Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PENATALAKSANAAN OPERASI CRANIOTOMI DENGAN INDIKASI


TUMOR CEREBRI DI KAMAR OPERASI 4 IBS RSUD DR. MOEWARDI

DISUSUN OLEH
MARJIANTO

PELATIHAN
BEDAH KAMAR
OPERASI ANGKATAN XXV
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI
2019

LAPORAN PENDAHULUAN
PENATALAKSANAAN OPERASI CRANIOTOMI DENGAN INDIKASI
TUMOR CEREBRI DI KAMAR OPERASI 4 IBS RSUD DR. MOEWARDI
A. PENGERTIAN
Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati ruang
didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000). Tumor cerebri adalah lesi desak
ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Price,
Slyvia, 2000).
Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di
dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002). Tumor otak adalah neoplasma yang
berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar
pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).
Kraniotomi adalah proses pembedahan otak yang dilakukan dengan membuka tulang
tengkorak untuk memperbaiki gangguan yang terjadi.

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor heredita yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi
adakalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-
ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

Sedangkan menurut beberapa ahli tumor otak dapat terjadi akibat proses
1. primer dan sekunder.
Primer:
a. Gangguan pada otak
b. Gangguan imunologi tubuh
c. Gangguan fungsi hipofisis
d. Virus
e. Toksin

Sekunder
a. Metastase tumor lain
b. Biasanya tumor paru dan payudara.

C. MANIFESTASI KLINIS·
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada
penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus
menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi
hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK
seperti membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang
jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah
paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK diserta
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif.
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada
kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis
tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan
edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema
mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik
buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini
lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakanseperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang
Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi
yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau
gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi,
otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak
disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik.
gejala pada tumor otak :
- Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-
8)
- Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
- Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
- Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes
insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
g. Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

D. PATOFISIOLOGI
Gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan
fokal disebabkan oleh tumor dankenaikan TIK. Gagguan fokal, terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada
tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan Perubahan serebravaskuler primer. Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan
perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia
mengambil tempat dalam ruang yang relatiftetap dari ruangan tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-
otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan
subaraknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh
karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara lain :
bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan
cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan mensesefalon
menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser
ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla
oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat
adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan
pernafasan.

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan
kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat inijuga
memberi informasi tentang system ventrikuler.
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam
mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar
pengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena tumor-tumor
pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan serebrospinal.
7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian rumitnya
sehingga pungsi spinal atau fungsi lumbal tidak bisa dilakukan karena
kontraindikasi peningkatan TIK.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis
definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor
menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor telah
diangkat.
b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini
mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien
harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju,
hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan
melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine
dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat
pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
- Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus
untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otak.
- Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker
primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu
dibuktikan.
- Pengobatan penyelidikan
- BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra biologis
untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan kraniotomi.
- Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk
perusakan dari barier darah atau otak.
- Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk
penatalaksanaan astrosiloma.

G. TEKNIK INSTRUMEN PADA OPERASI CRANIOTOMI


1. Pengertian
Suatu cara mengelola instrumen / handling instrumen selama proses operasi
kraniotomi.
2. Tujuan
a. Mengatur alat secara sistematis di meja instrumen
b. Memperlancar handling instrument
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen
3. Persiapan alat
a. Alat-alat steril
1) Pack Operasi
2) Com Besar
3) Com Cuci kulit
4) Hand Lamp
5) Kassa Steril
6) Hand Piece Coter
7) Bengkok

Instrumen Basic
1) Handle Mes no. 20 / 11 1/1
2) Pincet Chirurgie kasar / manis 2
3) Pincet Anatomie kasar / manis 2
4) Gunting Metzembaum panjang / pendek 1/1
5) Gunting Benang (Ligature Scissors) 2
6) Arteri klem lurus / pean lurus 4
7) Arteri klem bengkok / pean bengkok (chrom klem) 4
8) Nald voeder panjang / pendek 1/1
9) Hak cakar 1
10) Respatorium 1
11) Desektor 2
12) Pancing 2
13) Selang suction besar/kecil 1/1
14) Knable tang besar/ kecil 1/1
15) Tumor Tang 1
Instrumen Penunjang
1) Borr Syaraf terdiri dari : kraniotomi, perforater / roser, mesin borr syaraf dan
kabel.Titanium mesh besar / sedang / kecil
2) Plat bedah syaraf
3) Plastik kuning steril

Bahan Habis Pakai


1) Handscon 6,5 / 7 / 7,5 2/4/4
2) Benang slik no. 3-0 / 2
3) Benang safil no. 2-0 / 3
4) Benang safil no. 3-0 1
5) Bonawexe 2
6) Surgicel 2
7) Spongostan 2
8) Nacl / transopik 4/1
9) Spet 20 cc 2
10) Lidocain 2 % 4 amp
11) Adrenaline / epinephrine 1 amp
12) Spet 10 cc 2
13) Mes 20 / 11 1/1
14) Removax no.14 1
15) Negative plate 1
16) Selang suction 1
17) Ngt 18 / 12 1
18) Steril drip 1
19) Ti scrab 1
20) Povidone iodine ( betadine ) 2
21) Sufratule 1
22) Elastis perban 4 in 1

b. Alat tidak steril


1) Plester lebar / hipafix
2) Gunting verban / bandage scissor
3) Plat diatermi
4) Mesin diatermi
5) Mesin suction
6) Lampu operasi
7) Meja operasi
8) Meja mayo
9) Meja instrumen
10) Standar infus
11) Tempat sampah ada 4 terdiri dari : sampah medis ( plastik kuning ), sampah
non medis ( plastik hitam ), sampah linen ( plastik kuning besar ), dan
sampah plabot dan spet tanpa jarum ( plastik coklat )

Persiapan Pasien
1) Persetujuan operasi
2) Alat-alat dan obat-obatan
3) Puasa

Setelah penderita dilakukan anesthesi


1) Mengatur posisi supinal.
2) Memasang plat diartemi di bawah paha pasien.
3) Memasang folley chateter.

Prosedur
1) Perawat instrumen cuci tangan
2) Operator dan asisten cuci tangan
3) Perawat instrumen memakai baju steril dan handscon
4) Berikan pakaian baju operasi, handscon pada asisten dan operator
5) Atur instrumen di meja mayor sesuai kebutuhan.
6) Desinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine
7) Pasang duk sedang, duk kecil 3 biji, duk lubang besar 1 biji, duk klem 4
buah, kemudian pasang plastik kuning steril dan steril drip
8) Pasang dan atur selang suction, kabel diatermi, klem dengan duk klem
9) Time out
10) Injeksi kulit kepala dengan oplosan lidocain 2% dan adrenalin
11) Berikan mes no. 20 untuk membuka kulit dan berikan pincet chirurgie kasar
12) Berikan hak tajam / cakar
13) Siapkan kassa basah 2 lembar untuk menutupi kulit
14) Berikan pancing untuk menarik kulit
15) Berikan bonewax dan siapkan hand wash
16) Berikan bor craniotomi
17) Berikan roser
18) Angkat tulang dengan pinset cirurgis kasar lalu diberikan cairan nacl
19) Kemudian di selang suction dan di sepul dengan nacl
20) Setelah tampak defek atau tumor, lalu angkat tumor tersebut dengan tumor
tang.
21) Berikan surgisel / spongostan dengan menggunakan pincet chirurgie
22) Berikan drain dengan removax no. 14 , viksasi dengan benang silkam no. 3-0
23) Siapkan dan pasang titanium mes dengan ukuran besar
24) Siapkan screaw 1,6 no. 4
25) Berikan benang monifalen absorbsi safil 2-0 /
26) Berikan benang monifalen non absorpsi silkam 3-0 /
27) Tutup luka operasi dengan menggunakan supratule kemudian tutup pakai
hipafik kemudian balut dengan elastis perban 4 in .

Evaluasi
1. Kelengkapan instrument
2. Proses operasi
3. Bahan pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai