Struktur Logika Penelitian Dalam Hypothetico
Struktur Logika Penelitian Dalam Hypothetico
HYPOTHETICO-DEDUCTIVE METHODE
…..berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan .Metode
ilmiah merupakan eskpresi
(T.H. Huxley)
Dalam usaha untuk memecahkan masalah tersebut ilmu tidak berpaling kepada
perasaan tetapi pada pikiran yang berdasarkan penalaran.Ilmu mencoba
mencari penjelasan mengenai masalah yang dihadapinya agar ia mengerti
hakikat permasalahan itu dan dengan demikian maka ia dapat
memecahkannya.Secara ontologis,maka ilmu membatasi diri masalah yang
dihadapinya hanya pada masalah yang terdapat di dalam ruang lingkup
jangkauan pengalaman manusia.
Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya
pada dunia yang nyata pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan
fakta, apapun teori yang menjembatani keduanya. Yang dimaksud teori di sini
adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat di dalam dunia fisik tersebut.
Teori merupakan abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris.
Maksud dari pendekatan secara rasional di sini adalah bahwa suatu ilmu
sebetulnya disusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif. Sedangkan
secara empiris berarti ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai
dengan fakta dengan yang tidak. Dengan kata lain, suatu teori ilmiah harus
memenuhi dua syarat utama yakni ; (a) konsisten dengan teori-teori
sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori
keilmuan secara keseluruhan; (b) harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab
teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian
empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika
induktif di mana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam
sebuah sistem dengan mekanisme yang korektif.
Karena semua penjelasan rasional yang diajukan harus teruji kebenarannya
secara empiris maka status dari penjelasan rasional itu barulah bersifat
sementara.Penjelasan sementara inilah yang lazim disebut
sebagai hipotesis. Secara teoritis sebenarnya kita boleh saja mengajukan
sebanyak-banyaknya hipotesis sesuai dengan hakikat rasionalisme yang
bersifat pluralistik.Hanya saja dari sekian hipotesis yang diajukan itu hanya
satu yang diterima berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi yakni
hipotesis yang didukung oleh fakta-fakta empiris.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-
premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya.Penyusunan
seperti ini memungkinkan terjadinya konsistensi dalam mengembangkan ilmu
secara keseluruhan dan menimbulkan pula efek kumulatif dalam kemajuan
ilmu.
Hipotesis dalam kaitan proses berfikir ilmiah di atas berposisi sebagai penunjuk
jalan yang memungkinkan peneliti untuk mendapatkan jawaban, karena alam
itu sendiri membisu dan tidak responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan.
Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis ini maka metode ilmiah
sering dikenal sebagai proses HYPOTHETICO-DEDUCTIVE METHODE atau disebut
proses LOGICO-HYPOTHETICO VERIFIKASI, yang menurut Tyndall dikatakan
“perkawinan yang berkesinambungan antara deduktif dan induktif”. Dalam hal
ini proses induksi mulai memegang peranan dalam tahap verifikasi atau
pengujian hipotesis di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai
apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.
Pada tahap pembuktian sebenarnya dilakukan proses menuju vonis apakah teori
ilmiah yang mengandung penjelasan sementara tadi dapat diterima
kebenarnya atau tidak secara ilmiah.Seorang ilmuwan harus selalu bersifat
skeptis: dia selalu meragukan segala sesuatu.Ketika dihadapkan pada suatu
masalah maka yang pertama-tama ada dalam pikirannya adalah mencari
penjelasan yang masuk akal dan tidak bersifat kontradiktif dengan
pengetehauan ilmiah yang diketahuinya. Kemudian dia melakukan pembuktian
sebab konsistensi secara logis saja tidak cukup, dengan kata lain menghendaki
verifikasi secvara empiris. Baru setelah penjelasan itu ternyata didukung oleh
fakta-fakta dalam dunia fisik yang nyata maka dia akan percaya.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah yang
berintikan proses logico-hypotetico –verifikasi sebagai berikut:
Perumusan masalah
Perumusan hipotesis
Pengujian hipotesis
Penarikan kesimpulan