PPM Materi 5

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“Pendidikan Politik dan Demokrasi di Indonesia”

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Mardenis ,SH. M.Si.

Oleh :

Kelompok 5
Rizki Rihadatul T. 1611211044
Lathifah Nisa 1611211046
Silvia Lestari 1611211050

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah

mengenai “Pendidikan Politik dan Demokrasi di Indonesia” dalam rangka

memenuhi salah satu tugas perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok tentunya mendapat banyak

bimbingan ataupun saran dan koreksian. Untuk itu, terima kasih penulis ucapkan

kepada Bapak Dr. Mardenis, SH.M.Si. selaku Dosen mata kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan dan teman-teman yang telah bekerja sama dalam kelompok

belajar. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kelompok

dan juga pembaca.

Kelompok menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam

makalah ini. Oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, April 2018

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3

2.1 Pendidikan Politik.......................................................................3

2.2 Demokrasi.................................................................................10

2.3 Hubungan Pendidikan Politik dengan Demokrasi....................13

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................15

3.1 Kesimpulan...............................................................................15

3.2 Saran.........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan politik dan demokrasi adalah usaha sadar mengenai

pemahaman tentang nilai yang terkandung dalam sistem politik ideal yang

hendak dibangun ke pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat

berpartisipasi aktif di dalamnya.


Menurut Winataputra, pendidikan demokrasi diartikan sebagai salah satu

usaha sistematis yang dilakukan oleh negara dan masyarakat guna

memfasilitasi warga negaranya agar memahami, menghayati, mengamalkan,

dan mengembangkan konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan

status dan perannya dalam masyarakat.

Dimana pendidikan politik dan demokrasi ini akan membentuk

masyarakat yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan

harapan agar terwujudnya pemerintahan yang Demokratis.

Saat ini banyak ditemui sikap masyarakat Indonesia yang tidak mau

peduli dengan urusan politik, hal ini sebenarnya merupakan suatu masalah

besar dalam dunia politik itu sendiri. Yang mana di Indonesia sistem yang

dianut adalah sistem demokrasi yang berarti “dari rakyat, oleh rakyat, dan

untuk rakyat”.

Maka, dari itu kekuasaan tertinggi hakikatnya berada di tangan rakyat.

Karena itu, partisipasi dan suara rakyat sangatlah penting, berpengaruh, dan

berperan sebagai penentu kemana arah politik yang akan dibawa oleh wakil-

wakil rakyat yang diberi amanah untuk mengelola suatu negara.

1
2

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan politik dan pendidikan politik ?

2. Apa yang dimaksud dengan demokrasi ?

3. Bagaimanakah hubungan pendidikan politik dengan demokrasi ?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Politik

2.1.1 Defenisi Pendidikan Politik

Dalam bahasa inggris pendidikan politik sering disamakan dengan

Political Sucialization yang berarti Sosialisasi Politik. Dimana dari segi

makna keduanya mempunyai makna yang mirip. Sehingga dapat dikatakan

bahwa sosialisasi politik merupakan pendidikan politik dalam arti sempit.

Sehingga dalam pengaplikasiannya, pendidikan politik dapat diajarkan

dengan harus terlebih dahulu menjelaskan mengenai sosialisasi politik.

Ramlan Surbakti (1999:117) menyatakan bahwa sosialisasi politik

terbagi atas dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik.

Pendidikan politik itu sendiri merupakan proses dialogik diantara pemberi

dan penerima pesan. Melalui proses ini masyarakat dapat mengenal dan

mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negara

dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan

partai politik. Sehingga secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan

politik merupakan bagian dari sosialisasi politik yang mengajarkan

masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negara. Dapat dikatakan

bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi

politik para anggota masyarakat. Dengan adanya proses sosialisasi politik

3
4

inilah masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan

politik yang berlangsung dalam masyarakat.

Pendidikan dan politik merupakan dua unsur yang saling

mempengaruhi. Dimana dalam pengembangannya, pendidikan harus

sejalan dengan sistem politik pemerintahan pada masa itu. Sehingga segala

permasalahan dalam dunia pendidikan akan menjadi permasalahan politik

jika sudah melibatkan pemerintah dalam penyelesaiannya.

Alfian (1981:235) menyatakan bahwa "pendidikan politik dapat

diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses sosialisasi

politik masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati nilai-nilai

yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak dibangun".

Jadi dapat dimaknai bahwa pendidikan politik mempunyai misi

untuk membentuk individu-individu bangsa agar dapat mengenal dan

memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang sedang

berjalan serta mampu menentukan sikap sebagai bukti kepahaman akan

sistem politik tersebut dengan meningkatkan partisipasi dalam dunia

perpolitikan baik secara langsung atau tidak, aktif maupun pasif.

2.1.2 Defenisi Politik

Kata “politik” secara etimologis berasal dari bahasa Yunani

Politeia, yang akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang

berdiri sendiri, yaitu negara dan teia, berarti urusan. Dalam bahasa

Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan

umum warga negara suatu bangsa. Serta dalam bahasa Inggris, Politics
5

adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang

digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.

Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara

dan cara melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan kebijakan-

kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan,

pembagian, atau alokasi sumber-sumber yang ada. Dimana dalam

penentuan kebijakan umum, pengaturan, pembagian, maupun alokasi

sumber-sumber yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang yang

nantinya memainkan peran penting dalam pembinaan kerjasama dan

penyelesaian koflik yang mungkin muncul dalam proses pencapaian

tujuan.

Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan

dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan

distribusi atau alokasi sumber daya.

2.1.3 Landasan Hukum Pendidikan Politik

Berdasarkan Inpres No. 12 tahun 1982 tentang Pendidikan Politik

bagi Generasi Muda (1982:13), maka yang menjadi landasan hukum

pendidikan politik adalah sebagai berikut:

Landasan pendidikan politik di Indonesia terdiri dari:

a. Landasan ideologis, yaitu Pancasila

b. Landasan konstitusi, yaitu UUD 1945

c. Landasan operasional, yaitu GBHN


6

d. Landasan historis, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan

Proklamasi 17 Auustus 1945".

Landasan yang tersebut di atas merupakan landasan pokok

pendidikan politik yang disertai landasan kesejarahan. Hal ini penting

karena warga negara terutama siswa harus mengetahui sejarah perjuangan

bangsa agar memiliki jiwa, semangat, dan nilai-nilai kejuangan 1945.

2.1.4 Tujuan Pendidikan Politik

Tujuan diadakannya pendidikan politik secara formal terdapat

dalam Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi

Muda yang menyatakan bahwa:

 Tujuan pendidikan politik adalah memberikan pedoman kepada

generasi muda Indonesia guna meningkatkan kesadaran kehidupan

berbangsa dan bernegara. Sedangkan tujuan pendidikan politik

lainnya ialah menciptakan generasi muda Indonesia yang sadar

akan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945 sebagai salah satu usaha untuk membangun

manusia Indonesia seutuhnya.

Berdasarkan pemaparan tentang tujuan pendidikan politik di atas,

penulis berpendapat bahwa yang menjadi tujuan utama dari pendidikan

politik adalah agar generasi muda saat ini memiliki kemampuan untuk

memahami situasi sosial politik penuh konflik. Aktifitas yang dilakukan

pun diarahkan pada proses demokratisasi serta berani bersikaf kritis

terhadap kondisi masyarkat di lingkungannya. Pendidikan politik


7

mengajarkan mereka untuk mampu mengembangkan semua bakat dan

kemampuannya aspek kognitif wawasan kritis, sikap positif, dan

keterampilan politik. Kesemua itu dirancang agar mereka dapat

mengaktualisasikan diri dengan jalan ikut berpartisipasi secara aktif dalam

bidang politik.

Dari tujuan pendidikan politik di atas, dapat dilihat bahwa antara

tujuan pendidikan politik dengan fungsi yang dimilikinya hampir sama.

Tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan politik merupakan keberhasilan

dari diadakannya pcndidikan politik itu sendiri.

2.1.5 Mahasiswa dan Politik

Selama di Universitas, mahasiswa banyak mengamati masyarakat

melalui mata kuliah penelitian dan praktek di dalam masyarakat. Begitu

pula mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai

kenegaraan pemerintahan serta seluk beluk pengaturannya. Dengan

demikian mahasiswa mempunyai kemampuan untuk mengukur apa yang

dialami oleh masyarakat, dengan apa yang diharapkannya dari pemerintah.

Apabila nilai-nilai dasar yang layak diperkembangkan di dalam

masyarakat, seperti kebebasan mengemukankan pendapat, berkumpul, dan

kehidupan yang tidak jauh sekali bedanya dengan lapisan atas masyarakat,

sudah tertekan dan menyentuh rasa idealis mahasiswa, maka keseluruhan

mahasiswa merasa terajak untuk melakukan aktivitas politik.

Perhatikanlah misalnya pada penghujung kekuasan Presiden Soekarno di

dalam sistem politk Demokrasi Terpimpin. Secara utuh Mahasiswa


8

Indonesia (KAMI) yang dibentuk pada tanggal 25 Oktober 1965 dan

mempertengahkan Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA) dan Tuntutan Hati

Nurani Rakyat (TUNHANURA), yang semuanya berkisar pada masalah-

masalah di atas. Dan setelah sistem politik baru muncul dengan usaha

perbaikan terhadap apa yang dikemukakan oleh mahasiswa di atas, maka

intensistas kegiatan politik mahasiswa menurun kembali.

Kalau pandangan di atas lebih bertolak dari bagaimana mahasiswa

menilai situasi, maka perlu pula diperhatikan hubungan antara penilaian

tersebut dengan suasana lingkungan mahasiswa itu sendiri. Pada awal

sistem politik Demokrasi Terpimpi, kepercayaan masyarakat terhadap

kepemimpinan presiden Soekarno dan sistem politik yang dibinanya cukup

tinggi. Sungguhpun terjadi ketidakpercayaan daerah terhadap

kepemimpinan Presiden Soekarno di dalam tahun 1959 yang tercetus di

dalam pembentukan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)

di Sumatera Barat dan PERMESTA di Sulawesi Utara, namun PNI dan

PKI, begitu pula angkatan bersenjata sebagai kekuatan politik utama yang

dibergunakan oleh Soekarno untuk mendasari sistem politik Demokrasi

Terpimpin, tidak merestui keputusan daerah tersebut. Dalam pada itu

secara keseluruhan Soekarno berhasil mengubah orientasi politik luar

negeri Indonesia lebih condong kepada blok komunis dan lebih banyak

memberikan perhatian kepada politik luar negeri. Akan tetapi setelah

keadaan ekonomi secara umum sudah sedemikian merosot, maka

kepercayaan terhadap sistem politik itu sendiri mulai menurun. Dan krisis

kepercayaan terhadap pemimpin Soekarno sendiri sampai kepada


9

puncaknya pada waktu ia tidak mampu lagi mengendalikan sistuasi di

sekitar bulan Oktober 1965. Pada waktu itulah mahasiswa muncul

menyampaikan hatinurani masyarakat melalui kegiatan politik yang

banyak mempergunakan kegiatan politik berupa demonstrasi. Dengan lain

perkataan, mahasiswa terjun ke arena politik jika terdapat “situasi anomi

yang kuat” di dalam masyarakat.

Semua unsur di atas bersama-sama mendorong kegiatan politik

mahasiswa di sekitar pergantian sistem politik demokrasi terpimpin

kepada sistem poltik demokrasi pancasila. Di samping itu perlunya

TNI/AD sebzgai kekuatan politik yang mengimbangi PKI akan sokongan

politik sipil untuk memperkokoh konsolidasi politiknya, merupakan

peluang pula bagi aktivitas politik mahasiswa yang terpusat dalam KAMI

pada waktu itu. Sebab di samping secara nyata angkatan bersenjata

memang merupakan lawan bagi PKI, di kalangan masyarakat luas sudah

tumbuh perasaan anti PKI yang berkembang di dalam masyarakat dengan

peranan dimainkannya menghadapi PKI. Di dalam ini mahasiswa bisa

memenuhi keperluan tersebut. Seczra konkrit gejala ini terlihat di dalam

kerjasama antara angkatan bersenjata umumnya dan TNI/AD khususnya

dengan KAMI pada masa peralihan dari sistem politik Terpimpin kepada

sistem politik demokrasi pancasila dipertengahn tanhun 60an.

Satu hal yang perlu diperhatikan di dalam proses politik di

Indonesia dewasa ini ialah bahwa disamping sebagai saluran untuk

mengetengahkan situasi dan keinginan masyarakat, aktivitas politik

mahasiswa dilihat pula sebagai salah satu ukuran kepuasan masyarakat.


10

2.2 Demokrasi

2.2.1 Definisi Demokrasi

Secara etimologi, demokrasi berasal dari kata yang bearti rakyat

dan kratos yang berarti pemerintah/kedaulatan. Sedangkan rasi berarti

pemerintahan demokrasi memerintah (menjalankan kekuasaannya) atas

nama (mewakili) rakyat untuk rakyat berarti suatu pemerintah demokrasi

setiap kebijakan yang diambilnya harus sesuai dengan

aspirasi/keinginan/kepentingan rakyat (Mardenis:2016).

2.2.2 Norma-norma yang Mendasari Demokrasi

Lima norma dasar demokrasi menurut pendapat Frans Magnis

Suseno sebagai berikut :

 Menganut sistem negara hukum

Negara demokrasi tidak mengenal kata-kata absolut. Tidak

satu pihak di dalam pemerintahannya yang mempunyai kekuasaan

mutlak. Dimana kekuasaan di negara demokrasi berada di tangan

rakyat dan di atur oleh hukum yang berlaku, sehingga hukum

sangat berperan dalam penerapan demokrasi.

 Kontrol Sosial

Pengawasan dilaksanakan oleh rakyat, semua kegiatan yang

dilaksanakan di dalam pemerintahan mendapat pengawana Dari

rakyat. Sehingga adanya transparasi di dalam negara demokrasi.


11

 Adanya pemilu yang bebas

Tidak ada pengekangan yang menyebabkan individu

keterbatasan atau keterikatan individu dalam melakukan kegiatan,

baik politik, hukum, sosial budaya, ataupun dalam bidang-bidang

kehidupan lainnya.

 Prinsip mayoritas

Nilai-nilai dasar demokrasi merujuk Kepada kepentingan

mayoritas, bukan kepada kepentingan beberapa pihak.

 Adanya jaminan atas hak dan asasi manusia

Negara-negara yang menganut prinsip demokrasi akan

menjunjung tinggi HAM, hal ini merupakan sebuah perujudan dari

nilai-nilai demokrasi yang lebih merujuk kepada prinsip mayoritas.

2.2.3 Demokrasi di Indonesia

Semenjak kemerdekaan 17 Agustus 1945, Undang-undang Dasar

1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara

demokrasi. Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus

bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang

dipilih dari rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya adalah rakyat

pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang

dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi

singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan

pemilu bebas di Indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno


12

menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan.

Setelah mengalami masa demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu

yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia

kembali masuk ke dalam alam demokrasi pada tahun 1998 ketika

pemerintahan militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi

Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan partai

demokrasi Indonesia-perjuangan sebagai pemenang pemilu.

2.2.4 Pemerintahan Yang Demokratis

Salah satu wujud tata kepemerintahan yang baik (good

governance) itu terdapatnya citra pemerintahan yang demokrastis dimana

jantung dari suatu sistem politik dan tata kepemerintahan yang demokratis

itu terletak pada wujud kontrol terhadap kegiatan pemerintah yang

seharusnya dilakukan oleh rakyat.

Pemerintah bisa bertindak demokratis jika peran kontrol yang

dilakukan rakyat dijalankan secara maksimal, proposional, konstitusional,

dan bertanggung jawab. Apalagi di dalam pemerintahan yang modern,

hampir tidak mungkin manajemen birokrasi pemerintahannya bisa

dijalankan tanpa adanya kontrol sosial dari rakyat (Thoha, 1999).

Di dalam negara yang pemerintahannya dijalankan secara

demokratis meletakkan para pejabatnya bisa dikontrol oleh rakyat melalui

pemilihan. Namun di dalam masyarakat yang demokratis dan kompleks

hampir tidak mungkin kita akan melakukan dan meperoleh kontrol yang

sempurna. Akan tetapi kita bisa menaruh suatu harapan yang minim
13

sekalipun dengan mengetengahkan suatu cara pemilihan yang dilakukan

oleh rakyat terhadap pejabat-pejabatnya dalam birokrasi pemerintahan

(Thoha, 1999) yang merupakan inti dari pelaksanaan demokrasi dalam

suatau negara, sekaligus mengingatkan kepada para pejabat untuk

senantiasa melakukan akuntabilitas kepada rakyat.

Salah satu wujud akuntabilitas itu ialah agar semua produk hukm

dan kebijakan yang menyangkut kehidupan rakyat banyak harus di

upayakan didasarkan atau undang-undang. Dengan produk hukum berupa

undang-undang ini rakyat mampunyai akses untuk mengatur dan

mengendalikannya. Sehingga pejabat administrasi publik secara otomatis

mau tidak mau harus melakukan akuntabilitas kepada rakyat. Jika lembaga

dan sistem administrasi publik didasarkan atas prinsip seperti ini, maka

tidak ada dalam setiap aspek administrasi publik yang tidak bisa dikontrol

rakyat.

2.3 Hubungan Pendidikan Politik dengan Demokrasi

Penjabaran sebelumnya menerangkan bahwa pemerintahan yang

demokratis itu dapat diwujudkan dengan adanya kontrol terhadap kegiatan

pemerintahan yang dilakukan sendiri oleh rakyatnya. Maka pada tahap

inilah masyarakat dituntut untuk “melek” akan perpolitikan negera. Salah

satu upaya yang dilakukan untuk hal itu adalah dengan memberikan

pendidikan politik, yang tujuannya membentuk individu-individu bangsa

agar dapat mengenal dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam

sistem politik yang sedang berjalan serta mampu menentukan sikap


14

sebagai bukti kepahaman akan sistem politik tersebut dengan

meningkatkan partisipasi dalam dunia perpolitikan baik secara langsung

atau tidak, aktif maupun pasif.

Pendidikan politik membentuk masyarakat kritis yang nantinya

akan mengiringi pemerintah dalam bersikap dan bertindak di dalam

sebuah pemerintahan, dengan harapan agar terwujudnya pemerintahan

yang Demokratis.

Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan Pendidikan Politik dengan

Demokrasi itu saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dimana untuk

mencapai pemerintahan yang Demokratis memerlukan pengontrolan yang

tegas dari masyarakat, selanjutnya pengontrolan yang dilakukan

masyarakat tidak dapat diwujudkan jikalau masyarakat itu sendiri tidak

paham dengan perpolitikan, sehingga karena hal tersebut dibutuhkan peran

Pendidikan Politik.
15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan politik adalah usaha yang sadar untuk mengubah proses

sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati

nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak

dibangun.
Demokrasi adalah sisitem pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat dan untuk

rakyat. Yang berarti kekuasaan berada di tangan rakyat dan setiap kebijakan

yang diambil oleh wakil rakyat harus sesuai dengan aspirasi/ keinginan/

kepentingan rakyat.

Karena itu hubungan politik dan demokrasi adalah membentuk

masyarakat kritis dan aktif yang nantinya akan mengiringi pemerintah dalam

bersikap dan bertindak di dalam sebuah pemerintahan, dengan harapan agar

terwujudnya pemerintahan yang mementingkan suara rakyat.

Pendidikan politik dan demokrasi sangat diperlukan pada zaman moderen

ini. Dengan adanya pendidikan politik dan demokrasi ini masyarakat dapat

menyuarakan aspirasinya untuk pemerintah yang menjabat yang dibekalkan

dengan pendidikan politik.

3.2 Saran
16

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap masyarakat dapat


peduli terhadap permasalah-permasalahan mengenai politik di indonesia.
Sebab, penddikan politik dan demokrasi sangatlah penting untuk
mewujudkan masyarakay yang kritis dan aktif dalam persoalan kebijakan
pemerintah. Dan kelompok berharap pembekalan pendidikan politik dan
demokrasi untuk generesi muda dapat merubah sistem politik yang buruk di
indonesia saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. 1990. Wawasan Politik Mengenai Sistem Pendidikan


Nasional. Bandung: CV. Mandar Maju

Mardenis. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada

Sanit, Arbi. 1981. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Sumarsono, S. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT.


Gramendia Pustaka Utama

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Polilik. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia

Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

17

Anda mungkin juga menyukai