Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

Korupsi berasal dari kata latin yaitu corruptio. Kata ini sendiri memiliki kata kerja
corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan atau menyogok.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara, perusahaan, dsb, untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Pengertian Korupsi Menurut UU No. 20 Tahun 2001 adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara
atau perekonomian negara.

Tokoh bernama Klitgaard membuat suatu teori atau persamaan sederhana untuk menjelaskan
tentang tindakan korupsi atau penyebab seseorang melakukan korupsi :
C = M + D – A
C = Corruption (korupsi).

M = Monopoly (monopoli).

D = Discretion. (keleluasaan).

A = Accountability (pertanggungjawaban).

Persamaan diatas menjelaskan bahwa korupsi hanya bisa terjadi apabila seseorang atau pihak
tertentu mempunyai hak monopoli atas urusan tertentu serta ditunjang oleh keleluasaan dalam
menggunakan kekuasaannya sehingga cenderung menyalahgunakannya namun lemah dalam
hal pertanggungjawaban kepada publik.

Robert T. Kyosaki dalam bukunya : Rich Dad,Poor Dad, mengatakan bahwa ada dua
asumsi dasar dalam menyikapi kejahatan. Pandangan pertama mengasumsikan ”cinta uang
adalah akar kejahatan” sedangkan pandangan kedua berasumsi ”kurang uang adalah akar
kejahatan”. Apabila kita menelaah 2 pandangan ini dapat disimpulkan bahwa orang korupsi
karena cinta uang dan orang melakukan korupsi karena kurang uang. Dinegara kita masih ada
puluhan juta masyarakat tergolong miskin (kurang uang) tetapi tidak otomatis menjadi penjahat
korupsi. Kenyataan yang ada adalah pelaku kejahatan korupsi sebagian besar adalah orang kaya
yang berkecukupan bahkan berlebihan uang.
Indonesia saat ini menempati peringkat ke 89 sedikit di bawah China, atau membaik
tujuh peringkat dibanding tahun sebelumnya yang berada di posisi 96. Untuk kawasan Asia
Tenggara, Indonesia berada di posisi keempat setelah Singapura, Brunei Darussalam dan
Malaysia. Posisi ke 89 tentu saja merupakan peringkat yang cukup tinggi tingkat korupsinya.
Ini artinya masih banyak sekali tindakan korupsi yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh
para petinggi negara maupun para pejabat daerah. Korupsi di Indonesia sudah menjadi
permasalahan mendasar bahkan telah mengakar sedemikian dalam sehingga sulit untuk
diberantas.

Maka dari itu di bentuklah KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diberi amanat melakukan
pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan
lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bebas dari kekuasaan manapun. Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang
dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan
tindak pidana korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan
untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi,
monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan
peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia memiliki visi dan misi yaitu :

Visi
Mewujudkan Lembaga yang Mampu Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi.
Misi
Pendobrak dan Pendorong Indonesia yang Bebas dari Korupsi.
Menjadi Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari
Korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi berkewajiban :
1. memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan
ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi;
2. memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan
untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana
korupsi yang ditanganinya;
3. menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa
Keuangan;
4. menegakkan sumpah jabatan;
5. menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yaitu asas Kepastian hukum, Keterbukaan,
Akuntabilitas, Kepentingan umum, Proporsionalitas.

DAFTAR PUSTAKA
Badjuri, A. (2011). Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai Lembaga Anti
Korupsi di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 18(1).
Mazrieva, Eva, 2019, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Naik, Bukti Keseriusan
Pemberantasan Korupsi?, VOAIndonesia.com, (dapat di akses melalui
https://www.voaindonesia.com/a/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-naik-bukti-keseriusan-
pemberantasan-korupsi-/4764712.html)
Nababan, Primadoly, (2018), SEJARAH BERDIRINYA KPK, Academia.edu, (dapat diakses
di https://www.academia.edu/21545536/SEJARAH_BERDIRINYA_KPK)

Anda mungkin juga menyukai