Anda di halaman 1dari 33

LOKAL KARYA MINI I

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN EBONI


RSP UNAND

Disusun Oleh:
Kelompok H’18

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah salah satu organisasi pelayanan yang bergerak di

bidang kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan

kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya yang

melayani masyarakat secara umum. Oleh karena itu, pihak rumah sakit

dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik sehingga diperlukan manajemen

yang baik dan efektif yang mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan (Sudarianto, 2008).

Menurut American Hospital Association (AHA) keberhasilan pelayanan

kesehatan ditentukan oleh pelayanan yang terorganisasi dan staf yang

professional. Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana

menggunakan sumber daya secara efisien, aktif, dan rasional untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup

kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam

mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

professional (Nursalam, 2014).

Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan dirumah

sakit wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan

produktif kepada masyarakat. Pelayanan keperawatan menjadi faktor penentu

keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan

pelayanan keperawatan sering menjadi tolak ukur citra sebuah rumah sakit di
mata masyarakat. Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa salah satu

indikator kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan

keperawatan yang berkualitas. Namun tidak terlepas dari itu, semua tenaga

kesehatan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat

(Depkes, 2007). Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan adalah pengelolaan dalam manajemen keperawatan diantaranya

adalah keselamatan pasien (patient safety), pelaksanaan pre conference dan

post conference diruangan, dan pelaksanaan overan sesuai standar prosedur

operasional yang ada.

Identifikasi pasien resiko jatuh merupakan salah satu poin dalam

sasaran keselamatan pasien pasien atau yang sering disebut Patient Safety.

Sasaran keselamatan pasien ini merupakan standar yang harus dimiliki oleh

rumah sakit dalam upaya peningkatan pelayanan terhadap pasien.

Keselamatan pasien merupakan hal yang paling penting dalam penillaian

akreditasi, baik akreditasi SNARS hingga JCI (The Joint Commision

International) ataupun berdasar pada WHO (World Health Organization).

Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien

rawat inap. Rumah Sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan

mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika sampai jatuh.

Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang dirawat di

RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit

yang diderita, contohnya pada pasien dengan kelemahan fisik.


Pre conference merupakan komunikasi kepala tim dan perawat

pelaksana setelah selesai overan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut

yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference

adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari

kepala tim dan penanggung jawab tim (Modul MPKP,2006). Sedangkan post

conference merupakan komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana tentang

hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya

isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk

operan(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala tim atau

penanggung jawab tim. (Modul MPKP, 2006). Salah satu metode transfer

informasi dalam overan ialah SBAR (Situation, Background, Assessment,

Recommendation) Nursalam (2008) menyakatakan timbang terima adalah

suatu cara menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Salah satu metode transfer informasi dalam overan ialah SBAR

(Situation, Background, Assessment, Recommendation).

Komunikasi teknik SBAR merupakan penggunaan kerangka

komunikasi untuk membakukan percakapan tentang perawatan pasien antara

penyedia pelayanan. Komunikasi SBAR singkatan situasi, latar belakang,

penilaian dan rekomendasi. Komunikasi teknik ini memungkinkan untuk

dokter dan perawat mendapatkan komunikasi yang jelas, efisien dan aman

(Leonard & Audrey, 2014).

Komunikasi teknik SBAR merupakan penggunaan kerangka

komunikasi untuk membakukan percakapan tentang perawatan pasien antara

penyedia pelayanan. Komunikasi SBAR singkatan situasi, latar belakang,


penilaian dan rekomendasi. Komunikasi teknik ini memungkinkan untuk

dokter dan perawat mendapatkan komunikasi yang jelas, efisien dan aman

(Leonard & Audrey, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan Eboni pada

tanggal 06 Agustus 2019 didapatkan fakta bahwa kurangnya motivasi perawat

dalam pelaksanaan pencegahan resiko jatuh pada pasien di ruangan.

Sedangkan sarana dan prasarana telah tersedia di ruangan Eboni seperti

sticker resiko jatuh ataupun tanda segitiga resiko jatuh. Selain itu hasil

observasi juga menunjukkan kurangnya motivasi perawat dalam mengisi

pengkajian resiko jatuh pasien, meskipun lembar pengkajian resiko jatuh

sudah ada. Hasil kuisioner tentang pengetahuan perawat yang dilakukan

selama 3 hari 2 shift pada tanggal 05 sampai 07 agustus 2019 mengenai

asesment resiko jatuh didapatkan sebanyak 75% perawat memiliki

pengetahuan yang baik, dan hsail observasi pelaksanaan skrining asessment

resiko jatuh didapatkan sebanyak 100% perawat yang ada di ruangan

kurang baik dalam pelaksanaan pencegahan resiko jatuh pasien.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan Eboni pada tanggal 05 sampai

07 Agustus 2019 yang dilakukan selama 3 hari 2 shift didapatkan didapatkan

bahwa karu, katim, dan perawat pelaksana belum optimal melakukan pre

conference dan post conference, sebanyak 83,3% kurang baik dalam

pelaksanaan pre conference dan 100% dalam pelaksanaan post conference.

Dan dari hasil wawancara kepada karu dan beberapa perawat, mereka

mengatakan belum optimalnya dalam melakukan pre conference dan post

conference dikarenakan sumber daya manusia mereka yang sangat sedikit.


Dari hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari 2 shif pada tanggal 5

Agustus 2019 sampai 7 Agustus 2019 didapatkan hasil bahwa pelaksanaan

pre conference dan post conference serta komunikasi SBAR yang di gunakan

belum maksimal dan belum sesuai dengan SOP. Dari hasil observasi

didapatkan bahwa perawat melakukan overan antar shift namun jarang

melakukan pre conference dan post conference serta tidak maksimal

menggunakan komunikasi SBAR. Berdasarkan hasil observasi 66,7%

perawat memiliki pengetahuan yang kurang tentang SBAR, dan sebanyak

83,33% kurang baik dalam penyampaian SBAR

Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa berencana mengadakan

pertemuan dalam bentuk lokakarya mini I dengan mengundang kepala

ruangan eboni RS Unand, perawat pelaksana, pembimbing klinik dan

pembimbing akademik..

B. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Memaparkan masalah dari sistem manajemen keperawatan

berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara

di ruang rawat inap Eboni RS Universitas Andalas Padang.

2. Tujuan Khusus

Kelompok mahasiswa bersama perawat di ruangan dapat

menunjukkan kemampuan untuk :

a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yaitu

pengkajian assesment awal resiko jatuh dengan standar prosedur

operasional yang belum optimal, belum optimalnya pelaksanaan pre


conference dan post conference dengan standar prosedur operasional

yang ada, dan belum optimalnya penerapan overan dengan komunikasi

SBAR.

b. Merumuskan prioritas masalah

c. Merencanakan alternatif penyelesaian masalah manajemen pelayanan

keperawatan meliputi pengkajian assesment awal resiko jatuh sesuai

dengan standar prosedur operasional yang belum optimal, belum

optimalnya pelaksanaan pre conference dan post conference yang

sesuai dengan standar prosedur operasional yang ada, dan belum

optimalnya penerapan overan dengan komunikasi SBAR.

C. Manfaat Kegiatan

1. Bagi rumah sakit

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

mengenai beberapa masalah manajemen pelayanan dan manajemen asuhan

ruang rawat inap Eboni RS Univesitas Andalas Padang tahun 2019.

2. Bagi perawat

Mengoptimalkan kualitas manajemen pelayanan dan pemberian

asuhan keperawatan dengan melakukan pre conference dan post

conference, overan, serta pencegahan resiko jatuh sesuai dengan standar

perasional yang telah ditetapkan di ruang rawat inap Eboni RS Univesitas

Andalas Padang tahun 2019.

3. Bagi pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan

meningkatkan keselamatan pada pasien di ruang rawat inap Eboni RS

Univesitas Andalas Padang tahun 2019.

4. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan terkait manajemen layanan di ruang rawat

dan sebagai pemenuhan tugas praktek keperawatan manajemen

keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.


BAB II

ANALISA SITUASI RUANGAN

A. Analisa Situasi Ruangan


Rumah Sakit Universitas Andalas merupakan Rumah sakit Perguruan

tinggi Negeri (RSTN) yang berada dibawah pengelolaan Universitas Andalas.

Melalui berbagai proses dan tahapan, peletakan batu pertama rumah sakit

dilakukan 29 Maret 2014 oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr.Ir.

Musliar Kasim, MS yang juga mantan Rektor Universitas Andalas dengan

kapasitas 200 tempat tidur serta difasilitasi dengan sarana dan prasana yang

cukup lengkap yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. RS Universitas Andalas berada di bawah pimpinan Dr.dr. Yevri

Zulfiqar, Sp.B, Sp.U memiliki fasilitas yang sangat lengkap, dengan program

unggulan pada penyakit keganasan dan gastrointestinal.


Pelayanan RS Unand meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat

inap, pelayanan kamar operasi, pelayanan IGD, instalasi farmasi, pelayanan

pasien rujukan, pelayanan ICU, ambulance, pelayanan penunjang (radiologi,

laboratorium dan gizi). Selain itu, RS Unand dilengkapi fasilitas radioterapi

yang sangat modern. Rumah Sakit Universitas Andalas telah terdaftar sebagai

Rumah Sakit terakreditasi Paripurna berdasarkan Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit (SNARS) pada tahun 2019.


Di bagian keperawatan di kepalai oleh Kabid keperawatan Ns. Dally

Rahman, M.Kep, Sp.KMB, Kasi Monef oleh Rima Seprima Amd.Kep , Bidang

perencanaan yaitu Ns. Yaumil Fajri, S.Kep.


Berdasarkan pengamatan situasi observasi di ruang rawat inap Eboni RS

Universitas Andalas Padang yang terdiri dari 10 ruang rawat pasien yang terdiri

dari 46 tempat tidur, 6 ruangan untuk kamar rawat inap, 2 ruangan isolasi, 1
ruangan HCU, dan 1 ruangan khusus untuk pasien Kemoterapi. Jumlah tenaga

keperawatan di ruang Eboni ada 8 orang dan di tambah 3 orang dari ruangan

lain yang didinaskan di ruangan eboni , dengan tingkat pendidikan sarjana

profesi ners keperawatan orang dan 2 orang berpendidikan D3 Keperawatan.

Ruang Rawat ini dipimpin oleh 1 orang kepala ruangan yang berlatar

pendidikan sarjana profesi ners keperawatan. Ruang rawat juga memiliki 4

orang katim eboni yang bertugas sebagai katim setiap harinya secara

bergantian kemudian terdapat pertanggung jawaban perawat pelaksana dibagi

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Tugas dibagi dan di manajemen

oleh kepala ruangan dalam pembagiannya. Kepala ruangan hanya

memanajemen staf medis keperawatan. Staf non medis dimanejemenkan

kepala masing-masing.
B. Windshield Survey
Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Rawat Inap Eboni pada

tanggal 05 sampai 07 Agustus 2019, kelompok menemukan ada beberapa

masalah di Ruang Rawat Inap Eboni, yaitu :

1. Keselamatan Pasien: Resiko Jatuh yang Belum Optimal

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/

Per/ VIII/ 2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi

asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi

untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya


cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah

Sakit. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera

pasien rawat inap. Rumah Sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh

dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika sampai

jatuh, contohnya pada pasien dengan kelemahan fisik.

Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 5 – 7 Agustus 2019

di RS Unand masih ada beberapa poin standar keselamatan pasien yang

belum terlaksanakan, salah satunya resiko jatuh. Dari hasil observasi

ditemukan 4 pasien dengan resiko jatuh sedang dan tinggi di ruang eboni

belum terpasang label penanda resiko jatuh digelang dan tempat tidur

pasien serta kurangnya pengontrolan pemasangan side rail tempat tidur.

Tampak masih kurangnya kebiasaan perawat untuk memastikan pasien

selalu menaikan side rail saat berada diatas tempat tidur agar tidak terjadi

resiko jatuh pada pasien, serta tidak adanya edukasi tentang pencegahan

resiko jatuh kepada pasien serta keluarga. Berdasarkan hasil wawancara

dengan kepala ruangan didapatkan fakta bahwa masih kurangnya

kesadaran perawat dalam pelaksanaan pencegahan resiko jatuh pada

pasien di ruangan. Padahal sarana dan prasarana telah ada di ruangan

Eboni seperti sticker resiko jatuh ataupun tanda segitiga resiko jatuh.

Selain itu hasil observasi juga menunjukkan kurangnya kesadaran perawat

dalam mengisi pengkajian reskio jatuh pasien. Meskipun lembar

pengkajian resiko jatuh sudah ada, namun hasil observasi menunjukkan


ada 6 dari 10 rekam medis pasien menunjukkan tidak diisi nya lembar

pengkajian resiko jatuh.

Berdasarkan hasil wawancara pada kepala ruangan dan perawat

pelaksana, didapatkan bahwa perawat belum memberikan informasi yang

jelas kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pencegahan resiko

jatuh serta langkah pencegahan resiko jatuh. Perawat menyampaikan

edukasi pencegahan resiko jatuh belum sesuai dengan lembar edukasi di

rekam medis. Setelah dicocokkan dengan SOP yang ada, ditemukan

perawat tidak melakukan reassessment resiko jatuh yang mestinya

dilakukan minimal tiap shift jaga, saat transfer ke unit lain, atau saat

adanya perubahan kondisi pasien.

2. Belum Optimalnya Pelaksanaan Pre Conference dan Post Conference

Pre conference merupakan komunikasi kepala tim dan perawat

pelaksana setelah selesai overan untuk rencana kegiatan pada shift

tersebut yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi

preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan

rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim (Modul MPKP,2006).

Sedangkan post conference merupakan komunikasi kepala tim dan

perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum

operan kepada shift berikutnya isinya adalah hasil asuhan keperawatan

tiap perawatan dan hal penting untuk operan(tindak lanjut). Post

conference dipimpin oleh kepala tim atau penanggung jawab tim. (Modul

MPKP, 2006).
Dari hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 5-7 Agustus 2019

didapatkan bahwa karu, katim, dan perawat pelaksana belum maksimal

dalam melakukan pre conference dan post conference. Dari hasil

observasi didapatkan bahwa belum maksimal dalam melaksanakan pre

conference dan post conference dikarenakan mereka baru mencoba dan

belum terbiasa dalam melakukannya serta persepsi yang berbeda antar

sesama perawat. Karu juga mengatakan bahwa kurang optimalnya pre-

conference dan post-conference dikarenakan kurangnya sumber daya

manusia (SDM) yang ada.

3. Pelaksanaan Overan/ Timbang Terima dengan Komunikasi SBAR

yang Belum Optimal

Overan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Overan

adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang

berkaitan dengan keadaan klien. Overan adalah transfer tentang informasi

(termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan

perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang

pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Nursalam (2008)

menyatakan timbang terima adalah suatu cara menyampaikan sesuatu

(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Di dalam pelaksanaan

overan diperlukan komunikasi yang efektif. Keselamatan pasien memiliki

enam sasaran yang salah satunya adalah meningkatkan komunikasi

efektif. Salah satu komunikasi efektif yang dapat digunakan pada saat

handover/overan adalah komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR adalah

komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur


informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan

efisien. Komunikasi dengan menggunakan SBAR (Situation,

Background, Assesment, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan

berfikir kritis, dan menghemat waktu (NHS, 2012). Komunikasi dengan

SBAR mengurangi insiden komunikasi yang tidak terjawab dan telah

terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau ketidakjelasan sikap

diam mereka. Komunikasi dengan tool SBAR dapat membantu untuk

mencegah kerusakan dalam komunikasi verbal dan tertulis, dengan cara

menciptakan model mental bersama di semua handover pasien dan situasi

yang membutuhkan eskalasi atau pertukaran informasi secara kritis Tool

SBAR digunakan selama serah terima dan dapat mengurangi waktu yang

dihabiskan untuk kegiatan ini sehingga mengurangi waktu untuk

perawatan klinis.

Dari hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 5-7 Agustus 2019

didapatkan hasil bahwa pelaksanaan overan belum sesuai dengan standar

operasional rumah sakit dengan menggunakan komunikasi SBAR yang

efektif. Perawat shift sebelumnya masih jarang dalam memperkenalkan

nama perawat shift berikutnya kepada pasien. Perawat hanya menjelaskan

tentang adanya pergantian shift pada pasien ataupun keluarga pasien.

Perawat juga belum optimal dalam menerapkan komunikasi SBAR saat

pelaksanaa overan, perawat hanya menjelaskan rencana tindak lanjut yang

akan dilakukan di shift selanjutnya..

C. Daftar Masalah

1. Tidak Optimalnya Pelaksanaan Pre Conference dan Post Conference


2. Pelaksanaan Overan/ Timbang Terima engan komunikas SBAR yang

Belum Optimal

3. Keselamatan Pasien: Resiko Jatuh yang Belum Optimal

D. Hasil Validasi Data


1. Data Demografi Perawat
Diagram 1
Distribusi Frekuensi Umur Perawat Di Ruangan Eboni Rumah

Sakit Universitas Andalas Padang Tahun 2019

Diagram 1 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni


Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, 8 dari 12
orang perawat (66,67%) berusia antara 21 sampai 30 Tahun.

Diagram 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Perawat Di Ruangan

Eboni Rumah Sakit Universitas Andalas Padang Tahun 2019


Diagram 2 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni
Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, 9 dari 12
orang perawat (75%) adalah tamatan Ners.

2. Pengetahuan Tentang Resiko Jatuh


Diagram 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Tentang Resiko Jatuh Di

Ruangan Eboni Rumah Sakit Universitas Andalas Padang Tahun 2019


Diagram 1 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni
Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, 9 dari 12
orang perawat (75%) memiliki pengetahuan yang baik tentang resiko
jatuh.

3. Pengetahuan Tentang SBAR


Diagram 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Tentang SBAR Di

Ruangan Eboni Rumah Sakit Universitas Andalas Padang Tahun 2019


Diagram 1 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni
Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, 8 dari 12
orang perawat (66,7%) memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang
SBAR.

4. Observasi Pencegahan Resiko Jatuh


Diagram 1
Distribusi Frekuensi Hasil Pencegahan Resiko Jatuh Di Ruangan

Eboni Rumah Sakit Universitas Andalas Padang Tahun 2019

Diagram 2 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni


Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, dari 2
shift selama 3 hari yang kami observasi, didapatkan hasil sebanyak
100% kurang baik dalam pelaksanaan pencegahan resiko jatuh.

5. Observasi Pelaksanaan Pre-Conference


Diagram 1
Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pelaksanaan Pre-Conference Di

Ruangan Eboni Rumah Sakit Universitas Andalas Padang Tahun 2019

Diagram 2 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni


Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, dari 2
shift selama 3 hari yang kami observasi, didapatkan hasil sebanyak
83,33% kurang baik dalam pelaksanaan pre-conference.

6. Observasi Pelaksanaan Post-Conference

Diagram 1
Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pelaksanaan Post-Conference Di

Ruangan Eboni Rumah Sakit Universitas Andalas Padang Tahun 2019


Diagram 2 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni
Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, dari 2
shift selama 3 hari yang kami observasi, didapatkan hasil sebanyak
100% kurang baik dalam pelaksanaan post-conference.

7. Observasi Overan dengan SBAR

Diagram 1
Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pelaksanaan Komunikasi SBAR

Di Ruangan Eboni Rumah Sakit Universitas Andalas Padang Tahun

2019
Diagram 2 dapat diketahui, dari 12 orang perawat diruangan Eboni

Rumah Sakit Universitas Andalas Padang sebagai responden, dari 2


shift selama 3 hari yang kami observasi, didapatkan hasil sebanyak
83,33% kurang baik dalam penyampaian SBAR.

E. Rumusan Masalah

No Data Masalah
1 Keselamatan pasien resiko jatuh Belum optimlnya
Hasil kuisioner perawat menyatakan : pelaksanaan
Lebih dari separuh (75%) perawat memiliki
pencegahan resiko
pengetahuan yang baik tentang resiko jatuh.
jatuh
Hasil observasi pencegahan resiko jatuh :
Sebanyak 100% perawat yang ada diruangan
kurang baik dalam pelaksanaan pencegahan
resiko jatuh.

2 Pelaksanaan pre dan post conference Belum optimalnya


Hasil observasi pelaksanaan pre dan post
pelaksanaan pre dan
conference : Sebanyak 83,33% kurang baik
dalam pelaksanaan pre-conference dan post conference
100% kurang baik dalam pelaksanaan post-
conference

3 Overan : komunikasi SBAR Belum optimlnya


Hasil kuisioner perawat menyatakan :
Lebih dari separuh (66,7%) perawat komunikasi SBAR

memiliki pengetahuan yang kurang tentang

SBAR.

Hasil observasi pelaksanaan komunikasi


SBAR : Sebanyak 83,33% kurang baik
dalam penyampaian SBAR.
F. Prioritas Masalah (SWOT)

N Masalah S W O T
o Keperawatan KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN

1 Keselamatan  Adanya SOP  Kurangnya  Assessment resiko  Tuntutan masyarakat yang


standar ketersediaan tenaga jatuh merupakan salah lebih tinggi untuk
Pasien: Resiko
keselamatan keperawatan, sehingga satu elemen penilaian mendapatkan pelayanan
Jatuh Yang Belum
pasien: resiko jatuh kurang maksimal di standar akreditasi yang optimal
Optimal  Adanya skala  Meningkatnya risiko
menyediakan waktu SNARS.
melaksanakan  Adanya
pengkajian resiko sarana pasien rawat berulang atau
untuk
jatuh berdasarkan meningkatkan mutu risiko pasien bertambah
pengontrolan intervensi
kelompok usia pelayanan rumah sakit. penyakit karena
resiko jatuh setiap saat.
 Rumah sakit telah  Kurangnya perhatian  Menurunkan angka kurangnya pengetahuan
menyediakan stiker resiko kecelakaan
perawat dalam pasien dalam
gelang resiko pada pasien
melaksanakan memanajemen
 Adanya mahasiswa
jatuh, segitiga fall pengontrolan resiko penyakitnya di rumah
praktek profesi ners
risk untuk bed  Bukti pelayanan pada
jatuh
yang membantu dalam
pasien.  Belum tersedianya pasien yang belum optimal
pemberian asuhan  Berkurangnya point
media untuk
keperawatan penilaian mutu pelayanan
melakukan edukasi
rumah sakit.
resiko jatuh.
 perawat tidak
memberikan informasi
yang jelas kepada
pasien dan keluarga
tentang pentingnya
pencegahan resiko
jatuh serta langkah
pencegahan resiko
jatuh.

2 Belum optimal nya  Sebagian besar  Kurangnya  Pre conference dan  Masyarakat yang semakin
tenaga ketersediaan tenaga post conference menginginkan pelayanan
pelaksanaan pre
keperawatan di keperawatan, merupakan salah satu yang optimal.
conference dan post  Berkurangnya nilai Mutu
ruangan memiliki sehingga sulit untuk elemen penilaian di
conference pelayanan Rumah Sakit di
pengetahuan melaksanakan pre standar akreditasi
sudut pandang asesor
tentang pre dan conference dan post SNARS.
 Pre conference dan dalam akreditasi.
post conference conference
 Tenaga  Kurangnya kesadaran post conference
keperawatan perawat akan merupakan
diruangan lebih pentingnya pre komunikasi kepala
dari sebagian conference dan post tim dan perawat
merupakan ners conference pelaksana dalam
 Tidak terlaksananya
profesional melaksanakan asuhan
asuhan keperawatan keperawatan yang
yang optimal karena optimal kepada pasien
tidak adanya pre
conference dan post sehingga dapat
conference meningkatan mutu
pelayanan Rumah
Sakit
 Meningkatkan kinerja
perawat dalam hal
kognitif, afektif, dan
psikomotor.
 Meningkatkan
keberhasilan asuhan
keperawatan kepada
pasien.

3 Pelaksanaan  Ruangan memiliki  Kurang disiplinnya  Salah satu elemen  Terjadinya kekeliruan
SOP timbang perawat dalam penilaian akreditasi atau kesalahan dalam
Timbang
terima sebagaian melaksanakan overan SNARS pemberian tindakan
Terima/Overan  Timbang terima /
acuan untuk overan sesuai sandar keperawatan
dengan Overan merupakan  Perawat tidak mengetahui
yang benar operasional
 Penggunaan  Membutuhkan waktu penyampaian perkembangan pasien dan
Komunikasi SBAR
komunikasi SBAR yang lebih lama untuk informasi antar rencana tindak lanjut
yang Belum saat melakukan melakukan timbang perawat tentang yang akan diberikan

Optimal overan telah terima yang optimal asuhan keperawatan kepada pasien
diefektifkan sehingga beresiko yang telah
pada keterlambatan dilaksanakan belum
pemberian pelayanan dilaksanakan dan
yang/ akan
dilaksanakan

G. Alternatif Pemecahan Masalah (Fish Bone)

1. Keselamatan Pasien: Resiko Jatuh Yang Belum Optimal

MAN (PERAWAT) MATERIAL

Tidak adanya segitiga


Kurangnya motivasi resiko jatuh yang
Kurangnya sosialisasi
perawat dalam terpasang di bed pasien
SOP pelaksanaan
yang beresiko tinggi
melaksanakan skrining atau assesment
jatuh
Resiko jatuh
pengontrolan resiko
Tidak adanya stiker Keselamatan
jatuh
resiko jatuh di gelang Pasien: Resiko
identitas pasien yang Jatuh yang Belum
beresiko tinggi jatuh
Optimal

METHOD
C.

D. Sudah adanya SOP


resiko jatuh yang
telah ditetapkan,
Tidak adanya assesment atu
namun penerapannya
skrining resiko jatuh pada status
belum maksimal
dann catatan perkembangan
pasien

Kurangnya Kurangnya sosialisasi


supervisi/pemantauan dan motivasi perawat
MANAJEMEN terhadap pelaksanaan
assesment resiko jatuh
2. Belum optimalnya pre conference dan post conference
Kurangnya
MAN (PERAWAT) Kurangnya kesadaran MATERIAL penerapan SOP
perawat akan sebagai sarana acuan
pentingnya pre perawat
conference dan post
conference

Belum optimalnya
pelaksanaan pre
conference dan post
conference

METHOD
Kurang pengarahan
Kurangnya
terkait pelaksanaan
penerapan SOP
pre conference dan
sebagai sarana acuan
post conference
perawat

Manajemen

3. Pelaksanaan overan/ timbang terima dengan komunikasi SBAR yang belum optimal

MAN (PERAWAT) MATERIAL

Kurangnya kedisiplinan
perawat dalam
melaksanakan overan
sesuai dengan standar
Kurangnya penerapan
operasional
SOP sebagai sarana
acuan bagi perawat

Pelaksanaan overan/
timbang terima
dengan komunikasi
SBAR belum optimal

METHOD
Belum optimalnya Sudah adanya SOP
fungsi controlling overan yang telah
WAQ
dalam pelaksaanaan ditetapkan, namun
overan yang sesuai penerapannya kurang
dengan SOP maksimal
tidakkukannya review

MANAJEMEN

H. Planning Of Action (POA)

N Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/ Tempat Penanggung


o Kegiatan Tanggal Jawab

1. Belum Sosialisasi Menyamakan persepsi perawat tentang Perawat 14 Ruang Eboni Pembimbing klinik
pen optimalnya perencanaan dan pelaksanaan intervensi resiko Agustus RSP dan Pembimbing
g pengkajian jatuh pada pasien sesuai sop dan assesment 2019 UNAND akademik
assesment dari RSP UNAND Padang Padang
awal resiko
jatuh dengan Roleplay Melatih pelaksanaan pencegahan resiko jatuh Perawat 14 Ruang Eboni Mahasiswa FKEP
standar dengan selama 2-3 kali uji coba Agustus RSP UNAND
prosedur pendampi 2019 UNAND
operasional ngan Padang
Melatih pelaksanaan pencegahan resiko jatuh
selama 2-3 kali uji coba
Roleplay
mandiri

Evaluasi Adanya peningkatan penggunaan penanda Perawat 15-18 Ruang Eboni Mahasiswa FKEP
resiko jatuh, pemasangan hand rail Agustus RSP UNAND
2019 UNAND
Padang
2. Belum Sosialisasi Menyamakan persepsi perawat tentang Perawat 14 Ruang Eboni Pembimbing klinik
optimalnya perencanaan dan pelaksanaan sop pre Agustus RSP dan Pembimbing
pelaksanaan conference dan post conference dari RSP 2019 UNAND akademik
pre conference UNAND Padang Padang
dan post
conference

Roleplay Melatih pelaksanaan pre conference dan post 14 Ruang Eboni Pembimbing klinik
dengan conference selama 2-3 kali uji coba Agustus RSP dan Pembimbing
pendampi 2019 UNAND akademik
ngan Padang
Melatih pelaksanaan pre conference dan post
conference selama 2-3 kali uji coba
Roleplay
mandiri

Evaluasi Melihat kepatuhan perawat diruangan eboni Perawat 15-18 Ruang Eboni Mahasiswa FKEP
dalam melakukan pre dan post conference Agustus RSP UNAND
sesuai SOP yang telah dibuat 2019 UNAND
Padang
4. Pelaksanaan Sosialisasi Menyamakan presepsi perawat dan mahasiswa Perawat 14 Ruang Eboni Pembimbing klinik
overan / tentang overan/ timbang terima dengan danMahasi Agustus RSP dan Pembimbing
timbang terima komunikasi SBAR diruangan eboni sesuai swa 2019 UNAND akademik
dengan dengan SP2KP Padang
komunikasi
SBAR belum Roleplay Menerapkan dan melatih pelaksanaan overan Perawat 14 Ruang Eboni Mahasiswa FKEP
optimal dengan sesuai dengan SP2KP yang sudah tersedia Agustus RSP UNAND
pendampi selama 2-3 kali uji coba 2019 UNAND
ngan Padang

Roleplay Menerapkan dan melatih pelaksanaan overan


mandiri sesuai dengan SP2KP yang sudah tersedia
selama 2-3 kali uji coba
Evaluasi Melihat kemampuan dan motivasi perawat Perawat 15-18 Ruang Eboni Mahasiswa FKEP
dalam melakukan overan sesuai SOP yang Agustus RSP UNAND
sudah tersedia 2019 UNAND
Padang
Daftar pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar


asuhan keperawatan di rumah sakit. Jakarta : bhakti Husada

Depkes R.I., 2018. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta

Depkes RI. (2008). Panduan Nasional keselamatan Pasien Rumah Sakit. (edisi 2). Jakarta.
Bhakti Husada Depkes RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. (Edisi 2). Jakarta. Bhakti Husada

Kemenkes RI. 2011. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. (Edisi 2). Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional


edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan Praktik.
Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai