Anda di halaman 1dari 11

Harbas_rsd balung jember

Page | 1

Formularium Rumah Sakit


FORMULARIUM
A. Definisi Formularium Rumah Sakit. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh
Panitia farmasi dan Terapi untuk digunakan di RS pada batas waktu tertentu. Formularium adalah
dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan-sediaan obat yang
terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir
staf medik rumah sakit.

Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat esensial di rumah sakit yang berisi
daftar obat dan informasi penggunaannya. Obat yang termasuk dalam daftar formularium
merupakan obat pilihan utama (drug of choice) dan obat-obat alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan
obat-obat alternative tetap harus mengindahkan prinsip manajemen dan criteria mayor yaitu
berdasarkan pada : pola penyakit yang berkembang didaerah tersebut, efficacy, efektivitas,
keamanan, kualitas, biaya, dan dapat dikelola oleh sumber daya dan keuangan rumah sakit (Anonim
2002a)

Seleksi obat yang tepat melalui sistem formularium rumah sakit, banyak keuntungan yang didapat
antara lain meningkatkan mutu terapi obat, dan menurunkan kejadian efek samping obat.
Formularium juga meningkatkan efisiensi pengadaan, pengelolaan obat serta meningkatkan efisiensi
pengadaan, pengelolaan obat serta meningkatkan efisiensi dalam manajemen persediaan, sehingga
pada akhirnya akan menurunkan biaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Anonim, 2002a)

B. Format Formularium. Format formularium harus menarik, mudah dibaca, berpenampilan bersih dan
profesional, dengan tata bahasa yang baik. Umumnya terdiri atas:

1. Judul
2. Nama dan gelar KFT
3. Daftar isi
4. Informasi tentang prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat
5. Sediaan yang diterima di rumah sakit mencakup daftar obat yang ditambah atau ditiadakan
sejak edisi terakhir.

Buku formularium harus didistribusikan dan disosialisasikan kepada semua staf medik rumah sakit,
termasuk pimpinan rumah sakit, komite rumah sakit. Komposisi Formularium : Halaman judul,
Daftar anggota PFT, Daftar isi, Informasi tentang kebijakan & prosedur, Produk yang diterima,
lampiran.

C. Isi Formularium. Isi formularium meliputi :

a. Informasi umum prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat yang meliputi:

1. Prosedur dan kebijakan formularium termasuk penggunaan obat dan prosedur untuk
menambah obat baru dalam formularium.
2. Uraian singkat tentang tim farmasi dan terapi termasuk anggota-anggotanya, tanggung
jawab dan kegiatannya.
3. Peraturan rumah sakit tentang penulisan resep, peracikan dan pemberian obat mencakup
penulisan order obat, singkatan, prosedur dan kebijakan tentang kesetaraan generik dan
terapetik, penghentian obat secara otomatis, order obat secara lisan, penggunaan obat
sendiri oleh penderita, obat sendiri yang dibawa sendiri dari rumah, dan lain sebagainya.
Harbas_rsd balung jember

4. Prosedur pelayanan kefarmasian, misalnya jam kerja IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit),
kebijakan pemberian obat untuk penderita rawat jalan, kebijakan harga obat, prosedur
distribusi, obat untuk rawat inap dan lain-lain.

b. Daftar Sediaan Obat. Daftar sediaan obat dipilih oleh staf medik dan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit. Daftar obat yang dimasukkan ke dalam formularium dapat disusun berdasarkan abjad,
menurut nama-nama generik obat, penggolongan terapi atau kombinasi keduanya.
Page | 2
Informasi pada tiap-tiap obat meliputi nama, generik obat dan zat aktif utamanya (nama umum
maupun nama dagang), cara penggunaan obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, dan ukuran
jumlah dalam kemasan, formulasi sediaan jika diperlukan. Informasi tambahan, meliputi rentang
dosis bagi dewasa atau anak-anak, informasi biaya.

c. Informasi Khusus. Meliputi daftar produk nutrisi, tabel kesetaraan dosis dari obat-obat yang
mirip dengan obat kortikosteroid, formula nutrisi parenteral baku, pedoman perhitungan dosis bagi
anak-anak, komposisi, tabel kandungan natrium dari sediaan obat, daftar sediaan obat bebas gula,
isi kotak obat darurat, informasi pemantauan dan penetapan kadar secara farmakokinetik, formulir
untuk permintaan obat nonformularium, formulir pelaporan reaksi obat merugikan, tabel interaksi
obat, informasi pengendalian keracunan, pembawa baku atau pengencer untuk injeksi, komposisi
elektrolit untuk sediaan parenteral volume besar.

D.Pedoman Penggunaan Formularium.


Pedoman penggunaan formularium meliputi

1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan Panitia Farmasi
dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang
lingkup. Staf medis harus mendukung sistem formularium yang diusulkan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi.
2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan tiap-tiap
institusi.
3. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh Panitia
Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem formularium yang dikembangkan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi.
4. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik.
5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi Farmasi.
6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek terapinya sama,
seperti :

a. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang sama untuk
disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta
b. Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus didasarkan pada
pertimbangan farmakologi dan terapi.
c. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat dari
sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk
mendiagnosa dan mengobati pasien.

E. Prinsip Penerapan Formularium. Formularium harus direvisi secara periodik sehingga dapat
merefleksikan penilaian terkini para staf medik. Pemilihan obat di formularim harus mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut (Anonim, 2002a) :

1. Obat harus diseleksi atas dasar kebutuhan komunitas dan obat-obatan tersebut harus dapat
mengatasi pola penyakit dan kondisi daerah tersebut.
2. Obat yang dipilih adalah drug of choice
3. Daftar formularium harus memiliki jumlah oabat yang terbatas. Hanya obat-obatan yang
diperlukan yang dapat disediakan di rumah sakit. Duplikasi obat dengan khasiat terapetik
sama tidak boleh terjadi.
4. Penggunaan produk obat kombinasi hanya untuk kasus tertentu, misalnya TB.
5. Obat-obat yang tidak cukup bukti tentang khasiat, keamanan dan kualitas, serta tidak cost
effective perlu dievaluasi dan dihapus bila telah ada alternative obat yang lebih dapat
diterima.

Formularium merupakan sarana yang digunakan oleh dokter dalam pola pengobatan, oleh karena itu
formularium harus lengkap, ringkas dan mudah digunakan. Formularium sangat diperlukan di
Harbas_rsd balung jember

rumah sakit karena dapat digunakan sebagai dasar pedoman perencanaan obat bagi manajemen dan
sebagai sebagai pedoman perencanaan obat bagi dokter dalam melakukan peresepan di rumah sakit
(Anonim, 2002b). Prinsip pengelolaan sistem formularium terdiri atas tiga bagian yaitu :

a. Evaluasi Penggunaan Obat, adalah suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus dan
terstruktur yang diakui oleh rumah sakit dan ditujukan untuk menjamin bahwa obat
digunakan secara tepat, aman dan efektif.
b. Pemeliharaan Formularium Page | 3

1. Pengkajian golongan terapi obat. Pengkajian ulang dilakukan setiap tahun oleh Tim
Farmasi dan Terapi, bertujuan agar formularium dapat memberikan informasi yang
selalu mutakhir. Kriteria pengkajian meliputi kemanfaatan, toksisitas, perbedaan
harga dari antara golongan obat yang sama, laporan reaksi obat yang merugikan,
informasi baru tentang suatu obat dari penelitian atau pustaka medik mutakhir, dan
penghapusan golongan obat. Hasil pengkajian golongan terapi obat dapat menjadi
masukan bagi pengembangan kriteria penggunaan obat baru, dan perubahan
formularium.
2. Penambahan atau penghapusan monografi obat formularium, yang disampaikan oleh
apoteker atau dokter dalam bentuk formulir permohonan perubahan formularium,
disertai laporan evaluasi obat, dan data mengenai pengaruh obat yang diusulkan
terhadap mutu dan biaya perawatan penderita.
3. Penggunaan obat nonformularium untuk penderita khusus. Kebijakan dan prosedur
penggunaan obat-obat nonformularium perlu ditetapkan oleh Tim Farmasi dan Terapi
dan perlu pengkajian tentang kecenderungan penggunaan obat nonformularium di
rumah sakit, yang akan mempengaruhi keputusan penambahan atau penghapusan
obat formularium.

c. Seleksi sediaan obat, mencakup konsep kesetaraan terapi yang terdiri dari subsitusi generik dan
pertukaran terapi. Subsitusi generik adalah obat yang mengandung zat aktif sama dan
mempunyai bentuk, konsentrasi, kekuatan dan rute pemberian yang sama, tetapi dapat
menghasilkan respon farmakologi yang berbeda, sedangkan pertukaran terapi adalah obat-
obat dengan kandungan zat aktif berbeda tetapi dapat menghasilkan respon farmakologi yang
sama.

F. Evaluasi Obat Untuk Formularium. Evaluasi obat untuk formularium terdiri atas nama generik,
nama dagang, sumber pemasok obat, penggolongan farmakologi, indikasi terapi, bentuk sediaan,
daya ketersediaan hayati, dan data farmakokinetik, rentang dosis dari berbagai rute pemberian, efek
samping dan toksisitas, perhatian khusus, keuntungan dan kerugian, serta rekomendasi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dapat diberikan rekomendasi tentang obat dengan
kategori sebagai berikut :

1. Kategori tidak dikendalikan, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf medik.
2. Kategori dipantau, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf medik, tetapi
penggunaanya dipantau oleh IFRS.
3. Kategori terbatas, yaitu obat yang dapat digunakan oleh staf-staf medik tertentu atau oleh
departemen tertentu.
4. Kategori bersyarat, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf medik pada periode
tertentu.
5. Ketegori dihapus, yaitu obat yang dihapus dari formularium yang ada.

G. Keuntungan Memakai Sistem Formularium. Sistem formularium yang dikelola dengan baik
memberikan tiga keuntungan bagi rumah sakit, antara lain :

1. Merupakan pendidikan terapi obat yang tepat bagi staf medik.


2. Memberikan manfaat dalam pengurangan biaya dengan sistem pembelian dan pengendalian
persediaan yang efisien.
3. Pembatasan jumlah obat dan produk obat yang secara teratur tersedia di apotek akan
memberikan keuntungan bagi pelayanan penderita dan keuntungan secara ekonomi
4. Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit.
Harbas_rsd balung jember

REFERENSI

Anonim, 2002a, Drug and Therapeutics Committee Training Course, 60-69, Management Sciences for
Health, Arlington.

Anonim, 2002b.Principles of a Sound Drug Formulary System.http//www.ASHP.com.Diakses 28 Maret


2012
Page | 4
Depkes RI.2004. Formularium. http://dinkes-sulsel.go.id. Diakses 28 Maret 2012

Hamzah,Herdiansyah.2010.SistimFormulariumDiRumahSakit.http://kedaiobat.blogspot.com/2010/05
/sistim-formularium-di-rumah-sakit.html. Diakses 28 Maret 2012

Hamzah,Herdiansyah.2010.DefinisiDanRuangLingkupFormularium.http://kedaiobat.blogspot.com/20
10/05/definisi-dan-ruang-lingkup-formularium.html.Diakses28Maret 2012
Harbas_rsd balung jember

Drug Management Cycle

Seleksi obat merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mengendalikan pembiayaan obat terhadap pengadaan dan stok obat7.
Tujuan seleksi obat bertujuan agar dapat menerapkan secara tepat asas Page | 5
substitusi generik dan asas pertukaran terapi untuk menjamin terapi obat
bermutu tinggi, untuk pemilihan dan aplikasi terapi yang tepat,
memastikan kualitas obat, mengendalikan pembiayaan obat, bersaing baik
dari segi kualitas, penyimpanan, distribusi, dan prosedur pembuatan
dengan harga yang rendah untuk meningkatkan keuntungan,
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan obat yang cost effective dan
berdasarkan EBM8,10. Seleksi obat meliputi evaluasi dan asesmen data
bioekivalen, karakteristik penyimpanan, dispensing dan konsumsi
(pemberian), harga dan informasi produk yang relevan. Seleksi obat dalam
formularium meliputi pemilihan distributor, penyeleksian distributor,
penambahan atau penghapusan obat baru setelah disetujui oleh PFT.2,9
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik
dari suatu rumah sakit yang bekerja melalui PFT, mengevaluasi, menilai,
dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia,
yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Sistem
formularium menetapkan pengadaan, penilisan, dispensing, dan pemberian
suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila
obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Hasil utama dari pelaksanaan
sistem formularium adalah formularium rumah sakit2. Formularium adalah
himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi
untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu
yang ditentukan.1
Tujuan utama dari formularium adalah menyediakan bagi staf rumah
sakit, yaitu : 1) informasi tentang produk obat yang telah disetujui oleh PFT
digunakan di rumah sakit; 2) informasi terapi dasar tiap produk yang
disetujui; 3) informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit yang
menguasai penggunaan obat, dan 4) informasi khusus tentang obat seperti
pedoman menetapkan dosis dan nomogram, singkatan yang disetujui untuk
penulisan resep/order dan kandungan natrium dari berbagai obat
Harbas_rsd balung jember

formularium2. Sistem pembuatan formularium adalah suatu sistem dimana


prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara
Formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi
dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk
Page | 6
obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan
pasien1.
Proses penyusunan formularium ada beberapa tahap, yaitu: (1)
mendata semua obat yang ada dalam stok rumah sakit, (2) mengedarkan
daftar stok obat yang tersedia dan formulir pengajuan obat untuk masuk
dalam formularium, (3) rapat anggota PFT untuk mendiskusikan
pembuatan formularium, (4) mengundang dokter SMF untuk membahas
kriteria seleksi obat dan usulan obat yang akan dimasukkan ke dalam
formularium RS, (5) menyusun formularium rumah sakit berdasarkan
hasil-hasil rapat dengan dokter spesialis7.
Susunan Formularium harus terdiri atas 3 bagian pokok:

a. Bagian pertama: informasi tentang kebijakan dan prosedur Rumah Sakit


tentang obat
b. Bagian kedua: monografi obat yang diterima masuk formularium
c. Bagian ketiga: informasi khusus
Komposisi Formularium : Halaman judul, Daftar nama anggota
Panitia Farmasi dan Terapi, Daftar Isi, Informasi mengenai kebijakan dan
prosedur di bidang obat, Produk obat yang diterima untuk digunakan, dan
Lampiran.1

Formularium terdiri atas :


a. Daftar Formularium (Formulary list) : suatu daftar produk obat yang
disetujui digunakan dalam suatu rumah sakit tertentu, terdiri atas nama
generik, kekuatan dan bentuk;
b. Panduan Formularium (Formulary manual) : mengandung ringkasan
informasi obat, pada umumnya termasuk nama generik, indikasi
penggunaan, kekuatan, bentuk sediaan, posologi, toksikologi, jadwal
pemberian, kontraindikasi, efek samping, kualitas yang direkomendasikan
di-dispensing, dan informasi penting yang harus diberikan kepada
penderita.2
Harbas_rsd balung jember

Kriteria pemilihan obat essensial berdasarkan DOEN : 1. Memiliki


ratio manfaat –resiko (benefit-risk-ratio) yang paling menuntungkan
penderita; 2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas; 3.
Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan; 4. Praktis dalam
Page | 7
penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan
fasilitas kesehatan; 5. Menuntungkan dalam hal kepatuhan dan
penerimaan oleh penderita; 6. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit cost-
ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; 7. Bila
terdapat lebih dari 1 pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan
dijatuhkan pada : obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan
data ilmiah, sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan,
stabilitasnya lebih baik, mudah diperoleh dan telah dikenal; 8. Obat jadi
kombinasi tetap : hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk
kombinasi tetap, harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih
tinggi daripada masing-masing komponen, perbandingan dosis komponen
kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat untuk sebagian besar
panderita yang memerluakan kombinasi tersebut, kombinasi tetap harus
meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost-ratio), antibiotik kombinasi
tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi dan efek
merugikan lainnya.3
Kriteria berikut digunakan oleh Komite Ahli WHO pada Pemilihan dan
Penggunaan Obat Esensial: obat yang dipilih berdasarkan data kemanjuran
dan keamanan yang tersedia dari studi klinis, dan penggunaan umum
dalam berbagai pengaturan medis; Setiap obat yang dipilih harus tersedia
dalam bentuk di mana kualitas yang memadai, termasuk bioavailabilitas,
dapat dipastikan, stabilitas di bawah kondisi penyimpanan; Bila dua atau
lebih obat-obatan tampak serupa dalam hal di atas, pilihan dibuat atas
dasar evaluasi yang cermat yaitu dilihat dari khasiat, keamanan, kualitas,
harga dan ketersediaan; Sebagai perbandingan biaya antara obat-obatan,
biaya pengobatan total, dan tidak hanya biaya satuan obat, harus
dipertimbangkan. Apabila obat tidak sepenuhnya mirip, pemilihan harus
dilakukan atas dasar analisis biaya-efektivitas; Dalam beberapa kasus,
pilihan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti farmakokinetik, atau
dengan pertimbangan seperti ketersediaan fasilitas untuk penyimpanan
Harbas_rsd balung jember

atau produsen; Sebagian besar obat-obatan esensial harus dirumuskan


sebagai senyawa tunggal. Fixed-ratio produk kombinasi yang dapat diterima
hanya bila dosis masing-masing bahan memenuhi persyaratan populasi
tertentu; Obat ditentukan oleh nama Nonproprietary internasional (INN)
Page | 8
atau nama generik tanpa mengacu pada nama merek atau produsen
tertentu4.

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili


hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang
ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta
tenaga kesehatan lainnya1.

Tujuan PFT adalah a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai


pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya; b. Melengkapi staf
profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang
berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan1. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar
rapatnya diadakan sebulan sekali untuk melakukan evaluasi terhadap
formularium1.

Susunan kepanitiaan Panitia Farmasi dan Terapi : a. Terdiri dari 3


(tiga) Dokter, Apoteker dan Perawat; b. Ketua dipilih dari dokter yang ada di
dalam kepanitiaan dan jika mempunyai ahli farmakologi klinik, maka
sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari
instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.1
Peran atau tugas apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi adalah :
Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris),
Menetapkan jadwal pertemuan, Mengajukan acara yang akan dibahas
dalam pertemuan, Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan, Mencatat semua hasil
keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada pimpinan rumah sakit,
Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait, Melaksanakan keputusan-keputusan yang
Harbas_rsd balung jember

sudah disepakati dalam pertemuan, Menunjang pembuatan pedoman


diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman
penggunaan obat dalam kelas terapi lain, Membuat formularium rumah
sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia Farmasi dan Terapi,
Page | 9
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan, Melaksanakan pengkajian dan
penggunaan obat, Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan
dan penggunaan obat pada pihak terkait.1
Standar Pelayanan Medik adalah acuan/dasar yang dapat membantu
dan membimbing dalam diagnosis, pengobatan, tujuan pengobatan, dan
pilihan pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan oleh dokter, perawat,
apoteker, dan staf kesehatan lainnya dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada pasien. Standar pelayanan medis
antara lain dapat berupa guidelines (pedoman-pedoman), skema-skema
pengambilan keputusan, termasuk prosedur kerja, maupun buku-buku.
Standar pelayanan medis disusun oleh Komite Medik12,5.

Upaya peningkatan mutu sangat terkait dengan standar baik input,


proses maupun outcome maka penyusunan indikator mutu klinis yang
merupakan standar outcome sangatlah penting. Dalam organisasi rumah
sakit sesuai dengan Pedoman Pengorganisasian Staf Medis dan Komite
Medis, masing-masing kelompok staf medis wajib menyusun indikator mutu
pelayanan medis. Dengan adanya penetapan jenis indikator mutu
pelayanan medis diharapkan masing-masing kelompok staf medis
melakukan monitoring melalui pengumpulan data, pengolahan data dan
melakukan analisa pencapaiannya dan kemudian melakukan tindakan
koreksi6.

Tujuan pelayanan medis adalah mengupayakan kesembuhan pasien


secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan, menjaga mutu dan menghasilkan pelayanan yang
efektif dan efisien, melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak
sesuai dengan standar professional, melindungi professi dari tuntutan
masyarakat yang tidak wajar, sebagai pedoman dalam pengawasan praktek
dokter dan pembinaan serta peningkatan mutu pelayanan kedokteran,
memberikan panduan kepada tenaga kesehatan dalam hal diagnosis dan
Harbas_rsd balung jember

pengobatan spesifik, membantu efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan


obat dan menetapkan prioritas dalam pengadaannya. 4,5,6,11

Di Indonesia standar pelayanan medik yang diterbitkan oleh


Departemen Kesehatan telah disusun pada bulan April tahun 1992, Page | 10
berdasarkan Kepmenkes No.436/MENKES/SK/VI/1993. Standar
pelayanan medik ini disusun oleh Ikatan Dokter Indonesia, sebagai salah
satu upaya penertiban dan peningkatan manajemen rumah sakit dengan
memanfaatkan pendayagunaan segala sumber daya yang ada di rumah
sakit6.

Standar pelayanan harus ditetapkan untuk memelihara mutu


pelayanan dan salah satunya adalah dengan melakukan pemeliharaan
formularium2,5. Penggunaan Formularium telah terbukti menjadi aset
berharga untuk memberikan informasi obat kepada tenaga kesehatan. SPM
dapat memberikan informasi tentang diagnosis dan pengobatan sehingga
sangat efektif untuk di satukan. Jadi hubungan Formularium dan SPM
saling berhubungan erat sebab dalam formularium terdapat SPM4.
Harbas_rsd balung jember

Referensi

1. Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1197/Menkes/Sk/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Page | 11
2. Siregar, Charles J.P.,2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan
Penerapan.EGC, Jakarta.
3. Anonim, 2008, Daftar Obat Essensial Nasional, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
4. WHO, 2003, Drug and Therapeutics Commitee: Practical Guide,
Departement of Essential Drugs and Medicines Policy Geneva, Switzerland.
5. KARS, 2007, Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit Pedoman Khusus
: Pelayanan Medis, available at http://www.kars.or.id/index.php.
6. Adisasmito, Wiko. 2008. Kebijakan Standar Pelayanan Medik dan
Diagnosis Related Group (DRG), Kelayakan Penerapannya di Indonesia.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
7. Anggriani, Yusi, dkk. 2008. Pengaruh Proses Pengembangan dan Revisi
Formularium Rumah Sakit. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.

8. Anonim,2008. ASHP Guidelines on Formulary System Management.


American Society of Health-System Pharmacists.
9. Anonim. POLICIES AND PROCEDURES : Pharmacy & Therapeutics
Committee Drug Product Selection. Departmen of Pharmacy Services
University of Washington Medical Center Harborview Medical Center.

10. Holloway, K., and Terry, G., 2003, Drug and Therapeutic Comitte a
Practical Guide, WHO, USA.
11. Anonim, 2010, Prosedur Penyusunan Standar Pelayanan Medik, available
at rsudkapuas.org diakses 23 Maret 2013.

12. Anonim.2010. Standard Treatment Guidelines . Ministry of Health (GNDP).

Anda mungkin juga menyukai