Team Members :
1. Ni Luh Putu Sinta Dewi (P07134017 050)
2. Ulfa Diana Sari (P07134017 055)
3. Ni Made Sukma Wija Yanti (P07134017 058)
4. Sri Rahayu Pratiwi (P07134017 065
5. Ida Ayu Putu Sri Agung Bhaswari (P07134017 081)
Pengertian dan Latar Belakang
Standar Mutu Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM tentang persyaratan mutu obat tradisional No. 12 tahun 2014
1 1.
Waktu
1
Alat
Erlenmeyer
Gelas ukur
Korek api
Colony counter
Bahan
2 Aquadest steril.
Pipet ukur Media SDA (Sabouraud
Gelas beaker
Cawan petri Dextrose Agar).
Gunting
Tabung reaksi Media MHA (Mueller
Benang
Inkubator Hinton Agar).
Kertas buram
Rak tabung reaksi Chloramphenicol.
Autoclave
Api Bunsen Dextros .
Sampel
3 Sampel 1
Sampel 2
: Loloh Cem – cem Me Gasek
: Loloh Cem – cem Pak Kembar
Sampel 3 : Loloh Cem – cem Penglipuran
Sampel 4 : Loloh Cem – cem Ibu Kumil
Sampel 5 : Loloh Cem – cem Meme Nyampuh
Cara Kerja
1
Pembuatan Media SDA
Pembuatan Media SDA
(Sabouraud Dextrose Agar)
Media SDA
Dimasukkan
ditimbang Dihomogenkan
media ke dalam
Pembuatan media MHA sebanyak 65
Erlenmeyer
menggunakan Disterilkan Setelah di
gram, dan hotplate dengan dengan autoclave autoclave media
(Mueller Hinton Agar) chloramphenicol
kemudian
stirrer untuk selama 15 menit ditambahkan
dilarutkan
ditimbang membantu dengan suhu dengan 0,5 gram
dengan aquadest
sebanyak 0,5 melarutkan 121˚C. chloramphenicol.
sebanyak 1000
gram untuk 1000 media.
ml.
ml.
Pembuatan Kontrol
Penanaman Sampel
Pembuatan Kontrol
2 3
Pembuatan Media MHA
4 Penanaman Sampel
Tabung reaksi disiapkan sebanyak 4 tabung, Kemudian masing – masing cawan petri yang
Dari tabung pengenceran 10-4 diambil 2 ml, 1 ml
dimana masing – masing tabung diisi dengan Nacl sudah berisi pengenceran ditambahkan dengan
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berlabel
steril sebanyak 9 ml. Kemudian tabung diberi label media SDA dan dihomogenkan. Ditunggu hingga
10-4 dan dihomogenkan.
: 10-1, 10-2,10-3,10-4. sampel membeku.
Disiapkan 1 pipet steril dan ball pipet. Setiap Dipipet sampel sebanyak 1 ml, kemudian
memipet sampel yang berbeda pipet steril diganti. dimasukkan ke tabung pengenceran 10-1.
Dari tabung pengenceran 10-2 diambil 2 ml, Dari tabung pengenceran 10-1 diambil sebanyak
kemudian 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri 2 ml sampel, 1 ml dimasukkan ke cawan petri
yang berlabel 10-2 dan 1 ml dimasukkan ke berlabel 10-1 dan 1 ml dimasukkan ke dalam
dalam tabung pengenceran 10-3. Kemudian tabung pengenceran 10-2. Kemudian
dihomogenkan. dihomogenkan.
Cara Kerja
Lanjutan....
5
Perhitungan Jumlah Koloni
Setelah 2 hari sampel dikeluarkan dari incubator, kemudian dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan
alat colony counter. Koloni yang tumbuh berupa bercak atau titik berwarna putih.
Contoh :
HASIL PENGAMATAN
Table Pertumbuhan
Sampel 1 229 1 2 1
Sampel 2 30 11 0 0
Sampel 4 315 43 10 0
PERHITUNGAN
Sampel Loloh Cemcem
Desa Penglipuran menjadi salah satu desa adat di Bali yang masih kuat menjaga tradisi, ritual adat dan
berbagai kearifan lokal lainnya, luasnya 112 hektar memiliki suasana yang sejuk dan asri serta tata ruang
pemukiman menganut trimandala, sangat tepat dengan namanya Penglipuran yang berarti penghibur
(G.R.Sugianti, 2016). Desa adat Penglipuran merupakan salah satu obyek wisata yang terkenal di Bali. Berjarak
sekitar 1 jam 15 menit dari pusat Kota Denpasar (Fitriyanto 2015).
Loloh cemcem ini dibuat dari daun cemcem dengan nama latin Spondias piñnata (l.f) kurz.
Daunnya seperti daun kedongdong namun dengan permukaan yang lebih halus, tepian daun yang rata dan
agak runcing pada ujungnya. Saat muda daun cemcem berwarna hijau kemerahan, hingga nantinya akan
menjadi hijau. Saat daun masih muda adalah saat yang tepat digunakan sebagai loloh (Imron 2015).
Lanjutan
Uji Angka Kapang/Khamir adalah salah satu parameter dari keamanan untuk jamu cem cem (Loloh Cem
cem). Angka kapang atau khamir dapat digunakan sebagai petunjuk sampai tingkat berapa dalam pembuatan obat
tradisional tersebut melaksanakan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Semakin kecil angka
kapang atau khamir bagi setiap produk jamu yang dihasilkan menunjukkan semakin tinggi nilai penerapan
CPOTB dalam proses pembuatan jamu tersebut (Wasito, 2011).
Pengujian AKK dilakukan untuk menjamin bahwa jamu cem cem tidak mengandung kapang/khamir
dari batas yang telah ditetapkan karena keberadaan fungi mempengaruhi stabilitas sediaan. Menurut BPOM RI
No. 12 tahun 2014 tentang persyaratan obat tradisional bahwa cairan obat dalam tidak boleh mengandung Angka
Kapang Khamir lebih dari 103 koloni/ml, mikroba patogen negatif dan aflatoksin tidak lebih dari 20 μg/kg
(BPOM RI, 2014).
Lanjutan
Pada praktikum Identifikasi Angka kapang dan khamir pada sampel jamu cem cem (Loloh
Cem Cem) menggunakan 5 sampel loloh cem cem dari desa panglipuran di Bangli, 5 sampel yang
digunakan diambil dari penjual yang berbeda. Didapatkan hasil Identifikasi Angka kapang dan khamir
pada sampel 1 yaitu 103 koloni/ml, sampel 2 yaitu 102 koloni/ml , sampel 3 104 koloni/ml, sampel 4
103 koloni/ml dan sampel 5 102 koloni/ml.
Menurut BPOM RI No. 12 tahun 2014 tentang persyaratan obat tradisional bahwa cairan
obat dalam tidak boleh mengandung Angka Kapang Khamir lebih dari 103 koloni/ml. Jika
dibandingkan dengan persyaratan obat tradisional maka pada sampel 1, 2, 4 dan 5 didapatkan hasil
yang normal. Maka sampel jamu tersebut layak dikonsumsi karena memiliki kualitas angka kapang
khamir yang masih normal.
Lanjutan
Sampel 3 didapatkan hasil angka kapang dan khamir yaitu 104 koloni/ml , jika dibandingkan
dengan persyaratan obat tradisional maka didapatkan angka kapang dan khamir di atas normal, maka
sampel jamu tersebut tidak layak dikonsumsi karena berbahaya bagi kesehatan konsumen. Kondisi
tersebut memungkinkan adanya pertumbuhan jenis kapang tertentu seperti jamur Aspergillus flavus
yang akan memproduksi aflatoksin. Aflatoksin yang diproduksi bersifat toksik karena dapat
menyebabkan terjadinya sirosis dan karsinoma hati (Depkes RI, 2010).
Berikut ini beberapa hal yang mungkin dapat mempengaruhi jumlah cemaran pada jamu cem cem :
• Keseragaman bahan.
• Sterilisasi alat dan bahan
• Wadah dan tempat penyimpanan
• Kebersihan air yang dipakai
• Higienitas tangan saat meracik jamu
Bahan yang digunakan dibeli dari pedagang lain. Dengan demikian, kemugkinan besar tempat
tumbuh dan umur bahan saat dipanen juga tidak seragam. Perbedaan tempat tumbuh berarti kondisi tanah
juga berbeda. Hal ini dapat mempengaruhi jumlah cemaran kapang/khamir. Pada kondisi tanah yang
lembab, angka kapang/khamir biasanya akan lebih tinggi daripada tumbuhan yang tumbuh pada kondisi
tanah yang kering.
Kapang/khamir membutuhkan air untuk melangsungkan proses kehidupannya. Begitu juga waktu
pemanenan. Perbedaan umur tanaman saat dipanen akan berakibat adanya perbedaan jumlah cemaran
kapang/khamir. Wadah, alat dan bahan jamu dibersihkan hanya dengan cara dicuci, tidak melalui proses
sterilisasi. Air yang digunakan juga tidak berasal dari sumber air bersih. Ketika meracik jamu, jamu
diperas dengan tangan telanjang.
Lanjutan
Faktor pendukung yang menyebabkan jamu cem cem memiliki kualitas mikrobiologi yang baik
diantaranya :
• Tempat penyimpanan simplisia yang tertutup,
• Lama penyimpanan jamu cem cem (Loloh Cem Cem)
• Adanya komposisi jamu yang memiliki aktivitas antifungi.
Tempat penyimpanan jamu dalam wadah tertutup meminimalisir adanya kontak fisik yang terjadi
antara jamu dengan udara luar sehingga meminimalisir pula kontaminasi spora kapang/khamir yang masuk
ke dalam wadah penyimpanan jamu. Lama waktu penyimpanan jamu yang tidak terlalu lama yaitu sekitar
satu bulan juga mengurangi resiko adanya kontaminasi dari kapang/khamir kontaminan. Selain itu, adanya
komposisi jamu yang memiliki aktivitas antifungi dikarenakan adanya metabolit sekunder yang dapat
menghambat pertumbuhan kapang/khamir kontaminan
Kesimpulan
Jamu adalah salah satu ciri khas Indonesia yang sangat terkenal. Jamu tetap menjadi andalan masyarakat
Indonesia yang dikonsumsi secara turun- temurun meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
berkembang. Jamu merupakan salah satu unsur pemanfaatan dari tanaman obat. Masyarakat Indonesia
menggunakan obat tradisional, termasuk jamu untuk menjaga kesehatan (Pratiwi, 2005). Untuk mengetahui
kualitas jamu, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium identifikasi angka kapang dan khamir.
Pada praktikum Identifikasi Angka kapang dan khamir pada sampel jamu cem cem (Loloh Cem Cem)
menggunakan 5 sampel loloh cem cem dari desa panglipuran di.Bangli, 5 sampel yang digunakan diambil dari
penjual yang berbeda. Didapatkan hasil Identifikasi Angka kapang dan khamir pada sampel 1, 2, 4 dan 5
mengandung Angka Kapang Khamir yang normal. Maka sampel jamu tersebut layak dikonsumsi. Sedangkan pada
sampel 3 didapatkan angka kapang dan khamir di atas normal, maka sampel jamu tersebut tidak layak dikonsumsi
karena berbahaya bagi kesehatan konsumen.
Any Questions ?