Anda di halaman 1dari 4

Senam Osteoporosis

A. Defenisi Senam Osteoporosis


Senam osteoporosis yaitu kegiatan yang merangsang kekuatan otot, tulang dan latihan
yang biasanya ditambah beberapa bentuk permainan-permainan untuk meningkatkan
koordinasi, keseimbangan dan kelenturan (Tilarso, 1988). Senam osteoporosis merupakan
kombinasi beberapa jenis latihan yang bersifat aerobik dengan benturan ringan, latihan
kekuatan dengan menggunakan beban di kedua tangan, latihan keseimbangan dan latihan
pernafasan.
B. Manfaat Senam Osteoporosis
1. dapat menjaga postur tubuh,
2. menjaga kelenturan dan pergerakan otot,
3. meningkatkan kerja jantung dan paru-paru,
4. menjaga keseimbangan tubuh,
5. melatih koordinasi anggota gerak.
6. dapat menjaga postur tubuh, menjaga kelenturan dan pergerakan otot, meningkatkan
kerja jantung dan paru-paru, menjaga keseimbangan tubuh, melatih koordinasi anggota
gerak.
C. Hal-Hal yang tidak Dianjurkan dalam Senam Osteoporosis
1. Gerakan membungkuk. Misalnya Sit Up/meraih jari-jari kaki berdiri sambil
membungkuk ke depan dari pinggang dengan pinggang melengkung
2. Gerakan naik turun dingklik atau step aerobik
3. Gerakan naik turun dingklik atau step aerobik
4. Gerakan terlalu lama berdiri
5. Gerakan yang terlalu cepat
6. Mengangkat beban dengan ayunan punggung
7. Duduk dengan punggung membungkuk
D. Frekuensi Senam Osteoporosis
Frekuensi latihan olahraga yaitu tiga kali seminggu, maksimal intensitas 50- 70% VO2

maks dan frekuensi denyut nadi yaitu 110-120 (Sukarman, 1987). Untuk individu dengan
tingkat kebugaran yang rendah, tiga sesi perminggu pada hari yang bergantian sudah
cukup untuk meningkatkan kesehatan (Jackson et.al, 1986). Jika intensitas dan durasi
latihan bertambah, frekuensi juga harus bertambah bila penigkatan ingin diteruskan.
Hakekat Osteoporosis

A. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang dan
adanya kelainan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang
serta resiko terjadinya patah tulang.
World Health Organisation (WHO, 2005) dan consensus ahli mendefinisikan osteoporosis
menjadi penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya
mikrostruktural jaringan tulang, yang menyebabakan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan
risiko terjadinya fraktur.

B. Faktor Resiko Osteoporosis


1. Wanita
2. Usia
3. Keturunan pada osteoporosis
4. Gaya hidup kurang baik
a. Malas berolahraga
b. Merokok
c. Kurang makan makanan yang mengandung kalium
d. mengkonsumsi obat kortikosteroid yang berlebih

C. Penyebab osteoporosis

1. Osteoporosis Postmenopausal

sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur
lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis Senilis
Merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak
seimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.

3. Osteoporosis Sekunder
Ini dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis
lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan
(misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan
osteoporosis.

4. Osteoporosis Juvenil Idiopatik

Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar
vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. Pencegahan Osteoporosis
1. Pencegahan Primer
- Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi tulang, sehingga menjadi kuat.
Makanan yang cukup mengandung kalsium adalah sayuran hijau, jeruk, citrun, susu,
keju, yoghurt. Konsumsi Kalsium. Penurunan masa tulang terjadi pada wanita
menopause yang asupan kalsiumnya kurang dari 400mg/hari.
- Latihan atau Aktivitas Fisik (Exercise Therappy)
2. Pencegahan Sekunder
Latihan fisik bagi penderita osteoporosis, bersifat spesifik dan individual, memperhatikan
berat ringannya osteoporosis sehingga perlu mendapat supervise dari tenaga
medis/fisioterapi individu per individu. Intervensi fisioterapi secara spesifik berdasarkan
kajian problematik. Kalsitonin. Bekerja menghambat pengeroposan tulang dan
diindikasikan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan IRT. Vitamin D yang fungsi
utamanya untuk membantu penyerapan kalsium diusus.
3. Pencegahan Tersier
Setelah pasien mengalami fraktur osteoporosis, jangan dibiarkan berbaring terlalu lama.
Sejak awal perawatan disusun rencana pergerakan, mulai dari pergerakan pasif sampai
aktif dan berfungsi mandiri.
Hakekat Lanjut Usia
A. Definisi Lansia
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun keatas. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat
1, Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada
seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Pengertian lanjuta usia beragam
tergantung kerangkan pandang individu. Orang tua berusia 35 tahun dapat dianggap tua
bagi anaknya dan tidak muda lagi. Orang sehat berusia 65 tahun mungkin menganggap
usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia (Brunner & Suddart, 2011).
Menurut Pudjiastuti & Utomo (2003), lanjut usai bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjutan dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu,
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Menurut analisa dari 57 negara didunia menemukana bahwa kriteria lanjut usia paling
umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan
diikuti oleh perubahan status fungsional seseorang (Glascock & Feinman 1981; Stanley &
Beare, 2007).
B. Batasan lanjut Usia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi
empat kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 – 59 tahun, lanjut usia
(elderly) berusia antara 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun, dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun.
Menurut UU No. 4 tahun1965 pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo
atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidup sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain.
C. Proses Penuaan
Penuaan (= menjadi tua = aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan furngsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994; Darmojo, 2004)
D. Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai