A. PERMENAKER NO. 5 TAHUN 1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN DAN
KESELAMATAN KERJA 1. Pada Permenaker No. 5 Tahun 1996 lebih menonjolkan ketentuan terhadap perseorangan yang memiliki badan usaha (pengusaha) 2. Pada Permenaker No. 5 Tahun 1996 tidak dijelaskan struktur otonom yang bertanggungjawab pada bidang ketenagakerjaan 3. Mekanisme pelaksanaan diserahkan kepada direktur perusahaan, dengan tembusan yang disampaikan kepada pengurus tempat kerja yang di audit 4. Untuk pelaksanaannya, badan audit harus : membuat perencanaan audit ; menyampaikan rencana tahunan audit pada Menteri, dan ; melakukan koordinasi dengan Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Setempat 5. Tidak terdapat kualifikasi terhadap Lembaga SMK3 maupun Auditor SMK3
B. PERMENAKER RI NO. 26 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN
PENILAIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1. Pada Permenaker No. 26 Tahun 2014 lebih menonjolkan ketentuan terhadap berdirinya suatu perusahaan dengan terpenuhinya kualifikasi prasyarat suatu perusahaan yang memiliki status berbadan hokum 2. Pada Permenaker No. 26 Tahun 2014 dijelaskan secara detail struktur otonom yang bertanggungjawab pada bidang ketenagakerjaan dari pusat hingga daerah (terkait dengan siapa dan kualifikasi prasyarat perusahaan) 3. Mekanisme pelaksanaan audit di bawah pengawasan Menteri, lembaga Audit SMK3 dari perusahaan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri, dengan beberapa persyaratan yang sudah ditentukan 4. Untuk pelaksanaannya, Badan Audit harus : melakukan pertemuan pembuka ; proses Audit SMK3 ; Pertemuan tim Auditor SMK3 ; pertemuan penutup, dan ; penyusunan laporan Audit SMK3 5. Terdapat kualifikasi kualifikasi terhadap Lembaga SMK3 maupun Auditor SMK3 (tertuang pada pasal 7, 8, 10, dan 11)
PERSAMAAN
1. Lembaga Audit SMK3 sama-sama ditunjuk oleh Menteri
2. Audit SMK3 sama-sama melakukan pemeriksaan secara sistematis dan independen
3. Audit SMK3 sama-sama dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 tahun