BERBASIS MASALAH
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Model Pembelajaran”
Dosen Pengampu:
Hamda Kharisma Putra, M.Pd
Disusun Oleh:
1. Muhammad Farid Anfasa (12201173220)
2. Winda Triyana (12201173438)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memelimpahkan rahmat serta
taufik dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas sosiologi
pendidikan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan
terang benderang ini yaitu agam islam.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan dukungan kepada kami dan mengijinkan kami memakai
semua fasilitas yang ada di IAIN Tulungagung untuk menunjang
kelancaran proses perkuliahan kami,
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Hamda Kharisma Putra M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Model
Pembelajaran yang sangat tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan
pembelajaran kepada kami.
4. Sifitas akademik IAIN Tulungagung yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pemyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurna makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................16
3
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan
pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai
individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat
mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya
mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik
merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham
dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi
1
investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan
kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
Berbagai model pembelajaran telah banyak dikembangkan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran dengan suasana yang edukatif. Beberapa model
pembelajaran yang telah diterapkan tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan
materi semata dan bukan hanya untuk mempermudah penyampaian materi oleh
pendidik kepada peserta didik, melainkan juga untuk melatih karakter peserta didik
sesuai dengan norma yang diharapkan. Contohnya seperti model pembelajaran
Problem Base Learning, Problem Solving Learning, dan Problem Posing Learning.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis memiliki beberapa rumusan masalah yang
relevan, antara lain:
1. Bagaimana pengertian dari pembelajaran Problem Base Learning?
2. Apa saja manfaat dari pembelajaran Problem Base Learning?
3. Bagaimana sintak dari pembelajaran Problem Base Learning?
4. Bagaimana pelaksanaan dari pembelajaran Problem Base Learning?
5. Bagaimana Pengertian dari pembelajaran Problem Solving Learning?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Problem Solving
Learning?
7. Apa saja ciri-ciri dari pembelajaran Problem Solving Learning?
2
8. Bagaimana langkah-langkah dari pembelajaran Problem Solving Learning?
9. Bagaimana pengertian dari pembelajaran Problem Posing Learning?
10. Bagaimana langkah-langkah dari pembelajaran Problem Posing Learning?
11. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Problem Posing
Learning?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, penulis memiliki beberapa tujuan penelitian yang
relevan, antara lain:
1. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai pengertian dari
pembelajaran Problem Based Learning;
2. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai manfaat dari
pembelajaran Problem Base Learning;
3. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai sintak dari
pembelajaran Problem Base Learning;
4. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai pelaksanaan dari
pembelajaran Problem Base Learning;
5. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai Pengertian dari
pembelajaran Problem Solving Learning;
6. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai kelebihan dan
kekurangan dari pembelajaran Problem Solving Learning;
7. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai ciri-ciri dari
pembelajaran Problem Solving Learning;
8. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai langkah-langkah
dari pembelajaran Problem Solving Learning;
9. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai pengertian dari
pembelajaran Problem Posing Learning;
3
10. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai langkah-langkah
dari pembelajaran Problem Posing Learning;
11. Mahasiswa khususnya pembaca, lebih mengetahui mengenai kelebihan dan
kekurangan dari pembelajaran Problem Posing Learning.
BAB II
PEMBAHASAN
4
sosial dan sekitarnya. Pembeajaran ini cocok untuk pengembangan pengetahuan dasar
maupun kompleks.
5
tugas belajar yang berhubungan dengan
belajar
masalah tertententu.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
Tahap-3
melaksanakan eksperimen, untuk
Mengorganisasi siswa untuk belajar
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Guru membantu siswa dalam
Tahap-4 merencanakan dan menyiapkan karya
Mengembangkan dan menyajikan yang sesuai seperti laporan, video, dan
hasil karya model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan
Tahap-5
refleksi atau evaluasi terhadap
Menganalisis dan mengevaluasi
penyelidikan mereka dan proses-proses
proses pemecahan masalah
yang mereka gunakan.
6
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pengajaran berdasarkan masalah
adalah tidak untuk memperoleh informasi dalam julah besar, tetapi untuk
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk
menjadi pemelajar yang mandiri.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada model pengajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan
keterampilan bersama diantara siswa dan saling membantu untuk
menyelidiki masalah bersama.
c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang
suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tersebut.
Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan
sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat
penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pemelajar berdasarkan
masalah.
Puncak proses proyek pengajaran berdasarkan pemecahan masa;ah
adalah penciptaan dan peragaan kerja seperti laporan, poster, model-
model dan video tape.
d. Analisis dan Evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah
adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
mereka sendiri, dan menemukan penyelidikan yang mereka gunakan.
7
pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki
aturan dan prosedur yang jelas dalam pengeolaan, penyimpanan dan
pendistribusiaan.
Selai itu, guru harus menyampaikan aturan, tata karma dan sopan santun yang
jelas untuk mengendalikan tingkahlaku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan diluar kelas termasuk didalamya ketika melakukan penyelidikan di
masyarakat.
Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model pengajaran berdasarkan
masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternative yang
akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asesmen
kinerja dan peragaan hasil. Asesmen kinerja dapat berupa asesmen melakukan
pengamatan, asesmen merumuskan sebuah hipotesa dan sebagainya.1
Dalam model pembelajaran problem solving seorang pendidik atau dosen sering
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membimbing para mahasiswa
8
belajar mungkin melakukan persiapan dengan cara memilih beberapa masalah yang
diambil dari bahan pelajaran yang akan dibahas pada hari itu. Masalah yang diambil
itu bukan fakta yang dapat dijawab dengan fakta pula. Melainkan suatu persoalan
yang jawabannya hanya dapat diperoleh melalui suatu pemikiran yang ilmiah. Sebab
metode ini bermaksud melatih daya pikir mahasiswa dalam memecahkan persoalan-
persoalan yang akan dijumpainya kelak baik dalam pekerjaan maupun dalam
pergaulan sehari-hari di masyarakat.2
Menurut Polya problem solving memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain
adalah:
9
Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.
10
H. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving Learning
Menurut Polya memberi empat langkah pokok cara pemecahan masalah, yaitu:
1. Memahami Masalahnya
11
2. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah-
masalah serta menganaisis berbagai faktor baik bisa menghambat maupun
faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa
dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat
mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan
jenis penghambat yang diperkirakan.
12
kegiatan yang dapat menantang siswa untuk lebih berpikir dan membangun
pengetahuan mereka.
Menurut Hobri Problem posing mempunyai arti yaitu, (1) perumusan soal
sederhana atau perumusan kembali soal yang ada dengan beberapa perubahan agar
lebih sederhana dan dapat dikuasai; (2) perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-
syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan;
(3) perumusan soal dari informasi atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum,
ketika, atau setelah memecahkan soal. Problem posing merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa dalam kegiatan pembelajaran diminta menyusun soal
berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.4
Suyatno menjelaskan bahwa problem posing merupakan istilah dalam bahasa
Inggris yang artinya “merumuskan masalah” atau “membuat masalah”. Problem
posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan
kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga mudah
dipahami. Masalah yang dimaksudkan adalah soal-soal dalam matematika, sehingga
problem posing dapat diartikan sebagai membuat soal atau membuat masalah.5
Dari berbagai pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa problem posing
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kegiatan pembelajaran diminta
menyusun soal berdasarkan situasi atau informasi yang telah diberikan oleh guru.
13
b. Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok.
Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiannya. Soal-
soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain. Sebelumnya soal
diberikan kepada guru untuk di pilih. Soal-soal tersebut nanti digunakan sebagai
latihan.
c. Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian diseleksi dari
daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat bergantung dengan
pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi kata-katanya berbeda.
Hampir sama dengan langkah di atas, Lestari &Yudhanegara berpendapat
tentang langkah pembelajaran problem posing sebagai beirkut:
a. Siswa dikelompokkan 5 atau 6 orang secara heterogen.
14
2) What-If -Not
Pemberian konteks dalam soal, tidak selalu mudah untuk memahami apa yang
telah diketahui. Apa yang akan dijadikan sebagai informasi yang telah diketahui
tergantung pada tujuan pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan pada fase ini
adalah memilih titik awal, mendaftar informasi yang diketahui, mendaftar apa yang
tidak ada, dan yang belum ada, membuat pertanyaan, dan menganalisis masalah.
Pendapat lain dinyatakan oleh Tampubolon bahwa langkah problem posing
sebagai berikut.
a. Pemahaman
b. Jalan keluar
c. Identifikasi kekeliruan
d. Meminimalisasi tulisan hitung
e. Cari alternatif
f. Menyusun pertanyaan untuk menggali alternatif solusi yang paling baik.7
15
g. Proses pembuatan soal memberikan peluang untuk mendorong siswa untuk
memunculkan pemikiran yang berbeda pada tiap siswa, hal ini dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membantu memperkuat dan
memperkaya konsep matematika dasar.
h. Mendidik siswa berpikir kritis.
i. Siswa aktif dalam pembelajaran.
j. Belajar menganalisis suatu masalah.
k. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.
Kelemahan problem posing menurut Thobroni & Mustofa :
a. Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi yang dapat disampaikan.
b. Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan penyelesaiannya
sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.
c. Tidak semua siswa terampil bertanya.8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan problem based learning memiliki esensi berupa menyajikan situasi
masalah kepada siswa sebagai batu loncatan untuk menemukan konsep dan meminta
siswa untuk menyelidiki masalah tersebut serta menemukan solusinya. Sedangkan
Problem solving adalah suatu proses belajar mengajar yang berupa penghilangan
perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dengan yang
diinginkan. Sementara itu pendekatan problem posing merupakan suatu pembelajaran
16
di mana siswa diminta untuk mengajukan masalah (problem) berdasarkan situasi
tertentu.
17
DAFTAR PUSTAKA