Hasud
Sombong Ujub
Syirik Riya
Hasud
Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata
“Ketahuilah bahwa tidak ada kedengkian (hasad),
kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi
nikmat kepada saudaramu, maka ada dua hal
yang ada pada dirimu. Pertama, benci kepada
seseorang yang memperoleh nikmat, dan
berharap agar nikmat itu lenyap dari padanya.
Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki
adalah benci terhadap nikmat, dan ingin
melenyapkan dari orang yang mendapat karunia.
Kedua, ia sendiri mengharapkan agar mendapat
nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat
yang dimiliki orang lain.
Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal.
Betapa ganasnya penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat
dalam berbagai hadits Rasulullah SAW. Di antaranya :
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55
yang artinya:
Artinya: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik
hatimu (menjadikan kamu bersikap ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki
akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar
melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir”. (QS. Taubah: 55)
Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada
Ibnul Mubarak, Apakah kibr (sombong) itu? ¨ Dia
menjawab, Jika engkau merendahkan orang lain. ¨ Lalu
aku bertanya tentang ujub, maka dia menjawab jika
engkau memandang bahwa dirimu memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki oleh orang lain, aku tidak tahu
sesuatu yang lebih buruk bagi orang yang shalat
daripada ujub.
Takabur (Sombong)
“Tidak akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi darinya
iman, dan tidak akan masuk syurga yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi darinya
sombong.” (Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
“Orang yang sombong, keras kepala dan takbur, akan dikumpulkan pada hari kiamat,
dalam bentuk semut yang kecil, yang dipijak mereka oleh manusia, kerana hinanya
mereka pada Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Abu Hurairah).
“Janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini sombong, karena kamu tidak akan mampu
membuat bumi terbelah dan mencapai ketinggian gunung-gunung. sikap seperti itu
sungguh sangat dibenci oleh tuhan-MU”. (Al-Isra)
“Dan janganlah engkau membuang muka penuh kesombongan terhadap orang lain dan
janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sebab Allah tidak senang
terhadap semua orang yang sombong lagi angkuh. Luqman:18”
“Mereka mengingkarinya karena zalim dan sombong, padahal hati mereka
meyakini kebenarannya. Sebab itu perhatikanlah bagaimana kesudahannya
orang-orang yang berbuat onar” An-Naml:14
Dalam ayat lain, sikap dari orang-orang yang sombong dinyatakan sebagai
berikut:
Ilmu
Kekuatan/Kekuasaan
Amal Ibadah
Ilmu
Keturunan,Jabatan Ketampanan/Kecantikan
Riya
Riya artinya memperlihatkan perbuatan (ibadah) kepada orang lain agar disanjung
atau dipuji. Maksud lain adalah beribadah dengan niat karena ALLAH dan karena
ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia. Hakikat riya sebenarnya ada dalam
hati, dan tidak selamanya ditunjukkan dalam perbuatan, karena ada orang yang
menunjukkan perbuatannya dengan niat memberi contoh. Oleh karena itu hanya
Allah-lah yang dapat menilai apakah perbuatan tersebut mengandung riya atau
tidak.
“Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya,
dan orang-orang yang berbuat riya’”(Al-maun)
Sudah diketahui bahwa bahaya riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat
muslim sudah selayaknya untuk menghindari perbuatan riya tersebut,
diantaranya adalah dengan cara :
Mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah
kecuali untuk memberi contoh dan diwaktu orang banyak melakukannya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa
yang besar.”(QS. An Nisa: 48)
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah perbuatan syirik
kecil. Para shohabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah syirik kecil itu? Beliau
menjawab: riya.” (HR. Ahmad)
Beberapa Akhlak Tercela yang
berengaruh terhadap diri
sendiri
Putus Asa
"Kebinasaan ada dalam dua hal, putus
asa dan ujub”. Ibnu Mas'ud ra
menyebutkan kedua hal tersebut
karena kabahagiaan tidak bisa dicapai
kecuali dengan usaha, pencarian
keseriusan, dan
perjuangan, sedangkan orang yang
putus asa
tidak mau berusaha dan tidak mau pula mencari,
sementara orang yang 'ujub beranggapan bahwa ia bisa
mencapai kebahagiaan dan menggapai tujuannya sehingga
ia tidak mau berusaha, karena apa yang sudah ada tidak
perlu dicari dan apa yang mustahil juga tidak perlu dicari.
“janganlah kamu semua berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya tidak tidak ada yang suka berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS.
Yusuf:87)
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan
tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya.”
(Q.S Yunus ayat 26)
Berlebih - lebihan