PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO
(2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam
jiwa penderitanya.
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu
tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil
cairan (5 – 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-
penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru
nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung kongesif.
1
masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya Efusi Pleura karena lingkungan
yang tidak bersih, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi
sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang
dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologis pleura ?
2. Apa yang dimaksud dengan efusi pleura ?
3. Bagaimana etiologi penyakit efusi pleura ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit efusi pleura ?
5. Bagaimana manifestasi klinis penyakit efusi pleura ?
6. Apa saja komplikasi penyakit efusi pleura ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik penyakit efusi pleura ?
8. Apa saja penatalaksanaan medis penyakit efusi pleura ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologis pleura.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan efusi pleura.
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit efusi pleura.
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit efusi pleura
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit efusi pleura.
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit efusi pleura
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik penyakit efusi pleura.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis penyakit efusi pleura.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ada 2 macam pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura
parietalis melapisi toraks atau rongga dada sedangkan pleura viseralis melapisi
paru-paru. Kedua pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat
perbedaan antara kedua pleura ini yaitu pleura viseralis bagian permukaan luarnya
terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 µm).
Diantara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di bawah sel-sel
mesotelia ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya
dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat-serat
elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan intertitial subpleura yang sangat
serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel
dengan kuat pada jaringan parenkim paru. Pleura parietalis mempunyai lapisan
jaringan lebih tebal dan terdiri dari sel-sel mesotelial juga dan jaringan ikat
(jaringan kolagen dan serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat, terdapat pembuluh
dan banyak reseptor saraf-saraf sensorik yang peka terhadap rasa sakit dan
3
perbedaan temperatur. Sistem persarafan ini berasal dari nervus intercostalis
dinding dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah,
tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada di atasnya. Di antara pleura terdapat
ruangan yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan
pada saat ventilasi. Cairan tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan ini terletak
antara paru dan thoraks. Tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan
pleura parietalis dengan pleura viseralis sehingga apa yang disebut sebagai rongga
pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu ruangan potensial. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps
dan pleura viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan
toraks dan paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan
saling melekat jika ada air. Kedua kaca objek tersebut dapat bergeseran satu
dengan yang lain tetapi keduanya sulit dipisahkan. Cairan pleura dalam keadaan
normal akan bergerak dari kapiler di dalam pleura parietalis ke ruang pleura
kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis. Hal ini disebabkan karena
cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang cenderung menahan
cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura
viseralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura
parietalis dan permukaan pleura viseralis lebih besar dari pada pleura parietalis
sehingga dalam keadaan normal hanya ada beberapa mililiter cairan di dalam
rongga pleura.
4
B. Definisi Efusi Pleura
5
C. Etiologi Efusi Pleura
1) Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya sumbatan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2) Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke
rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:
1) Efusi Pleura Transudatif yaitu efusi pleura yang disebabkan oleh bocornya
cairan ke rongga pleura yang disebabkan oleh konsentrasi protein yang rendah
atau tekanan darah yang tinggi, seperti pada keadaan gagal jantung kiri atau
sirosis hati.
2) Efusi Pleura Eksudat yaitu efusi pleura yang merupakan hasil peradangan
pleura, pada keadaan seperti pneumonia dan tuberkulosis, yang menyebabkan
pembuluh darah menjadi lebih mudah ditembus, memungkinkan cairan bocor
ke luar dan berkumpul diantara dua lapisan pleura.
a. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)
b. Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)
Transudat dan eksudat dapat dibedakan dengan mengukur LDH dan protein
6
2. Rasio LDH cairan pleura/serum > 0,6
3. LDH cairan pleura lebih dari 2/3 batas atas LDH serum
7
2) Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3) Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan
jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat
menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
4) Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
8
H. Penatalaksanaan Medis Efusi Pleura
Pengobatan efusi pleura jika efusi pleura disebabkan oleh suatu infeksi, maka
pengobatannya adalah dengan antibiotik. Jika penyebabnya adalah suatu
keganasan atau kanker, maka pengobatannya dengan radioterapi atau kemoterapi.
Beberapa tindakan yang umum dilakukan dokter untuk mengatasi efusi pleura,
antara lain:
1) Pemasangan selang plastik khusus (chest tube) selama beberapa waktu ke
dalam rongga pleura melalui bedah torakotomi.
2) Pemasangan kateter secara jangka panjang lewat kulit ke dalam rongga pleura
(pleural drain), untuk efusi pleura yang terus muncul.
3) Prosedur pleurodesis dengan cara menyuntikkan zat pemicu iritasi (misalnya
talk, doxycycline, atau bleomycin) ke dalam rongga pleura melalui selang
khusus untuk mengikat kedua lapisan pleura, sehingga rongga pleura tertutup,
untuk mengatasi efusi pleura yang sering kambuh
4) Prosedur pengangkatan jaringan melalui bedah torakoskopi atau torakotomi
untuk mengangkat jaringan yang tidak sehat atau telah mengalami peradangan,
jika kerusakan yang disebabkan karena efusi pleura telah mencapai tahap
tersebut.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru.
Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak
kapiler limfa dan kapiler darah serta serat saraf kecil. Efusi pleura suatu
kondisi kesehatan dimana jumlah kelebihan cairan menumpuk di rongga
pleura. Ini membatasi kemampuan paru-paru berkembang dan karenanya
pasien kesulitan untuk bernapas. Seara patologis, efusi pleura disebabkan oleh
keadaan-keadaan: meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal
jantung),menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya
hipoproteinemia),meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi
bakteri),berkurangnya absorbsi limfatik.
Dalam rongga Plaura terdapat kurang lebih 5 ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura Viseralis. Cairan ini
dihasilkan oleh kapiler Plaura parietalis karena adanya sebagian cairan ini diserap
kembali oleh kapiler paru dan plaura Viseralis sebagian kecil lainnya (10%-20%)
mengalir ke dalam pembuluh limfe. Bila kesinambungan antara produksi dan
absorbsi terganggu maka akan terjadi penumpukan cairan dirongga plaura. Gejala
yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas
dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Komplikasi efusi pleura meliputi Fibrotoraks, Atalektasis, Fibrosis paru,
Kolaps Paru. Pemeriksaan Diagnostik Efusi Pleura meliputi Foto Rontgen,
Torakosintesis, Blood gas Analysis.
Penatalaksanaan medis efusi pleura meliputri beberapa tindakan yang
umum dilakukan dokter untuk mengatasi efusi pleura, antara lain: pemasangan
selang plastik khusus (chest tube) selama beberapa waktu ke dalam rongga
pleura melalui bedah torakotomi, pemasangan kateter secara jangka panjang
lewat kulit ke dalam rongga pleura (pleural drain), untuk efusi pleura yang
terus muncul.
10
prosedur pleurodesis dengan cara menyuntikkan zat pemicu iritasi (misalnya
talk, doxycycline, atau bleomycin) ke dalam rongga pleura melalui selang
khusus untuk mengikat kedua lapisan pleura, sehingga rongga pleura tertutup,
untuk mengatasi efusi pleura yang sering kambuh, Prosedur pengangkatan
jaringan melalui bedah torakoskopi atau torakotomi untuk mengangkat
jaringan yang tidak sehat atau telah mengalami peradangan, jika kerusakan
yang disebabkan karena efusi pleura telah mencapai tahap tersebut.
B. Saran
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada
penderita penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit
primer paru agar efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyen C. 2013. Anatomi Dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta :PT
Gramedia Pustaka Utama
12