Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ULUMUL QURAN
ASBAB AL-NUZUL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2015
MAKALAH
ULUMUL QURAN
ASBAB AL-NUZUL

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran yang
dibimbing oleh Akrimi Matswah, MSI

Kelompok 4
1. Machallafri Iskandar (E20151001)
2. Fiay Syatirrodiah (E20151024)
3. Dika Fahrina Asyari (E20151029)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul: ”Asbab al-Nuzul”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-
pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas kekompakan kelompok 4 dan saran dari teman-teman maka disusunlah
Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran dan semoga segala
yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para
pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan
khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa
menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Ulumul Quran, Akrimi Matswah, MSI
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah
selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Jember, 01 Oktober 2015


Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................. 2
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Asbab al-Nuzul ..................................................................... 3
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 13
4.1. Simpulan................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah menurunkan ayat-ayat al-qur’an di sesuaikan dengan kondisi zaman
seperti hukum-hukum syariat, hukum-hukum muamalat, hukum-hukum
muanakahat, hukum-hukum fikih, hukum-hukum politik. Al-qur’an diturunkan
kepada nabi muhammad saw melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur,
sehingga al-qur’an belum lengkap dan tidak utuh juga tidak berurutan ayat demi
ayatnya.
Karenanya demi menyelesaikan problematika tersebut satu atau beberapa ayat
dan kadangkala satu surah diturunkan sangat jelas bahwa ayat-ayat yang
diturunkan pada setiap kesempatan, berkaiatan dan membahas peristiwa tersebut.
Karena itu jika terdapat ketidakjelasan atau muncul masalah dalam lafadz atau
makna, maka untuk menyelesaikannya harus dengan cara mengidentifikasi latar
belakang peristiwa yang terjadi. Untuk mengetahui makna dan tafsir setiap ayat
secara utuh, langkah yang harus ditempuh adalah melihat sebab turunnya setiap
ayat agar memperoleh pemahaman akan makna ayat yang sempurna. Jika tidak
melihat sebab turunnya ayat, seringkali penafsiran ayat tidak memberikan
penjelasan apapun.
Asbabun nuzul dianggap sangat penting oleh para ulama karena dapat
memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan menghilangkan keraguan dalam
menafsirkannya.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang
berjudul “Asbab al-Nuzul”, antara lain :
1. Apakah yang dimaksud asbab al-nuzul?
2. Dari mana sumber asbab al-nuzul?
3. Apa saja manfaat mengetahui asbab al-nuzul ayat Al-Quran?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “al-Nuzul”, yaitu:
1. Menjelaskan dan mendekripsikan mengenai Asbab al-Nuzul yang terdiri
dari Pengertian , Sumber, Manfaat.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat makalah yang berjudul “Asbab al-Nuzul”, yaitu :
1. Dapat memahami tentang Asbab al-Nuzul yang tediri dari Pengertian ,
Sumber, Manfaat.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan:
1.1 LatarBelakang
1.2 RumusanMasalah
1.3 TujuanPenulisan
1.4 ManfaatPenulisan
1.5 SistematikaPenulisan
Bab II Pembahasan:
2.1 Asbab al-Nuzul
Bab III Penutup:
3.1 Simpulan
BAB II
PEMBAHASAN

2.2 Asbab al-Nuzul


1.1. Pengertian Asbab al-Nuzul
Secara bahasa Asbabun Nuzul terdiri dari dua kata yaitu Asbab, jamak
dari sabab yang berarti sebab atau latar belakang, sedangkan Nuzul
merupakan bentuk masdar dari anzala yang berarti turun. Pengertian asbab
an-nuzul secara istilah adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya
suatu ayat, yang mencakup suatu permasalahan dan menerangkan suatu
hukum pada saat terjadi peristiwa-peristiwa.1
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama,
diantarnya :
1. Az-Zarqani :
Asbab al-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubungannya dengan turunnya ayat Al-Quran sebagai penjelas
hukum pada saat peristiwa itu terjadi.2
2. Ash-Shabuni :
Asbab al-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama.3
3. Shubhi Shalih :

1http://www.al-aziziyah.com/.../147-asbab-an-nuzul-sebagai-langkah-awal-memahami-al-
quran.html-Tembolok
2
Muhammad ‘Abd Az-‘Azhim Az-Zarqani, Manhil Al-‘Irfan, Dar Al-Fikr, Bairut, t.t, Jilid I, hlm. 106
3
Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan fi’Ulum Al-Quran, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus,
1390, hlm.22
Asbab al-Nuzul adlah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat Al-Quran, (ayat-ayat) terkadang menyiratkan
peristiwa itu, sebagai respons atasnya atau sebagai penjelas
terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.4
4. Mana’ Al-Qhatan :
Asbab al-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan
turunnya Al-Quran berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi,
baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi.5
Setelah dikaji,sebab turunnya suatu ayat itu berikisar pada dua hal:
1. Jika terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur‟an
mengenai peristiwa itu.
2. Bila Rasulullah S.A.W ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah
Al-Qur‟an menerangkan hukumnya.
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Al-Quran
sangat beragam, diantarany berupa : Konfli sosial seperti ketegangan yang
terejadi antara suku Aus dan suku Khazraj; Kesalahan besar, seperti kasus
salah seorang sahabat yang mengimami shalat dalam keaadaan mabuk.Dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada
Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang
akan terjadi.
Persoalan apakah semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul telah
menjadi kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian para ulama
berpendapat bahwa tidak semua ayat Al-Quran memiliki Asbab al-Nuzul.
Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan
ada pula ayat Al-Quran itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh

4
Subhi al-shalih, Mahabits fi’Ulum Al-Quran, Dar Al-Qalamli al-Malayyin. Bairut, 1988, hlm.132
5
Manna’ Al-Qhathan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadis, ttp., 1973, hlm.78
sesuatu, baik peristiwa maupun pertanyaan yang diajukan kepada Nabi
(ghair ibtida’).6
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan
tetapi, ada yang mengatakan bahwa kesejaran Arabia pra-Quran pada masa
turunnya Al-Quran merupakan latar belakang makro Al-Quran; sementara
riwayat-riwayat Asbab al-Nuzul merupakan latar belakang mikronya.
Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Quran memiliki
sebab-sebab yang melatarbelakanginya.7

1.2. Pedoman dan Sumber Asbab al-Nuzul


2.1 Pedoman Mengetahui Asbab al-Nuzul
Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui Asbab al-Nuzul
adalah riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah Saw atau dari para
Sahabat. Hal ini menunjukan bahwa Asbab al-Nuzul itu tidak bisa
diketahui semata-mata dengan akal (rasio) melainkan dari orang-orang
yang mengetahui turunnya al-Qur’an atau dari orang-orang yang
memahami Asbab al-Nuzul lalu mereka menelitinya dengan cermat,
baik dari kalangan Sahabat, Tabi’in atau lainnya dengan catatan
pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya
Riwayat Asbab al-Nuzul secara khusus ialah riwayat dari orang-
orang yang terlibat dan mengalami peristiwa dari yang
diriwayatkannya yaitu pada saat wahyu diturunkan. Oleh karena itu,
tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan
periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql al-shalih) dari orang-
orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat al-
Quran. Seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati-
hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan Asbab al-

6
Ibid,. hal. 45.
7
Taufiq, Adnan Amal dan Syamsul Rizal Panggabean, Tafsir Kontekstual Al-Quran, Mizan, Bandung,
1989,. Hlm. 50.
Nuzul. Untuk itu, dalam kitab Asbab al-Nuzulnya, al-Wahidy
menyatakan:

‫س َماعِ ِم ام ْن شَا َهد ُْوا‬


ِّ ِ ‫الر َوايَ ِة َو ال‬ ِ ‫ب النُّ ُز ْو ِل اْل ِكتَا‬
ِّ ِ ِ‫ب إِ اَّل ب‬ ِ ‫سبَا‬ ْ َ ‫لَ ْم يَ ِح ُّل اْلقَ ْو ُل فِي أ‬
‫ب و َبَ َحث ُ ْوا ع َْن ِع ْل ِم َها َو َجد ُّْو فِي ال ا‬
ِ َ‫طل‬
.‫ب‬ ِ ‫سبَا‬ ْ َ ‫علَي اْأل‬ َ ‫الت ا ْن ِز ْي ُل َو َوقَفُ ْوا‬
artinya:
“Pembicaraan Asbab al-Nuzul tidak dibenarkan kecuali dengan
berdasarkan riwayat dan mendengarkan dari mereka yang secara
langsung menyaksikan peristiwa nuzul, memperhatikan sebab-
sebabnya dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya” .

Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama Salaf. Mereka amat


berhati-hati untuk mengatakan sesuatu mengenai Asbab al-Nuzul.
Keketatan mereka itu dititikberatkan pada seleksi pribadi pembawa
berita (para rawi), sumber-sumber riwayat (isnad), dan redaksi berita
(matan). Salah satu bukti keketatan itu disebutkan dalam al-Itqan fi
Ulum al-Quran karya Jalaluddin al-Syuti ketika Ibnu Sirin
menceritakan pengalamannya sendiri:

َ ‫سدَادًا ذَ َه‬
َ‫ب الا ِذ ْينَ يَ ْع َملُ ْون‬ ِ ‫ إِت ا‬: ‫عبَ ْي َدةَ ع َْن أَيَ ٍة ِمنَ اْلقُ ْرأ َ ِن فَقَا َل‬
َ ‫ق للاَ َوقُ ْل‬ ُ ُ‫سأ َ ْلت‬ َ
ُ‫فِ ْي َم ْن أ ُ ْن ِز َل اْلقُ ْرأَن‬
artinya:
“Aku pernah bertanya kepada Ubaidah tentang suatu ayat al-Quran,
maka beliau berkata: bertakwalah kepada Allah dan katakanlah yang
benar. Telah pergi orang-orang yang mengetahui tentang kepada siapa
ayat itu diturunkan” Al-Wahidy telah menentang ulama-ulama
zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat Asbab al-Nuzul.
Pada sisi lain, al-Wahidy mengingatkan juga akan ancaman berat
dengan mengatakan: “Sekarang setiap orang suka mengada-ada dan
berbuat dusta, ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan tampa
memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab
turunnya ayat”

2.2 Sumber Otoritas Asbab al-Nuzul


Sumber pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul diketahui melalui
riwayat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Nilai berita
itu sendiri sama dengan berita-berita lain yang menyangkut Nabi dan
kerasulan beliau, yaitu berita-berita hadis. Oleh karena itu bersangkut
pula persoalan kuat dan lemahnya berita itu, shahih dan dhaif serta
otentik dan palsunya. Seperti halnya persoalan hadist pada umumnya,
penuturan atau berita tentang sebab turunnya wahyu tertentu juga
dapat beraneka ragam. Namun, khusus dalam periwayatan Asbab al-
Nuzul sebagaimana yang disebutkan dalam berbagai literatur tulisan
hanya menyebutkan dua sumber berita, yaitu dari Sahabat dan
Tabi’in.
Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani menyebutkan bahwa
Asbab al-Nuzul yang diriwayatkan dari seorang Sahabat bisa diterima
meskipun tidak dikuatkan dengan riwayat lain. Hal itu karena
pernyataan seorang Sahabat mengenai persoalan yang tidak menjadi
lapangan Ijtihad, hukumnya Marfu’. Para Sahabat tidak mungkin
mengatakan hal itu dari dirinya sendiri karena posisi mereka hanyalah
mendengar dan meriwaytakan atau menyaksikan dan mengalihakan
berita yang didengar dari Rasulullah Saw. Jika mereka menemukan
kesangsian atau hal yang belum mereka ketahui maka mereka segera
menanyakannya kepada Rasulullah.

Contoh dalam al-qur’an yaitu asab an-nuzul turunya surat an-


naas dan al-falaq , 1. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab
Dalaa-ilun Nubuwwah, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber
dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Rasulullah SAW pernah mengalami sakit
parah. Maka datanglah kepada beliau dua malaikat, yang satu duduk
sebelah kepala beliau dan satu lagi duduk sebelah kaki beliau.
Berkatalah malaikat yang duduk di sebelah kaki beliau kepada
malaikat yang duduk di sebelah kepala beliau: “Apa yang engkau lihat
?” Ia menjawab, “Beliau terkena guna-guna.” Ia bertanya lagi, “Apa
guna-guna itu ?” Ia menjawab, “Guna-guna itu sihir.” Ia bertanya lagi,
“Siapa yang membuat sihirnya ?” Ia menjawab, “Labid bin al-Asham
al-Yahudi, yang sihirnya merupakan gulungan yang disimpan di dalam
sumur keluarga si fulan di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke
sumur itu, timbalah airnya dan angkatlah batunya, kemudian amblillah
gulungannya dan bakarlah.”

Pada pagi harinya Rasulullah SAW mengutus ‘Ammar bin


Yasir dan kawan-kawannya. Setibanya di sumur itu, tampaklah airnya
merah seperti air pacar. Air itu ditimbanya, diangkat batunya, serta
dikeluarkan gulungannya serta gulungannya dibakar. Ternyata di
dalam gulungan itu ada tali yang terdiri atas sebelas simpul. Kedua
surat ini (al-Falaq dan an-Naas) diturunkan berkenaan dengan hal
tersebut. Setia kali Rasulullah mengucapkan satu ayat, terbukalah
simpulnya.

Adapun bila Asbab al-Nuzul diriwayatkan oleh Tabi’in


(generasi setelah Sahabat), maka hukumnya tidak bisa diterima kecuali
bila berkualitas shahih dan dikukuhkan dengan hadits mursal lain serta
yang meriwayatkannya termasuk Imam Tafsir yang mengambil
riwayat dari Sahabat, seperti Mujahid, Ikrimah dan Said bin Jubair,
‘Atha, Hasan Basri, Sa’id bin Musayyab dan al-Dhahhak. Agar kita
tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang membuat riwayat
Asbab al-Nuzul, kita harus mengetahui bahwa betapapun kita
besungguh-sungguh mencari riwayat-riwayat yang shahih yang
memungkinkan kita memahami Asbab al-Nuzul, namun tidak mungkin
mengumpulkan seluruh ayat yang turun sesudah ada pertanyaan atau
sebab. Hal ini juga disebabkan karena ayat-ayat al-Quran yang turun
ada yang dapat dipandang sebagai Asbab al-Nuzul.
Contoh dalam hal ini adalah asbab an-nuzul turunnya surat al-infithoor
ayat 6.
َ ‫سانِ َما‬
ِ ‫غ َّركَِ ِب َر ِبكَِ ا ْلك َِر‬
ِ‫يم‬ ِ ْ ‫َياأ َ ُّي َها‬
َ ‫اْل ْن‬
Artinya : “Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah.” (Al-
Infithoor: 6)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
‘Ikrimah(tabi’in) pembantu ibnu abas yang merupakan sahabat
nabi. bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf yang
mengingkari hari ba’ts (dibangkitkan dari kubur). Ayat ini merupakan
teguran kepada orang yang tidak percaya kepada ketentuan Allah.

1.3. Manfaat Mengetahui Asbab al-Nuzul


Az-zarqani dan As-Suyuthi mensyinyalir adanya kalangan
berpendapat bahwa mengetahui asbab An-nuzul merupakan hal yang sia-
sia dalam memahami Al-Quran. Mereka beranggapan bahwa mencoba
memahami Al-Quran dengan meletakkan ke dalam konteks historis adalah
sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu.
Namun, keberatan seperti ini tidaklah berdasar, karena tidak mungkin
menguniversalkan pesan Al-quran diluar masa dan tempat pewahyuan,
kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap makna Al-Quran
dalam konteks kesejarahannya.
Untuk meyakinkan kita betapa pentingnya pengetahuan tentang
asbabun nuzul ini para ulama mufassirin telah banyak menulis buku-buku
tentang Asbabun Nuzul dan menekankan betapa pentingnya pengetahuan
tentang Asbabun Nuzul dalam rangka untuk memahami Al-Qur’an secara
utuh dan benar. Mereka itu antara lain adalah Al-Wahidi berkata : bahwa
Tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat Al-Quran tanpa
mengetahui kisahnya dan sebab turunnya. Hal yang sama dikemukakan
oleh Ibn Daqiq Al-‘ied berkata : bahwa Menjelaskan sebab turun ayat
adalah jalan yang kuat dalam memahami makna Al-Quran. Sementara itu
Ibnu Taimiyah berkomentar : bahwa mengetahui alasan (sabab)
penurunan membantu dalam memahami ayat karena pengetahuan tentang
sebab (sabab) menghasilkan pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat).
Dengan ini, Asbabun Nuzullah yang dapat menjelaskan siapa pelaku
sejarah turunnya ayat, bagaimana rentetan kejadiannya, dan seterusnya.
Alhasil dengan memahami Asbabun Nuzul, kita mengetahui aspek historis
penafsiran Al-Qurân.
Mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejahteraan yang
terakumulasi dalam riwayat-riwayat asbab An-Nuzul merupakan satu hal
yang signifikan untuk memahami pesan-pesan al-Quran.
Dalam uraian yang lebih rinci , Az-Zarqani mengemukakan urgensi
Asbab an-Nuzuldalam memahami al-Quran , sebagai berikut:
1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian
dalam menangkap pesan ayat-ayat al-Quran.
2. Diantaranya dalam surat al-baqoroh ayat 115

3. ‫ق ِِللِ َو‬ ُ ‫سع للاَ إِ ان للاِ َوجْ هُ فَث َ ام ت ُ َولُّ ْوا فَأ َ ْي َن َما ا ْل َم ْغ ِر‬
ُ ‫ب َو ا ْل َمش ِْر‬ ِ ‫َوا‬
‫ع ِل ْيم‬
َ
4. Artinya:
5. “ Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke mana juga
pun kamu menghadap, disanapun ada wajah Allah; sesungguhnya
Allah adalah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”
6. bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus
sholat, dengan melihat zahir ayat diatas sesorang boleh menghadap
kearah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Ia seakan-akan
tidak menghadap kiblat ketika sholat. Akan tetapi ketika melihat
asbab an-nuzul-nya, tahapan bahwa interpretasi tersebut keliru.
Sebab, ayat diatas berkaitan dengan sesorang yang sedang berada
dalam perjalanan dan melakukan sholat diatas kendaraan, atau
berkaitan dengan orang yang berjihad dalam menentukan arah kiblat.

7. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian


umum.
8. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran,
bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah
sebab yang bersifat khusus (khusus As-sahab) dan bukan lafadz
yang bersifat umum (umum al-lafadz).

9. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat
dalil atas pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun
nuzul membatasi pengkhususan itu hanya terhadap yang selain
sebab. Dan bentuk sebab ini tidak dapat dikeluarkan (dari cakupan
lafal yang umum itu), karena masuknya bentuk sebab ke dalam lafal
umum itu bersifat qat’i (pasti). Maka ia tidak boleh dikeluarkan
melalui ijtihad, karena ijtihad itu bersifat zanni (dugaan). Pendapat
ini dijadikan pegangan oleh ulama umumnya.

10. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat tersebut


turun.
11. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat Al-Quran,
serta untuk memantapkan wahyu kedalam hati orang yang
mendengarkan. Sebab, hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum,
peristiwa, dan pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan
yang bias mengikat hati.
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Asbab al-Nuzul adalah kejadian atau peritiwa yang melatarbelakangi turunnya
ayat Al-Quran. Ayat tersebut dalam rangka menjawab, emjelaskan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut. Asbab
al-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dipakai untuk menberikan
keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberinya konteks dalam
memahami perintah-perintah-Nya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya
melingkupi peristiwa-peristiwa pada masa Al-Quran masih turun (‘ashr at-tanzil).

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. 2012. Ulum Al-Quran, Pustaka Setia Bandung
Amalia, Aifa. 2009. Asbabun Nuzul, (Online), (http://aifa-
amalia.blogspot.co.id/2014/11/makalah-asbabun-nuzul.html)

Syafruddin, Khaidir. 2013. Sumber Asbabun Nuzul, (Online),


(http://khaidirsyafruddin.blogspot.co.id/2013/02/asbabun-nuzul.html)

https://alquranmulia.wordpress.com/tag/asbabun-nuzul-al-quran/. Diakses pada 10


Oktober 2015
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul-quran/allsub/72/beberapa-faedah-
mengetahui-asbabun-nuzul.html. Diakses pada 10 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai