Anda di halaman 1dari 2

Air sumur pada umumnya digunakan masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari dalam berbagai

aktivitas baik untuk minum, mencuci, mandi dan lain sebagainya. Apabila air sumur yang dikonsumsi
setiap harinya tercemar logam berat Cr (VI), maka akan mengakibatkan pengendapan Cr (VI) dalam
tanah dan diserap oleh tanaman dan ternak disekitar sumber air, selanjutnya Cr (VI) akan terakumulasi di
dalam tanaman dan ternak. Makanan yang berasal tanaman dan ternak yang mengandung endapan Cr
(VI), jika dikonsumsi oleh manusia akan mengendap dalam tubuh (Bugis dkk, 2013; Jacobs et al, 2004).
Hal ini bisa menyebabkan penyakit kanker karena sifat Cr(VI) yang terlarut dalam air bersifat karsinogenik
(Jacobs et al, 2004).

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap parameter Cr(VI) pada air sumur di kecamatan
Tanggulangin menunjukkan bahwa 4 dari 10 sampel air tidak memenuhi standar Peraturan Pemerintah
RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air sungai dan Pengendalian Pencemaran Air,
yaitu 0,05 mg/l (Bugis dkk, 2013).

Kromium (VI) merupakan turunan dari CrO3, dapat dijumpai dalam dua macam senyawa yang sangat
terkenal yaitu kromat-kuning, CrO42 dengan struktur tetrahedral, larutan ini dapat terbentuk dalam
larutan basa diatas pH 6, dan dikromat merah-orange Cr2O72, dengan struktur dua tetrahedron yang
bersekutu dalam salah satu titik sudutnya (atom O), larutan ini berada dalam kesetimbangan, pada
larutan asam antara pH 2 sampai dengan pH 6 terbentuk HCrO4. Pada pH dibawah 1, spesies yang utama
adalah Cr2O72-(Cotton dan Wilkinson, 1989)

Untuk analisis spesies Cr(VI) dapat diakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis yaitu
dengan penambahan senyawa pengompeks difenil karbazid. Difenil karbazid berperan sebagai igan yang
bersifat bidentat yang akan menyumbangkan dua atom donor daam pembentukan ikatan. Mekanisme
pembentukan kompeks antara Cr(VI) dan difenil karbazid juga melalui reaksi oksidasi dan reduksi. Cr (VI)
akan direduksi menjadi Cr (III) dan difeni karbazid dioksidasi menjadi difenil karbazon. Kompleks yang
terbentuk merupakan Cr(III) yang berfungsi sebagai atom pusat dan difenil karbazon bertindak sebagai
ligan.

Kromium dibutuhkan tubuh untuk proses yang mengubah makanan menjadi energi, membantu sel-sel
utama insulin untuk mengambil glukosa. Jumlah krom yang tersedia dari makanan untuk keperluan
metabolik, sebagian bergantung pada krom total dalam suatu jenis makanan tertentu dan sebagian lagi
pada bentuk kimianya. Kadar krom rata-rata yang direkomendasikan untuk konsumsi harian adalah 50-
200 mikrogram. Adapun sumber-sumber kromium terbaik adalah daging (terutama hati dan daging
organ lain), ragi bir, biji-bijian tak disosoh, kacang-kacangan, keju roti, gandum, sereal, bir dan anggur.
Makanan yang bersifat asam memperbesar pelarutan krom dari peralatan masak baja tahan karat, akan
tetapi belum dapat dipastikan apakah hal ini ada manfaatnya untuk penambahan sumber krom
makanan.

Sebelum menganalisis kadar krom dalam sempel terlebih dahulu menentukan panjang gelombang
maksimum, waktu kesetabilan kompleks dan pembuatan kurva standar. Penentuan panjang gelombang
maksimum dilakukan dengan cara membuat larutan Cr(VI) 0.5 ppm dalam labu takar 25 ml. larutan
dibuat dengan memipet 125 μL larutan induk Cr(VI) 100 ppm kemudian ditambahkan 1-2 tetes asam
sulfat pekat sampai diperoleh pH 1.5. penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk mengubah ion-ion
kromat menjadi dikromat . Pembentukan dikromat (Cr2O72-) berlangsung pada kondisi asam dengan
adanya konsentrasi Cr(VI) yang tinggi. Selain fungsi diatas penambahan asam sulfat juga berfungsi untuk
memberikan suasana asam pada larutan, hal ini karena reaksi pengkomplekskan Cr(VI) oleh 1,5-
difenilkarbazid berlangsung pada kondisi asam .etelah diperoleh pH 1.5 larutan ditambah dengan 0.5 mL
larutan1,5-difenilkarbazid. 1,5 -difenilkarbazid merupakan Indikator logam juga merupakan zat
pembentuk kompleks, dimana molekul indikator ini memiliki beberapa atom dengan pasangan elektron
bebas yang dapat disumbangkan pada ion logam untuk membentuk ikatan koordinasi. Molekul ini dapat
juga membentuk ikatan koordinasi dengan proton dan mengalami perubahan warna, sehingga indikator
ini tidak hanya menjadi indikator terhadap perubahan konsentrasi logam, tetapi juga terhadap
perubahan konsentrasi H3O+(pH). Larutan ini berfungsi untuk mengomplek Cr(VI) membentuk komplek..
Reaksi dikromat akan direduksi menjadi Cr(II) dan kemudian terbentuk menjadi difenilkarbazon, hasil
reaksi yang terjadi menghasilkan kompleks.

Penentuan waktu kestabilan kompleks optimum adalah waktu yang ditentukan pada saat absorbansi
tidak mengalami perbedaan yang terlalu signifikan, hal ini menunjukkan kompleks Krom-
diphenylcarbazone stabil dimana kompleks menjadi berwarna merah dengan jangka waktu 15 menit
Setelah itu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal yang mempunyai absorbansi maksimal.
Alasan penggunaan panjang gelombang maksimal adalah karena pada panjang gelombang maksimal
tersebut kepekaannya juga maksimal karena perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar. Selain itu, jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan
oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali.

Anda mungkin juga menyukai