BAB I
PENDAHULUAN
Disadari pula bahwa kita perlu memperbarui tekad bersama dengan berbasiskan
informasi terakhir tentang situasi epidemi HIV di Indonesia agar bersama dapat merespon dan
menyadari bersama tentang potensial masalah yang akan terjadi bila kita terlambat meresponnya.
Saat ini tingkat epidemi HIV di Indonesia sudah dalam kategori terkonsentrasi, karena prevalensi
HIV pada beberapa sub-populasi berisiko telah jauh melampui 5 persen secara konsisten, tetapi
belum mencapai 1 persen pada kelompok ibu hamil yang berkunjung ke pusat-pusat pelayananan
kesehatan.
Yang perlu kita sadari bersama bahwa tingkat epidemi tersebut menunjukkan bahwa
adanya jaringan perilaku berisiko yang sangat aktif, sehingga HIV ditularkan dari individu yang
satu ke individu lain yang berisiko tersebut. Perluasan epidemi selanjutnya ditentukan oleh
besarnya jalur lintas perilaku berisiko antara kelompok-kelompok berisiko yang berbeda dan
juga penularan meluas ke pasangan-pasangan tetap mereka. Yang perlu diantisipasi adalah
mencegah perluasan epidemi HIV selanjutnya dengan meningkatkan upaya-upaya
penanggulangan HIV di Indonesia. Kita perlu mencegah kemungkinan penularan HIV dari
kelompok pengguna napza suntik yang sudah tinggi – melampaui 50 persen – itu ke kelompok
lain yang dapat ditularkan melalui jalur seksual.
Tingginya angka HIV/AIDS, hilangnya masa produktif dari penderita berdampak pada
kehilangan usia produktif di Indonesia. Hal ini disebabkan karena perilaku berisiko yang salah
satunya terjadi dikalangan anak usia sekolah dan merupakan kelompok rentan tertularnya
HIV/AIDS. Berdasarkan fenomena tersebut, tujuan penelitian yang dilakukan adalah
menganalisis faktor pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dan menggunakan rancangan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling di SLTP X Jakarta yang memenuhi
kriteria inklusif. Faktor intrinsik yang meliputi persepsi tentang pemahaman, sikap dan
pencegahan HIV/AIDS mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko tertular
pada siswa SLTP. Begitu pula dengan faktor ekstrinsik (informasi diperoleh dari luar) yang
meliputi informasi orangtua, fasilitas, informasi dengan orang lain dan stigma masyarakat
mempunyai hubungan signifikan dengan perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan melalui komunikasi, informasi
dan edukasi tentang faktor pencegahan HIV/ AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa
SLTP. Hal lain adalah perlunya peningkatan bimbingan dan konseling dari guru serta
pendampingan dari orang tua kepada anak.
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat
penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.Apakah pengertian HIV/AIDS?
2. Bagaimana cara penularan HIV / AIDS ?
1.3 Tujuan
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. VIrus ini diketemukan oleh montagnier,
seorang ilmuwan perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang
penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy
Associated Virus (LAV).
Gallo (national Institute of Health, USA 1984) menemukan Virus HTLV-III (Human T
Lymphotropic Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan
bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on
Taxonomy of Viruses (1986) WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2, dan berbeda dengan
HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggap kurang pathogen dibandingkan dengan
HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut sebagai HIV saja.
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi HIV sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-
10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV
semakin bertambah dan sel CD4 semakin menurun. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah dalam
keadaan parah, seorang Odha akan mulai menampakkan gejala-gejala.
b. Diagnosis
a. Tes Elisa
1. Hubungan seksual
2. Kontak langsung dengan darah/ jarum suntik
3. Secara vertikal, ibu hamil mengidap HIV kepada bayinya
2.5 Pencegahan
Pencengannya yaitu:
a. Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali akan melakukan penyuntikan atau
proses lain yang mengakibatkan terjadinya luka
b. Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman (artinya : hubungan seks yang tidak
memungkinkan tercampurnya cairan kelamin, karena hal ini memungkinkan penularan HIV)
c. Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu tentang semua resiko dan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya sendiri dan bayinya, sehingga
keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan.
d. Abstinensi
e. Melakukan prinsip monogami
f. Untuk yang melakukan hubungan seksual yang mengandung risiko, dianjurkan melakukan
seks aman termasuk menggunakan kondom
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sindroma AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottlieb dari Amerika pada tahun 1981.
Sejak saat itu jumlah negara yang melaporkan kasus-kasus AIDS meningkat dengan cepat.
Dewasa ini penyakit HIV/AIDS telah merupakan pandemi, menyerang jutaan penduduk dunia,
pria, wanita, bahkan anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitas 15 juta orang diantaranya
14 juta remaja dan dewasa terinfeksi HIV. Setiap hari 5000 orang ketularan virus HIV.
Menurut etimasi WHO pada tahun 2000 sekitar 30-40 juta orang terinfeksi virus HIV, 12-18 juta
orang akan menunjukkan gejala-gejala AIDS dan setiap tahun sebanyak 1,8 juta orang akan
meninggal karena AIDS. Pada saat ini laju infeksi (infection rate) pada wanita jauh lebih cepat
dari pada pria. Dari seluruh infeksi, 90% akan terjadi di negara berkembang, terutama Asia.
3.2 Distibusi
1. Orang
HIV/AIDS adalah penyakit menular seksual yang dapat menyerang laki-laki, perempuan bahkan
anak-anak..
2. Tempat
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit HIV, dimana didaerah perkotaan lebih tinggi
dibandingkan daerah pedesaan.
3.3 Frekuensi
Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta
orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan
bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui
pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling
mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3
juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.
3.4 Determiman
1. Host
Penyakit HIV/AIDS dapat menyerang kelompok umur produktif (15-60 tahun) jumlah
terbesar pada kelompok umur 20-29 tahun. Hal ini disebabkan karena perilaku berisiko yang
salah satunya terjadi dikalangan anak usia sekolah SLTP.
2. Agent
HIV/AIDS adalah infeksi sel sistem kekebalan tubuh yang disebab oleh virus HIV. Ini
seringkali menyebabkan, Rasa lelah dan lesu, Berat badan menurun secara drastis, Demam yang
sering dan berkeringat diwaktu malam, kurang nafsu makan, Bercak-bercak putih di lidah dan di
dalam mulut.
3.Enviroment
Tingkat pengawasan/peran orang tua orang tua sangat dibutuhkan agar anak usia remaja
tidak tergolong pergaulan bebas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk
limfosit yang disebut “sel T-4” atau disebut juga “sel CD-4”. Virus HIV ini hidup didalam 4
cairan tubuh manusia, yaitu: Cairan darah, Cairan sperma, Cairan vagina, Air susu Ibu.
HIV dapat menular kepada siapapun melalui cara tertentu, tanpa peduli kebangsaan, ras, jenis
kelamin, agama, tingkat pendidikan, kelas ekonomi maupun orientasi seksual.
4.2 Saran
Adanya kesadaran individu terhadap bahaya seks diluar nikah, yang dapat menyebabkan
penyakit menular seksual dan adanya peran orang tua dalam mengontrol anaknya agar tidak
melakukan pergaulan bebas.
DAFTAR PUSTAKA
· Anonim. Produk dan informasi Bukti dan informasi untuk kebijakan: bukti untuk kebijakan
kesehatan(online).http://www.who.or.id/ind/products/ow6/sub2/display.asp?id=1. 2007.
· Biro Pusat Statistik. Sensus penduduk Indonesia. (online). http://http://www.webgatra.com.
2007
· Black JM, Hawks JH. Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive
Outcomes. 7thedition:vol.2. Elsevier Saunders: Missouri, 2005
· Creswell JW. Research design: Qualitative & quantitative approaches. California – USA:
SagePublication, 1994, p.228.
· DepKes. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: DepKes RI, 2008.
· DepKes. Laporan hasil riset dasar RISKESDAS propinsi Jawa Barat tahun 2007. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI, 2007.
· Ditjen PPML & PLP. 1996.”Pedoman Program Pencengahan dan Pemberantasan PMS
Termasuk AIDS di Indonesia. Jakarta: Depkes RI (Oleh Sahlani & Ari Hartono)
· Edwards S. Critical thinking: a two phase framework. Nurse Education in Practice, 7 (5)
(2007): 303-314.
· Gitosudarmo I, Mulyono A. Prinsip dasar manajemen. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPPE, 1997.
· Handoko M. Motivasi daya penggerak perilaku. Yogyakarta: Kanisius, 1997.
· Oey M. Kemiskinan pedesaan: ketimpangan fasilitas social ekonomi. Makalah Lokakarya
DGBUI. Tidak dipublikasikan, 2007.
· Pender NJ. Health promotion in nursing practice. Second edition. Norvolk: Appleton and
Lange,1980.
· Rideout E. Transforming Nursing Education Through Problem-Based Learning. Boston:
Jonesand Bartlett Publishers, 2001.
· Sulekale. Pemberdayaan masyarakat miskin di era otonomi
daerah. (online) http://ekonomirakyat.org/edisi_14/artikel_2.htm. 2003.
· Stuart GW, Laraira MT. Principles and practice of psychiatric nursing. Seventh edition. St.
Louis:Morsby Inc., 2001
· Wahjusumitjo. Kepemimpinan dan motivasi. (edisi pertama). Jakarta: Galia Aksara, 1996.
· Weimer M. Learner – Centered Teaching. Five keys changes to practice. San Fransisco:
Jossey- Bass, A Wiley Company, 2002.
· World Health Organization. Guidelines for measuring national HIV prevalence in
populationbased surveys. UNAIDS, 2005