digunakan dalam analisa dilakukan interpretasi peta geologi dan peta
laboratoris topografi
Analisis, hasil pengamatan lapangan akan
di analisis lebih lanjut di laboratorium 3. Hasil Dan Pembahasan
maupun dalam bentuk pembuatan peta 3.1 Geologi Cekungan Soa
(misalnya peta geologi, peta geomorfologi). Bangunan Masjid Jamik, Surau Tanjung
Langkah analisis akan disesuaikan dengan dan rumah Tumenggung Arifin merupakan
kebutuhan dan urutan kerja geologi, yaitu a) bangunan dengan gaya arsitektur Indies3.
Lithologi, sampel batuan di analisis, melalui Secara umum bangunan-bangunan tersebut
35
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
36
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
37
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
38
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
pengendapan air dangkal yang tenang pada batuan Miosen Tengah sampai yang
(Koesoemadinata, dkk., 1994). termuda, yakni batuan gunungapi Holosen
3.1.3. Struktur Geologi berarah barat laut - tenggara dan barat daya -
Struktur geologi regional yang terdapat di timur laut (Koesoemadinata, dkk., 1994;
wilayah ini adalah berupa sesar, lipatan, dan Muraoka, dkk., 2002:109-138).
kelurusan. Sesar yang dimaksud adalah sesar Struktur geologi yang melewati situs-
normal dan sesar geser. Sesar normal yang situs di Cekungan Soa dan sekitarnya adalah
terdapat pada batuan Miosen Tengah dan Patahan dari jenis sesar normal (normal
Miosen-Pliosen berarah baratlaut-tenggara fault). Berdasarkan kenampakan fisiografis
dan timurlaut-baratdaya. kemungkinan yang ditunjang dengan data-data lapangan
penyesaran ini terjadi pada Kala Pliosen. berupa arah jurus (strike) dan kemiringan
Sesar geser yang terdapat pada Miosen (dip) perlapisan batuan, zona hancuran dan
Tengah dan Miosen-Pliosen berarah milonitisasi, cermin sesar (Slickenside),
baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. belokan sungai 90°, dan lain-lain. Oleh hal
Kemungkinan penyesaran ini berlangsung tersebut, maka patahan yang melewati situs-
pada Pliosen juga. Perlipatan terjadi pada situs di Cekungan Soa dan sekitarnya adalah
Formasi Nangapada dengan kemiringan 20º- patahan/sesar normal (normal fault) (Billing,
50º, di beberapa tempat kemiringan lapisan 1972).
10º-15º, Formasi Laka dan Formasi Sesar normal yang ditemukan di
Waihekang berhubungan menjemari dan Cekungan Soa (Gambar 6), merupakan sesar
telah terlipat kuat dengan kemiringan 10º- -sesar lokal yang berarah timur laut – barat
30º, berarah timurlaut-baratdaya, dan daya (melewati Situs Kobatuwa, sebelah
baratlaut-tenggara. Sisipan tuf, dan tuf selatan Kokasebalu dan Matamenge),
batupasir Formasi Kiro terlipat dengan berarah barat laut – tenggara (melewati Situs
kemiringan 10º-25º. Dengan demikian Olabula, Situs Kampung Lama Olabula,
perlipatan terjadi pada Pliosen Akhir atau Situs Dozo Dhalu, Situs Sagala), berarah
Plistosen Awal. Kelurusan yang terdapat utara barat laut – selatan menenggara
39
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
(melewati Situs Ngamapa, dan Situs di Sungai Ae Sisa dengan arah aliran dari
Kopowatu). arah barat daya ke timur laut dan bermuara
di Laut Flores. Kondisi topografi Kabupaten
3.2. Situs Paleolitik Cekungan Soa Ngada pada umumnya berbukit dan tingkat
Penelitian di Cekungan Soa meliputi dua kemiringan lahan yang relatif tinggi,
kabupaten yaitu, Kabupaten Ngada, dan sedangkan Kabupaten Nagekeo pada
Kabupaten Nagekeo (Gambar 7). Pada umumnya berbukit-bukit dengan dataran
Budaya tertua (paleolitik) kehidupan dan tersebar secara sporadis pada luasan sempit
pemanfaatan lahan terpusat dibentang alam dan memanjang, serta di sekitar pantai diapit
terbuka, yaitu di sekitar dan sepanjang aliran oleh dataran tinggi atau sistem perbukitan.
sungai (Simanjuntak, 2004 :3-11), atau Situs di Cekungan Soa merupakan situs
yang dikenal dengan istilah Situs Terbuka terbuka (opensite) yang bentang alamnya
(open-site). Pernyataan ini, sesuai dengan relatif datar dan berjenjang dengan
morfologi wilayah penelitian yang kemiringan (dip) antara 4°-7°. Proses erosi
berbentuk cekungan dan lembah yang di di situs-situs tersebut, tidak membuat
aliri sungai-sungai yang semuanya bermuara tinggalan arkeologi hilang, karena bentang
Gambar 8. Sebaran situs di Cekungan Soa (titik putih) (Sumber: Penulis; Data topografi
berdasarkan Jarvis et al. 2008)
40
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
situs yang datar dan berjenjang chopper (?), serpih besar, dan kapak
mengakibatkan tinggalan arkeologi itu perimbas (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko
terdeposit dengan baik dengan jangka waktu 2008; Jatmiko 2015:19-37). Penelitian di
yang lama (Gambar 8 dan 9). situs ini dilakukan oleh University of New
England, Australia bekerjasama dengan
3.2.1. Kabupaten Ngada P3G, Bandung melalui penjajagan dan
Cekungan Soa yang termasuk wilayah pengambilan sampel sedimen untuk
Kabupaten Ngada, telah menemukan 5 pertanggalan. Dari hasil penelitian melalui
lokasi yang mengindikasikan adanya analisis laboratoris (metode fission track)
aktivitas manusia masa lalu, yaitu: pada contoh sedimen endapan tufa putih
a. Situs Kobatuwa (dari Formasi Olabula) di situs ini telah
Situs Kobatuwa, merupakan situs terbuka diperoleh pertanggalan 760.000 ± 700.000
(open site), termasuk wilayah Desa Piga, BP (Morwood dkk, 1999:273-286).
Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, Provinsi b. Situs Matamenge
Nusa Tenggara Timur. Situs Kobatuwa Situs Matamenge, merupakan situs
terletak pada 08°41’17,4” Lintang Selatan terbuka (open site), termasuk wilayah Desa
dan 121°05’16,4” Bujur Timur, dengan Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten
ketinggian 325 meter diatas permukaan air Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
laut. Situs Kobatuwa terletak pada Satuan Situs Matamenge terletak pada koordinat
Morfologi Bergelombang Lemah dengan 08°41´32,4" Lintang Selatan dan 121°
kemiringan lereng 2%-8%, serta tersusun 05´45,2" Bujur Timur, dengan ketinggian
oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 325 meter di atas permukaan laut. Situs
2007). Di situs ini ditemukan artefak litik, Matamenge terletak pada Satuan Morfologi
fragmen fosil tulang dan gigi vertebrata, Bergelombang Lemah dengan kemiringan
khusus temuan artefak litik didominasi oleh lereng 2%-8%, serta tersusun oleh batuan
serpih-bilah, sedangkan dari hasil ekskavasi breksi vulkanik (Intan, 2007). Di situs ini
lebih bersifat masif, yaitu serpih dengan ditemukan artefak litik, fragmen fosil tulang
retus, serpih, serut samping, batu inti, dan gigi vertebrata, khusus temuan artefak
41
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
litik didominasi oleh serpih-bilah, yaitu Situs Lembah Menge, merupakan situs
Proto kapak genggam, bilah, serpih dengan terbuka (open site), termasuk wilayah Desa
retus, batu inti, serut cekung, serut samping, Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten
serpih, serut berpunggung (Jatmiko dkk., Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2007; Jatmiko 2008). Situs Lembahmenge terletak pada koordinat
Situs Matamenge sudah diteliti secara 08°41´36,3" Lintang Selatan dan 121°
intensif oleh P3G Bandung bekerjasama 05´47,3" Bujur Timur dengan ketinggian
dengan University of New England 325 meter di atas permukaan laut. Situs
(Australia) sejak akhir tahun 1990-an Lembah Menge terletak pada Satuan
sampai dengan 2006. Dari hasil penelitian Morfologi Bergelombang Lemah dengan
(melalui ekskavasi) tersebut telah ditemukan kemiringan lereng 2%-8%, serta tersusun
berbagai jenis fosil fauna dari Stegodon oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 2007).
florensis, Varanus komodoensis, Di situs ini ditemukan artefak litik, dan
Hooijeremis nusatenggara, Crocodilus sp fragmen fosil tulang vertebrata, khusus
dan fosil-fosil moluska air tawar. Selain itu, temuan artefak litik didominasi oleh serpih-
dalam penelitian tersebut juga ditemukan bilah, yaitu batu inti, serpih dengan retus,
lebih dari 200 buah alat litik yang umumnya serpih, kapak penetak, dan radial core (?)
terdiri dari serpih-bilah dan batu inti (Azis (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko 2008). Situs
dkk, 2005:1–8). Hasil pentarikhan radio Lembah Menge pernah diteliti oleh
metrik dengan metode jejak belah (Fission Verhoeven pada sekitar tahun 1960-an. Dari
track dating) yang mengandung fosil informasi hasil penelitian tersebut telah
Stegodon florensis dan artefak litik di situs ditemukan beberapa fosil tulang Stegodon
ini menunjukkan umur 800.000 – 880.000 jenis besar dan artefak batu yang
tahun lalu (Morwood dkk, 1999:273-286). diperkirakan berumur 750.000 tahun lalu
Pada tahun 2016 di Situs Matamenge (Verhoeven, 1968:393-403).
ditemukan fosil gigi manusia kerdil, dan dua d. Situs Wolosege
tahun kemudian dipublikasikan di Majalah Situs Wolosege, merupakan situs terbuka
Nature. Manusia purba dari Mata Menge (open site), termasuk wilayah Desa
lebih memiliki karakteristik genus Homo, Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten
dengan usia sekitar 700.000 tahun yang lalu Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
berdasarkan penentuan umur (dating) Situs Wolosege terletak pada koordinat 08°
Metode Argon-Argon dan didukung dengan 41´26,1" Lintang Selatan dan 121°05’59,6”
metode Fission Track, dan metode Uranium Bujur Timur dengan ketinggian 337 meter di
dan Thorium. Manusia purba dari Situs atas permukaan laut. Situs Wolosege terletak
Matamenge dianggap sebagai nenek moyang pada Satuan Morfologi Bergelombang
hobbit atau manusia Liang Bua (Homo Lemah dengan kemiringan lereng 2%-8%,
floresiensis) (Kurniawan, dkk., 2016). serta tersusun oleh batuan breksi vulkanik
c. Situs Lembah Menge (Intan, 2007).
42
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
Di situs ini tidak ditemukan artefak litik 870.000 ± 840.000 BP (Morwood dkk,
maupun fragmen fosil-fosil tulang vertebrata 1999: 273 - 286).
(Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko 2008). Situs
Wolosege digali secara intensif oleh P3G 3.2.2. Kabupaten Nagekeo
bekerjasama dengan University of New Cekungan Soa yang termasuk wilayah
England (Australia) sejak tahun 2004 – Kabupaten Nagekeo, telah menemukan 7
2005. Dari hasil ekskavasi tersebut telah lokasi yang mengindikasikan adanya
ditemukan sejumlah artefak batu (berupa aktivitas manusia masa lalu, yaitu:
serpih-bilah), sedangkan dari survei a. Situs Olabula
permukaan banyak ditemukan alat-alat batu Situs Olabula, merupakan situs terbuka
yang pada umumnya berbentuk masif (open site), termasuk wilayah Kelurahan
(Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko 2008). Olakile, Kecamatan Boawae, Kabupaten
e. Situs Boa Lesa Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Situs Boa Lesa, merupakan situs terbuka Situs Olabula terletak pada koordinat 8°
(open site), termasuk wilayah Desa 41’28,8” Lintang Selatan dan 121°0744,1”
Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten Bujur Timur dengan ketinggian 275 meter di
Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. atas permukaan laut. Situs Olabula terletak
Situs Boa Lesa terletak pada koordinat 8° pada Satuan Morfologi Dataran dengan
41’45,8” Lintang Selatan dan 121°06’02,7” kemiringan lereng 0%-2%, serta tersusun
Bujur Timur dengan ketinggian 337 meter di oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 2007).
atas permukaan laut. Situs Boa Lesa terletak Di situs ini ditemukan artefak litik, dan
pada Satuan Morfologi Bergelombang fragmen fosil tulang dan gigi vertebrata
Lemah dengan kemiringan lereng 2%-8%, (umumnya dari jenis Stegodon), khusus
serta tersusun oleh batuan breksi vulkanik temuan artefak litik didominasi oleh serpih-
(Intan, 2007). Di situs ini ditemukan artefak bilah, yaitu batu inti, serpih dengan retus,
litik, dan fragmen fosil tulang dan gigi serpih, kapak penetak, dan bilah (Jatmiko
vertebrata, khusus temuan artefak litik dkk., 2007; Jatmiko 2008). Situs Ola Bula
didominasi oleh serpih-bilah, yaitu batu inti, juga pernah diteliti oleh P3G Bandung
serpih dengan retus, serpih, kapak penetak, bekerjasama dengan University of New
tatal dengan jejak retus, dan batuan kuarsa England (Australia) sejak akhir tahun 1990-
(Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko 2008). Situs an. Dari hasil penelitian (melalui ekskavasi)
Boa Lesa juga pernah dilakukan penelitian tersebut telah ditemukan berbagai jenis fosil
secara intensif oleh P3G Bandung bekerja fauna dari Stegodon besar dan sejenis tikus
sama dengan University of New England besar (Morwood dkk, 1999:273-286).
pada tahun 1998 – 1999. Dalam penelitian di b. Situs Kampung Lama Olabula
situs ini telah ditemukan beberapa temuan Situs Kampung Lama Olabula,
berupa fragmen fosil Stegodon jenis besar merupakan situs terbuka (open site),
dan artefak batu dengan pertanggalan termasuk wilayah Kelurahan Olakile,
43
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, sampai akhir tahun 1990-an. Dari hasil
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Situs ekskavasi tersebut telah ditemukan sejumlah
Kampung Lama Olabula terletak pada artefak batu (berupa serpih-bilah) dan fosil-
koordinat 8°41’41,9” Lintang Selatan dan fosil tulang serta gigi Stegodon kerdil
121°08’22,8” Bujur Timur dengan (pigmy) (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko 2008).
ketinggian 285 meter di atas permukaan d. Situs Ngamapa
laut. Situs Kampung Lama Olabula terletak Situs Ngamapa, merupakan situs terbuka
pada Satuan Morfologi Dataran dengan (open site), termasuk wilayah Lingkungan
kemiringan lereng 0%-2%, serta tersusun Wolowawu, Kelurahan Olakile, Kecamatan
oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 2007). Boawae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa
Di situs ini ditemukan fragmen fosil-fosil Tenggara Timur. Situs Ngamapa terletak
tulang dan gigi vertebrata (umumnya dari pada koordinat 8°41’31,6” Lintang Selatan
jenis Stegodon), serta bekas tiang (umpak) dan 121°09’21,2” Bujur Timur dengan
rumah yang sudah ditinggalkan (Jatmiko, ketinggian 225 meter di atas permukaan
2007; 2008). laut. Situs Ngamapa terletak pada Satuan
c. Situs Tangitalo Morfologi Dataran dengan kemiringan
Situs Tangitalo, merupakan situs terbuka lereng 0%-2%, serta tersusun oleh batuan
(open site), termasuk wilayah Kelurahan breksi vulkanik (Intan, 2007).
Olakile, Kecamatan Boawae, Kabupaten Di situs ini ditemukan artefak litik,
Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. sedangkan fragmen fosil-fosil tulang tidak
Situs Tangitalo terletak pada koordinat 8° ditemukan khusus temuan artefak litik
41’52,3” Lintang Selatan dan 121°08’10,2” didominasi oleh serpih-bilah, yaitu batu inti
Bujur Timur dengan ketinggian 175 meter di (cores), serpih dengan retus, serpih, kapak
atas permukaan laut. Situs Tangitalo terletak penetak (chopping-tool), serpih, serut
pada Satuan Morfologi Dataran dengan samping, serut berpunggung tinggi tipe tapal
kemiringan lereng 0%-2%, serta tersusun kuda (horse-hoff), dan kapak perimbas
oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 2007). (chopper) (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko
Di situs ini tidak ditemukan artefak litik 2008).
maupun fragmen fosil-fosil tulang vertebrata e. Situs Kopotuwo
(Jatmiko, 2007; 2008). Situs Tangi Talo Situs Kopotuwo, merupakan situs terbuka
merupakan situs tertua di wilayah Cekungan (open site), termasuk wilayah Lingkungan
Soa. Dari hasil pertanggalan diketahui Wolowawu, Kelurahan Olakile, Kecamatan
bahwa situs ini mempunyai pertanggalan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa
900.000 ± 700.000 BP (Morwood dkk, Tenggara Timur. Situs Kopotuwo terletak
1999:273-286). Situs ini pernah diteliti pada koordinat 8°41’43,2” Lintang Selatan
secara intensif oleh P3G, Bandung dan 121°09’34,6” Bujur Timur dengan
bekerjasama dengan University of New ketinggian 312 meter di atas permukaan
England (Australia) sejak pertengahan laut. Situs Kopotuwo terletak pada Satuan
44
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
Morfologi Dataran dengan kemiringan laut. Situs Sagala terletak pada Satuan
lereng 0%-2%, serta tersusun oleh batuan Morfologi Dataran dengan kemiringan
breksi vulkanik (Intan, 2007). Di situs ini lereng 0%-2%, serta tersusun oleh batuan
tidak ditemukan adannya artefak litik, breksi vulkanik (Intan, 2007). Di situs ini
namun menemukan fragmen fosil tulang dan tidak ditemukan adannya artefak litik,
gigi vertebrata (umumnya dari jenis namun menemukan fragmen fosil tulang dan
Stegodon) (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko gigi vertebrata (umumnya dari jenis
2008). Stegodon) (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko
f. Situs Dozo Dhalu 2008).
Situs Dozo Dhalu, merupakan situs
terbuka (open site), termasuk wilayah 3.2 Klasifikasi Petrologi Alat Litik
Lingkungan Wolowawu, Kelurahan Olakile, Hasil industri pendukung budaya
Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, paleolitik Cekungan Soa, adalah alat-alat
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Situs Dozo litik. Alat-alat litik yang ditemukan tersebut,
Dhalu terletak pada koordinat 8°42’01,5” berdasarkan klasifikasi petrologi, ternyata
Lintang Selatan dan 121°09’13,3” Bujur mereka memilih batuan-batuan yang
Timur dengan ketinggian 287 meter di atas mempunyai sifat-sifat khusus antara lain,
permukaan laut. Situs Dozo Dhalu terletak struktur batuan yang kompak (massive),
pada Satuan Morfologi Dataran dengan sifat mudah terbelah (breakability) yang
kemiringan lereng 0%-2%, serta tersusun baik, tidak mempunyai pecahan (fracture),
oleh batuan breksi vulkanik (Intan, 2007). mempunyai kekerasan (hardness) yang
Di situs ini ditemukan artefak litik, dan tinggi, kesamaan mineral (homogenity), dan
fragmen fosil tulang dan gigi vertebrata beberapa sifat fisik lain yang mendukung
(umumnya dari jenis Stegodon), khusus (Intan, 1999).
temuan artefak litik didominasi oleh serpih- Klasifikasi petrologi dilakukan terhadap
bilah, yaitu batu inti, serpih dengan retus, semua alat-alat litik yang ditemukan selama
serpih, serut samping, serut ujung dan bilah penelitian, yang tujuannya adalah untuk
berpunggung (Jatmiko dkk., 2007; Jatmiko mengetahui jenis batuan secara megaskopis.
2008). Hasil klasifikasi tersebut, maka batuan yang
g. Situs Sagala terpilih sebagai alat litik di Cekungan Soa
Situs Sagala, merupakan situs terbuka adalah jasper, chert, tufa kersikan, andesit,
(open site), termasuk wilayah Lingkungan dan basal, sebagai berikut:
Wolowawu, Kelurahan Olakile, Kecamatan a. Jasper, berdasarkan klasifikasi petrologi,
Boawae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa termasuk batuan sedimen kimia (Huang,
Tenggara Timur. Situs Sagala terletak pada 1962).
koordinat 8°42’41,7” Lintang Selatan dan b. Chert, berdasarkan klasifikasi petrologi,
121°09’21,8” Bujur Timur dengan termasuk batuan sedimen kimia (Huang,
ketinggian 287 meter di atas permukaan 1962).
45
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
46
M. Fadlan F .Intan Geoarkeologi Cekungan Soa, Flores, Nusa Tenggara Timur
47
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2017: 31-48
48
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari. Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur
1 Palembang
Abstract
East Ilir District I Palembang contains a wealth of historical and cultural data such as
historical sites from the time of Sriwijaya to Colonial especially on toponymous studies. The
purpose of this research is to know the value of toponym history during the reign of Sultan-
ate of Palembang Darusallam in subdistrict of ilir east I Palembang. This study uses de-
scriptive qualitative method is a method that talked about the results of observation inter-
views or penelaan documents. This research is also systematically there are main activities
ysng done: Technique of data collection through activity of direct observation to research
location. From the research results can be concluded that the history of toponyms in East
Ilir District I Palembang has a relationship with the history of the government of the Islamic
empire in Palembang Palembang Sultanate Darusallam. The toponymous study in East Ilir I
Palembang Sub-district is a lot of historical relics such as Kepandean Street (Iron Craft),
Sayangan Street (Copper Craftsmen), Street Segaran (Swimming Baths), Tengkuruk River
Road (Son of Musi River), Angsoko Temple Road (Temple Complex and Tomb of Prince
Madi Angsoko of the kingdom of Palembang) as well as toponyms in the form of National-
ism and Geographical form (Natural Results).
Abstrak. Kecamatan Ilir TImur I Palembang menyimpan kekayaan data sejarah dan
budaya yang sangat banyak seperti Situs-situs sejarah dari masa Sriwijaya sampai Kolonial
terutama mengenai kajian toponim. Tujuan dalam penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui nilai sejarah toponim pada masa pemerintahan Kesultanan Palembang
Darusallam di kecamatan ilir timur I Palembang. Penelitian ini menggunakan metode
Deskriptif Kualitatif adalah metode yang membicarakan berupa hasil pengamatan
wawancara atau penelaan dokumen. Penelitian ini juga secara sistematis ada kegiatan pokok
ysng dilakukan yaitu: Teknik pengumpulan data melalui kegiatan observasi langsung ke
lokasi penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sejarah toponim di
Kecamatan Ilir Timur I Palembang memiliki hubungan dengan sejarah pemerintahan
kerajaan Islam di Palembang yaitu Kesultanan Palembang Darusallam. Kajian toponim di
Kecamatan Ilir Timur I Palembang ini banyak sekali peninggalan sejarah seperti Jalan
Kepandean (Pengerajin Besi), Jalan Sayangan (Pengerajin Tembaga), Jalan Segaran (Kolam
Pemandian), Jalan Sungai Tengkuruk (Anak Sungai Musi), Jalan Candi Angsoko (Komplek
Percandian dan Makam Pangeran Madi Angsoko dari kerajaan Palembang) dan juga
toponim dalam bentuk Nasionalisme dan bentuk Geografis (Hasil alam).
50
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari. Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur
1 Palembang
Nusantara ini memiliki nama-nama yang Tuo, prasasti Ligor, prasasti Palaspasemah,
sangat unik baik dari segi geografisnya prasasti Telaga Batu dan juga temuan Arca
maupun kesejarahannya. Hal inilah yang Budha yang diperkiran sisa-sisa peradaban
menjadikan ilmu toponim sangat istimewa. kerajaan Sriwijaya di Palembang (Sholeh
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan 2015, 24).
bahwa kajian tentang studi toponim ini Kemudian Pada sekitar abad ke 14
merupakan kajian khusus yang membahas sampai abad 16 keadaan kota Palembang
tentang nama-nama tempat, nama jalan, berlangsung pengislamiasian secara
nama gedung dan nama lain sebagianya menyeluruh ke segala penjuru Palembang
yang digunakan dengan maksud untuk dengan berdirinya kerajaan Palembang
mempermudah manusia dalam Darusalam yang dipimpin oleh Kyai Gede
mengidentifikasi, menginformasikan dan Ing Suro yang merupakan Ulama asal Jawa
serta mengkomunikasikan antar sesama yang pindah ke Palembang karena terdesak
manusia. Hal ini juga dalam menjelaskan oleh kerajaan Pajang yang menghancurkan
toponim-toponim yang ada di Kecamatan Demak. Selanjutnya, kesultanan Palembang
Ilir Timur 1 Palembang yang didalamnya dipimpin oleh Sultan Abdurahman
terdapat banyak sekali sisa-sisa sejarah Khalifatul Mukminin membuka asa kerajaan
maupun budayanya Palembang Darusalam dengan bangga
Bila berbicara mengenai eksistensi kota menggunakan gelar ”Sultan”. Kekuasaan
Palembang. Maka yang terpintas dibenak Palembang Darusalam mendirikan
kita adalah salah satu kota tertua di keratonnya didekat sungai Musi (Museum
Nusantara. Dan sudah tercatat dalam SMB II sekarang). Kepemimpinan
catatan sejarah H. Kern berpendapat kata kesultanan Palembang ini terus berlangsung
Sriwijaya dalam tulisan beberapa Prasasti dengan raja-raja yang terkenalnya Sultan
yang ditemuan di Sumatera Selatan Mahmud Jaya Wikromo atau SMB 1,
menjelaskan nama Sriwijaya adalah sebuah kemudian ada Sultan Mahmud Badarudin 2.
kerajaan yang berdiri pada tahun 604 Saka Kejayaan kesultanan Palembang ini
atau abad ke VII Masehi dan terletak di tepi membawa kota Palembang menjadi salah
sungai besar (Musi) Palembang sekarang. satu wilayah di Sumatera yang memiliki
Selain itu informasi yang berpendapat nilai sejarah yang tinggi (Gadjanata 1989,
tentang kekuatan tentara maritimnya yang 126).
sangat besar dan Sriwijaya sebagai penguasa Dalam sejarahnya, Pembangunan
lautan merupakan awal ditemukannya infrastuktur kota Palembang terus dilakukan.
prasasti Kedukan Bukit yang juga Pada pemerintah Kolonial Belanda juga
ditemukan di Palembang. Selain adanya membangun berbagai infrastruktur guna
temuan prasasti Kedukan Bukit ada juga menunjang kelangsungan Kolonialisme di
beberapa temuan prasasti lainnya antara Palembang dan daerah-daerah lain di
lain; prasasti kota Kapur, prasasti Talang Indonesia. Belanda pun telah menjadikan
51
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 49-65
negeri ini sebagai tanah air kedua bagi Kecamatan Ilir Timur I Palembang, yang
mereka. Karena hampir separuh orang memiliki 11 Kelurahan dengan luas wilayah
Belanda saat itu pernah menetap dan tinggal yaitu 6,5 KM2. Palembang yang dikenal
lama di tanah jajahan Indonesia, termasuk dengan sejarah dan budayanya ternyata
wilayah Palembang. Kemudian pada masa masih banyak peninggalan-peninggalan
pendudukan Jepang pada tahun 1942-945, yang sampai saat ini masih belum tersentuh
kantor ledeng dijadikan kantor Syuco-kan oleh para peneliti sejarah yang ada. Salah
(kantor Residen). Kemudian saat satu tinggalan sejarah tersebut yaitu toponim
kemerdekaan RI kantor ledeng menjadi pada masa kerajaan Palembang hingga
saksi heroisme pemuda di Palembang. Pada berlanjut pada masa Pemerintahan
tahun 1963 kantor ledeng ini menjadi pusat Kesultanan Palembang Darusallam
kantor pemerintahan kota praja atau kantor Adapun faktor penyebab banyaknya
Walikota Palembang sekarang (Novita 2015, masyarakat yang belum mengetahui tentang
23). sejarah toponim pada masa pemerintahan
Pemerintah kota Palembang telah Kesultanan Palembang Darusallam di
melakukan upaya perlindungan sejarah dan Kecamatan Ilir Timur I Palembang ini
kebudayaan dengan cara mengabdikan nama karena kurangnya tulisan-tulisan dan
-nama tempat dan jalan yang ada di kota dokumen-dokumen yang berhubungan
Palembang dengan berpegang kepada nilai- langsung dengan penjelasan mengenai
nilai sejarah dan budaya yang tinggi. kajian toponim ini. Seharusnya penelitian
Penamaan jalan dan tempat di kota tentang sejarah toponim pada masa
Palembang adalah salah satu bentuk pemerintahan Kesultanan Paelmbang ini
perhatian pemerintah terhadap budaya dan mendapatkan perhatian khusus karena
sejarah Palembang sebagai kota tua. Istilah didalamnya terkandung nilai-nilai sejarah
ini lebih dikenal sebagai ilmu toponim. dan budaya kelokalan daerah Palembang
Selain itu toponim juga merupakan serta merupakan kekayaan nasional yang
gambaran ciri khas suatu daerah yang perlu digali, dipelihara dan dibina untuk
membedakannya dengan daerah lain, karena memupuk kencintaan dan kebangsaan
toponim merupakan hasil kebudayaan terhadap budaya bangsa Indonesia.
masyarakat di suatu daerah yang bersumber Keistimewaan pemerintahan Kesultanan
dari hubungan timbal baliknya dengan Palembang Darusallam ini dapat dilihat
lingkungan di sekitarnya, baik aspek fisik dalam sejarah Toponimnya.
maupun nonfisik. Unsur kebudayaan yang Masalah utama dalam penelitian ini
paling kentara dalam toponim yaitu bahasa. adalah alasaan pembentukan toponim pada
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk, masa pemerintahan Kesultanan Palembang
terdiri dari banyak suku bangsa sehingga Darusallam berdasarkan sistem
memiliki bahasa yang berbeda-beda. pemerintahan, sistem pekerjaan, sistem
Penelitian ini dilakukan di Kawasan goegrafis di Kecamatan Ilir Timur I
52
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari. Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur
1 Palembang
Palembang serta nilai-nilai budaya yang dan Triangulasi metode dan teknik analisa
terkandung didalamnya. data analisa model interaktif (Sugiyono
Kemudian dalam setiap pembahasan 2011, 13-14).
terhadap permasalahan, pada dasarnnya Teknik Analisis Data Pertama reduksi
adalah keinginan untuk ikut serta data memisahkan data dan hasil penelitian
melindungi dan melestarikan nilai sejarah yang dilakukan dilapangan untuk dimasukan
dan budaya Kota Palembang melalui karya kedalam hasil, menajamkan,
tulis. Adapun tujuan penelitian ini adalah menggolongkan data seperti membagi
untuk mengetahui alasan pembentukan kemana data yang bisa dimasukan kedalam
topopnim berdasarkan sistem pemerintahan, hasil penelitian. Membuang data penelitian
pekerjaan dan geografis pemukiman pada yang tidak perlukan dan mengorganisasikan
masa Kesultanan Palembang. Kegunaan sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat
penelitian ini sebagai bahan masukan diambil. Kedua adalah penyajian data yaitu
kepada pemerintah untuk melestarikan dan sekumpulan informasi yang disusun
melindungi nilai-nilai sejarah dan budaya di sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat
Kota Palembang.. Sebagai langkah awal diambil (Sutopo 2006, 113).
(pelopor), untuk melakukan penelitian
selanjutnya tentang kajian toponim yang ada 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
di Kecamatan lainya di Kota Palembang. 3.1 Kecamatan Ilir Timur I Palembang
Diharapkan juga penelitian ini dapat Kecamatan Ilir Timur I Palembang
menambah khazanah di bidang sejarah dan dengan luas wilayah yaitu 6,5 KM2,
budaya. Tujuan dalam penelitian ini merupakan salah satu wilayah pemerintahan
bermaksud untuk mengetahui nilai sejarah administrasi yang semakin berkembang
toponim pada masa pemerintahan pesat dari berbagai macam sector. Dengan
Kesultanan Palembang Darusallam di letak yang sangat strategis membuat
kecamatan ilir timur I Palembang perkembangan infrasturkur dan
pembangunan semakin dirasakan di
2. Metode Penelitian Kecamatan Ilir Timur I Palembang ini.
Metode pengumpulan data dalam Kecamatan Ilir Timur I Palembang terletak
penelitian ini menggunakan cara berupa ditengah-tengah jantung Kota Palembang
survey dan pengamatan langsung dilapangan dan memiliki 11 Kelurahan di mulai dari
(Observasi). Metode Kualitatif merupakan Kelurahan 13 Ilir sampai Kelurahan 20 Ilir
cara yang digunakan oleh peneliti dalam D-IV. Kecamatan Ilir Timur I Palembang ini
mengumpulkan data penelitian saya berbatasan dengan beberapa Kecamatan
menggunakan wawancara, pengamatan atau Lain antara lain 1). Kecamatan Ilir Barat I,
observasi, tes, dokumentasi (Arikunto 2013, 2). Kecamatan Bukit Kecil, 3). Kecamatan
203). Kemudian untuk Validasi data Ilir Timur III, 4). Kecamatan Ilir Timur II,
menggunakan teknik Triangulasi sumber 5). Kecamatan Sukarami (BPS 2017, 21).
53
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 49-65
Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang “nym” adalah nama), selain itu dalam kajian
merupakan jantung pergerakan Ekonomi, geografi ilmu toponim ini sering disebut
Sosial serta budaya yang ada di Kota juga sebagai ilmu topografi “nama
Palembang. Membuat pembangunan di rupabumi” (Rais, 2008:2). Toponim disuatu
Kecamatan ini terus dilakukan oleh daerah merupakan ciri atau identitas
Pemerintah Kota Palembang. Hal ini tentu tersendiri yang membedakannya dengan
sangat berpengaruh terhadap lapisan-lapisan daerah lain, karena toponim merupakan hasil
sejarah serta budaya yang ada di Kecamatan kebudayaan masyarakat di suatu daerah
Ilir Timur 1 Palembang yang lama-kelamaan yang bersumber dari hubungan timbal balik
akan terkikis oleh perkembangan zaman dan dengan lingkungan berupa aspek fisik
pembangunan yang ada di Kecamata Ilir maupun nonfisik. Unsur kebudayaan yang
Timur 1 Palembang (Tim 2017, 2) paling kentara dalam toponim yaitu bahasa
Pembahasan mengenai sejarah toponim Indonesia sebagai bangsa yang majemuk,
pada masa pemerintahan Kesultanan terdiri dari banyak suku bangsa sehingga
Palembang Darusallam difokuskan memiliki bahasa yang berbeda-beda.
pembicaraan mengenai pengertian kajian Keilmuan toponim mempunyai dua
toponim dan wilayan administrasi pengertian, yaitu a) ilmu yang mempunyai
Kecamatan Ilir Timur I Palembang. Ilmu objek studi tentang toponim pada umumnya
toponim merupakan suatu kajian studi yang dan tentang nama geografis khususnya; dan
fokus untuk meneliti serta mengembangkan b) totalitas dari toponim dalam suatu region.
tingkat kemajuan manusia melalui simbol Toponim, dalam bahasa Inggris “toponym”
pemberian nama pada suatu kawasan tempat secara harfiah artinya nama tempat di muka
tinggal manusia. Ilmu toponim sendiri bumi (“topos” adalah “tempat”
memiliki arti yaitu nama-nama tempat di atau“permukaan” seperti “topografi” adalah
muka bumi. (“topos”adalah tempat dan gambaran tentang permukaan atau tempat-
54
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari. Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur
1 Palembang
tempat di bumi, dan “nym” dari “onyma” adalah “nama”), dan dalam bahasa Inggris
adalah “nama”), dan dalam bahasa Inggris kadang-kadang disebut “geographical
kadang-kadang disebut “geographical names” (nama geografis) atau “place
names” (nama geografis) atau “place names”. (Ruspandi 2014, 2)
names”. (Ruspandi 2014, 2) Kemudian dalam kajian studi toponim ini
Ilmu toponim merupakan suatu kajian memiliki unsur-unsur penting didalamnya.
studi yang fokus untuk meneliti serta Antara lain:
mengembangkan tingkat kemajuan manusia a. Unsur Kesejarahan maksudnya
melalui simbol pemberian nama pada suatu penamaan suatu wilayah, tempat,
kawasan tempat tinggal manusia. Ilmu nama jalan, nama gedung memiliki
toponim sendiri memiliki arti yaitu nama- unsur sejarah didalamnya. Sebagai
nama tempat di muka bumi. (“topos”adalah contoh Jalan. Jenderal Sudirman
tempat dan “nym” adalah nama), selain itu digunakan nama tersebut untuk
dalam kajian geografi ilmu toponim ini mengenang jasa Jenderal Sudirman
sering disebut juga sebagai ilmu topografi untuk mempertahankan Kemerdekaan
“nama rupabumi” (Rais, 2008:2). Toponim Indonesia.
disuatu daerah merupakan ciri atau identitas b. Unsur geografis maksudnya penamaan
tersendiri yang membedakannya dengan suatu wilayah, tempat, nama jalan,
daerah lain, karena toponim merupakan hasil nama gedung memiliki unsur
kebudayaan masyarakat di suatu daerah geografisnya. Sebagai contoh jalan
yang bersumber dari hubungan timbal balik kebun manggis digunakan nama
dengan lingkungan berupa aspek fisik tersebut karena didaerah itu terdapat
maupun nonfisik. Unsur kebudayaan yang kebun manggis dan masyarakat
paling kentara dalam toponim yaitu bahasa menggunakan nama tersebut untuk
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk, memberikan nama pada tempat
terdiri dari banyak suku bangsa sehingga tersebut.
memiliki bahasa yang berbeda-beda. c. Unsur Kebudayaan maksudnya
Keilmuan toponim mempunyai dua penamaan suatu wilayah, tempat,
pengertian, yaitu a) ilmu yang mempunyai nama jalan, nama gedung memiliki
objek studi tentang toponim pada umumnya unsur budayanya. Sebagai contoh
dan tentang nama geografis khususnya; dan jalan. Kepandean nama tersebut
b) totalitas dari toponim dalam suatu region. diberikan masyarakat karena didaerah
Toponim, dalam bahasa Inggris “toponym” itu terdapat orang-orang pengrajin
secara harfiah artinya nama tempat di muka besi.
bumi (“topos” adalah “tempat” Keilmuan toponim merupakan salah
atau“permukaan” seperti “topografi” adalah satu bidang ilmu yang mempunyai tugas
gambaran tentang permukaan atau tempat- khusus untuk meneliti mengapa suatu daerah
tempat di bumi, dan “nym” dari “onyma” di Nusantara ini memiliki nama-nama yang
55
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 49-65
sangat unik baik dari segi geografisnya beriklim tropis (panas) (Safwan 2004, 24-
maupun kesejarahannya. Hal inilah yang 26).
menjadikan ilmu toponim sangat istimewa. Curah hujan di daerah ini cukup tinggi,
Dari penjelasan diatas dapat daerahnya subur. Tanaman untuk ekspor
disimpulkan bahwa kajian tentang studi juga dihasilkan daerah kesultanan
toponim ini merupakan kajian khusus yang Palembang. Tanaman itu adalah : lada, kopi,
membahas tentang nama-nama tempat, cengkeh, dan tumbuhan. Di daerah
nama jalan, nama gedung dan nama lain pedalaman juga dihasilkan buah-buahan dan
sebagianya yang digunakan dengan maksud sayur-sayuran. Di daerah pedalaman bertani
untuk mempermudah manusia dalam disebut dengan berladang. Sistem
mengidentifikasi, menginformasikan dan perladangan dinamai “Ume”. Sebagian besar
serta mengkomunikasikan antar sesama daerah pedalaman hidup bertani. Penduduk
manusia. Hal ini juga dalam menjelaskan kota Palembang hidup dari pelayaran dan
toponim-toponim yang ada di Kecamatan perdagangan.
Ilir Timur 1 Palembang yang didalamnya
terdapat banyak sekali sisa-sisa sejarah
maupun budayanya.
56
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari. Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur
1 Palembang
diberikan oleh orang tua mereka sehingga Islam di Kesultanan Palembang mengalami
harus dijalan antar sesama kerluarga. kemajuan pesat. Dalam pemerintahan Sultan
(Hanafiah 2005, 4). Abdurrahman atau Sunan Cindeh Balang
Orang Arab, India dan Cina umumnya (1659-1706) agama Islam ditetapkan sebagai
tinggal di kota Palembang. Mereka hidup agama resmi Kerajaan. Kebijakan yang
dari berdagang. Tempat tinggal mereka tidak diberlakukan dengan sistem Guguk ini
jauh dari pasar. Orang-orang ini membentuk dirasakan sangat mempermudah Sultan
perkampungan tersendiri di dalam kota dalam mengatur serta mengontrol
Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin II masyarakat pribumi. selain mudah mengatur
memperoleh sumber keuangan dari masyarakt ternyata sistem Guguk dirasakan
golongan pedagang dan Sultan juga dapat menambah Income karena setiap
menerima setoran pajak dari pelabuhan. Guguk memproduksi hasil kerajian serta
Rakyat biasa umumnya terdiri dari orang olahan dari kerajinan tangan masing-masing
Senan dan orang Miji yang bertempat masyarakat seperti Guguk Kepandean,
tinggal di kota Palembang hidup sebagai Guguk Sayangan, Guguk Kuningan, Guguk
buruh dan ada juga yang bertani. (Hanafiah Pelampitan.
2005, 5).
Di antara orang Miji dan orang Senan ini 3.2.1 Kecamatan Ilir Timur I Palembang
ada yang menjadi prajurit Kesultanan. Kecamatan ilir Timur I Palembang
Mereka juga bertugas membuat benteng dengan luas wilayah yaitu 6,5 KM2,
pertahanan. Selain itu mereka melayani merupakan salah satu wilayah pemerintahan
keperluan Sultan seperti memperbaiki rumah administrasi yang semakin berkembang
dan perahu Kerajaan. Orang Miji dan orang pesat dari berbagai macam sector. Dengan
Senan merupakan prajurit yang tangguh letak yang sangat strategis membuat
dalam peperangan. Perkembangan agama perkembangan infrasturkur dan
57
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 49-65
50 Tahun tau persis dimana letak jalan ini. Memasuki kawasan Kelurahan 16 Ilir
Palembang tepatnya jalan Sayangan.
Jalan ini terletak dimulai dari daerah 9 Ilir
Menurut Hanafia (1995, 24) Bila mendengar
yang berbatasan langsung dengan jalan
kata Sayangan tentu akan membuat
Slamet Riyadi dan berakhir di daerah 15 Ilir
masyarakat bertanya-tanya ada apa dibalik
berbatasan dengan jalan Sayangan 16 Ilir.
penamaan Jalan Sayangan ini. Sementara
Dengan panjang jalan 700 Meter dengan
menurut Soekirman (1993, 4) sayangan
lebar jalan sedikit agak kecil yaitu 4,5 meter merupakan suatu daerah disekita pusat kota
membuat hanya terdapat 1 jalur untuk Palembang yang pada tahun 1920 an
menuju kearah jalan Sayangan 16 Ilir Pa merupakan sentra kerajinan berbahan
lembang. daerah Segaran ini merupakan tembaga. Hampir seluruh pengrajin tembaga
daerah air (Danau) yang digunakan untuk tinggal dalam satu kawasan ini. Jalan
membersikan diri pada masa Kesultanan Pa sayangan ini memiliki panjang yaitu 200
lembang Darusallam.
59
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 49-65
d) Lorong Kuningan
Setelah berbicara mengenai jalan Segaran
15 Ilir Palembang, ternyata ada salah satu
kawasan yang bernama Lorong Kuningan.
Menurut Soekirman (1993,4) Guguk
Kuningan kalau masyarakat sekitar
Gambar 11. Lorong Kuningan 15 Ilir Palem
menyebutnya. Lorong Kuningan ini bang (Dokumentasi Pribadi Refi
merupakan salah satu Lorong lama yang ada co Apriansyah)
60
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari. Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur
1 Palembang
f) Sungai Tengkuruk
berbatasan dengan jalan Masjid Lama dan
Jalan Pasar 16 Ilir Palembang. Dengan titik
Koordinat yaitu 48 M 0473758 UTM
9668909. Pemberian nama jalan ini dengan
nama Kebumen karena kawasan ini adalah
tempat tinggal para Demang dan juga para
Mangkubumi tinggal dengan sebutan
Kebumen. Kebumen terbagi atas 2 wilayah
yaitu Kebumen darat sepanjang 75 meter
dan Kebumen laut yang langsung terhubung
dengan Sungai Musi. Keadaan daerah
Gambar 12. Foto Jalan Kepandean (Pengerajin
Besi) Dokumentasi Pribadi Refi Kebumen ini banyak ditinggali oleh warga
co Apriansyah
ionghoa yang masih menjalankan kegiatan
perdagangan.
Memiliki nomor titik koordinat 48 M
0473499 UTM 9669730. Jalan selanjutnya
yang ada di kelurahan 16 Ilir Palembang
yaitu jalan Sungai Tengkuruk. Sungai
Tengkuruk merupakan salah satu dampak
akibat kebijakan Geemente Palembang pada
tahun 1921 dengan Master Plannya yaitu Ir.
Thomas Krasten yang mengubah ruang air
menjadi ruang daratan. Akibanya sungai
Tengkuruk ini menjadi salah satu jalan yang
terhubung dengan pasar 16 Ilir dan jalan
Jenderal Sudirman. Menurut Dedi Irwanto
Gambar 13. Jalan Sungai Tengkurruk 16 Ilir
(2011, 45) jalan sungai Tengkuruk ini Palembang (Dokumentasi
Pribadi Refico Apriansyah)
merupakan anak sungai Musi yang
kemudian di lakukan penimbunan dengan
diberlakukanya sistem Geemente perubahan h) Kawasan Jalan Purban
ruang air menjadi ruang darat. Penimbunan Dengan titik Koordinat yaitu 48
sungai Tengkuruk ini menggunakan Puruh 0473750 UTM 96689010. Jalan Purban
dan krikil dengan tanah liat baru kemudian terletak di kawasan 16 Ilir Palembang.
dicorr dengan semen dan aspal. Kawasan ini pada masa Pemerintahaan
Palembang Darusallam merupakan tempat
g) Jalan Kebumen tingga para pangeran Purbo. Sama halnya
Jalan yang berada di kawasan Keluraha dengan jalan kebumen kawasan purban
16 Ilir adalah jalan Kebumen yang ditetapkan sebagai tempat tinggal para
Gambar 14. Jalan Kebumen 16 Ilir Palem Gambar 15. Jalan Kebumen 16 Ilir Palembang
bang (Dokumentasi Pribadi (Dokumentasi Pribadi Refico Apri
Refico Apriansyah) ansyah)
pangeran Purbo karena masih berada dalam yang diperkirakan sebagai pondasi kompleks
kawasan keraton kesultanan Palembang percandian Hindu Abad ke 9 di Palembang.
Darusallam. Kemudian peralihan peradaban pada masa
Kesultanan Palembang Darusallam Reclye
i) Jalan Candi Angsoko perubahan fungsi Candi menjadi Komplek
Dikelurahan kelurahan 20 Ilir D-I ada Pemakaman. Keadaan Candi sendiri pada
jalan yang bernama jalan candi Angsoko. saat sekarang sudah tidak ada lagi karena
Jalan candi Angsoko yang panjang jalanya adanya lapisan sejarah baru yaitu kompleks
lebih kurang 100 meter dan terhubung pemakaman Pangeran Madi Angsoko
dengan jalan Taman Siswa. Jalan ini diberi keluarga dari Kesultanan Palembang
nama jalan candi Angsoko dikarenakan Darusallam.
disekitar jalan ini terdapat komplek
pemakaman pangeran Madi Angsoko yang
merupakan keturunan dari kesultanan
Palembang Darusallam. Dengan titik
koordinat yaotu 48 M 0472805 UTM
9670878. Berdasarkan hasil penelitian Tim
Peneliti sejarah dan Budaya Mahasiswa
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI
Palembang pada tahun 2016 yang lalu
berhasil menemukan struktur bata Hindu Gambar 16. Candi Angsoko 20 Ilir D-1 Pa-
lembang (Dokumentasi Pribadi
dan juga ditemukan Keramik Dinasti Ming. Refico Apriansyah)
Selain itu ada bongkahan batuan Granit
62
Refico Apriansyah dan Ahmad Zamhari. Toponim Pada Masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusallam Di Kecamatan Ilir Timur
1 Palembang
63
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 49-65
64
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
Abstract
Watervang dam is built by stemming the Kelingi River which divides Lubuk Linggau City.
The dam is built for the purpose of developing agriculture and the economy after ethical
politics. This paper looks at how the influence of the Watervang Dam on Lubuk Linggau
City and its development to date. To see the influence of the survey and the study of dam li-
braries in the present. This dam consists of dam components, suspension bridges, water res-
ervoirs, water gates, sedimentary buildings, warehouses, rain gauges, and tourism support
buildings. The influence of the watervang dam in general to Lubuk Linggau City is the for-
mation of the city's supporting area. This city's economic support area is one of the largest
rice producers in South Sumatra until now.
65
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 66-79
Dalam usaha untuk mengembangkan Kelingi sebagai ibu kota Onder Afdeling
wilayah Indonesia pemerintah Belanda Musi Ulu yang menggantikan Muara Beliti.
mulai banyak membangun bangunan- Untuk itu dibangunlah kota lengkap dengan
bangunan air dan melakukan program sarananya, mulai dari pemerintahan,
transmigrasi. pendidikan, keamanan, dan pusat ekonomi.
Pembangunan bangunan air diantaranya Karena wilayah yang awalnya kurang
pembangunan waduk, bendungan, bendung, penduduk, di daerah ini didatangkan
embung, dan sebagainya. Pada masa itu penduduk dari Pulau Jawa. Pada tahun 1940
kebanyakan pembangunan bangunan air -an sudah ada pemukiman di daerah yang
adalah untuk keperluan irigasi. Tahun 1907 direncanakan untuk irigasi tetapi pecahnya
adalah saat yang paling penting bagi sejarah perang dunia kedua membuat pemerintah
irigasi di Sumatera. Tahun itu adalah tahun Belanda kurang mendapat manfaat dari
pertama pemerintah Belanda memberikan rencana pembangunan bendungan dan
perhatian yang cukup besar bagi irigasi di saluran irigasinya.
luar pulau Jawa (Asnan 2016, 138). Beberapa penelitian tentang bangunan
Pembangunan irigasi untuk kepentingan kolonial sudah pernah dilakukan oleh Balai
sawah dan perkebunan lainnya berhubungan Arkeologi Sumatera Selatan tetapi penelitian
erat dengan pembukaan banyak daerah baru tentang bangunan air belum pernah
untuk daerah perkebunan di Sumatera dilakukan sebelumnya. Penelitian arkeologi
(Asnan 2016, 139). Pembukaan daerah baru kolonial di wilayah kerja Balar Sumatera
ini akhirnya akan mendorong transmigrasi Selatan sebelumnya lebih banyak dilakukan
penduduk untuk menambah jumlah tenaga pada tata kota, stasiun kereta api, dan
kerja. mercusuar. Sebagian besar berhubungan
Salah satu bangunan air yang cukup dengan perdagangan dan pertambangan.
dikenal di wilayah Sumatera Selatan adalah Sehingga penelitian tentang bangunan air ini
bangunan yang bernama Bendungan diharapkan dapat menambah
Watervang. Bendungan ini diberi nama perbendaharaan data dalam bidang
watervang yang berasal dari Bahasa Belanda pertanian, ekonomi, dan perkebunan.
dengan arti perangkap air. Bendungan
Watervang ini berada di Desa Watervang 1.2. Permasalahan
Kota Lubuklinggau. Bendungan Watervang Penelitian ini akan berusaha untuk
dibangun pada tahun 1941 oleh pemerintah menjawab permasalahan yaitu
Belanda dengan membendung Sungai “Bagaimanakah pengaruh bendungan
Kelingi. Bendungan ini memiliki fungsi watervang pada Kota Lubuk Linggau dan
awal untuk mengairi persawahan di wilayah perkembangannya sampai sekarang”. Untuk
Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi menjawab permasalahan ini maka penulis
Rawas. Bendungan ini dibangun bersamaan melakukan survei ke bendungan watervang
dengan pembangunan Dusun Marga Sindang untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:
66
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
67
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 66-79
a. Bendungan urugan (fill type dam) dengan panjang puncak maksimum 5 kali
adalah bendungan yang dibangun dari hasil tingginya.
penggalian bahan tanpa bahan tambahan lain g. Bendungan limbah industri (industrial
yang bersifat campuran secara kimia,jadi waste dam) adalah bendungan yang terdiri
betul-betul bahan pembentuk bendungan atas timbunan secara bertahap untuk
asli. menahan limbah yang berasal dari industri.
b. Bendungan beton (concrete dam) h. Bendungan pertambangan (main
adalah bendungan yang dibuat dengan tailing dam) adalah bendungan yang terdiri
konstruksi beton dengan tulang maupun atas timbunan secara bertahap untuk
tidak. menahan hasil galian pertambangan dan
6. Tipe bendungan berdasar fungsinya. bahan pembuatannya berasal dari hasil
a. Bendungan pengelak pendahuluan galian pertambangan itu.
(Primary coffer dam) adalah bendungn yang 7. Menurut ICOLD (The International
pertama-tama dibangun di sungai pada debit Commossion on Large Dams)
air rendah agar lokasi rencana bendungan a. Bendungan urugan tanah (earthfill
pengelak menjadi kering yang dams), yaitu bendungan yang lebih dari
memungkinkan pembangunan secara teknis. setengah volume terdiri atas urugan tanah
b. Bendungan pengelak (coffer dam) atau tanah liat.
adalah bendungan yang dibangun sesudah b. Bendungan beton berdasar berat
selesainya bendungan pengelak sendiri adalah bendungan beton yang
pendahuluan. direncanakan untuk menahan beban dan
c. Bendungan utama (main dam) adalah gaya yang bekerja padanya hanya berdasar
bendungan yang dibangun untuk satu atau atas berat sendiri.
lebih tujuan tertentu. c. Bendungan urugan batu (rockfill
d. Bendungan tinggi (high level dam) dams), adalah bendungan yang kekuatan
adalah bendungan yang terletak disisi kiri konstruksinya didasarkan pada urugan batu
atau kanan bendungan utama, yang tinggi dan sebagai lapisan kedap air memakai
puncaknya juga sama. tanah liat, tanah liat bercampur pasir/kerikil,
e. Bendungan di tempat rendah (sadlle lapisan aspal, beton bertulang atau
dam) adalah bendungan yang terletak ditepi geotextile.
waduk yang jauh dari bendungan utama d. Bendungan beton dengan penyangga
yang dibangun untuk mencegah keluarnya (concrete buttress dam) adalah bendungan
air dari waduk, sehingga air waduk tidak beton yang mempunyai penyangga untuk
mengalir ke daerah sekitarnya. menyalurkan gaya-gaya yang bekerja
f. Tanggul adalah bendungan yang padanya.
terletak di sisi kiri atau kanan bendungan e. Bendungan beton berbentuk lengkung
utama dan ditempat yang dari bendungan atau busur (concrete arch dam) merupakan
utama yang tingginya maksimum 5 meter bendungan beton yang direncanakan untuk
68
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
69
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 66-79
70
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
berlumpur terutama pada musim hujan. Luas bendungan ini. Dimana hanya komponen-
Daerah Aliran Sungai Kelingi ini 1928 km2 komponen yang kurang penting saja yang
dengan debit tertinggi 282 m3/detik. Secara telah mengalami pergantian. Komponen-
umum debit air masih melebihi kebutuhan komponen dari Bendungan Watervang ini
irigasi (Saleh 2010, 39). Di sebelah selatan antara lain:
sungai ini terdapat sarana untuk wisata 1. Bendungan
berupa lahan parkir, warung, tempat duduk, Merupakan bangunan utama dari
dan wc umum. Di sebelah utara juga bendungan ini. Dibangun melintang di
terdapat sarana untuk pariwisata tetapi Sungai Kelingi dengan arah utara-selatan.
kondisinya tidak terawat. Bendung ini memiliki panjang 50 m
(gambar 1). Bendung terbuat dari beton dan
3.2. Komponen Bendungan Watervang susunan batu. Bendung terletak di bawah
Secara politik pengelolaan Bendungan jembatan gantung dengan fungsi utama
Watervang ini kurang begitu bagus. Hal ini untuk menahan aliran Sungai Kelingi dan
dikarenakan bendungan ini dikelola oleh meninggikannya. Menurut pegawai di
Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII kantor BBWS VII bangunan bendungan ini
(BBWS VIII) yang berada dibawah Dinas belum pernah mengalami pergantian. Di
Pengairan Tingkat 1. Tetapi daerah sebelah selatan sungai yaitu bagian barat
irigasinya dikelola oleh Dinas Pekerjaan dari bangunan penampung air terdapat
Umum Kota Lubuklinggau dan Kabupaten tanggul yang terbuat dari tanah dengan
Musi Rawas sehingga terjadi kesulitan bagian yang menghadap sungai berlapis
dalam pencarian data bendungan batu. Sekarang bangunan tanggul ini juga
dikarenakan saling lempar tanggung jawab. sudah mengalami perubahan dengan
Bendungan ini merupakan bendungan penambahan lapisan semen di atasnya
dari masa kolonial yang bertahan sampai 2. Jembatan Gantung
sekarang. Menurut informasi di lapangan Jembatan gantung ini berfungsi untuk
tidak terjadi perubahan yang berarti terhadap menyeberang sungai terutama dari arah
71
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 66-79
selatan yang merupakan daerah kota ke arah Tiang jembatan terdiri atas tiang baja
utara yang merupakan daerah irigasi. berbentuk balok dengan pelindung kiri-
jembatan ini berukuran panjang 50 meter kanan juga terbuat dari baja. Tetapi bagian
sama dengan panjang bendungan. bawah jembatan tetap terbuat dari kayu
Sedangkan lebar jembatan 1,2 meter dengan kondisi saat diadakan pengamatan
(gambar 2). Jembatan ini sudah ada sejak ini banyak kayu yang hilang atau patah.
bendungan ini mulai beroperasi. Tetapi Pergantian jembatan kayu dengan jembatan
terdapat perubahan karena pada awal gantung baja ini dilakukan pada tahun 60an.
pembangunan semuanya terbuat dari kayu 3. Penampung Air
kecuali bagian kabelnya yang terbuat dari Bangunan ini secara umum berfungsi
baja. Sekarang semua bagian jembatan ini untuk mengendapkan lumpur dari Sungai
sudah diganti kecuali bagian kabelnya. Kelingi. Bangunan ini terdiri atas bangunan
Gambar 3. Bangunan penampung air bagian luar Gambar 4. Bagian dalam bangunan penampung
dilihat dari arah selatan (Sumber: air (Sumber: Dok. Balar Sumsel)
dok. Balar Sumsel)
72
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
tembok bersegi lima. Tembok yang berada Bangunan untuk pintu air ini berbentuk
di tepi sungai memiliki dua sisi dengan seperti trapesium yang membujur ke arah
lubang di bagian bawah sebagai tempat utara dan di bagian utaranya terdapat
mengalirnya air. Sedangkan salah satu sisi timbunan tanah berlapis semen. Di bagian
tembok tertutup secara keseluruhan dan dua atas bangunan pintu air ini terdapat pagar
sisi yang lain terdapat pintu air. Tembok yang sekarang terbuat dari baja yang
bagian luarnya (Gambar 3) juga berfungsi berfungsi sebagai pengaman. Dahulu pagar
untuk melindungi pintu-pintu air dari ini terbuat dari kayu. Selain itu terdapat juga
sampah yang dibawa sungai dan debit air alat untuk mengangkat pintu air yang
sungai yang terlalu tinggi saat banjir. berbentuk bulat dengan pegangan di
Sampah yang mengambang seperti kayu dan sekelilingnya seperti kemudi kapal. Alat ini
plastik akan tertahan oleh tembok sedangkan memiliki ukuran diameter 80 cm dan
airnya akan diendapkan di bangunan ini. dioperasikan dengan tenaga manusia.
4. Pintu Air Kemudian terdapat bangunan berbentuk
Bangunan pintu air ini berada di dua sisi seperti rumah tanpa tembok untuk
bangunan penampungan. Pintu air ini terdiri melindungi pintu air dari panas dan hujan.
atas dua bagian. Bagian pertama adalah Dahulu bangunan ini terbuat dari balok-
pintu air untuk menguras bangunan balok kayu dengan atap terbuat dari seng.
penampungan air dan bagian kedua Sekarang bangunan ini sudah diganti dengan
berfungsi untuk mengalirkan air ke arah baja bulat dengan atap dari seng. Bangunan
saluran pengendapan. Pintu air untuk ini identik dengan semua bangunan
pengurasan ini terdiri atas dua buah pintu air pelindung pintu air di saluran irigasi tersier
yang dibangun sejajar dengan bendungan dengan perbedaan pada ukurannya saja.
watervang (Gambar 4). Pintu air ini berguna 5. Saluran pengendapan
untuk membuang air yang berlebihan dan Saluran pengendapan berada di bagian
endapan lumpur kembali ke Sungai Kelingi. utara bendungan watervang. Saluran ini
Bangunan untuk pintu air ini memiliki tinggi mengalir ke arah timur kemudian berbelok
±9 meter dengan tebal di bagian atas ±2 ke arah timur. Memiliki lebar 8 meter
meter. Pintu airnya terbuat dari besi dengan kedalaman ±4 meter. Di bagian
berbentuk persegi panjang dengan dengan ujung terdapat pintu air untuk pembuangan
panjang ±2 meter. Pintu air ke arah saluran dan bangunan terjun ke arah irigasi. Di
pengendapan terdiri atas tiga pintu air yang bagian ini terdapat saluran yang lebih dalam
menghadap ke utara. Bangunan untuk pintu sebagai tempat penampung lumpur. Pintu air
air ini memiliki panjang 8,5 meter, tebal di saluran pengendapan ini terdiri atas tiga
bagian atas 180 cm, dan tinggi ±9 meter. buah pintu air dengan ukuran ±160x225 cm.
Pada bagian atas bangunan ini terdapat Rumah pelindung pintu air ini dahulu
bagian yang sudah ditambahkan yaitu pada terbuat dari balok kayu dengan atap seng
bagian atas bangunan pintu air ini. tetapi sekarang diubah menjadi bangunan
73
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 66-79
74
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
ini terlihat tidak memiliki daun pintu dan dahulu, masyarakat yang datang dari Ulak
menyimpan balok-balok kayu untuk Lebar tinggal disekitar lubuk yang banyak
mengganjal pintu air. ditumbuhi tanaman ubi lingge (Suwandi
7. Alat pengukur curah hujan 2011, 39). Tempat ini mulai dihuni sejak
Alat ini juga merupakan alat yang pertengahan abad 19. Tetapi mulai dibangun
ditambahkan. Penambahan dilakukan sekitar untuk menjadi kota sejak dipilih menjadi
tahun 70-an. Berfungsi untuk mengukur ibukota Onder afdelling Musi Ulu pada
curah hujan di sekitar Kota Lubuk Linggau. tahun 1933. Pada tahun 1925an kota ini
Alat ini terbuat dari logam berbentuk bulat mulai dibangun sebagai persiapan
dan terletak dalam pagar besi berbentuk pembangunan ibu kota Onder Afdelling
persegi (Gambar 7). Musi Ulu. Pembangunan komponen-
8. Bangunan pendukung pariwisata komponen kota sudah dimulai untuk
Di sekitar Bendungan Watervang cukup mendukung fungsi Kota Lubuk Linggau.
banyak bangunan yang dibangun untuk Antara lain pembangunan komponen
mendukung pariwisata baik bangunan pemerintahan berupa rumah dinas kontroleur
permanen ataupun semi permanen. dengan lapangan atau alun-alun, kantor
Bangunan permanen yang ada antara lain pusat pemerintahan, serta kantor justicie
lahan parkir, tempat duduk dari beton, dan atau pengadilan. Pada saat ini bangunan-
toilet umum. Bangunan semi permanen bangunan ini sudah tidak ada hanya
terdiri atas bangunan warung yang menjual meninggalkan bangunan rumah kontroleur
makanan dan minuman. saja. Komponen kota dengan fungsi
ekonomi ada pada pembangunan stasiun
3. Pembahasan beserta jalur kereta apinya, jalan raya, pasar,
Di Nama Kota Lubuk Linggau berasal perkebunan karet dan, perkebunan sawit,
dari nama lubuk dan ubi linggau. Hal ini dan Bendungan Watervang. Kawasan
dikarenakan pada awal pembangunannya perkebunan dan pertanian saat itu berada di
75
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 66-79
luar kawasan kota. Tetapi pembangunan dalam bendungan ukuran kecil. Berdasarkan
kawasan perkebunan dan pertanian ini pada tujuan pembangunannya pada awalnya
masa itu dilakukan oleh pemerintah kolonial bendungan ini dibangun hanya sebagai
sebagai penyokong Kota Lubuk Linggau. bagian dari irigasi sehingga memiliki tujuan
Pembangunan bendungan ini sesuai tunggal (single purpose dam). Kemudian
dengan politik yang dijalankan pemerintah pada masa orde baru tepatnya tahun 80an
Belanda yaitu politik etis. Pemerintah tujuan ini bertambah dengan adanya tujuan
Belanda membangun saluran irigasi dalam pariwisata dan kolam air deras oleh
rangka mengembangkan perekonomian di pemerintah daerah sehingga menjadi
tanah jajahan. Pada masa itu pemerintah bendungan serba guna (multi purpose dam).
Belanda membeli tanah dari salah satu Tetapi fungsi bendungan sebagai pariwisata
pasirah di Kawedanan Muara Beliti ini tampak tidak serius dilakukan oleh
kemudian mulai melakukan pembangunan pemerintah daerah. Apabila dilihat dari
untuk kawasan pertanian padi. Pemerintah kurangnya sarana dan prasarana
Belanda membangun kawasan irigasi di pendukungnya di sekitar bendungan. Untuk
daerah ini kemudian mendatangkan budi daya ikan kolam air beras sudah
penduduk atau melakukan transmigrasi dilakukan sejak tahun 1980-an (Saleh 2010,
penduduk dari Jawa terutama Jawa Tengah 39). Dalam perkembangannya budi daya
dan Jawa Timur. Hal ini dapat terlihat dari kolam air deras ini justru membuat konflik
nama desa di daerah ini yang banyak dengan petani dan berpotensi merusak
mengandung nama jawa seperti Desa saluran irigasi tinggalan Belanda ini. Hal ini
Srikaton, Trikoyo, Tugumulyo, Mataram, sudah terjadi pada kerusakan salah satu
Raharjo, dan lain-lain. Pada masa itu bangunan Kelingi (BK) yang merupakan
pemerintah Belanda berhasil membangun bangunan bagi dari saluran primer ke
sekitar 19 pemukiman setingkat desa. Setiap saluran irigasi sekunder.
pemukiman dihuni oleh sekitar 500 kepala Berdasarkan penggunaannya bendungan
keluarga dan masing-masing keluarga ini merupakan bendungan penangkap atau
menguasai 0,5-1 hektar sawah dan pembelok air (diversion dam). Bendungan
pekarangan (Hudanyana 2000, 3). ini berfungsi untuk menangkap aliran air
Dari hasil pengamatan terhadap dari Sungai Kelingi. Aliran air ini kemudian
Bendungan Watervang pada saat ini dapat dibendung sehingga permukaannya menjadi
diketahui bahwa bendungan ini merupakan tinggi. Air yang sudah tinggi ini kemudian
bendungan dengan tipe bendungan ukuran dialirkan ke daerah irigasi. Bendungan ini
kecil karena panjang puncak bendungannya adalah bendungan penangkap air dari DAS
hanya 50 meter saja. Luas Daerah Aliran Kelingi untuk kemudian dibelokkan ke arah
Sungai Kelingi adalah 1928 km2 dengan saluran irigasinya.
debit maksimal adalah 282 m3/detik (Saleh Berdasarkan jalannya air Bendungan
2010, 40), sehingga dapat digolongkan Watervang merupakan bendungan yang
76
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
dapat dilewati oleh air (overflow dam). pengukur curah hujan, dan bangunan
Bendungan ini dapat dilalui air apabila air pendukung untuk keperluan pariwisata. Dari
sudah tidak tertampung dan melewati pucak semua komponen ini bangunan gudang, alat
atau mercunya. Apabila air sudah terlalu pengukur curah hujan, dan bangunan
tinggi air dapat lewat begitu saja tanpa pendukung dibangun pada masa
melalui pintu air atau saluran yang lain. kemerdekaan. Sedangkan komponen yang
Berdasarkan konstruksinya bendungan dibangun pada masa kolonial hanya sedikit
ini merupakan bendungan beton (concrete yang mengalami perubahan, dengan
dam). Menurut pegawai Balai Besar perubahan yang paling besar dilakukan pada
Wilayah Sungai Sumatera VIII Bendungan jembatan gantung.
Watervang ini dibangun dengan konstruksi
beton dan pasangan batu terutama untuk 4. Simpulan
bagian mercu yang membendung Sungai Tipe Bendungan Watervang dapat
Kelingi. Di sebelah selatan sungai terdapat dilihat dari beberapa macam. Berdasarkan
pintu air untuk aliran ke saluran ukurannya Bendungan Watervang
pembuangan lumpur. Bangunan tempat merupakan bendungan ukuran kecil.
pintu air ini terbuat dari batu dan beton dan Berdasarkan tujuan pembangunannya
ditambahkan dengan tanah di sebelah barat bendungan serba guna (multi purpose dam).
bangunan pintu air sebagai tanggul/ Berdasarkan penggunaannya bendungan ini
pelindung air. merupakan bendungan penangkap atau
Berdasarkan fungsinya bendungan ini pembelok air (diversion dam). Berdasarkan
merupakan bendungan utama (main dam). jalannya air Bendungan Watervang
Bendungan ini dibangun dengan satu tujuan merupakan bendungan yang dapat dilewati
utama yaitu sebagai bendungan untuk oleh air (overflow dam). Berdasarkan
saluran irigasi. Dan juga merupakan konstruksinya bendungan ini merupakan
bangunan utama dari berfungsinya saluran bendungan beton (concrete dam).
irigasi Sungai Kelingi ini. Berdasarkan fungsinya bendungan ini
Bendungan Watervang ini juga memiliki merupakan bendungan utama (main dam).
komponen-komponen untuk menunjang Komponen Bendungan Watervang
fungsinya. Kebanyakan komponen- kebanyakan dibuat pada masa kolonial.
komponen ini dibangun pada masa kolonial Komponen tersebut antara lain bangunan
dengan beberapa perubahan. Tetapi terdapat mercu/bendungnya, jembatan gantung untuk
juga komponen yang ditambahkan penyeberangan, bangunan penampung air,
sesudahnya. Komponen tersebut antara lain pintu air, saluran penguras/pembuangan/
bangunan mercu/bendungnya, jembatan pengendapan. Pada masa pemerintah
gantung untuk penyeberangan, bangunan Indonesia terdapat tambahan bangunan
penampung air, pintu air, saluran penguras/ gudang, alat pengukur curah hujan, dan
pembuangan /pengendapan, gudang, alat bangunan pendukung untuk keperluan
77
Siddhayatra Vol. 23 (1) Mei 2018: 66-79
78
Titet Fauzi Rachmawan. Bendungan Watervang: Pengaruh dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
kpad.lubuklinggaukota.go.id/?p=1829
diakses 18 Januari 2017
www.sipd.lubuklinggaukota.go.id/kota-
lubulinggau-dalam-angka.html?
idkat=1&nmkat=Keadaan%
20Geografis%20dan%
iklim&loadact=dataklda diakses 22 Mei
2017
79
KONTRIBUTOR VOLUME 23 (1) MEI 2018
KABIB SHOLEH
Penulis dPenulis lahir pada tanggal 21 Maret 1989 di Karang Melati, OKU Timur Sumatera
Selatan. Alumni Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang
pada Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (S2). Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap
pada Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Palembang dan sempat mengajar
juga di Universitas lain. Penulis dalam kesehariannya juga mendapat tugas tambahan
sebagai pengelola di Laboratorium Sejarah Universitas PGRI Palembang. Penulis fokus
pada penelitian sejarah kelokalan dan kebudayaan Islam Sumatera Selatan, adapun karya-
karya ilmiah yang sudah dihasilkan dipublikasikan pada jurnal nasional, prosiding maupun
dalam bentuk buku ber-ISBN.
AMILDA
Penulis lahir di Penulis merupakan pengajar di Universitas Islam Negeri sejak tahun 2005.
M. FADHLAN S. INTAN
Penulis dilahirkan di Makassar, 21 November 1958. Alumni Teknik Geologi Universitas
Hassanuddin (S1), sejak tahun 1988 telah bergabung dengan Pusat Penelitian Arkeologi Na-
sional. Bidang kepakarannya yaitu studi Geoarkeologi yang ahlinya masih sangat jarang di
Indonesia. Saat ini penulis berstatus Peneliti dan tulisannya telah dimuat di sejumlah buku
serta jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional.
REFIKO APRIANSYAH
Lahir di Palembang pada tanggal 5 April tahun 1996. Merupakan Pencinta sejarah dan
budaya di Kota Palembang. Sampai saat ini masih duduk di bangku Perkuliahan di Program
Studi Pendidikan Sejarah FKIP Univ. PGRI Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian
yang dilakukan untuk memenuhi syarat tugas akhir (Strata 1) yaitu Skripsi. Penulis juga
merupakan salah satu Team Fieldschool Archaeology di Bukit Siguntang pada tahun 2016.
Dan terlibat juga dalam penelitian dan pendataan benda cagar budaya dinas Kebudayaan dan
Pariwisata tahun 2016.
AHMAD ZAMHARI
Lahir pada tanggal 02 Juni 1969. Saat ini erupakan Dosen Program Studi Pendidikan
Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang, Aktif dalam penelitian sejarah dan budaya di
Kota Palembang .