Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusunan presentasi kasus
dengan judul “Dengue Hemorrhagic Fever” dapat saya selesaikan penyusunannya dalam
rangka memenuhi salah satu tugas sebagai ko-asisten yang sedang menjalani kepaniteraan
klinik ilmu penyakit dalam di Rumah Sakit xxx.
Dalam menyelesaikan presentasi kasus ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
dr. yyy, SpPD selaku pembimbing dalam penyusunan presentasi kasus dan sebagai salah
satu pembimbing selama menjalani kepaniteraan ini.
Apabila terdapat kekurangan dalam menyusun presentasi ini, saya akan menerima
kririk dan saran. Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
ooo
Penyusun
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. M
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
TTL : ppp
Agama : Islam
Alamat : mmm
Pendidikan : Tamat SMA
Masuk RS : 12 September 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Demam/Panas
Keluhan tambahan :
Lemas, Pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan panas 5 hari SMRS (7 September 2018). Pasien
mengatakan panas terus-menerus sepanjang hari. Pasien juga mengeluh lemas dan
pusing saat awal-awal panas. Pasien juga mengalami penuran nafsu makan, tapi masih
bisa makan sedikit-sedikit. Keluhan mual, muntah,batuk, pilek, mimisan, gusi berdarah
disangkal. Pasien juga menyangkal keluarnya bintik-bintik merah di kulit. BAK pasien
biasa, BAB Nampak hitam 3 hari SMRS.
Diketahui pasien sebelumnya baru saja pindahan ke asrama di daerah cikarang. Di
asrama tersebut terdapat kolam renang yang nampak kotor dan masih terdapat airnya.
Pasien juga mengatakan karena baru pindah, kamar kos-kosan pasien Nampak
berantakan. Diketahui beberapa teman pasien di asrama juga ada beberapa yang
demam.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes disangkal
Status Generalis
a) Kepala : Normocephale
b) Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
c) Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
d) Mulut : Bibir kering (-), perioral sianosis (-), gusi berdarah (-/-)
e) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP tidak meningkat
f) Thorax : Simetris, retraksi (-)
g) Cor : Bunyi jantung I & II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
h) Pulmo : Sonor, suara nafas vesikuker, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
i) Abdomen : bentuk datar, BU (+), supel, NT (-), asites (-), lien S2
j) Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Akral sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Ptechiae -/- -/-
Ekimosis -/- -/-
Purpura -/- -/-
Capillary Refill < 2 detik < 2 detik
V. Diagnosis
DHF derajat II
VI. Penatalaksanaan
RL 1500 cc / 24 jam
Paracetamol 3x1 tab
Trolit 3 x 1 tab
Imunos 1 x 1 tab
Neurodex 1x1 tab
VII. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Demam Dengue (dengue fever, DF) adalah penyakit dengan tanda tanda klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash)
dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola
mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan
(petekie) spontan.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah
penyakit DHF yang disertai renjatan.
2. Epidemiologi
Demam berdarah adalah penyakit arbovirus yang paling cepat menyebar di dunia.
Dalam 50 tahun terakhir, kejadian meningkat 30 kali lipat seiring dengan meningkatnya
ekspansi geografis. Pada tahun 2005, virus dengue dan nyamuk aedes aegypti telah
menyebar di daerah tropis dimana terdapat 2.5 miliar orang berisiko terkena penyakit ini di
daerah endemik.
Secara umum, demam dengue menyebabkan angka kesakitan dan kematian lebih
besar dibanding dengan infeksi arbovirus yang lainnya pada manusia. Setiap tahun
diperkirakan terdapat 50-100 juta kejadian infeksi dengue yang mana ratusan ribu kasus
demam berdarah dengue terjadi, tergantung dari aktifitas epidemiknya.
Di Indonesia, 150.000 kasus dilaporkan terjadi pada tahun 2007 dengan lebih dari
25.000 kasus dilaporkan baik dari Jakarta maupun Jawa Barat dengan mortalitas kira-kira
1%. Depkes RI melaporkan bahwa pada tahun 2010 di Indonesia tercatat 14.875 orang
terkena DBD dengan kematian 167 penderita. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI
Jakarta, Bali,dan NTB.
3. Faktor Risiko
Infeksi virus dengue pada manusia menyebabkan gejala dengan spektrum luas,
berkisar dari demam biasa sampai penyakit perdarahan yang serius. Pada area endemik,
infeksi dengue memiliki gejala klinis yang tidak spesifik, terutama pada anak-anak. Gejala
yang tampak hanya seperti infeksi virus pada umumnya.
Faktor risiko yang penting dan berpengaruh terhadap proporsi pasien yang mengalami
gejala yang berat selama transmisi endemik di antaranya strain dan serotipe virus yang
menginfeksi, status imunitas dari setiap individu, usia penderita, faktor genetik dari pasien.
Dengan makin lancarnya hubungan lalu lintas, kota-kota kecil atau daerah semiurban
dekat kota besar pun saat ini menjadi mudah terserang akibat penjalaran penyakit dan suatu
sumber di kota besar.
4. Etiologi
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Virus ini termasuk
genus flavivirus dari family Flaviviridae. Ada 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus
parah. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup
tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang
hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.
Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari. Faktor risiko penting
pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan
predisposisi genetis. Vektor utama penyakit DHF adalah nyamuk Aedes aegypti (diderah
perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan).
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah:
Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih
Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng,
pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain.
Jarak terbang ± 100 meter
Nyamuk bersifat ‘multiple biters’ (mengigit beberapa orang karena sebelum
nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat)
Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi
5. Patogenesis
Proses patologi infeksi Dengue dimulai ketika adanya hubungan erat antara host dan
vektor yang membawa virus. Manusia terinfeksi dengan virus setelah nyamuk yang
terinfeksi menghisap darah dari host (manusia).
Infeksi dengan virus Dengue mempunyai spektrum gambaran klinis yang luas. Pada
banyak kasus terutama pada anak-anak dibawah 15 tahun, pasien biasanya asimptomatis
atau memiliki riwayat demam yang ringan. Demam dengue secara khas bersifat self-
limited, akut, yang terjadi setelah periode inkubasi selama 4 – 7 hari. Virus dengue tidak
ada di dalam aliran darah pada saat demam menghilang.
Syok yang terjadi bersifat akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma ekspander yang efektif. Sebab lain kematian adalah perdarahan. Perdarahan pada
demam berdarah dengue umumnya berkaitan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan dengan
meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit, hal tersebut menunjukkan meningkatnya destruksi trombosit. Fungsi trombosit
menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks
imun dalam peredaran darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan di antaranya oleh
kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivasi sistem koagulasi.
6. Gambaran Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam, demam berdarah dengue, atau dengue shock syndrome
(DSS).
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala
prodormal yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase
kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi
mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.
Bintik-bintik perdarahan di kulit sering terjadi, kadang disertai bintik-bintik perdarahan di
faring dan konjungtiva. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu
hati, nyeri di tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut.
DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya,
ditandai oleh:
Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemukan limfositosis
relative (> 45% dari leukosit) disertai adanya lifosit plasma biru (LPB) >
15% dari jumlah total leukosit pada fase syok akan meningkat.
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan peningkatan hematokrin ≥ 20% dari
hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan AP, APTT, Fibrinogen, D-Dimer atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma
Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Serologi
Dilakukan pemeriksaan serologi IgM dan IgG terhadap dengue
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
kedelapan. Sensitivitas sama tingginya dengan spesitifitas gold standart
kultur virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi
virus dengue.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus. Asites dan
efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
8. Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala
prodormal yang tidak khas, seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.
Klasifikasi derajat penyakit Infeksi Virus Dengue, dapat dilihat pada table berikut:
Sementara untuk diagnosis Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah ditemukannya semua
kriteria di atas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat
dan lemah, tekanan darah turun (≤ 20 mmHg), hipotensi dibandingkan standar sesuai umur,
kulit dingin dan lembab serta gelisah.
9. Tata Laksana
Protokol dibagi dalam 5 kategori:
10. Prognosis
Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik. Kematian dijumpai
pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan
asites yang berat dan kejang. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu
muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ
lain. Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:
1. Keterlambatan diagnosis
2. Keterlambatan diagnosis shock
3. Keterlambatan penanganan shock
4. Shock yang tidak teratasi
5. Kelebihan cairan
6. Kebocoran yang hebat
7. Pendarahan masif
8. Kegagalan banyak organ
9. EnsefalopatI
10. Sepsis
11. Pencegahan
Kegiatan ini meliputi:
1. Pembersihan jentik
- Program pemberantasan serang nyamuk (PSN)
- Menggunakan ikan (cupang, sepat)
2. Pencegahan gigitan nyamuk
- Menggunakan kelambu
- Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)
- Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)
- Penyemprotan
DAFTAR PUSTAKA
Gubler, DJ: Epidemic dengue/dengue hemorrhagic fever as a public health, social and
economic problem in the 21st century. Trends Micriobiol 10:100, 2002.
Guzman MG, Eva H: Dengue. Lancet 2015; 385: 453-65. Diunduh dari:
http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(14)60572-
9/abstract.
Huang et.at,. Predicting the mortality in geriatric patients with dengue fever. Medicine
(2017) 96:37(e7878). Diunduh dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC5604636/.
Suhendro, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
World Health Organization: Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and
Control, New ed. Geneva: World Health Organization, 2009.