Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Personal Hygiene

Di Ruang 22

Rumah Sakit Dr. Syaiful Anwar Malang

Oleh Kelompok 13:

1. Dadang Susilo (1520015)


2. Melati Budiarti (1520062)
3. Nita F Robi (1520024)
4. Solihatul Hasanah (1520032)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Satuan Acara Penyuluhan
“Personal Hygiene”

A. Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat sangat erat kaitannya dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
yang meliputi makan dengan menu seimbang, olah raga teratur, istirahat cukup,
dan kebersihan diri (notoatmojo, 2003).
Kebersihan diri atau personal hygiene bertujuan untuk mempertahankan
perawatan diri, Membuat rasa aman dan relaksasi, menghilangkan kelelahan,
mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan
integritas pada jaringan dan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Namun dalam
pemenuhan personal hygiene tersebut, setiap individu berbeda – beda (Alimul,
2006). Pemenuhan personal hygiene dipengaruhi bebagai faktor seperti budaya,
nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap personal
hygiene seta persepsi terhadap perawatan diri (Alimul, 2006).
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan peserta audiens
memahami dan menerapkan mengenai pentingnya Personal Hygiene
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan peserta audiens dapat:
1. Menjelaskan pengertian dari Personal Hygiene dengan bahasa audiens
sendiri
2. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam Personal Hygiene
3. Menjelaskan tujuan Personal Hygiene
4. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
Personal Hygiene
5. Menyebutkan dan menjelaskan dampak yang sering timbul pada
Personal Hygiene
6. Menjelaskan penyebab kurangnya Personal Hygiene
7. Menyebutkan dan menjelaskan tanda dan gejala kurangnya Personal
Hygiene
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Personal Hygiene
2. Sasaran
Keluarga pasien yang dirawat diruangan 22 RSUD dr. Saiful Anwar Malang
3. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi
4. Media dan alat
Leaflet, LCD, Laptop
5. Waktu dan tempat
Hari/ tanggal : Kamis, 05 September 2019
Waktu : 12.30
Tempat : Ruang 22
6. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Dosen Pembimbing Keperawatan Dasar Profesi
Moderator : Nita F Robi
Pemateri : Dadang Susilo
Observer : Melati Budiarti
Fasilitator : Solihatul Hasanah
7. Uraian tugas
a. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaanpenyuluhan
b. Moderator
1. Membuka acara
2. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
3. Menjelaskan tujuan dan topik
4. Menjelaskan kontrak waktu
5. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri
6. Mengarahkan alur diskusi
7. Memimpin jalannya diskusi
8. Menutup acara
c. Pemateri
Mempresentasikan proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
d. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
e. Fasilitator
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan
2. Membantu dalam menanggapi pertanyaan peserta
8. Setting tempat
D. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Terapi Kegiatan Peserta
1. 3 Menit Pembukaan :
a. Perkenalan mahasiswa
b. Perkenalan dengan
dosen Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan kontrak
waktu
2. 10 menit Materi :
a. Menjelaskan pengertian
tentang Personal
Hygiene
b. Menyebutkan dan
menjelaskan macam-
macam Personal
Hygiene
c. Menyebutkan dan
menjelaskan tujuan
Personal Hygiene
d. Menyebutkan dan
menjelaskan faktor- Mendengarkan dan
faktor yang memperhatikan
mempengaruhi
Personal Hygiene
e. Menyebutkan dan
menjelaskan tanda dan
gejala kurangnya
Personal Hygiene
3. 10 menit Evaluasi, yang meliputi :
a. Menjelaskan kembali
pengertian tentang
Personal Hygiene
b. Menyebutkan dan Audiens menjelaskan
menjelaskan kembali kembali
macam-macam
Personal Hygiene
c. Menyebutkan dan
menjelaskan kembali
tujuan Personal
Hygiene
d. Menyebutkan dan
menjelaskan kembali
faktor-faktor yang
mempengaruhi
Personal Hygiene
e. Menyebutkan dan
menjelaskan kembali
dampak yang sering
timbul pada Personal
Hygiene
f. Menjelaskan kembali
penyebab kurangnya
Personal Hygiene
g. Menyebutkan dan
menjelaskan kembali
tanda dan gejala
kurangnya Personal
Hygiene
4. 5 menit Penutup :
a. Memberi kesempatan Memberikan pertanyaan
kepada peserta audiens
untuk bertanya atas
penjelasan yang tidak
dipahami
b. Menjawab pertanyaan Memperhatikan
yang diajukan
c. Menyimpulkan diskusi Berpartisipasi
d. Melakukan evaluasi Menjawab pertanyaan
e. Mmengucapkan salam Menjawab salam

E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
b. 80% peserta menghadiri penyuluhan
c. Tempat, media dan alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu yang dilaksanakan sesuai pelaksanaan
c. 70% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. 70% peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
Materi Penyuluhan
PERSONAL HYGIENE
A. Pengertian
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatan, klient dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Defisit
keperawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri(mandi,berhias,makan,toileting).

B. Macam-macam Personal Hygiene


1. Perawatan Kulit Rambut dan Kepala.
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung
dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah klien untuk memelihara perawatan rambut
sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bersampo (minimal 2 kali seminggu)
adalah cara-cara dasar higienis untuk perawatan kulit rambut dan kepala.
2. Perawatan Mata.
a. Cahaya harus cukup terang ketika membaca atau bekerja.
b. Hindari tempat berdebu.
c. Makanlah makanan yang banyak mengandung vitamin A (wortel, hati dll).
3. Perawatan Hidung.
a. Untuk mengurangi masuknya polusi udara yang masuk pakailah kain untuk
menutupi hidung pada saat berjalan.
b. Supaya tidak tertular ketika orang bersin/batuk pakailah penutup hidung.
c. Hiruplah udara segar pada pagi hari.
4. Perawatan Telinga.
a. Bersihkan telinga dengan menggunakan cotton buds.
b. Bisa menggunakan washlap yang dilembabkan, dirotasikan ke daun telinga
dengan lembut.
5. Perawatan Kuku Kaki dan Tangan.
Potonglah kuku kaki dan tangan yang pendek dan memperhatikan sudut-
sudutnya.
6. Perawatan Genitalia.
Gunakan celana dalam yang bahan kainnya dapat menyerap keringat serta
jangan ketat (kalau bisa terbuat dari katun) serta ganti ketika terasa lembab.
7. Perawatan Kulit Seluruh Tubuh.
a. Mandi dua kali sehari, yang bertujuan:
1. Membersihkan kulit dari bakteri, mengurangi keringat dan sel kulit yang
mati yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan
infeksi.
2. Mengurangi bau badan.
3. Peningkatan citra diri.
4. Meningkatkan relaksasi dan perasaan segar kembali dan kenyamanan.
C. Tujuan Personal Hygiene
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencagah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
Tujuan perawatan personal hygiene adalah:
1. Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang mati
dan bakteri
2. Menghilangkan bau badan yang berlebihan
3. Memelihara integritas permukaan kulit
4. Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
5. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
6. Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit
klien.
7. Meningkatkan percaya diri seseorang
8. Menciptakan keindahan
9. Meningkatkan derajat kesehatan sesorang
D. Faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene
1. Body image (Citra Tubuh)
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya. Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang
tentang penampilan fisiknya.
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya. Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang
tentang penampilan fisiknya.
2. Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik higiene pribadi. Pada anak-anak selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
3. Status Sosiol ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan digunakan. Bahan-bahan yang penting seperti deodoran, kosmetik,
sampo, pasta gigi, sikat gigi, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-
diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien
untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan
dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi
seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
5. Variable kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti
praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang
penting bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa
untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
6. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan
untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih
produk yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut
pilihan pribadi.
7. Kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.
F. Dampak Yang Sering Timbul Personal Hygien
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
G. Tanda dan Gejala Personal Hygiene

Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a) Fisik

Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, Kuku panjang dan kotor,
Gigi kotor disertai mulut bau, Penampilan tidak rapi

b) Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif, Menarik diri, isolasi diri, Merasa tak berdaya,
rendah diri dan merasa hina.

c) Sosial

Interaksi kurang,Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai norma,


Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

PERILAKU HIDUP BERSIH dan SEHAT

A. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga tiap individu dapatmenolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktifdalam kegiatan-
kegiatan di masyarakat. Terdapat prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan PHBS
yakni mencegah lebih baik daripada mengobati.
Ruang lingkup PHBS terdiri dari lima tatanan, yakni tatanan rumah
tangga,institusi kesehatan, tempat-tempat umum, sekolah, dan tempat kerja,
dimanaterdapat indikator-indikator tertentu dari setiap tatanan PHBS yang ada.
PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan
pasien,masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mau, dan mampu
untukmempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif
dalammewujudkan institusi kesehatan dan mencegah penularan penyakit diinstitusi
kesehatan (Proverawati dan Rahmawati, 2012)
PHBS dirumah sakit adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat
pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempertahankan
perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Rumah
sakit dan mencegah penularan dan penyebaran penyakit dirumah sakit
B. Tujuan PHBS Di Institusi Kesehatan
Tujuan PHBS di Institusi Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di Institusi Kesehatan.
b. Mencegah terjadinya penularan penyakit di Institusi Kesehatan.
c. Menciptakan Institusi Kesehatan yang sehat
C. Manfaat PHBS di Institusi Kesehatan
PHBS di institusi kesehatan mempunyai manfaat bagi pasien/keleuarga
pasien/pengunjung, Institusi Kesehatan, dan pemerintah daerah.
a. Bagi Pasien/Keluarga Pasien/Pengunjung :
1. Memperoleh pelayanan kesehatan di Institusi Kesehatan yang baik.
2. Terhindar dari penularan penyakit.
3. Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan
pasien.
b. Bagi Institusi Kesehatan :
1. Mencegah terjadinya penularan penyakit di Institusi Kesehatan.
2. Meningkatkan citra Institusi Kesehatan yang baik sebagai tempat untuk
memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat.
c. Bagi Pemerintah Daerah :
1. Peningkatan persentase Institusi Kesehatan Sehat menunjukkan kinerja dan
citra Pemerintah Kabupaten/Kota yang baik.
2. Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
D. Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan
Sasaran PHBS di tatanan Institusi Kesehatan (puskesmas, rumah sakit,
klinik, dan lain-lain) adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi dalam
(Depkes RI, 1997) :
a. Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam tatanan Institusi Kesehatan yang akan
dirubah perilakunya adalah pasien dan keluarga atau pengunjung yang
bermasalah.
b. Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat umum
yang bermasalah misalnya, petugas kesehatan.
c. Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya, pimpinan, direktur
atau pemilik baik pemerintah atau swasta.
E. Indikator PHBS di Institusi Kesehatan
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di
Institusi Kesehatan yaitu (Depkes RI, 2007) :
a. Mencuci tangan pakai sabun (hand rub/hand wash)
b. Penggunaan air bersih
c. Penggunaan jamban sehat
d. Membuang sampah pada tempatnya
e. Tidak merokok di Institusi Kesehatan
f. Tidak meludah sembarangan
g. Pemberantasan jentik nyamuk

PEMAKAIAN KANTONG PLASTIK HITAM DAN KUNING


A. Pendahuluan
Tahun 2006 Departemen Kesehatan telah mengeluarkan pengertian dari limbah
rumah sakit, dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa limbah rumah sakit adalah
semua limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel)
maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius,
bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radiaktif. Berbaga macam limbah rumah
sakit ini dapat memberikan pengaruh tidak baik terhadap kesehatan manusia ataupun
lingkungan sekitar.
Dibutuhkan kebijakan dari pihak rumah sakit untuk mengelola sampah rumah
sakit tersebut dengan baik. Rumah sakit seharusnya memiliki fasilitas pengelolaan
lombah padat dan limbah cair. Kedua fasilitas ini merupakan prasyarat yang harus
dipenuhi agar lingkungan sekitar rumah sakit tetap terjaga
kesehatannya.Pengelolaan limbah padat harus memperhatikan beberapa hal tentang
penggunaan bahan kimia berbahaya, beracun, dan peralatan dalam proses
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan. Dalam pengelolaan limbah pada ini
harus sesuai dengan SOP dan sertifikasi dari pihak berwenang. Untuk limbah cair
seharusnya dikumpulkan jadi satu dalam sebuah wadah tertutup. Bisa menggunakan
kontainer sebagai alternatif pilihan. Rumah sakit seharusnya memiliki instalasi
pengelolaan air limbah sendiri.
Dari beberapa jenis limbah rumah sakit tersebut pada dasarnya limbah rumah
sakit dapat dibedakan menjadi limbah padat dan limbah cair. Secara umum limbah
padat dibedakan lagi menjadi limbah medis dan limbah non medis. Dalam
pengelolaan limbah padat ini pihak rumah sakit membutuhkan kantong sampah
plastik sebagai wadah penampungan beberapa jenis limbah plastik. Warna kantong
sampah yang harus disiapkan oleh rumah sakit telah di atur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan.
B. Tujuan Penyuluhan
petugas ruangan (dokter, perawat dan adminitrasi), cleaning service, pasien serta
bpenunggu dan pengunjung pasien mengerti dalam penggunaan dan pewadahan
kantong plastic hitam dan kuning sesuai fungsinya.
C. Jenis Kantong Platik Yang Didistribusikan
1. Kantong Sampah Hitam
Kantong sampah hitam digunakan untuk menampung jenis limbah non medis.
Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari aktivitas non medis,
misalnya: limbah dapur, perkantoran, taman, dan halaman. Limbah non medis
ini diharapkan mampu untuk didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat.
2. Kantong Sampah Medis Kuning
Sesuai dengan namanya kantong sampah medis adalah kantong sampah yang
dibuat untuk limbah medis. Yang dimaksud dengan limbah medis disini adalah
limbah yan dihasilkan dari aktivitas medis, misalnya: obat, limbah laboratorium
dan lain sebagainya. Berbeda dengan kantong sampah non medis, kantong
sampah medis terdiri dari berbagai macam warna. Dengan sangat detail
Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2004 menyebutkan warna kantong sampah
medis yang digunakan.
D. Manfaat
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pembuangan sampah sesuai jenis kantong
plastiknya, anatara lain:
1. Menghindari penyebab penyakit
2. Menghindari kecelakaan yang disesbabkan kesalahan pewadahan
3. Meningkatkan kenyamanan pengunjung dan pasien
4. Meningkatkan nilai estetika rumah sakit.
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010. Depkes RI : Jarkarta.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Buku Panduan Manajemen Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Tingkat Propinsi. Depkes RI : Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai