Anda di halaman 1dari 22

PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN BERFIKIR DAN

BERBASIS MASALAH

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Model Pembelajaran”

Dosen Pengampu:
Hamda Kharisma Putra, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Muhammad Farid Anfasa (12201173220)
2. Winda Triyana (12201173438)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memelimpahkan rahmat serta
taufik dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas sosiologi
pendidikan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan
terang benderang ini yaitu agam islam.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan dukungan kepada kami dan mengijinkan kami memakai
semua fasilitas yang ada di IAIN Tulungagung untuk menunjang
kelancaran proses perkuliahan kami,
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Hamda Kharisma Putra M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Model
Pembelajaran yang sangat tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan
pembelajaran kepada kami.
4. Sifitas akademik IAIN Tulungagung yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pemyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurna makalah ini.

Tulungagung, April 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Problem Based Learning.......................................4


B. Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning...........................................5
C. Sintak Pembelajaran Problem Based Learning..............................................5
D. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning....................................6
E. Pengertian Pembelajaran Problem Solving Learning.....................................8

F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Solving Learning..........9

G. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Solving Learning.........................................9

H. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving Learning..........................10


I. Pengertian Pembelajaran Problem Posing Learning......................................12
J. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Posing Learning...........................13
K. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Problem Posing Learning............14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................16

3
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-


upaya pembaharuan dalam berbagai aspek, salah satunya adalah aspek pendidikan,
terutama dalam proses belajar mengajar. Para pendidik dituntut untuk mampu
menciptakan dan menggunakan model pembelajaran yang efektif, sehingga dapat
diaplikasikan disekolah dan tidak menutup kemungkinan bahwa sebagai model
pembelajaran tersebut merupakan salah satu faktor penunjang yang penting dalam
proses peningkatan kualitas belajar mengajar.

Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah memberi tekanan pada


terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Pentingnya strategi belajar mengajar
ini oleh karena belajar pada prinsipnya adalah suatu proses interaksi antara manusia
dan lingkungannya. Proses ini berlangsung secara bertahap, mulai dari menerima
stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons yang tepat terhadapnya.

Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan
pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai
individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat
mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya
mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik
merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham
dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi

1
investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan
kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Berbagai model pembelajaran telah banyak dikembangkan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran dengan suasana yang edukatif. Beberapa model
pembelajaran yang telah diterapkan tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan
materi semata dan bukan hanya untuk mempermudah penyampaian materi oleh
pendidik kepada peserta didik, melainkan juga untuk melatih karakter peserta didik
sesuai dengan norma yang diharapkan. Contohnya seperti model pembelajaran
Problem Base Learning, Problem Solving Learning, dan Problem Posing Learning.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis memiliki beberapa rumusan masalah yang
relevan, antara lain:
1. Bagaimana pengertian dari pembelajaran Problem Base Learning?
2. Apa saja manfaat dari pembelajaran Problem Base Learning?
3. Bagaimana sintak dari pembelajaran Problem Base Learning?
4. Bagaimana pelaksanaan dari pembelajaran Problem Base Learning?
5. Bagaimana Pengertian dari pembelajaran Problem Solving Learning?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Problem Solving
Learning?
7. Apa saja ciri-ciri dari pembelajaran Problem Solving Learning?

2
8. Bagaimana langkah-langkah dari pembelajaran Problem Solving Learning?
9. Bagaimana pengertian dari pembelajaran Problem Posing Learning?
10. Bagaimana langkah-langkah dari pembelajaran Problem Posing Learning?
11. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Problem Posing
Learning?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, penulis memiliki beberapa tujuan penelitian yang
relevan, antara lain:
1. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai pengertian dari
pembelajaran Problem Based Learning;
2. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai manfaat dari
pembelajaran Problem Base Learning;
3. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai sintak dari
pembelajaran Problem Base Learning;
4. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai pelaksanaan dari
pembelajaran Problem Base Learning;
5. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai Pengertian dari
pembelajaran Problem Solving Learning;
6. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai kelebihan dan
kekurangan dari pembelajaran Problem Solving Learning;
7. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai ciri-ciri dari
pembelajaran Problem Solving Learning;
8. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai langkah-langkah
dari pembelajaran Problem Solving Learning;
9. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai pengertian dari
pembelajaran Problem Posing Learning;

3
10. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai langkah-langkah
dari pembelajaran Problem Posing Learning;
11. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai kelebihan dan
kekurangan dari pembelajaran Problem Posing Learning.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Problem Based Learning


Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran
teah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk
kegiatan belajar-mengajar di kelas. dengan perubahan paradigma belajar tersebut
terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada
belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus
berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa,
dapat mendorong siswa beajar, atau memberi keempatan kepada siswa untuk
berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar
dimana siswa/mahasiswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan
menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri),
menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman
(bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunakan
pendekatan, startegi, model, atau metode pembelajaran inovatif.
Menurut Dewey belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah yang dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berfikir tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang
sudah ada dalam benaknyadan meyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia

4
sosial dan sekitarnya. Pembeajaran ini cocok untuk pengembangan pengetahuan dasar
maupun kompleks.

B. Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning


Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis
masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berfikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual belajar berbagai peran
orang dewasa melalu pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan
menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri. Menurut Sudjana manfaat khusus
yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru
adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-
tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masaah yang
ada di sekitarnya.

C. Sintak Pembelajaran Problem Based Learning


Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai
dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri
dengan penyajian dan analisis hasil kinerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan
berdasarkan langkah-langkah pada table berikut;

Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah


Tahap Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistic yang dibutuhkan,
Tahap-1 mengajukan fenomena atau demonstrasi
Orientasi siswa pada masalah atau cerita untuk memuncukan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantu siswa untuk
Mengogarnisasikan siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan

5
tugas belajar yang berhubungan dengan
belajar
masalah tertententu.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
Tahap-3
melaksanakan eksperimen, untuk
Mengorganisasi siswa untuk belajar
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Guru membantu siswa dalam
Tahap-4 merencanakan dan menyiapkan karya
Mengembangkan dan menyajikan yang sesuai seperti laporan, video, dan
hasil karya model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan
Tahap-5
refleksi atau evaluasi terhadap
Menganalisis dan mengevaluasi
penyelidikan mereka dan proses-proses
proses pemecahan masalah
yang mereka gunakan.

D. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning


1) Tugas-tugas perencanaan
a. Penetapan Tujuan
Model pengajaran berdasarkan masaah dirancang untuk mencapai tujuan
tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa,
dan membantu siswa menjadi pemelajar yang mandiri.
b. Merancang Situasi Masalah
Beberapa guru dalam pengajaranberdasarkan masalah lebih suka memberi
kesempatan dan keleleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang
akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa.
c. Organisasi sumberdaya dan rencana logistic
Dalam pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan bekerja
dengan beragam material dan peralatan, dalam pelaksanaannya biasanya
biasa dilakukan didalam kelas, diperpustakaan, atau di laboratorium, bahkan
dapat pula dilakukan diluar sekolah.
2) Tugas Interaktif
a. Orientasi siswa pada masalah

6
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran berdasarkan masalah
adalah tidak untuk memperoleh informasi dalam julah besar, tetapi untuk
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk
menjadi pemelajar yang mandiri.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada model pengajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan
keterampilan bersama diantara siswa dan saling membantu untuk
menyelidiki masalah bersama.
c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
 Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang
suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tersebut.
 Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan
sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat
penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pemelajar berdasarkan
masalah.
 Puncak proses proyek pengajaran berdasarkan pemecahan masa;ah
adalah penciptaan dan peragaan kerja seperti laporan, poster, model-
model dan video tape.
d. Analisis dan Evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah
adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
mereka sendiri, dan menemukan penyelidikan yang mereka gunakan.

3) Lingkungan Besar dan Tugas-tugas Manajemen

Dalam model pengajaran berdasarkan masalah, guru sering menggunakan


sejumlah bahan dan perlatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam

7
pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki
aturan dan prosedur yang jelas dalam pengeolaan, penyimpanan dan
pendistribusiaan.

Selai itu, guru harus menyampaikan aturan, tata karma dan sopan santun yang
jelas untuk mengendalikan tingkahlaku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan diluar kelas termasuk didalamya ketika melakukan penyelidikan di
masyarakat.

4) Assesmen dan Evaluasi

Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan
masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternative yang
akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asesmen
kinerja dan peragaan hasil. Asesmen kinerja dapat berupa asesmen melakukan
pengamatan, asesmen merumuskan sebuah hipotesa dan sebagainya.1

E. Pengertian Pembelajaran Problem Solving Learning

Problem solving adalah suatu proses belajar mengajar yang berupa


penghilangan perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil yang
diperoleh dengan yang diinginkan. Sejelan dengan pendapat tersebut Prawiro
mengatakan bahwa problem solving adalah metode mengajar dengan jalan
menghadapkan siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sendiri
dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada pada diri siswa tersebut.

Dalam model pembelajaran problem solving seorang pendidik atau dosen sering
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membimbing para mahasiswa

1 Anissatul Mufarokah, Strategi & Model-model Pembelajaran, (Tulungagung: STAIN


Tulungagung Press, 2013), hal. 127-133

8
belajar mungkin melakukan persiapan dengan cara memilih beberapa masalah yang
diambil dari bahan pelajaran yang akan dibahas pada hari itu. Masalah yang diambil
itu bukan fakta yang dapat dijawab dengan fakta pula. Melainkan suatu persoalan
yang jawabannya hanya dapat diperoleh melalui suatu pemikiran yang ilmiah. Sebab
metode ini bermaksud melatih daya pikir mahasiswa dalam memecahkan persoalan-
persoalan yang akan dijumpainya kelak baik dalam pekerjaan maupun dalam
pergaulan sehari-hari di masyarakat.2

F. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Solving Learning

Menurut Polya problem solving memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain
adalah:

a) Kelebihan penyelesaian masalah (problem solving) antara lain:

 Dapat membuat siswa menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari.

 Dapat melatih dan membiasakan para siswa untuk menghadapi dan


memecahkan masalah secara terampil.

 Dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara kreatif.

 Siswa sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.

b) Kekurangan penyelesaian masalah (problem solving) antara lain:

 Memerlukan cukup banyak waktu.

 Melibatkan lebih banyak orang.

 Dapat mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan


menerima informasi dari guru.
2 Made Pidarta, Cara Belajar Mengajar di Universitas Maju, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990),
hal. 55

9
 Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.

G. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Solving Learning

Ciri-ciri pembelajaran problem solving menurut Tjadimojo yaitu:

1. Metode problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya dalam


implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa.

2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, metode ini


menempatkan sebagai dari proses pembelajaran.

3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir


secara ilmiah.

J.Dewey mengemukakan bahwa berfikir merupakan usaha dari seseorang untuk


memeriksa dan menilai informasi-informasi berdasarkan kriteria tertentu. Jika
kemampuan berfikir tidak dikembangkan maka akan tercipta generasi yang labil
dalam menghadapi kehidupan. Dalam pengambilan keputusan yang kurang kritis
mengakibatkan keputusan yang diambil kurang tepat. Para ahli mendefinisikan
kemampuan berfikir kritis dengan berbegai sudut pandang, diantaranya Krulik dan
Rudnick, yang mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Agar mampu memecahkan masalah
yang baik dituntut kemampuan analisis, sistesis, evaluasi, generalisasi,
membandingkan, mendeduksi, mengklarifikasi, informasi, menyimpulkan, dan
mengambil keputusan.

10
H. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving Learning

Menurut Polya memberi empat langkah pokok cara pemecahan masalah, yaitu:

1. Memahami Masalahnya

Masing-masing siswa mengerjakan latihan yang berbeda dengan teman


sebelahnya.

2. Menyusun Rencana Penyelesaian

Pada tahap ini siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi masalah


kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3. Melaksanakan Rencana Penyelesaian

Langkah yang ketiga, siswa dapat menyelesaikan masalah dengan melihat


contoh atau dari buku, dan bertanya pada guru.

4. Memeriksa Kembali Penyelesaian yang telah Dilaksanakan

Terakhir, siswa mengulang kembali atau memeriksa jawaban yang telah


dikerjakan, kemudian siswa bersama guru dapat menyimpulkan dan dapat
mempresentasikan didepan kelas.

Sedangkan menurut David Johnson dan Johnson ada 5 langkah strategi


pembelajaran berbasis masalah atau problem solving melalui kegiatan kelompok,
yaitu:

1. Mendifinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu


yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang
akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan
siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

11
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah-
masalah serta menganaisis berbagai faktor baik bisa menghambat maupun
faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa
dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat
mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan
jenis penghambat yang diperkirakan.

3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah


dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahap ini siswa didorong untuk
berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan
setiap tindakan yang dapat dilakukan.

4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengembalian keputusan


tentang startegi mana yang dapat dilakukan.

5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi


proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan,
sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan
strategi yang diterapkan.3

I. Pengertian Pembelajaran Problem Posing Learning


Model pembelajaran problem posing mulai dikembangkan tahun 1998 oleh Lyn
D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika.
Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.
Pembelajaran hendaknya lebih ditekankan pada kegiatan problem posing. Hal ini
untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan dapat dilakukan dengan cara
membiasakan siswa mengajukan soal. Mengajukan soal merupakan salah satu

3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:


Prenada Media Group, 2006), hal. 217-218

12
kegiatan yang dapat menantang siswa untuk lebih berpikir dan membangun
pengetahuan mereka.
Menurut Hobri Problem posing mempunyai arti yaitu, (1) perumusan soal
sederhana atau perumusan kembali soal yang ada dengan beberapa perubahan agar
lebih sederhana dan dapat dikuasai; (2) perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-
syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan;
(3) perumusan soal dari informasi atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum,
ketika, atau setelah memecahkan soal. Problem posing merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa dalam kegiatan pembelajaran diminta menyusun soal
berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.4
Suyatno menjelaskan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa
Inggris yang artinya “merumuskan masalah” atau “membuat masalah”. Problem
posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan
kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga mudah
dipahami. Masalah yang dimaksudkan adalah soal-soal dalam matematika, sehingga
problem posing dapat diartikan sebagai membuat soal atau membuat masalah.5
Dari berbagai pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa problem posing
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kegiatan pembelajaran diminta
menyusun soal berdasarkan situasi atau informasi yang telah diberikan oleh guru.

J. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Posing


Langkah-langkah pembelajaran problem posing menurut Menon adalah:
a. Memberikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi
yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah
membuat pertanyaan berdasar informasi tadi.

4 Hobri, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Jember: CSS, 2008), hal. 95-96


5 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Pustaka, 2009), hal. 6

13
b. Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok.
Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiannya. Soal-
soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain. Sebelumnya soal
diberikan kepada guru untuk di pilih. Soal-soal tersebut nanti digunakan sebagai
latihan.
c. Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian diseleksi dari
daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat bergantung dengan
pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi kata-katanya berbeda.
Hampir sama dengan langkah di atas, Lestari &Yudhanegara berpendapat
tentang langkah pembelajaran problem posing sebagai beirkut:
a. Siswa dikelompokkan 5 atau 6 orang secara heterogen.

b. Siswa dihadapkan pada situasi masalah.

c. Berdasarkan kesepakatan, siswa menyusun pertanyaan atau merumuskan


masalah dari situasi yang ada.

d. Berdasarkan kesepahaman, siswa menyelesaikan masalah.

e. Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah.6


Berbeda dengan pendapat di atas, Brown & Walter menyatakan fase problem
posing sebagai berikut.
1) Accepting
Pada fase accepting, siswa mengeksplor sesuatu hal dari suatu fenomena.
Kegiatan yang dilakukan adalah mengeksplor sesuatu yang baru, siswa dapat
melakukan a) melakukan pengamatan, b) membuat pertanyaan, dan membuat dugaan;
eksplorasi internal dan eksternal; eksplorasi eksak dan perkiraan; eksplorasi
historikal; dan mendaftar hal-hal yang dipertanyakan.
6 Hobri, Model-Model Pembelajaran.... hal. 101-102

14
2) What-If -Not
Pemberian konteks dalam soal, tidak selalu mudah untuk memahami apa yang
telah diketahui. Apa yang akan dijadikan sebagai informasi yang telah diketahui
tergantung pada tujuan pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan pada fase ini
adalah memilih titik awal, mendaftar informasi yang diketahui, mendaftar apa yang
tidak ada, dan yang belum ada, membuat pertanyaan, dan menganalisis masalah.
Pendapat lain dinyatakan oleh Tampubolon bahwa langkah problem posing
sebagai berikut.
a. Pemahaman
b. Jalan keluar
c. Identifikasi kekeliruan
d. Meminimalisasi tulisan hitung
e. Cari alternatif
f. Menyusun pertanyaan untuk menggali alternatif solusi yang paling baik.7

K. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Problem Posing


Kelebihan problem posing menurut Thobroni & Mustofa:
a. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih menggunakan
keterampilan bertanya atau membahas masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan bakat
keterampilan berdiskusi.
d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu
serta kebutuhan belajar.
e. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pembelajaran mereka dan mereka lebih
aktif berpartisipasi dalam diskusi.
f. Mempertinggi kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
7 Ibid,. hal, 103

15
g. Proses pembuatan soal memberikan peluang untuk mendorong siswa untuk
memunculkan pemikiran yang berbeda pada tiap siswa, hal ini dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membantu memperkuat dan
memperkaya konsep matematika dasar.
h. Mendidik siswa berpikir kritis.
i. Siswa aktif dalam pembelajaran.
j. Belajar menganalisis suatu masalah.
k. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.
Kelemahan problem posing menurut Thobroni & Mustofa :
a. Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi yang dapat disampaikan.
b. Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya
sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.
c. Tidak semua siswa terampil bertanya.8

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendekatan problem based learning memiliki esensi berupa menyajikan situasi
masalah kepada siswa sebagai batu loncatan untuk menemukan konsep dan meminta
siswa untuk menyelidiki masalah tersebut serta menemukan solusinya. Sedangkan
Problem solving adalah suatu proses belajar mengajar yang berupa penghilangan
perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dengan yang
diinginkan. Sementara itu pendekatan problem posing merupakan suatu pembelajaran

8 Ibid,. hal. 106

16
di mana siswa diminta untuk mengajukan masalah (problem) berdasarkan situasi
tertentu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hobri. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: CSS


Mufarokah, Anissatul. 2013. Strategi & Model-model Pembelajaran.
Tulungagung: STAIN Tulungagung Press

Pidarta, Made. 1990. Cara Belajar Mengajar di Universitas Maju. Jakarta:


Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai