Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KRITIS JURNAL GEOGRAFI

Oleh:
Yusron Ikhlassul Amal
NIM: 19/439959/GE/08995

1. Uar, N.D., Murti, S.H., Hadisusanto, S. (2016). Kerusakan Lingkungan Akibat Aktivitas
Manusia Pada Ekosistem Terumbu Karang. Majalah Geografi Indonesia. vol. 30, No. 1.
88-95

2. Tujuan :
Jurnal ini bertujuan untuk: (1) mengkaji kerusakan ekosistem terumbu karang di Pantai
Ngurbloat Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara; (2) menganalisis faktor-
faktor yang berpengaruh pada kerusakan ekosistem terumbu karang di daerah penelitian;
dan (3) merumuskan kebijakan penanganan kerusakan ekosistem terumbu karang di
daerah penelitian.
3. Fakta-fakta unik :
a) Ekosistem pesisir yang paling dominan di daerah tropis sepanjang garis pantai adalah
terumbu karang (Anderson, 1999)
b) Terumbu karang memerlukan perairan jernih dengan suhu yang hangat, gerakan
gelombang yang besar, sirkulasi air yang lancar, dan terhindar dari proses
sedimentasi untuk tumbuh secara maksimum.
c) Terumbu karang memiliki peranan penting dalam kehidupan seperti gudang makanan
serta tempat berkembang biak untuk perikanan, pemecah ombak dan pelindung
pantai pantai dari badai, serta untuk wisata bahari karena nilai estetikanya yang
tinggi.
d) Perubahan suhu air laut, perubahan iklim, dan sebagian bencana alam merupakan
faktor alam yang menjadi salah satu penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang.
e) Aktivitas manusia sifatnya cenderung lebih kronis dan bersifat sementara pada
kerusakan ekosistem terumbu karang. Kegiatan perusakan yang sering ditemui pada
ekosistem terumbu karang di Kabupaten Maluku Tenggara diantaranya seperti
penggunaan bahan peledak, bahan kimia beracun dan arus listrik untuk penangkapan
ikan serta pemanen yang tidak teratur.
f) Terumbu karang perairan Ohoi Ngilngof memiliki kekayaan taksa karang tertinggi
dengan 124 spesies karang batu yang termasuk dalam 49 marga dan 16 famili,
dengan rincian spesies Acroporidia (33 spesies) dan Faviidae (30 spesies), Poritidae
(12 spesies) dan Fungiidae (11 spesies).
g) Komponen biotik di dasar terumbu karang di perairan pesisir Ohoi Ngilngof lebih
tinggi (69,42%) dari komponen abiotiknya (33,58). Komponen biotik dengan
persenan tutupan tinggi tersebut adalah karang batu (karang hidup). Karang batu
dengan bentuk tumbuh Non-Acropora berkontribusi lebih menonjol (40,84%) pada
persen tutupan dibanding karang batu bentuk tumbuh Acropora.
h) Persentase penutupan karang hidup yang berkisar antara 9,96-45,28% menunjukan
bahwa sebagian besar kondisi terumbu karang di perairan Pantai Ngurbloat di Ohoi
Ngilngof berada dalam kondisi rusak sampai dengan rusak berat. Dari tiga stasiun
pengamatan, hanya ekosistem terumbu karang pada Stasiun Pengamatan III yang
masih dalam kondisi baik.
i) Rusaknya terumbu karang pada Stasiun Pengamatan I dan II disebabkan oleh
penggunaan alat berbahaya untuk penangkapan ikan seperti bom serta adanya polusi
berupa sedimen dari bahan organik akibat pengelolaan budidaya mutiara oleh
perusahaan yang ada di sekitar lokasi penelitian.
j) Terumbu karang di lokasi penelitian juga mengalami proses bleaching akibat
pengaruh pemanasan global yang pada dasarnya juga disebabkan oleh aktivitas
manusia yang mengabaikan kondisi lingkungan. Simbiosis antara karang dengan
sejenis alga Zooxanthella menjadi terganggu akibat terlalu panasnya suhu air laut
sehingga karang akan mati dengan tanda adanya perubahan warna putih.
k) Masyarakat sekitar lokasi penelitian cenderung belum begitu paham tentang nilai dan
manfaat SDA yang ada di sekitar mereka. Hal ini dibuktikan masih banyak karang
yang dirusak untuk kepentingan pribadi seperti menjadikan sebagai bahan bangunan
(pondasi).

4. Pembahasan Jurnal
Penelitian ini dilakukan karena adanya kekhawatiran akan kelestarian terumbu karang
yang ada di Indonesia, terutama di kawasan Pantai Ngurblat Ohoi Ngilngof,
Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Kondisi ini diperparah dengan
begitu banyaknya aktivitas masyarakat sekitar lokasi penilitian yang terindikasi
bersifat mengganggu dan merusak kelestarian ekosistem terumbu karang yang ada.

Penelitian ini juga menghasilkan rumusan masalah diantaranya: (1) bagaimanakah


kerusakan terumbu karang yang terjadi di Pantai Ohoi Ngurbloat, Kecamatan Kei
Kecil?; (2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang
di daerah penelitian?; dan (3) bagaimanakah kebijakan yang diambil untuk
penanganan kerusakan terumbu karang di daerah penelitian?

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dengan pokok
penekanannya pada identifikasi tingkat kerusakan terumbu karang, jenis-jenis terumbu
karang yang mengalami kerusakan, dan penyebab kerusakannya.

Peneliti melakukan survey dengan menggunakan metode Line Intercept Transect


(LIT) dan kemudian kondisi ekosistem terumbu karang tersebut akan dinilai
berdasarkan 4 (empat) kategori menurut Gomez etal (1981). Penggunaan metode
penelitian seperti ini mampu memberikan penilaian dan penggolongan kondisi
ekosistem terumbu karang yang lebih akurat serta dapat dipertanggungjawabkan
karena dasar penilaiannya sudah termuat dalam lampiran 1 Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nompr 04 Tahun 2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu
Karang.

Penelitian ini memiliki kekurangan dimana peneliti tidak menjelaskan secara detail
mengenai data pengamatan yang diperolehnya. Di dalam tabel yang disajikan, terdapat
beberapa kode huruf (dalam kolom lifeform dan keterangan) yang tentunya
menyulitkan pembaca untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya. Peneliti
juga tidak menyajikan data yang cukup meyakinkan tentang aktivitas masyarakat di
sekitar lokasi penelitian. Peneliti hanya terfokus pada penyajian data kerusakan
terumbu karangnya, sehingga tujuan untuk mengetahui aktivitas masyarakat yang
berpengaruh terhadap kelestarian terumbu karang menjadi kurang tercapai.

Oleh karena itu, saran untuk keberlanjutan penelitian ini adalah sebaiknya ada
penjelasan rinci mengenai data yang diperoleh untuk memudahkan pembaca
memahaminya dan juga sebaiknya disajikan data yang lebih tentang aktivitas
masyarakat yang berpengaruh pada kelestarian terumbu karang tersebut sehingga
tujuan awal penelitian dapat tercapai.

5. Kesimpulan
Ekosistem terumbu karang di lokasi penelitian sebagian besar pada tingkat kerusakan
berat. Hal ini dibuktikan karena rendahnya persepsi masyarakat tentang kelestarian
terumbu karang. Masyarakat cenderung melakukan eksploitasi terumbu karang untuk
memenuhi kebutuhan jangka pendek.

Oleh sebab itu diperlukan beberapa rencana strategis untuk mengelola terumbu karang
di perairan Pantai Ngurbloat seperti dengan (1) penetapan zonasi kawasan terumbu
karang sesuai daya dukung lingkungan; (2) penetapan kegitan/usaha yang boleh dan
tidak boleh dilakukan pada setiap zona; (3) Pengedalian penangkapan ikan dengan alat
ramah lingkungan dan dilakukan pada waktu yang tepat; dan (4) meningkatkan
kesadaran diri dan kepatuhan masyarakat Pantai Ngurbloat akan pentingnya terumbu
karang.

6. Pertanyaan yang muncul


a) Mengapa memilih Pantai Ngurbloat, Kecamatan Kei Kecil sebagai objek
penelitian?
b) Mengapa menggunakan metode LIT (tidak menggunakan metode lain) dalam
melakukan survei terhadap kondisi terumbu karang?

7. Refleksi
Setelah membaca dan menganalisis kritis jurnal ini, saya merasa jurnal ini sangat
menarik untuk dibaca. Jurnal ini menggugah kesadaran saya akan pentingnya
kelestarian terumbu karang. Dari isi jurnal ini, saya mendapatkan pengetahuan
mengenai bagaimana terumbu karang dapat hidup dengan baik dan aktivitas apa saja
yang dapat berpotensi merusak terumbu karang. Jurnal ini juga kemungkinkan dapat
menjadi referensi bagi saya untuk menyusun penelitian/skripsi nanti. Saya juga
berharap jurnal ini dapat menjadi pijakan pemerintah setempat untuk menetapkan
kebijakan terhadap konservasi terumbu karang yang ada.

Anda mungkin juga menyukai