Anda di halaman 1dari 8

BERKAS PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : dr. Anisa Winda Nirwana


No. ID dan Nama Wahana : RSUD H. Abdul Manan Simatupang
Topik : Acute Renal Failure (ARF)

Tanggal (kasus): 06 Februari 2019


Nama Pasien : Tn. AL No. RM : 18 34 81
Tanggal Presentasi:- Nama Pendamping : dr. Ratna M Yap
Tempat Presentasi: -
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran TinjauanPustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja √Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Seorang pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 1 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah. Riw. Keluar batu (-), BAK berdarah (-). Ketika
dipasang kateter di IGD urin pasien tidak ada keluar. Demam (+).

RPO : (-)
RPT : (-)
Tujuan :
 Melakukan anamnesa Acute Renal Failure (ARF)
 Melakukan pemeriksaan Acute Renal Failure (ARF)
 Menegakkan diagnosa Acute Renal Failure (ARF)
 Melakukan Tatalaksana Awal Acute Renal Failure (ARF)
Bahan Bahasan : √ Tinjauan Pustaka Riset √Kasus Audit
Cara membahas : √ Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data pasien Nama : Tn. AL No. register : 183481


Nama RS : RSUD H.Abdul Manan Simatupang Telp : Terdaftar sejak : 06
Februari 2019
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/ gambaran klinis :
 Tidak bisa BAK
 Nyeri perut bagian bawah
 Demam

1
2. Riwayat pengobatan :
 (-)
3. Riwayat penyakit :
 (-)
4. Riwayat keluarga :
 Tidak ada keluhan yang sama di keluarga
5. Riwayat pekerjaan :
 Wiraswasta
6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : pasien bekerja sebagai pedagang
7. Riwayat Kebiasaan : (-)
8.Lain-lain : -
Pemeriksaan Fisik :
KU : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD: 110/70. HR 78 x/menit. RR 20 x/i. S: 38 oC.
Mata/Kepala/Leher:

- Tidak terlihat ikterik pada kedua sklera kanan dan kiri


- Tidak ada tada-tanda anemia pada konjungtiva
- Pupil isokor simetris
- TVJ Normal
Thoraks:

- Jantung :
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba di linea midclavicularis sinistra
o Perkusi : Batas jantung kanan ICS V linea parasternal kanan, batas kiri
jantung ICS V linea midaclavicula sinistra.
o Auskultasi : Suara jantung I dan II irregular, tidak ditemukan gallop dan
murmur
- Paru :
o Inspeksi : Simetris
o Palpasi : Vokal fremitus dada kiri dan kanan sama
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen:

- Inspeksi : Simetris

2
- Auskultasi : Peristaltik (+)
- Palpasi :
o Soepel (+)
o Hepar dan lien tidak teraba
o Nyeri tekan perut bagian bawah
o Tapping Pain (+)
- Perkusi : Timpani
Ekstremitas:

- Tidak ada edema


- Akral hangat
- CRT < 2detik

Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
Darah rutin :
o Hb : 14.9 gr/dl
o Ht : 44.2 %
o Leukosit : 9.100/ mm3
o Trombosit : 247.000 /mm3

Kimia klinik :
o KGD Adr : 98 mg/dL
o Ureum : 71*
o Creatinin : 2,62*

Daftar Pustaka :
1. Hadi, Sjahfiri. 1996. Penatalaksanaan Gagal ginjal Akut. Malang : Sub Bagian Ginjal
Hipertensi Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam, FK UNIBRAW – RS Dr. Saiful Anwar
Malang
2. Sinto, Robert. Ginova Nainggolan. 2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan
Tata Laksana. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 6(2). Hal 81 – 88.

Hasil Pembelajaran :
 Melakukan anamnesa Acute Renal Failure (ARF)
 Melakukan pemeriksaan Acute Renal Failure (ARF)
 Menegakkan diagnosa Acute Renal Failure (ARF)
 Melakukan Tatalaksana Awal Acute Renal Failure (ARF)

3
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subjektif
Seorang Pasien dating ke IGD dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 1 hari SMRS.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah. Riw. Keluar batu (-), BAK berdarah (-).
Ketika dipasang kateter di IGD urin pasien tidak ada keluar. Demam (+).

RPO : (-)
RPT : (-)

2. Objektif

Dari hasil anamensis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung
diagnosis Acute Renal Failure (ARF). Pada kasus ini ditegakan berdasarkan:

- Gejala klinis : Tidak bisa BAK


- Pemeriksaan fisik : sudah dilakukan pemasangan kateter di IGD urin (-)
- Pemeriksaan laboratorium : Ureum dan Kreatinin meningkat dua kali lipat.

3. Assesment

Acute Renal Failure adalah sindrom klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang
terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) yang menyebabkan
retensi sisa metabolism nitrogen (urea-kreatinin) dan non-nitrogen, dengan atau tanpa disertai
oluguria.

Etiologi

A. GGA pra renal


1. Hipovolemia, seperti kehilangan darah/plasma, kehilangan cairan melalui
gastrointestinal
2. Redistribusi cairan tubuh, seperti pancreatitis, peritonitis, edama, asites
3. Vasodilatasi sistemik, seperti Sepsis, Sirosis hati, Reaksi anafilaksis
4. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung, seperti infark jantung, Gagal
jantung kongestif, Temponade jantung, Emboli paru
B. GGA renal
1. Kelainan glomerulus, seperti Glomerulonefritis akut

4
2. Kelainan tubulus, seperti Nekrosis Tubular Akut (NTA) akibat iskemia

C. GGA pasca renal


1. Obstruksi intra renal
2. Obstruksi ekstra renal

Penegakan Diagnosis

Diagnosis GGA berdasarkan pemeriksaan laboratorium ditegakkan bila terjadi


peningkatan secara mendadak kreatinin serum 0,5 mg% pada pasien dengan kadar kreatinin
awal <2,5 mg% atau peningkatan > 20% bila kreatinin awal > 2,5 mg%. dengan demikian
gagal ginjal akut pada gagal ginjal kronis (acute on chronic renal disease) termasuk dalam
definisi ini. The Acute Dialysis Quality Intiations Group membuat RIFLE sistem yang
mengklasifikasikan GGA dalam tiga katagori menurut beratnya (Risk Injury Failure) serta
dua katagori akibat klinik (Loss dan End Stage renal disease)

Klasifikasi GGA menurutThe Acute Dialysis Quality Intiations Group


Kriteria Laju Filtrasi Glomerulus Kriteria Jumlah Urine

Risk Peningkatan serum kreatinin 1,5 kali < 0,5 ml/kg/jam selama
Trauma Peningkatan serum kreatinin 2 kali 6jam
Gagal Peningkatan serum kreatinin 3 kali atau < 0,5 ml/kg/jam selama
kreatinin 355 μmol/l 12 jam
Loss Gagal ginjal akut persisten, kerusakan total < 0,5 ml/kg/jam selama
fungsi ginjal selama lebih dari 4 minggu 24 jam atau anuria
ESRD Gagal ginjal terminal lebih dari 3 bulan selama 12 jam

Dalam menegakkan diagnosis gagal ginjal akut perlu diperiksa :


1. Anamnesis yang baik serta pemeriksaan fisik yang teliti ditujukan untuk mencari
penyebab GGA seperti misalnya operasi kardivaskuler, angiografi, riwayat infeksi
(Infeksi kulit, infeksi tenggorokan, infeksi saluran kemih), riwayat adanya bengkak,
riwayat kencing batu.
2. Membedakan gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis GGK misalnya anemia dan
ukuran ginjal yang kecil menunjukkan gagal ginjal kronis.

5
3. Untuk mendiagnosis GGA diperlukan pemeriksaan berulang fungsi ginjal yaitu kadar
ureum, kreatinin dan filtrasi glomerulus. Pada pasien yang dirawat selalu diperiksa
asupan dan keluaran cairan, berat badan dan untuk memperkirakan adanya
kekurangan atau kelebihan cairan tubuh. Pada gagal ginjal akut yang berat dengan
berkurangnya fungsi ginjal ekskresi air dan garam berkurang sehingga dapat
menimbulkan asidosis metabolic dengan kompensasi pernafasan Kussmaul.
Umumnya pasien GGA lebih didominasi oleh faktor-faktor presipitasi atau penyakit
utamanya.
4. Kadar kreatinin serum. Pada gagal ginjal akut faal ginjal dinilai dengan memeriksa
berulang kali kadar serum creatinin.
5. volume urin. Anuria akut atau oliguria berat merupakan indikator yang spesifik untuk
gagal ginjal akut, yang dapat terjadi sebelum perubahan nilai-nilai biokimia darah.

4. Plan

Pengobatan di IGD
- IVFD RL /8 jam
- Inj. Ketorolac 3x1
- Inj. Ranitidin 2x1
- Paracetamol tab 3x500 mg
- Drip resfar 1fls dalam D5% 400cc habis dalam 8 jam
- Inj. Metoclopramide 2x10 mg
- Lactulosa syr 3xCI

Diagnosis: Acute Renal Failure (ARF)

A. Medikamentosa
1. Tatalaksana etiologi
Penyebab GGA pada pasien tersebut adalah diare dan mengalami dehidrasi berat,
sehingga harus segera dilakukan rehidrasi.
Resusitasi awal
- Lakukan penilaian ABC
- Berikan oksigen 100%
- Pasang akses vaskuler

6
- Berikan cairan pengganti, cairan kristaloid NaCl 0,9% sebanyak kurang lebih 2 liter
cairan dengan makro drip tetesan cepat (guyur) Infus 100ml/kg dalam 3-6jam dalam 2
tahap :
Tahap 1 : 30 ml/kg selama 30 menit
Tahap 2 : 70 ml/kg selama 2,5 jam
Pemantauan awal

- Respon cairan pengganti, amati tanda-tanda dehidras membaik atau tidak. Jika belum
membaik, dilakukan rehidrasi ulang.
- Produksi urin :menggunakan kateter
- Memulai pemeriksaan penunjang (px. Darah)

2. Koreksi hiperkalemia dan koreksi asidosis metabolik


- Hiperkalemia dapat diberikan pilihan terapi (Hadi, 1996) :
Jenis/Dosis Mekanisme Onset Lama Kerja

Resin Exchange Ekskresi 1-2 jam 4-6 jam


25-50 gr oral
Furosemid 40 mg I.VEkskresi> 1 beberapa jam
atau lebih lewat urin jam
Kalsium glukonate Antagonis beberapa jam < 1 jam
100%
10cc/I.V dalam menit
Na HCO3 50-100 Redistribusi <1 jam Beberapa jam
mEq/I.V dalam 5
menit
Glukosa 40% 50 cc + Redistribusi <1 jam Beberapa jam
10 unit insulin
Dialisis Eliminasi Beberapa Beberapa jam
jam

- Asidosis Metabolik dapat diberikan Natrium Bikarbonat (Jumlah bikarbonat = 0,5 x


BB (kg) x 15 – serum HCO3). Pemberian secara lambat, maksimum 50% dari

7
kebutuhan diberikan dalam 12 jam. Usahakan kadar serum bikarbonat plasma >15
mmol/L dan pH arteri>7,2. (Hadi, 1996 ;Sinto, 2010)

3. Terapi Dialisis
Indikasi dilakukan dialisa pada GGA adalah sebagai berikut (Hadi, 1996 ; Davey,
2003) :
- Klinis adalah overload cairan, pendarahan hebat, sindrom ureumia, asidosis
metabolik, koma yang tidak dapat diobati secara konservatif.
- Laboratoris, bila HCO3< 12 mEq/l, K > 6,0 mEq/l, Natrium< 120 mEq/l, dan BUN
> 100 mg/dl, Kreatinin> 500 µmol/L

B. Non medikamentosa
- Pembatasan asupan protein dan kalium dari makan
- Asupan tinggi karbohidrat mencegah metabolisme protein
- Bed rest dengan posisi badan setengah tidur
- Edukasi
Edukasi bertujuan agar keluarga memahami penyakit yang diderita pasien dan
membatasi asupan protein untuk sementara waktu.

- Konsultasi

Konsultasidenganspesialispenyakit dalamuntukpenangananselanjutnya.

Kisaran, 20 September 2019

Mengetahui

Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. Ratna M. Yap dr. Lobiana Nadeak

Anda mungkin juga menyukai