Anda di halaman 1dari 3

H.

Pengendalian Infeksi Rumah Sakit


Infeksi adalah invasi tubuh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit (Perry, 2005). Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan
kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, infeksi
merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Selain itu,
menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Resiko infeksi di rumah sakit
atau yang biasa dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan masalah penting di seluruh
dunia.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya
menurunkan angka kejadian infeksi rumah sakit (IRS) pada pasien atau petugas RS dan
mengamankan lingkungan rumah sakit dari resiko transmisi infeksi yang dilaksanakan
melalui manajemen resiko, tata laksana klinik yang baik dan pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja RS (Anonim,2015). Infeksi yang terjadi di Rumah Sakit atau Hospital
associated infection (HAI’s) adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit, dimana pasien tidak
ada tanda gejala dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi yang didapat di rumah
sakit, tetapi muncul setelah pulang dan juga infeksi yang terjadi pada petugas kesehatan yang
terjadi di rumah sakit (Anonim,2015).
Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit bila:
1. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda / gejala atau tidak dalam masa inkubasi
tersebut.

2. Infeksi terjadi 2 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit .

3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi
lokasi infeksi berbeda (Anonim,2015).
Tujuan dari Program PPI adalah untuk Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
dan fasilitas kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi; Melindungi
sumber daya manusia kesehatan dan masyarakat dari penyakit infeksi yang berbahaya; serta
Menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial. Pengendalian penyebaran mikroba resisten:
penerapan kewaspadaan baku (standar precaution); surveilans kasus infeksi mikroba
resisten; cohorting/isolasi pasien infeksi dengan mikroba multi resisten; menyusun pedoman
penanganan KLB MDRO.
Kewaspadaan Standar adalah prinsip kewaspadaan sebagai bagian manajemen resiko
pada pengendalian infeksi RS yang dilaksanakan secara menyeluruh oleh setiap petugas
berdasarkan perhitungan besar resiko transmisi infeksi yang dihadapi pada setiap pelayanan
rawat jalan maupun rawat inap untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung maupun
lingkungan RS. Prinsip kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan, penggunaan alat
pelindung diri (APD), peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pemrosesan
peralatan pasien dan penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan, penempatan pasien, etika
batuk, praktik menyuntik yang aman, praktek untuk lumbal fungsi(Anonim,2015).
Kewaspadaan standar rneliputi kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri
(APD), peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pemrosesan peralatan pasien
dan penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan, penempatan pasien, etika batuk, praktik
menyuntik yang aman, praktek untuk lumbal punksi. Kewaspadaan standar diterapkan secara
menyeluruh di semua area RS dengan mengukur semua risiko yang dihadapi pada setiap
situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Panduan PPIRS (Anonim,2015).
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan
penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai "pengendalian". Hal ini telah di tata sesuai
dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection Prevention and Control – IPC),
yang meliputi: pengendalian bersifat administratif, pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat
pelindung diri (APD)(Anonim,2013).

1. Pengendalian administratif.
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi penyediaan kebijakan
infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama
perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif biladilakukan mulai dari antisipasi alur pasien sejak saat
pertama kali datang sampai keluar dari sarana pelayanan.

2. Pengendalian dan rekayasa lingkungan.


Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar
dan di rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak membutuhkan
perawatan di RS.

3. Alat Perlindungan Diri (APD).


Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene sanitasi
tangan yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Meskipun
memakai APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya pengendalian dan
penularan infeksi, namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling lemah dalam hirarki
kegiatan IPC. Oleh karena itu jangan mengandalkannya sebagai strategi utama pencegahan.
Bila tidak ada langkah pengendalian administratif dan rekayasa teknis yang efektif, maka
APD hanya memiliki manfaat yang terbatas (Anonim. 2013).
Kewaspadaan isolasi merupakan tambahan kewaspadaan standar diterapkan pada
pasien rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara
transmisi kontak, droplet atau airborne. Tatalaksana administratif meliputi percepatan akses
diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkat waktu pelayanan di RS,
penyediaan paket perlindungan petugas ; tatalaksana lingkungan meliputi penataan alur
pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun mekanikal) tatalaksana penyediaan dan
penggunaan alat pelindung diri (Anonim,2015).
Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus menerus terhadap
timbulnya dan penyebaran IRS pada suatu peristiwa yang menyebabkan meningkat atau
menurunkan risiko tersebut (Anonim,2015).
Surveilans lnfeksi RS (lRS) dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (infection
prevention control nurse) - perawat pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse -
perawat penghubung pengendali infeksi) untuk menggambarkan tingkat kejadian berbagai
penyakit infeksi target sesuai Pedoman Surveilans IRS Kemenkes dan penyakit infeksi
endemis di RS, Target surveilans yaitu : lnfeksi saluran kemih-lSK terkait kateterisasi, infeksi
luka operasi-lLO, plebitis lRS, dan dekubitus, Ventilator Associated Pneumonia (VAP) &
Hospital Associated Pneumonia (HAP), Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) dan diare
(Anonim,2015).
Surveilans lnfeksi RS (lRS) dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (infection
prevention control nurse) - perawat pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse -
perawat penghubung pengendali infeksi) untuk menggambarkan tingkat kejadian berbagai
penyakit infeksi target sesuai Pedoman Surveilans IRS Kemenkes dan penyakit infeksi
endemis di RS, Target surveilans yaitu : lnfeksi saluran kemih-lSK terkait kateterisasi, infeksi
luka operasi-lLO, plebitis lRS, dan dekubitus, Ventilator Associated Pneumonia (VAP) &
Hospital Associated Pneumonia (HAP), Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) dan diare
(Anonim,2015).

Anda mungkin juga menyukai