Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PATOLOGI

“INFEKSI”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dosen Pembimbing : Hesti Renggana., S.Si., Apt

Disusun Oleh Kelompok 3


Djatnika Zulmohnas
Nurwan Sukasah

UNIVERSITAS GARUT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FARMASI

2018

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

karena berkat kodrat dan iradat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul “Infeksi”. Makalah ini kami buat sedemikian rupa sebagai tugas yang

diberikan oleh dosen pembimbing kami.

Harapan kami sebagai penyusun semoga makalah ini dapat diterima dengan

baik oleh dosen pembimbing serta dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah yang kami buat ini

masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sebagai penyusun mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Garut, 6 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................4

1.2 Rumusan Permasalahan ..........................................................................4

1.3 Tujuan.....................................................................................................5

1.4 Manfaat ...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Infeksi ......................................................................................6

2.2. Faktor Penyebab Infeksi .......................................................................9

2.3. Mekanisme Infeksi ..............................................................................12

2.4. Faktor Hospes Pada Infeksi .................................................................13

2.5. Faktor Agen Menular Infeksi .............................................................17

2.6. Interaksi Hospes dan Agen Menular ...................................................20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................21

3.2 Saran .....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan semakin majunya perkembangan zaman, bermunculan berbagai

macam penyakit baru. Baik itu yang disebabkan oleh bakteri patogen maupun yang

tidak. Penyakit oleh bakteri patogen bisa terjadi apabila seseorang sebelumnya

sudah terinfeksi.

Biasanya apabila seseorang terkena infeksi mikroorganisme, akan

menimbulkan gejala yang bermacam-macam tergantung jenis mikroorganisme

yang menginfeksinya.

Masih banyak masyarakat awam belum mengetahui cara seseorang bisa

terkena infeksi, maka dari itu kami tertarik untuk membuat makalah yang berjudul

“Infeksi” dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing

kami.

1.2. Rumusan Permasalahan

1. Apa itu infeksi?

2. Bagaimana terjadinya infeksi?

3. Faktor apa saja yang bisa mendukung infeksi?

4. Bagaimana mekanisme infeksi?

5. Bagaimana interaksi hospes dan agen menular?

4
1.3. Tujuan

1. Mengetahui definisi infeksi.

2. Mengetahui proses terjadinya infeksi.

3. Mengetahui faktor penyebab infeksi.

4. Mengetahui mekanisme infeksi.

5. Mengetahui interaksi hospes dan agen menular.

1.4. Manfaat

Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami lebih

dalam lagi tentang infeksi, dan pembaca dapat mengaplikasikannya di kehidupan

sehari-hari dalam upaya pencegahan penyakit infeksi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Infeksi

Secara umum istilah Infeksi biasa kita definisikan sebagai suatu penyakit

yang diakibatkan karena tubuh kita telah kemasukan kuman atau virus, ini benar

akan tetapi pengertian infeksi yang lebih tepatnya adalah : suatu keadaan

dimana adanya suatu organisme pada jaringan tubuh yang disertai dengan

gejala klinis baik itu bersifat lokal maupun sistemik seperti demam atau panas

sebagai suatu reaksi tubuh terhadap organisme tersebut. Jika gejala demam

tersebut bersifat mendadak, maka disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi

jika demamnya secara bertahap atau lambat, maka biasanya disebabkan oleh

infeksi bakteri.

Secara Definisi, Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies

asing (luar) terhadap organisme inang (tubuh), dan bersifat pilang yaitu

membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan

sumberdaya (sarana) yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri dan

itu merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang berakibat pada

luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, bahkan kematian. Respons

inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya

dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya

definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

Simbiosis antara parasit dan inang, di mana salah satu pihak diuntungkan dan

pihak lainnya dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran

6
yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.

Secara umum infeksi ini terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu :

 Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh

 Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti

virus HIV, karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.

Infeksi bakteri merupakan invasi dan multiplikasi mikroorganisme (bakteri)

dalam jaringan tubuh yang menghasilkan tanda dan gejala seperti respon imun.

Bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia ketika mereka masuk ke dalam

tubuh. Bakteri dapat masuk ke tubuh melalui kulit, hidung, mata, vagina, atau

mulut. Setelah bakteri menyerang mulai berkembang biak dan membahayakan

tubuh, itu disebut infeksi.

Kondisi ini ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:

 Umum. Gejala bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi,

serta bagian tubuh yang terinfeksi. Secara umum, sebagian besar infeksi

menyebabkan pembengkakan, kemerahan, demam, dan nyeri. Pasien harus

mengunjungi profesional kesehatan mereka jika gejala-gejala tersebut

berkembang.

 Darah (sepsis): Infeksi bakteri dari hampir setiap bagian dari tubuh berpotensi

dapat memasuki aliran darah. Ketika ini terjadi, kondisi ini disebut sepsis.

Gejala biasanya termasuk demam, gemetar parah, tekanan darah rendah, dan

koma. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan cepat, sepsis dapat menyebabkan

disfungsi organ dan kematian. Sepsis merupakan penyebab utama kematian

7
sebagian besar pada orang tua atau sakit kronis di Amerika Serikat, membunuh

sekitar 215.000 orang Amerika setiap tahun.

 Mata. Bakteri juga dapat menginfeksi mata. Kondisi ini biasa disebut mata yg

menular atau konjungtivitis. Gejala umum termasuk kemerahan, iritasi dan

berair, mata gatal, penglihatan kabur, dan debit yang membentuk kerak saat

tidur. Gejala yang kurang umum lain mungkin termasuk rasa sakit dan kepekaan

terhadap cahaya.

 Saluran pencernaan. Infeksi bakteri, termasuk yang disebabkan oleh

Staphylococcus aureus atau Escherichia coli (E. coli), dapat berkembang dalam

saluran pencernaan jika pasien mengkonsumsi makanan atau minuman yang

terkontaminasi dengan bakteri penyebab penyakit. Jenis infeksi umumnya

dikenal sebagai keracunan makanan. Gejala umum dari infeksi saluran

pencernaan termasuk sakit perut, kram perut, muntah, dan diare.

 Sistem saraf. Infeksi bakteri, seperti meningitis bakteri, dapat mempengaruhi

sistem saraf tubuh, yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Gejala

umum dari infeksi bakteri dari sistem saraf termasuk sakit kepala parah atau

sakit punggung, kelemahan, kehilangan sensori, dan demam. Seorang individu

dapat melaporkan leher kaku, mual atau muntah, kelelahan, dan disorientasi.

Dalam kasus yang parah, pasien mungkin mengalami kejang, kelumpuhan,

koma, atau kematian.

 Saluran pernapasan. Infeksi bakteri dapat berkembang pada saluran

pernapasan, yang meliputi hidung, sinus, tenggorokan, dan paru-paru. Gejala

mungkin termasuk demam, menggigil, sesak napas, nyeri dada, hidung

8
tersumbat, kemacetan, sakit tenggorokan, detak jantung meningkat, kelelahan,

dan perasaan umum ketidaknyamanan.

 Kulit. Jika bakteri penyebab infeksi kulit, gejala umum termasuk kemerahan

pada kulit, pembengkakan, nyeri, ruam, lecet, dan perubahan warna kulit.

 Saluran kemih. Bakteri dapat menginfeksi saluran kencing, yang meliputi

ginjal, saluran yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih (ureter)

kandung kemih, dan tabung yang membawa urin keluar dari tubuh (uretra).

Gejala umum dari infeksi saluran kemih termasuk dorongan kuat untuk buang

air kecil, sensasi terbakar saat buang air kecil, sering melewati sejumlah kecil

urin, darah dalam urin, atau berawan, berbau tajam urin.

 Vagina. Ketika bakteri menyebabkan infeksi pada vagina, hal itu disebut

vaginosis bakteri. Tanda paling jelas dari kondisi ini bau yang tidak

menyenangkan. Gejala lain sering termasuk gatal dan / atau sensasi terbakar di

dekat vagina.

2.2. Faktor Penyebab Infeksi

Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus, jamur, hingga

parasit. Berikut adalah penjelasan macam-macam infeksi yang disebabkan oleh

berbagai mikroorganisme.

 Bakteri: Bakteri merupakan organisme yang memilki satu sel. Salah satu cara

bakteri untuk menginfeksi tubuh adalah dengan mengeluarkan toksin (racun)

yand dapat merusak jaringan tubuh. Bakteri dapat menyebabkan infeksi

tenggorokan, infeksi saluran pencernaan, infeksi pernapasan (seperti

9
TBC), infeksi saluran kemih, hingga infeksi genital. Terdapat empat kelompok

bakteri yang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: Bacilli, cocci,

spirochaetes, dan vibrio.

 Bacilli berbentuk batang dengan panjang sekitar 0,03 mm. Penyakit yang

biasanya disebabkan oleh bakteri berbentuk bacilli antara lain tifoid dan

sistitis.

 Cocci berbentuk bulatan dengan diameter sekitar 0,001 mm. Bakteri

berbentuk cocci biasanya membentuk kelompok-kelompok seperti

berpasangan, membentuk garis panjang, atau berkumpul seperti anggur.

Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri cocci antara lain infeksi

stafilokokus dan gonorrhea.

 Spirochaetes berbentuk seperti spiral. Bakteri ini menyebabkan

penyakit sifilis.

 Vibrio berbentuk seperti koma. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera.

 Virus: Virus berukuran lebih kecil dari bakteri dan membutuhkan host, seperti

orang, tanaman, atau hewan, untuk bermultiplikasi. Saat virus masuk ke dalam

tubuh, biasanya ia menginvasi sel tubuh yang normal dan mengambil alih sel

untuk memproduksi virus lainnya.Virus dapat menyebabkan penyakit yang

paling ringan seperti common cold hingga sangat berat seperti AIDS. Seperti

bakteri, terdapat berbagai bentuk virus yang dapat menyebabkan berbagai

penyakit. Bentuk-bentuk virus tersebut antara lain:

10
 Icosahedral: Lapisan luarnya terdiri atas 20 sisi datar yang memberikan

bentuk seperti bola. Icosahedral merupakan bentuk yang dimiliki oleh

kebanyakan virus.

 Helical: Lapisan luarnya membentuk seperti batang,

 Enveloped: Lapisan luarnya terbungkus oleh membran yang longgar, yang

dapat berubah-ubah bentuk namun biasanya sering terlihat seperti bola.

 Kompleks: Tidak memiliki lapisan luar, tapi intinya terlapisi.

 Jamur: Jamur merupakan organisme primitif yang dapat hidup di udara, tanah,

tanaman, atau di dalam air. Beberapa jamur juga hidup di dalam tubuh manusia.

Infeksi jamur biasanya tidak bahaya, namun beberapa dapat mengancam

kehidupan. Jamur merupakan penyebab banyak penyakit kulit. Penyakit lain

yang disebabkan oleh jamur antara lain infeksi di paru-paru dan sistem saraf.

Jamur dapat menyebar jika seseorang menghirup spora atau menempel

langsung di kulit. Seseorang juga akan lebih mudah terkena jamur jika sistem

imunnya sedang lemah atau sedang meminum antibiotik.

 Parasit: Parasit merupakan mikroorganisme yang membutuhkan organisme

atau host lainnya untuk bertahan. Beberapa parasit tidak mempengaruhi host

yang ia tinggali, sedangkan beberapa lainnya mengalami pertumbuhan,

reproduksi, dan bahkan mengelurkan toksin (racun) yang menybabkan host

mengalami infeksi parasit. Infeksi parasit disebabkan oleh 3 jenis organisme:

protozoa, helminth (cacing), dan ektoparasit.

 Protozoa merupakan organisme yang hanya mempunyai satu sel yang

dapat hidup dan bermultiplikasi di dalam tubuh manusia. Infeksi yang

11
disebabkan oleh protozoa antara lain giardiasis, yaitu infeksi pencernaan

yang dapat terjadi akibat meminum air yang terinfeksi oleh protozoa,

 Helminth marupakan organisme yang memiliki banyak sel (multi sel) yang

biasanya dikenal dengan nama cacing. Terdapat berbagai jenis cacing yang

dapat menginfeksi manusia seperti flatworm, tapeworm, ringworm, dan

roundworm.

 Ektoparasit merupakan organisme yang juga memilikibanuak sel yang

biasanya hidup atau makan dari kulit manusia, seperti nyamuk, lalat, kutu,

atau tungau.

2.3. Mekanisme Infeksi

Patogenitas: kemampuan dari kuman untuk menimbulkan reaksi pada host

sehingga timbul gejala/gejala klinik/kerusakan jaringan.

Mekanisme tersebut antara lain:

1. Menghasilkan toxin (racun)

Misalkan :

- Tetanus  gangguan saraf motorik  kejang-kejang. Kuman penyebab

(Closteridium tetani).

- Diphteria  jantung/ginjal  gagal jantung. Kuman penyebab (Coryne

bacterium diphteria).

- Escherichia coli  kejang usus  mencret.

12
2. Kerusakan jaringan langsung

Misal:

Parasit  amoebiasis; giardiasis; cacing-cacing (nematoda: trematoda;

cestoda).

Infeksi saluran kemih; pharyngitis; otitis; abcess  kuman coccus.

3. Reaksi allergi/immunologi

Misal: TBC; DHF; Infeksi ginjal.

4. Infeksi yang menetap/tersembunyi

Misal:

Thypus abdominalis  Salmonella typhii.

Hepatitis B  virus hepatitis B.

Herpes Simplex  virus herpes I dan II.

5. Mempengaruhi sensitivitas dari host terhadap obat-obatan.

6. Menekan/menurunkan sistem kekebalan.

Mekanisme di atas dapat terjadi secara tunggal atau bersamaan.

2.4. Faktor Hospes Pada Infeksi

Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa mikroorganisme yang menular harus

mampu melekat, menduduki atau memasuki hospes dan berkembang biak paling

tidak sampai taraf tertentu. Karena itu tidaklah mengherankan bila dalam perjalanan

evolusi, spesies hewan termasuk manusia sudah mengembangkan mekanisme

pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungan:

13
1. Kulit dan mukosa orofaring

Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit

yang utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan

luar dan epitel berlapis gepeng sebagai barier meanis yang baik sekali

terhadap infeksi. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti

pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular

masuk.

Kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi

terhadap dirinya sendiri. Pada dekontaminasi fisik, organisme yang

melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa mereka tidak

mati kalau menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit

mengelupas. Dekontaminasi kimiawi terjadi karena tubuh berkeringat dan

sekresi kelenjar sebasea sehingga membersihkan kulit dari kuman. Flora

normal yang terdapat pada kulit menimbulkan dekontaminasi biologis

dengan menghalangi pembiakan organisme-organisme lain yang melekat

pada kulit.

2. Saluran pencernaan

a. Mukosa lambung merupakan kelenjar dan tidak merupakan barie

mekanis yang baik. Sering terjadi defek-defek kecil atau erosi pada

lapisan lambung, tetapi tidak banyak berarti pada proses infeksi sebab

suasana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk banyak

mikroorganisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keasaman

14
lambung yang tinggi, disamping lambung cenderung memindahkan

isinya ke usus halus dengan proses yang relatif cepat.

b. Lapisan usus halus juga bukan merupakan barier mekanis yang baik

dan secara mudah dapat ditembus oleh banyak bakteri. Namun

gerakan peristaltik untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali

sehingga populasi bakteri dalam lumen dipertahankan tetap sedikit.

c. Lapisan dalam usus besar secara mekanis juga tidak baik. Pada tempat

ini pendorongan tidak cepat dan terdapat stagnasi relatif dari isi usus.

Pertahanan utama melawan jasad renik adalah melalui banyaknya

flora normal yang menghuni usus besar dan hidup berdampingan

dengan hospes. Bakteri normal yang banyak ini berkompetisi untuk

mendapatkan makanan atau mereka benar-benar mengeluarkan

substansi antibakteri (antibiotik).

3. Saluran pernafasan

Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan

nasofaring, trakea dan bronkus, terdiri dari sel-sel tinggi yang beberapa

diantaranya mengeluarkan mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi

dengan silia pada permukaan lumen mereka. Tonjolan-tonjolan kecil ini

bergetar seperti cambuk dengan gerakan yang diarahkan ke mulut, hidung

dan keluar tubuh. Jika jasad renik terhirup, mereka cenderung mengenai

selimut mukosa yang dihasilkan dari mukus, untuk digerakkan keluar atau

dibatukkan atau ditelan.

15
Kerja perlindungan ini dipertinggi dengan adanya antibodi di dalam

sekresi. Jika beberapa agen menghindar dari pertahanan ini dan mencapai

ruang-ruang udara di dalam paru-paru, maka disana selalu terdapat

makrofag alveolar yang merupakan barisan pertahanan lain.

4. Sawar pertahanan lain

a. Radang

Jika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan

memasuki jaringan, maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi

peradangan akut yaitu aspek humoral (antibodi) dan aspek seluler

pertahanan tubuh bersatu.

b. Pembuluh limfe

Aliran limfe pada radang akut dipercepat sehingga agen-agen menular

ikut menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe bersama

dengan aliran limfe itu. Kadang-kadang menyebabkan limfangitis,

tetapi lebih sering agen-agen tersebut langsung terbawa ke kelenjar

limfe, dimana mereka dengan cepat difagositosis oleh makrofag. Pada

keadaan ini maka cairan limfe yang mengalir ke pusat melewati

kelenjar limfe dapat terbebas dari agen-agen tersebut.

c. Pertahanan terakhir (vena primer)

Jika penyebaran agen menular tidak terhentii pada kelenjar limfe atau

jika agen tersebut langsung memasukii vena ditempat primernya,

maka dapat terjadi infeksi pada aliran darah.

16
Ledakan bakteri di dakan aliran darah sebenarnya tidak jarang terjadi,

dan peristiwa yang dinamakan bakterimia ini biasanya ditangani

secara cepat dan efektif oleh makrofag dari sistem monosit-makrofag.

Septikemia atau keracunan darah terjadi jika kondisi bakteremia

berlanjut yang mengakibatkan organisme yang masuk berjumlah

sangat besar dan cukup resisten sehingga sistem makrofag ditaklukan.

Organisme yang menetap ini menimbulkan gejala malaise,

kelemahan, demam, dan lain-lain.

Pada kondisi yang parah yang disebut septikopiemia atau disingkat

piemia, dimana organisme mencapai jumlah yang sedemikian

besarnya sehingga mereka bersirkulasi dalam gumpalan-gumpalan

dan mengambil tempat pada banyak organ dan menimbulkan banyak

sekali mikroabses.

2.5. Faktor Agen Menular Infeksi

1. Daya Transmisi

Sifat penting dan nyata pada saat terbentuknya adalah transpor agen menular

hidup ke dalam tubuh.

Cara penularan penyakit infeksi:

a. Secara Langsung (Direct) dari satu orang ke orang lain, misalnya melalui

batuk, bersin dan berciuman.

Contoh:

17
Penyakit yang ditularkan melalui saluran nafas: common cold, TBC, batuk

rejan, pes pneumoni, meningitis, meningokokus, sakit tenggorokan karena

infeksi streptokokus, tonsilitis, influenza, difteri, campak, rubella (campak

jerman). Penyakit-penyakit ini ditularkan melalui ciuman, penggunaan alat

makan yang terinfeksi dan droplet yang terinfeksi.

b. Secara Tidak Langsung (Indirect) penularan mikroba patogen memerlukan

adanya “media perantara”, baik berupa barang/bahan, air, udara,

makanan/minuman maupun vektor. Organisme dikeluarkan dari penderita

kemudian diendapkan pada berbagai permukaan lalu dilepaskan kembali

dalam udara. Dengan cara serupa organisme dapat sampai ke dalam tanah,

air, makanan atau rantai pemindahan tidak langsung lainnya. Di rumah

sakit, infeksi juga dapat disebarkan melalui eksudat-eksudat dan ekskreta.

Transfusi darah dapat juga menjadi sarana penyebaran infeksi (misal

penyakit hepatitis virus). Jenis pemindahan tidak langsung yang lebih

kompleks melibatkan vektor-vektor seperti serangga, misalnya nyamuk

(penyakit malaria), lalat (penyakit disentri), cacing (penyakit filariasis) dan

lain-lain.

2. Daya Invasi

Sekali dipindahkan ke dalam hospes baru, jasad renik harus mampu bertahan

pada atau di dalam hospes tersebut untuk dapat menimbulkan infeksi.

Misalnya:

18
Kolera, disebabkan oleh organisme yang tidak pernah memasuki jaringan,

tetapi hanya menduduki epitel usus, melekat dengan kuat pada permukaan

sehingga tidak terhanyut oleh gerakan usus.

Disentri basiler, hanya memasuki lapisan superfisial usus tetapi tidak pernah

masuk lebih jauh ke dalam tubuh.

Dan beberapa penyakit lain seperti: salmonella thypi menyebabkan demam

tifoid, spiroketa sifilis yang menyebabkan sifilis, mikrobacterium tetani yang

menyebabkan tetanus dan lain-lain.

3. Kemampuan untuk menimbulkan penyakit.

Beberapa agen menular mengeluarkan eksotoksin yang dapat larut yang

kemudian bersirkulasi dan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang

nyata yang bekerja pada sel-sel tertentu. Contohnya pada penyakit tetanus dan

penyakit difteri. Banyak mikroorganisme lain seperti bakteri gram negatif

mengandung endotoksin kompleks yang dilepaskan waktu mikroorganisme

mengalami lisis. Pelepasan endotoksin ada hubungannya dengan timbulnya

demam dan dalam keadaan-keadaan yang lebih ekstrim, seperti septikemia

gram negatif, dengan timbulnya sindrom syok.

Beberapa organisme menimbulkan cedera pada hospes, sebagian besar dengan

cara imunologis dengan membantu pembentukan kompleks antigen-antibodi,

yang selanjutnya dapat menimbulkan kelainan, misalnya pada kompleks imun

glomerulonefritis.

19
Virus sebagai parasit obligat intraseluler adalah potongan sederhana bahan

genetik (DNA, RNA) yang mempunyai alat untuk menyusupkan dirinya ke

dalam sel hospes.

Sel akan mengalami cedera bila ada informasi genetik baru yang diwujudkan

pada fungsi sel yang diubah. Satu wujud informasi genetik tambahan semacam

itu adalah replikasi virus yang menular, yang dapat disertai oleh lisis dari sel-

sel yang terkena.

Sel dapat berubah tanpa menjadi nekrosis dan dapat dirangsang untuk

berproliferasi, misalnya pada kasus tumor yang diinduksi oleh virus. Virus juga

dapat mencederai hospes dengan menimbulkan berbagai reaksi imunologi

dimana bagian tertentu dari virus bertindak sebagai antigen.

2.6. Interaksi Hospes dan Agen Menular

Cara interaksi hospes dengan mikroorganisme:

1. Komensalisme, antara hospes dan agen menular tidak saling menyerang

atau menguntungkan bagi yang satu tanpa menimbulkan cedera pada yang

lain.

2. Mutualisme, interaksi hospes dengan mikroorganisme saling

menguntungkan.

3. Parasitisme, menguntungkan bagi yang satu tetapi merugikan bagi yang

lain.

20
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa infeksi merupakan suatu

keadaan dimana adanya suatu organisme pada jaringan tubuh yang disertai

dengan gejala klinis baik itu bersifat lokal maupun sistemik seperti demam atau

panas sebagai suatu reaksi tubuh terhadap organisme tersebut.

Gejala dari suatu infeksi berbeda-beda tergantung faktor atau agen penular

infeksi tersebut seperti bakteri, parasit, virus, cacing dan sebagainya.

3.2. Saran

Saran dari kami untuk pembaca supaya meningkatkan usaha dalam menjaga

kebersihan baik itu diri sendiri maupun lingkungan, untuk mencegah terjadinya

penyakit infeksi yang bisa terjadi kapan saja.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Definisi Infeksi. (www.definisi-pengertian.com). diakses pada

tanggal 17 Maret 2018.

Setiawan, Laani. 2012. Infeksi (http://keperawatancianjur.blogspot.co.id). Diakses

pada tanggal 17 Maret 2018.

W, Atropurpurea. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi

nasokomial. (https://www.katapena.info/2017/07/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi.html). diakses pada tanggal 17 Maret 2018.

Sudigdoadi, Sunarjati. 2001. THE BACTERIAL IMMUNOLOGY IN HUMAN

AND ITS THERAPEUTICAL IMPLICATION.

(http://repository.unpad.ac.id). Diakses pada tanggal 17 Maret 2018.

Wau, Yemima. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit

infeksi. (https://www.slideshare.net/yemimawau/10faktor2-yang-

mempengaruhi-terjadinya-penyakit-infeksi). Diakses pada tanggal 17

Maret 2018.

Anonim. 2013. Pengertian Infeksi. (http://www.pengertianahli.com/2013). Diakses

pada tanggal 17 Maret 2018.

Anonim. 2014. Infeksi Bakteri: Gejala dan Pengobatannya.

(http://rhizomananopropolis.com/1135/infeksi-bakteri-gejala-dan-

pengobatannya/). Diakses pada tanggal 17 Maret 2018.

Zulmiyusrini, Putri. 2015. Infeksi. (http://www.kerjanya.net/faq/12111-

infeksi.html). diakses pada tanggal 17 Maret 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai