Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Sriwijaya didirikan pertama kali pada abad ke-7 dengan raja pertama bernama Dapunta Hyang. Bukti fisik
berupa kronik berita Cina memberitahu bahwa pada tahun 682 Masehi atau abad ke-6 ada seorang
pendeta Budha dari Tiongkok yang ingin memperdalam agamanya di tanah India.

Sebelum keberangkatan resminya, ia harus sudah menguasai bahasa Sansekerta, karena itulah pendeta
bernama I-Tsing tersebut mempelajarinya dulu selama setengah tahun di Sriwijaya. Kronik ini sekaligus
memberi sinyal bahwa ternyata pada zaman dulu, Sriwijaya sudah menjadi pusat keagamaan yang
mumpuni di kawasan Asia Tenggara. Bahkan I-Tsing juga berhasil menerjemahkan kitab-kitab agama
Budha ke bahasa nenek moyangnya setelah mempelajari secara mendalam agama Budha di Sriwijaya.

MASA KEJAYAAN

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya sudah sangat jelas bisa diterangkan. Negara mana yang tidak kaya
dengan menguasai selat-selat strategis dan menjadi penguasa tunggal jalur perdagangan internasional.
Inilah sumber kekayaan Sriwijaya.

Selat Malaka dan Selat Sunda merupakan dua selat internasional yang tidak pernah sepi dari kapal.
Hanya bermodalkan kekuatan armada militernya, Sriwijaya berani menerapkan sistem bea cukai yang
sampai sekarang dipakai juga oleh Pemerintah Indonesia. Fungsi dan peran armada militer dalam
perekonomian Sriwijaya sangat besar. Tanpa adanya jaminan keselamatan, para saudagar Arab dan
Tiongkok pasti memilih selat lain sebagai jalur transportasinya. Apalagi sampai memutuskan menetap
sementara atau selamanya. Hal ini banyak terjadi karena selain Sriwijaya elok dan berharta, kehidupan
bisnisnya akan dilindungi oleh para militer Sriwijaya.

Kesuksesan tidak bisa dipandang dari banyaknya harta saja, Sriwijaya dan para petingginya menyadari
benar kalimat tersebut. Sehingga kerajaan maritim ini mengembangkan juga kebesaran agama Budha.
Selain dengan cara mendirikan sangga –kelompok belajar- untuk memperdalam Buddhisme, Sriwijaya
juga sudah menyiapkan banyak guru spiritual Budha. Baik seorang pendeta atau hanya orang yang
mendapatkan kelebihan.

Guru agama Budha yang paling tersohor di Sriwijaya yaitu Sakyakirti. Fakta yang mengejutkan lain
ditemukan di daerah-daerah dekat Palembang yang menjadi titik pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.
Diduga ada candi yang lebih besar dari Borobudur pernah diciptakan oleh kerajaan ini. Namun sampai
sekarang hanya arcanya saja yang ditemukan. Selain itu, ditemukan juga beberapa batu bertulis ‘ziarah
yang berhasi’ di daerah Telaga Batu. Kenyataan ini menguatkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang
religius.

Pada tahun 860 Masehi, prasasti Nalanda yang berada di India menyeret nama Sriwijaya sebagai nama
kerajaan internasional yang sangat peduli dengan pendidikan. Masa keemasan ini semakin
meningkatkan pamor Balaputeradewa yang saat itu menjadi Raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut,
Balaputeradewa disebutkan mendirikan asrama pelajar Sriwijaya yang diperuntukkan anak dari Sriwijaya
yang sedang menuntut ilmu di Nalanda, India

MASA KERUNTUHAN

Awalnya militer Sriwijaya kalah telak dengan sebuah kerajaan di India Selatan. Kerajaan ini bernama
Cola dengan pemimpin Rajendra Cola I. Orang tersebut telah melepaskan kekuasaan atas kapal dan
segala jenis transit yang memakan biaya dan cukai.

Keadaan diperparah dengan banyaknya kerajaan kecil yang melepaskan diri dari pengaruh Sriwijaya.
Semuanya membuat Sriwijaya benar-benar kehilangan sumber pendapatan dari pelabuhan yang
ditransiti kapal barang. Serangan ekspedisi pamalayu yang menjadi bagian sejarah kerajaan
singasari kemudian benar-benar menghancurkan kejayaan Sriwijaya. Ditambah lagi dengan penerusnya,
pembuat sejarah kerajaan majapahit yang menghilangkan beberapa bekas kejayaan Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai