Anda di halaman 1dari 16

BERDEBAR

Berdebar atau palpitasi adalah salah satu keluhan yang menjadi


prediksi adanya abnormalitas pada jantung. Berdebar merupakan
‘kesadaran’ akan debaran jantung yang tidak seperti biasanya. Berdebar
dapat berupa perasaan jantung berdebar secara kuat, cepat, lambat, atau
tidak teratur. Berdebar paling sering disebabkan oleh aritmia, namun
terdapat beberapa penyebab berdebar lainnya.

ETIOLOGI
Penyebab berdebar dapat dibagi menjadi 5 kelompok utama;
1. Kelainan irama jantung
- Ekstrasistol supraventrikel/ ventrikel
- Takikardi supraventrikel/ ventrikel
- Bradiaritmia : sinus bradikardi simptomatik, henti sinus, blok AV derajat
2, atau total blok AV
- Disfungsi pacemaker dan Implantable Cardioverter Defibrilation.

2. Penyakit jantung struktural


- Prolaps katup mitral
- Regurgitasi mitral berat
- Regurgitasi aorta berat
- Penyakit jantung kongenital dengan shunt signifikan
- Kardiomegali dan/atau gagal jantung dengan berbagai sebab
- Kardiomiopati Hipertrofik
- Katup mekanik prostetik
3. Gangguan psikosomatik
- Cemas, serangan panikProlaps katup mitral
- Depresi
- Somatisasi
4. Penyebab sistemik
Hipertiroid, hipoglikemi, sindroma postmenopause, demam, anemia,
kehamilan, hipovolemia, hipotensi ortostatik, sindroma takikardia
ortostatik postural, feokromositoma, fistula arteriovena.
5. Pengaruh obat-obatan
Obat-obat simpatomimetik, antikolinergik, vasodilator, Alkohol, kokain,
heroin, amfetamin, cafeine, nikotin, obat diet. (Raviele A, Giada F,
Bergfeldt L, et al. Management of Patients with Palpitations : a position
paper from the European Heart Rhythm Association. 2011. EP
Europace;13: 920-934)

Kami khusus membahas berdebar terkait aritmia jantung pada modul ini.

DEFINISI

Aritmia adalah kumpulan terminologi yang menggambarkan irama


jantung selain irama sinus normal. Aritmia dapat terjadi akibat gangguan
pembentukan impuls, atau gangguan penghantaran impuls atau
kombinasi keduanya. Jadi dapat disimpulkan aritmia adalah terminologi
umum untuk abnormalitas pembentukan maupun penghantaran impuls,
bukan sinonim dari aktivitas ireguler jantung. (Arrythmia A Guide to
Clinical Electrophysiology(Sandoe, E. Sigurd B. Partner Verlags GmbH.
1990, 36-65). Aritmia berdasarkan laju ventrikel terbagi atas takiaritmia
dan bradiaritmia. Takiaritmia berdasarkan letak pusat elektrofisiologi
yang mendasari terbagi atas takikardia supraventrikuler dan takikardia
ventrikuler. (Cardiology subspeciality consult).

TAKIARITMIA

Takiaritmia adalah aritmia dengan laju ventrikel > 60 kali permenit, dimana
berdasarkan pusat elektropatologisnya terbagi menjadi takikardia
supraventrikular (TSV) dan takikardia ventrikular (TV).(course kuning)

Takiaritmia supraventrikular (TSV) adalah takikardi yang pusat


elektropatologisnya di atas Bundle of His dan menyebabkan denyut jantung lebih
dari 100 kali per menit, memiliki karakteristik kompleks QRS sempit. (Colucci
RA, Silver MJ, Shubrook J. Common Types of Supraventricular Tachycardia :
Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2010; 82 (8): 942-952)
Beberapa kelainan di bawah ini merupakan contoh TSV dengan urutan yang
menggambarkan peningkatan disfungsi listrik atrium.
1. Takikardia Sinus
2. Takikardia Atrial
3. Takikardia Junctional
4. Fibrilasi Atrium
5. Flutter Atrium
6. Ektopik atrium
7. Ektopik nodus (course kuning)
Takiaritmia ventrikular (TV)merupakan irama abnormal yang cepat dan berasal
dari miokard ventrikel ataupun sistim His-Purkinje, memiliki karakteristik
komplek QRS lebar. Didefinisikan TV jika terdapat 3 atau lebih denyut ventrikel
ang berurutan dengan laju >120 denyut/menit. Terdapat 3 tipe dasar
takiaritmia ventrikuler:
1. Takikardia ventrikular monomorfik
2. Takikardia ventrikular polimorfik
3. Fibrilasi ventrikular (course kuning)

Patofisiologi
Secara umum mekanisme yang menyebabkan terjadinya takiaritmia adalah
gangguan pembentukan impuls dan gangguan konduksi impuls atau gabungan
dari keduanya. Terdapat 2 macam gangguan pembentukan impuls yaitu
automaticity dan triggered activity. Sedangkan mekanisme reentry merupakan
bentuk gangguan konduksi impuls. (Olgin J, Zipes DP. Braunwald’s Heart
Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, 9th edition. Arrythmia :
Diagnosis and Treatment. Elviers Saunders. 2012: 798-813)
Automaticity atau automatisitas adalah inisiasi impuls spontan dimana sel
jantung memiliki kemampuan depolarisasi secara spontan, mencapai ambang
potensial, dan melanjutkan potensial aksi meskipun tanpa adanya stimulasi
elektrik eksternal. Automatisitas abnormal terganggu dapat disebabkan oleh
automatisitas bertambah atau automatisitas abnormal. Automatisitas
bertambah artinya percepatan pembentukan potensial aksi oleh jaringan
pacemaker normal dan ditemukan pada nodus sinus dan beberapa pacemaker
tambahan yang dapat menjadi pacemaker fungsional di bawah kondisi tertentu.
Automatisitas abnormal terjadi pada sel jantung hanya pada saat terdapat
abnormalitas pada potensial transmembran, khususnya depolarisasi potensial
membran. Automatisitas abnormal dapat terjadi dimana saja di bagian jantung
dan dapat dipicu oleh berbagai sebab seperti pengaruh obat-obatan, penyakit
jantung struktural, hipokalemia, atau perubahan sistim saraf otonom. (Salerno
JC, Seslar SP. Supraventricular Tachycardia. Arch Pediatr Adolesc Med. 2009;
163(3): 268-274.)
Triggered activity atau aktivitas terpicu adalah inisiasi impuls pada serabut otot
jantung yang disebabkan oleh pasca depolarisasi. Pasca depolarisasi adalah
gerakan mendepolarisasi pada potensial membran yang mengikuti upstroke
potensial aksi sebelumnya dimana dapat terjadi di awal atau lambat fase
repolarisasi. Mekanisme ini dihubungkan dengan gangguan repolarisasi dimana
terjadi interupsi repolarisasi sel jantung. (Kirchhof P, Eckardt L, Monnig G, et al.
Patient with “Atrial Torsade de Pointes”. J Cardiovasc Electrophysiol. 2000; 11:
806-811)
Mekanisme aritmia yang paling umum adalah reentry. Pada mekanisme ini
terjadi gelompang depolarisasi yang berjalan melingkar dan bertindak sebagai
generator yang secara terus-menerus mencetuskan impuls. Keberadaan jaringan
miokard sehat dan sakit yang berdekatan merupakan keadaan ideal untuk
memicu reentry. Pada jaringan miokard yang sakit konduksi berjalan lebih
lambat dibandingkan dengan konduksi pada jaringan sehat. Ketika stimulus
mencapai area yang sakit, maka akan mengalami perlambatan sehingga
wavefront akan mencapai miokard yang terepolarisasi penuh melalui bagian
distal terminal dari cabang his sehingga memungkinkan terbentuknya reentrant
circuit. (Chen P, Antzelevitch E. Hurst’s the Heart, 13th edition: Mechanism of
Cardiac Arrythmias and Conduction Disturbances. McGraw-Hill Companies.
2011)

Anamnesis
Pasien dengan takiaritmia dapat terjadi toleransi dan hanya merasakan palpitasi.
Namun penurunan curah jantung yang diakibatkan oleh takiaritmia ini sering
menyebabkan pusing, sinkop, nyeri dada, sesak napas. (course kuning, panduan
praktik)

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda penurunan perfusi jaringan seperti
tekanan darah rendah, denyut nadi yang cepat atau reguler/ireguler atau adanya
skipped beat, takipneu, akral dingin dan pucat (tidak selalu). (course kuning,
panduan praktik). Pemeriksaan denyut nadi tidak dapat memastikan jenis
aritmia yang terjadi, jenis aritmia dapat ditentukan melalui pemeriksaan
elektrokardiografi

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah rutin maupun foto toraks
tidak banyak kami bahas dalam modul ini terkait hasil kedua pemeriksaan
penunjang tersebut tidak digunakan dalam kriteria diagnosis aritmia dimana
untuk penyakit aritmia ditentukan oleh gambaran EKG. EKG 12 sandapan
merupakan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk menegakkan
diagnosis aritmia, dan masing –masing dari gambaran ekg jenis aritmia tersebut
akan kami bahas dalam penjelasan EKG per skenario soal.

1. Takikardia Sinus
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan berdebar dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terutama saat merasa cemas.
Keluhan disertai tangan gemetar dan mudah berkeringat. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 120 x/menit,
frekuensi napas 20 x/menit, suhu badan 37,5°C. Pemeriksaan fisik didapatkan
eksoftalmus dan tremor. Pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran sebagai
berikut

Takikardia sinus adalah frekuensi denyut jantung 101-150 kali permenit saat
istirahat pada dewasa, atau melebihi normal pada frekuensi denyut jantung
sesuai usia pada bayi dan anak yang berasal dari nodus sinusTakikardia sinus
meski disebut aritmia, merupakan respons normal terhadap peningkatan
kebutuhan jantung misalnya latihan, emosi, dan sebagainya. . (Introduction to
Basic Cardiac Dysrhythmias, 3rd edition. Atwood S, Stanton C, Davenport, JS.
MosbyJems. 2003).
Gambaran EKG:
1. Irama sinus (vektor P dari sinus)
2. Frekuensi lebih dari 100 kali permenit. (Pratanu S. Kursus
Elektrokardiografi. Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. 2007)

Tatalaksana
Tatalaksana tidak diperlukan kecuali pasien menjadi sangat simptomatik,
dimana penyekat ß mungkin memiliki efek yang baik . course kuning

2. Fibrilasi Atrial
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan berdebar dirasakan sejak 1 tahun yang lalu terutama saat aktivitas.
Riwayat berobat jantung dengan diagnosis stenosis mitral, namun tidak kontrol
sejak setahun terakhir. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
110/80 mmHg, denyut nadi 130 x/menit ireguler, frekuensi napas 20 x/menit,
suhu badan 37,5°C. Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung 1 dan bunyi
jantung 2 ireguler, pulsus defisit. Pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran
sebagai berikut

Fibrilasi atrial adalah denyutan atria yang tidak teratur dan cepat,
dengan frekuensi 350-600 kali/menit.
Gambaran EKG:
1. Adanya gelombang fibrilasi: gelombang –gelombang P yang tidak teratur,
frekuensi 350-600 kali/menit.
2. Kompleks QRS tidak teratur. (Pratanu S. Kursus Elektrokardiografi.
Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD Dr.
Soetomo. Surabaya. 2007)

Tatalaksana
Perlu ditetapkan apakah akan melakukan pendekatan kontrol irama (usia muda,
new onset, sekunder) atau kontrol laju (usia tua, PJK, kontraindikasi terhadap
kardioversi). Kontrol laju dengan penyekat ß ataupun antagonis kanal kalsium
golongan nondihidropiridin. Kontrol irama dengan kardioversi elektrik atau
medikamentosa dengan antiaritmia kelas IC (flekainid, propafenon) jika tidak
terdapat gangguan struktur jantung, atau antiaritmia kelas III (amiodaron,
stalol). Fibrilasi atrium meningkatkan risiko tromboemboli terutama
serebrovaskuler dan perifer. (course kuning)
3. Flutter Atrial
Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
berdebar dirasakan sejak 1 jam yang lalu sesaat setelah minum alkohol.
Tidak ada riwayat berobat jantung. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 70 x/menit reguler, frekuensi
napas 20 x/menit, suhu badan 37,1°C. Pemeriksaan EKG menunjukkan
gambaran sebagai berikut
Flutter atrial adalah denyutan atria yang cepat dan teratur, dengan
frekuensi 250-350 kali/menit.
Gambaran EKG:
1. Adanya gelombang flutter: gelombang –gelombang P yang teratur,
frekuensi 250-350 kali/menit, berbentuk gergaji (terutama di II, III, aVF),
sumbu pada bidang frontal ialaha -90˚
2. Biasanya terdapat konduksi 2:1, karena simpul AV tak dapat meneruskan
semua impuls dari atria.
3. Seperti halnya takikardi atrial, biasanya QRS sempit, kecuali terdapat
konduksi ventrikel aberan atau blok cabang berkas.
4. Banyaknya gelombang-gelombang P yang bertumpuk menyebabkan
bentuk gergaji sering tidak nampak jelas. (Pratanu S. Kursus
Elektrokardiografi. Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. 2007)
Tatalaksana
Kardioversi merupakan tatalaksana terbaik, kardioversi elektrik secara cepat
dan aman mengembalikan irama sinus pada kebanyakan kasus, namun jika tidak
berhasil maka kardioversi medikamentosa dengan antiaritmia kelas IA, IC, atau
III dapat diberikan. Jika kontrol irama tidak dapat dilakukan maka diupayakan
untuk melambatkan respons ventrikel dengan obat-obat penyekat nodus AV
(kelas II, kelas IV, atau digoksin). Antikoagulan sebelum kardioversi
direkomendasikan untuk mencegah terjadinya trombus . (course kuning)

4. Takikardia Supraventrikuler
Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa ke unit gawat darurat RS
dengan keluhan berdebar dirasakan sejak 30 menit yang lalu, muncul tiba-tiba
setelah minum obat. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 140/90
mmHg, denyut nadi 160 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu badan 38°C.
Pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran sebagai berikut

Takikardia supraventrikular merupakan istilah yang digunakan pada kondisi


dimana sukar membedakan antara takikardia penghubung dengan takikardia
atrial.
Takikardia atrial adalah 3 atau lebih ekstrasistol atrial yang berurutan.
Gambaran EKG:
- Frekuensi 160-250 kali permenit
- Kadang-kadang frekuensi 140 x/menit
- P sukar dikenali karena kadang bertumpuk pada T
- QRS sempit bila tak terdapat konduksi aberan atau gangguan konduksi
intraventrikuler.
- Interval P-P dan R-R teratur
Takikardia penghubung adalah 3 atau lebih ekstrasistol penghubung yang
berurutan.
Gambaran EKG:
- Frekuensi 160-250 kali permenit
- Kadang-kadang frekuensi bisa lebih rendah hingga 100 x/menit
- P sukar dikenali karena kadang bertumpuk pada T. Bila P bisa dikenali
maka vektor P menunjukkan arah lawan-arus yaitu P negatif di II, III, aVF.
- P bisa di depan atau di belakang QRS, paling sering terbenam dalam QRS
- QRS sempit bila tak terdapat konduksi aberan atau gangguan konduksi
intraventrikuler.
- Interval P-P dan R-R teratur. (Pratanu S. Kursus Elektrokardiografi.
Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD Dr.
Soetomo. Surabaya. 2007)
Tatalaksana
Pada keadaan akut dapat dilakukan manuver Valsalva, atau pemberian
adenosin IV 10-20 mg, atau verapamil 2,5-5 mg bila tidak ada gagal
jantung, atau diltiazem 0,25-0,35 mg/kg bila tidak ada gagal jantung, atau
digitalis IV 0,5 mg, atau metoprolol 5-15 mg, atau kardioversi elektrik bila
hemodinamik tidak stabil. (panduan)
(Blomström LC, Scheinman MM, Alliot EM, et al. ACC/AHA/ESC Guidelines for
the Management of Patients with Supraventricular Arrythmias-Executive
Summary. 2015)

5. Takikardia ventrikuler
Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa ke unit gawat darurat RS
dengan keluhan ditemukan kejang 30 menit yang lalu saat bangun pagi.
Tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Riwayat rutin berobat poli jantung
karena penyakit gagal jantung. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 80/palpasi, denyut nadi sulit dievaluasi, frekuensi napas
28 x/menit, suhu badan 36°C. Pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran
sebagai berikut
Takikardia ventrikuler adalah 3 atau lebih ekstrasistol ventrikuler yang
berurutan.
Gambaran EKG:
- Frekuensi 160-200 kali permenit
- Kadang-kadang frekuensi bisa lebih rendah, hingga sekitar 100
kali/menit
- Bila P dapat dikenali maka P dan QRS tidak berhubungan (disosiasi atrio-
ventrikuler)
- QRS melebar dan bizzare, bentuk dan irama sedikit tidak teratur.
(Pratanu S. Kursus Elektrokardiografi. Bagian Kardiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. 2007)

Tatalaksana

Pada keadaan akut, takikardia ventrikuler monomorfik dapat diberikan adenosin


IV 10-20 mg dilanjutkan dengan penyekat ß dan/atau amiodaron.

6. Fibrilasi Ventrikuler

Seorang laki-laki berusia 55 tahun dibawa ke unit gawat darurat RS dengan


keluhan pingsan sekitar 15 menit yang lalu. Riwayat kontrol rutin penyakit
jantung koroner dan diabetes mellitus sejak 5 tahun terakhir. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, denyut nadi 55 x/menit ireguler,
frekuensi napas 28 x/menit, suhu badan 37°C. Pemeriksaan EKG menunjukkan
gambaran sebagai berikut
Fibrilasi ventrikuler secara klinis berari henti jantung, karena ventrikel
hanya bergetar, tidak memompa darah keluar dari ventrikel
Gambaran EKG:
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang teratur dan cepat.
(Pratanu S. Kursus Elektrokardiografi. Bagian Kardiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. 2007)

Tatalaksana
Fibrilasi ventrikuler harus ditatalaksana secara cepat dan tepat dengan
kardioversi elektrik non sinkron dan dilanjutkan dengan resusitasi. Satu
pukulan/hentakan ke dada dapat dilakukan pada pasien henti jantung
yang disaksikan, namun yang vital adalah secepatnya dilakukan kompresi
dada yang efektif sambil menunggu adanya defibrilator yang siap untuk
memberi kejut jantung. Course kuning

7. Ekstrasistol Atrial
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke dokter praktek
umum dengan keluhan berdebar dirasakan sejak 1 hari yang lalu, keluhan
mulai terasa sejak minum obat diet. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 75 x/menit ireguler, frekuensi
napas 18 x/menit, suhu badan 37°C. Pemeriksaan EKG menunjukkan
gambaran sebagai berikut
Ekstrasistol atrial adalah gelombang P prematur yang berasal dari
atrium (vektor P dari atrium).
Gambaran EKG:
1. Gelombang P dari atrium, QRS sempit.
2. Pause kompensasi tidak lengkap (Pratanu S. Kursus Elektrokardiografi.
Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD Dr.
Soetomo. Surabaya. 2007)

Tatalaksana
Tatalaksana tidak diperlukan kecuali pasien menjadi sangat simptomatik,
dimana penyekat ß mungkin memiliki efek yang baik . course kuning

8. Ekstrasistol Ventrikuler
Seorang laki-laki berusia 50 tahun dibawa ke unit gawat darurat
RS dengan keluhan berdebar dirasakan sejak 1 hari yang lalu, keluhan
disertai perasaan lemas dan pusig. Riwayat kontrol rutin penyakit
jantung koroner dan diabetes mellitus sejak 5 tahun terakhir.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg,
denyut nadi 95 x/menit ireguler, frekuensi napas 18 x/menit, suhu badan
37°C. Pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran sebagai berikut
Ekstrasistol ventrikuler adalah kompleks QRS prematur yang berasal
dari ventrikel.
Gambaran EKG:
1. QRS yang prematur, melebar dan bizzare.
2. P dari sinus tak terpengaruh oleh QRS ekstrasistol, pause kompensasi
lengkap (Pratanu S. Kursus Elektrokardiografi. Bagian Kardiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. 2007)

Tatalaksana
Tatalaksana tidak diperlukan kecuali pasien menjadi sangat simptomatik.
Farmakologis dengan penyekat ß, penghambat arus kalsium, amiodaron, atau
kombinasi. Atasi penyakit dasar (hipokalemia, hipomagnesemia, dll). Panduan
praktik

BRADIARITMIA
Bradiaritmia secara definisi merupakan irama yang lambat dengan gambaran
EKG yang beragam. Dalam modul ini kami membatasi 2 jenis bradiaritmia dalam
kaitannya bradiaritmia yang mengancam jiwa. dapat berupa
- Blok atrioventrikular derajat 2 tipe 2
- Blok atrioventrikular derajat 2 tipe 2

Patofisiologi
Penyebab bradiaritmia beragam antara lain:
- Disfungsi simpul sinus meliputi berbagai kelainan yang mempengaruhi
pembentukan impuls dan transmisi impuls di atrium. Dicetuskan oleh
berbagai kondisi yang menyebabkan depresi otomatisitas dan konduksi
listrik di nodus sinus, daerah perinodal, dan jaringan atrium. Manifestasi
EKG yang tampak pada disfungsi nodus sinus meliputi: henti sinus, blok
sinoatrial, sinus bradikardi persisten, inkompetensi kronotropik,
sindroma bradi-takiaritmia, dan persistent atrial standstill.
- Abnormalitas konduksi atrioventrikular, dapat terjadi dalam berbagai
situasi klinis, baik menetap maupun sementara. Blok AV dapat
disebabkan oleh sejumlah faktor ekstrinsik maupun instrinsik yang telah
dibahas pada disfunsi sinus nodus. Manifestasi EKG pada abnormalitas
konduksi AV meliputi: blok AV derajat pertama, blok AV derajat kedua
tipe I, blok AV derajat kedua tipe II, blok AV total
- Abnormalitas konduksi intraventrikuler, dapat disebabkan oleh iskemia,
dapat pula sebagai akibat prosedur operasi kardiak, penyakit jantung
struktural yang signifikan terutama kardiomiopati dilatatif. (Vogler J,
Breihardt G, EckardtL. Bradyarrythmias and Conduction Blocks. Revista
Espanola de Cardiologia (English Edition). 2012.; 65 (7): 656-67)
Anamnesis
Presentasi klinis bradiaritmia sangat beragam, dari asimptomatik (berdasarkan
temuan EKG) hingga gejala yang bervariasi. Bradikardi yang simptomatik
memiliki kriteria sebagai berikut: denyut jantung < 60 x/menit disertai keluhan
akibat hipoperfusi jaringan seperti hipotensi, sinkop atau sesak. Course kuning
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda penurunan perfusi jaringan seperti
tekanan darah rendah, denyut nadi yang cepat atau reguler/ireguler, atau akral
dingin dan pucat (tidak selalu). (course kuning, panduan praktik). Pemeriksaan
denyut nadi tidak dapat memastikan jenis aritmia yang terjadi, jenis aritmia
dapat ditentukan melalui pemeriksaan elektrokardiografi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah rutin maupun foto toraks
tidak banyak kami bahas dalam modul ini terkait hasil kedua pemeriksaan
penunjang tersebut tidak digunakan dalam kriteria diagnosis aritmia dimana
untuk penyakit aritmia ditentukan oleh gambaran EKG. EKG 12 sandapan
merupakan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk menegakkan
diagnosis aritmia, dan masing –masing dari gambaran ekg jenis aritmia tersebut
akan kami bahas dalam penjelasan EKG per skenario soal.

9. BLOK AV DERAJAT 2 TIPE 2


Seorang laki-laki berusia 55 tahun dibawa ke unit gawat darurat RS dengan
keluhan pingsan sekitar 15 menit yang lalu. Riwayat kontrol rutin penyakit
jantung koroner dan diabetes mellitus sejak 5 tahun terakhir. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, denyut nadi 55 x/menit ireguler,
frekuensi napas 28 x/menit, suhu badan 37°C. Pemeriksaan EKG menunjukkan
gambaran sebagai berikut
Blok AV derajat II adalah keadaan dimana terjadi kegagalan konduksi
impuls listrik dari nodus sinoatrial ke ventrikel tanpa adanya
refrakter fisiologis
Gambaran EKG:
1. Satu dari beberapa gelombang P tidak diteruskan ke kompleks QRS.
2. PR interval memanjang
3. Kompleks QRS lebar (panduan praktik)

9. TOTAL AV BLOK
Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa ke unit gawat darurat
RS dengan keluhan kejang sekitar 15 menit yang lalu. Sehari
sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri dada yang sering kambuh.
Riwayat kontrol rutin penyakit jantung koroner dan diabetes
mellitus. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 80/40
mmHg, denyut nadi 40 x/menit ireguler, frekuensi napas 28
x/menit, suhu badan 37°C. Pemeriksaan EKG menunjukkan
gambaran sebagai berikut
Blok AV total adalah keadaan dimana terjadi kegagalan konduksi
impuls listrik dari nodus sinoatrial ke ventrikel tanpa adanya
refrakter fisiologis
Gambaran EKG:
1. Gelombang P dan QRS saling tidak ada hubungan.
2. Tergantung lokasi blok, maka irama lolos bisa berasal dari penghubung
(QRS sempit, laju jantung relatif lebih cepat), atau dari ventrikel (QRS
lebar, laju jantung relatif lebih lambat), (panduan praktik)

EDUKASI
1. Edukasi mengenali tanda dan gejala secara mandiri
2. Edukasi cara menghitung nadi dan tekanan darah
3. Edukasi mengenai penanganan awal yang bisa dilakukan
4. Edukasi tidak lanjut/terapi definitif yang sebaiknya dilakukan. (panduan
praktik)

Anda mungkin juga menyukai