Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

NAMA: ROSANA APRILIA

NPM : 1814901210181

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN PROFESI NERS B
BANJARMASIN, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

1. Konsep Anatomi Fisiologi Sistem


1.1 Fisiologi
1.1.1 Fisiologi air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris
Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan
mengeluarkan empedu).
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :
a. Melindungi janin terhadap trauma luar
b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
c. Melindungi suhu tubuh janin
d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus,
sehingga serviks membuka.
e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan
steril, dan akan mempengaruhi keadaan di dalam vagina,
sehingga bayi tidak mengalami infeksi.
f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara
ditlan/diminum yang kemudian dikeluarkan melalui kencing.
1.1.2 Fisiologi selaput ketuban
Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi
sitotrofobulus sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan ovum
normal atau pada dasarnya berkembang menjadi sebuah kantong
kecil yang menutupi permukaan dorsal embrio. Ketika amnion
membesar, perlahan-lahan kantong ini meliputi embrio yang
sedang berkembang, yang akan prolaps kedalam rongganya.

2. Konsep Ketuban Pecah Dini


2.1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput
amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau
tanpa kontraksi.(Mitayani,2011)
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum
proses persalinan dimulai. pada usia kurang dari 37 minggu.(Norwitz,
2011)
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas adalahKetuban pecah dini adalah
pecah/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan,dan
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu,dengan kontraksi atau tanpa
kontraksi.

2.2 Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,
merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko KPD :
2.2.1 Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dindiing ketuban
paling bawah endapatkan tekanan yang semakin tinggi.
2.2.2 Hidromnion (cairan ketuban berlebih >2000 cc)
2.2.3 Riwayat KPD sebelumya sebanyak 2 kali atau lebih
2.2.4 Kelainan letak janin yaitu sungsang
2.2.5 Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.
2.2.6 Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses
embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.
2.2.7 Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan terjadinya
hidramnion bertambah 10 x lebih besar
2.2.8 Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
2.2.9 Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketubandalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit
ketuban dapat pecah,misalnya aminonitis atau kasioaminionitis,
infeksi genetalia

2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina,aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak,mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan
cirri pucat dan bergaris warna darah,cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.tetapi bila anda duduk
atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
“mengganjal “atau menyambut kebocoran untuk sementara.
Demam ,bercak vagina yang banyak ,nyeri perut ,denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.(Sujiyatini,2011)
2.4 Patway (diagram)

Kala 1 Persalinan

gg. pd kala 1 persalinan

Kanalis servikalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gemeli,


sllu terbuka akibat janin (sungsang) genetalia inkompeten hidramion
kelainan serviks
uteri (abortus dan
riwayat kuterase Tdk ada bag. Proses Dilatasi Ketegang
terendah yg biomekanik berlebih an uterus
menutupi bakteri serviks berlebih
Mdhnya pengluarn PAP yg mngluarkn
air ketuban menghalangi enzim
proteolitik Selaput Serviks
tekanan trhdp
ketuban tdk bisa
membrane
menonjol menahan
bag.bawah
Selaput & mudah tekanan
ketuban pecah intrauterus
mudah
pecah

KETUBAN PECAH DINI

Air ketuban terlalu Klien tdk Tdk adanya


banyak keluar mengetahui pxbb pelindung dunia
dan akibat KPD luar dg daerah
rahim
Distoksia (partus kering)
Defisit
pengetahuan Resiko infeksi
Laserasi pd jalan lahir

Kecemasan ibu trhdp


keselamatan janin &
dirinya
Resiko gangguan ibu dan janin

Ansietas

(Sujiyatini, 2011)
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD dapat terjadi pada ibu dan
janinnya.
2.5.1 Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu
terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan.
2.5.2 Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi
intrapartum apabila terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi
puerperalis dan peritonitis dan siptikemi.

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif, antara lain
:
a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg,
tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah
terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37
minggu.
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari.
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan
periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri
atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi
sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
dan lakukan induksi.
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin)

2.6.2 Pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain:


a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan di akhiri:
1) Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian
induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio
sesaria.
2) Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.

3. Rencana asuhan klien dengan Ketuban Pecah Dini


3.1 Biodata klien
3.2 Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan
sedikit/banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering
3.3 Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus
3.4 Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua?
3.5 Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium: USG, darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
3.6 Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang
3.7 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetik seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita
oleh keluarga
3.8 Kebiasaan sehari –hari
a. Pola nutrisi: pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur: klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi: Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan: Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.

3.9 pemeriksaan fisik


Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu
Head To Toe
a. Rambut: warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet
b. Mata: sklera nya apakah ihterik/tidak, konjungtiva anemis/tidak, apakah
palpebra oedema/tidak, bagaimana fungsi penglihatannya baik/tidak,
apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya
ibu hamil konjungtiva anemis.
c. Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen/tidak, apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran/tidak,
bagaimana fungsi pendengaran klien baik/tidak
d. Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah
terdapat serumen/tidak, apakah fungsi penciuman klien baik/tidak
e. Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab
atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi/tidak, keadaan lidah klien
bersih/tidak, apakah keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil
pada umumnya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil
mengalami penurunan kalsium
f. Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
g. Paru–paru
Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan
kanan, apakah ada terdapat luka memar/lecet, frekuensi pernafasan nya
Palpasi : apakah ada teraba massa/tidak, apakah ada teraba
pembengkakan/tidak, getaran dinding dada apakah simetris/tidak antara
kiri dan kanan
Perkusi : bunyi Paru
Auskultasi : suara nafas
h. Jantung
Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi/lecet, ictus cordis apakah
terlihat/tidak
Palpasi : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS%
Midclavikula
Perkusi : bunyi jantung
Auskultasi : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien
i. Abdomen
Inspeksi : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet
Palpasi : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah
masuk PAP/belum
Perkusi : bunyi abdomen
Auskultasi : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak
j. Payudara: puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola,
kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan
ASI/belum
k. Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada
oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
l. Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada
daerah genitalia klien
m. Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak

1.3.2 Pemeriksaan diagnostic


Pemeriksaan penunjang untuk KPD adalah :
a. Test Nitrozin, tes untuk memastikan pecahnya ketuban yaitu dengan
kertas lakmus cairan amnion memiliki PH 7,1 – 7, 3 hingga akan
memberikan warna biru pada kertas lakmus.
b. Ferning Test, untuk memastikan pecahnya ketuban dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis dimana akan menggambarkan cairan amnion
membentuk seperti daun pakis atau paku- pakuan.
c. Pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan adanya anemia
dan infeksi
d. Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah caira ketuban dan kavum uteri
(oligohidromnion), penipisan serviks dan kardiografi ( usia gestasi,
ukuran janin, gerakan jantung janin dan kakuatan kontraksi).

1.3.3 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terjadinya
ketegangan otot rahim
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi
tentang penyakit
1.3.4 Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Inervensi Rasional
1 Resiko infeksi Tujuan : 1. Tinjau ulang kondisi/faktor resiko yang 1. Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi,
berhubungan dengan infeksi tidak terjadi pada ada sebelumnya. Catat waktu pecah menimbulkan potensial resiko infeksi atau
prosedur invasif, pecah ibu kriteria hasil ketuban. penyembuhan luka yang buruk. Resiko
ketuban, kerusakan pencapaian tepat waktu 2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi korioamnionitis meningkat dengan berjalannya
kulit, penurunan pada pemulihan luka (misalnya: peningkatan suhu, nadi, waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu
hemoglobin, pemajanan tanpa komplikasi jumlah sel darah putih, atau bau/warna dan janin.
pada patogen rabas vagina). 2. Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan
3. Berikan perawatan perineal sedikitnya dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi
setiap 4 jam bila ketuban telah pecah bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
3. Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi
2 Gangguan rasa nyaman : Tujuan : 1. Monitor tanda–tanda vital : TD, 1. Nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni
nyeri berhubungan - rasa nyeri berkurang pernafasan, nadi dan suhu pernafasan dan nadi
dengan terjadi nya Kriteria hasil : 2. Ajrakan klien teknik relaksasi dan atur 2. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
ketegangan otot rahim - klien tampak tenang posisi klien 3. Untuk memberikan kenyamanan pada klien agar
- klien tampak 3. berikan lingkungan yang nyaman dan klien dapat beristirahat
nyaman batasi pengunjung 4. Memberikan pengetahuan dasar dimana klien
4. Tinjau proses penyakit dan harapan masa dapat membuat pilihan
depan 5. Agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat
5. Dorong periode istirahat yang adekuat proses penyembuhan
dengan aktifitas terjadwal

3 Ansietas berhubungan Tujuan:klien 1. Berikan pelayanan kesehatan mengenai 1. Agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi
dengan kurang nya pengetahuan klien penyakit nya dan penyakit nya
pengetahuan atau bertambah setelah 2. Jelaskan kepada klien apa yg terjadi, 2. Menunjukkan realitas situasi yang dapat
konfirmasi tentang diberikan informasi berikan kesempatan untuk bertanya dan membantu klien atau orang terdekat menerima
penyakit mengenai penyakit nya berikan jawaban yang terbuka dan jujur realitas dan mulai menerima apa yang terjadi
kriteria hasil: 3. Lakukan pengkajian terhadap gangguan 3. Agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh
- klien tidak resah lagi kebutuhan tidur mana kebutuhan tidur terganggu
dengan peyakitnya 4. Motivasi klien agar mengalihkan 4. Dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian
menunjukkan perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri sehingga
pemahaman akan proses 5. Monitor kebutuhan tidur membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur
penyakit dan prognosis 6. Ciptakan suasana nyaman 5. Untuk mengetahui apakah kebutuhan tidur klien
terpenuhi seperti biasa atau belum
6. Suasana yang tenang dapat membantu relaksasi
sehingga nyeri berkurang dan klien bisa tidur
Daftar Pustaka

Morgan, G. 2009. Obsteri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Norwitz, Errol & Schorge, John. 2011. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sujiyati. 2011. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha medika.

Wilkinson. J. M dan Ahern.N.R .(2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9.

Penerbit buku kedokteran : EGC

Banjarmasin, Agustus 2019


Preseptor Klinik

( ……………………………… )

Anda mungkin juga menyukai