Anda di halaman 1dari 11

KAJI EXPERIMENTAL PRESTASI AC SPLIT EVAPORATOR

TUNGGAL DAN GANDA

AN EXPERIMENTAL PERFORMANCE TEST SPLIT AC


SINGLE AND DOUBLE EVAPORATOR

Firman Hamzah, Wahyu H. Piarah, Jalaluddin Hadada.


Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi:
Firman Hamzah
firmanhamzah805@gmail.com
Jl. Tamangapa Raya V Komp Guru SMA5 10 MKS
(0411) 493942/ 085399184731
ABSTRAK

Tingkat penggunaan Air Conditioning (AC) sebagai penyejuk udara ruangan semakin bertambah, maka
dibutuhkan AC dengan efisiensi baik yang dapat dilakukan dengan modifikasi evaporator. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui prestasi kerja (COP) pada Air Conditioner (AC ) dengan variasi pemasangan
evaporator tunggal, seri, dan paralel. Metode yang digunakan adalah metode experimental yang dilakukan pada
dua ruangan berukuran sama dengan beban kalor yang dianggap sama menggunakan Air Conditioning Tipe Split
Merek Panasonic. Peneltian dilakukan dengan memasang satu unit evaporator pada ruang A dan B kemudian
diberi tiga macam perlakuan. Perlakuan pertama, pada masing-masing evaporator tunggal dihubungkan dengan
satu unit outdoor berkompressor ½Pk. Perlakuan kedua, kedua evaporator dihubungkan seri pada satu unit
outdoor berkompressor 1Pk. Perlakuan ketiga, kedua evaporator dihubungkan paralel pada satu unit outdoor
berkompressor 1Pk. Dari hasil perhitungan pada setiap variasi metode pemasangan evaporator, diperoleh hasil
koefisien prestasi (COP) pada pemasangan evaporator tunggal sebesar 4,26 pada ruang A dan 4,22 pada ruang B.
Pada pemasangan evaporator seri terjadi penurunan nilai koefisien prestasi yaitu 2,76 pada ruangan A dan 3,02
pada ruangan B, demikian pula pada pemasangan evaporator paralel nilai prestasi sebesar 1,88 pada Ruang A
dan 1,91 Pada Ruang B. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasangan evaporator
(AC) seri dan paralel dapat digunakan mendinginkan ruangan.
Kata kunci: COP, Evaporator, Tunggal, Seri, Paralel.

ABSTRACT
Air Conditioning (AC) is a tool that is often used as an air conditioning room. Growing need for air conditioning
which result in the increase of global electricity consumption. To suppress the use of electrical energy is
required AC with good efficiency. One way to do that is to improve the efficiency of air conditioning evaporator
modifications. This study aims to determine job performance (COP) on Air Conditioner (AC) with the variation
of a single, serial , and parallel evaporator installation. The method used is an experimental method that is
carried out in two equal sized rooms with a heat load that is considered to be the same using Split type Air
Conditioning Panasonic brand. The research done by installing the evaporator unit in the room A and B were
then given three kinds of treatment. The first treatment, each single evaporator connected with one outdoor unit
using compressor ½ Pk. The second treatment, the second evaporator connected to one outdoor unit series using
compressor 1Pk. The third treatment, two evaporators is connected in parallel to one outdoor unit using
compressor 1Pk. From the calculation on every variation of the evaporator mounting method, the obtained
results coefficient achievement (COP) on a single evaporator installation of 4,26 on room A and 4,22 at room B.
the evaporator installation series of achievement impaired coefficient is 2,76 at room A and 3,02 at room B, as
well as the installation of a parallel evaporator achievement impaired coefficient is 1,88 at room A and 1,91 at
room B. Based on these results it can be concluded that the installation of the evaporator (AC) series and
parallel can be used cool the room.

Keywords : COP , Evaporators , Single , Serial , Parallel.


PENDAHULUAN
Manusia selalu membutuhkan udara yang nyaman agar dapat beraktifitas dengan
optimal. Kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur,
kelembaban, sirkulasi serta kebersihan udara. Untuk menghasilkan udara yang nyaman
manusia melakukan banyak upaya diantaranya dengan pengaturan ventilasi, pencahayaan, dan
pengkondisian udara ruangan. Salah satu jenis alat pengkondisian udara diberi nama Air
Conditioning (AC), berfungsi memindahkan kalor dari dalam keluar ruangan atau sebaliknya.
Sebagai contoh pada daerah bertemperatur rendah seperti di Eropa AC digunakan sebagai
pemanas ruangan. Sedangkan pada daerah bertemperatur tinggi AC digunakan sebagai
penyejuk udara dan pengontrol uap air. Air conditioning (AC) beroprasi menggunakan energi
listrik, besarnya energi listrik yang digunakan tergantung pada kapasitas kompressor yang
digunakan (Arismunandar, 1981).
Pertumbuhan penggunaan AC saat ini sangat meningkat. Berdasarkan penelitian
Michael Sivak menyatakan bahwa pertumbuhan penggunaan AC di Brazil sebesar 11 persen
dan di India sebesar 2 persen pada tahun 2007. Tingkat petumbuhan penggunaan AC di Brazil
dan India cenderung rendah, jika dibandingkan dengan negara Amerika mencapai 87 % pada
tahun 2007 serta terus bertambah hingga 17% diatas pertumbuhan rata-rata pada tahun 2010.
Pertumbuhan penggunaan AC telah mengalami peningkatan di Negara yang memiliki
temperatur iklim yang rendah, terlebih lagi pada Negara yang bertemperatur iklim lebih
tinggi. Global Initiative McKinsey memprediksi pada tahun 2025 sekitar satu miliar penduduk
kota memasuki kelas konsumen global, dimana sebahagian besar penduduk kota tersebut akan
menggunakan AC sebagai suatu kebutuhan (Sivak, 2012).
Peningkatan penggunaan AC dapat menyebabkan peningkatan konsumsi listrik.
Melihat kenyataan tersebut, banyak peneliti melakukan riset untuk menekan penggunaan
listrik dengan cara mengoptimalkan performa AC.
Won menguji mesin pendingin menggunakan dua evaporator dengan dua kompressor,
sirkulasi sistem terpisah tiap ruangan. Dari hasil penelitian didapatkan peningkatan efesiensi
sebanyak 3,5%. Sistem dua evaporator mengurangi energi listrik yang digunakan setiap
ruangan (Won, 1994).
Lavanis menguji sebuah mesin pendingin yang menggunakan multi evaporator. Pada
penelitian ini kedua evaporator dipasangi katup expansi serta menggunakan satu kompressor,
kondensor dan heat exchanger. Sebuah katup selenoid dihubungakan dengan aliran refrigeran
menuju freezer dan evaporator freshfood. Hasilnya pada siklus kerja secara seri didapatkan
peningkatan efesiensi sebesar 8.5% (Lavanis, 1998).
Rustam Hatib melakukan pengujian prestasi pada mesin refrigerasi fokus 802 dengan
membandingakan penggunaan evaporator ukuran besar dengan dua evaporator kecil yang
sebanding dipasang paralel. Hasilnya maka pada evaporator kecil yang dipasang paralel
mengalami penurunan temperatur sebesar 8% namun daya kompressor meningkat sebesar
12,35%. Secara keseluruhan prestasi mengalami penurunan sebesar 3,6% (Hatib, 2011).
Berdasarkan penelitian tersebut salah satu hal yang dapat mempengaruhi performa AC
adalah metode pemasangan evaporator. Untuk itu peneliti akan menguji prestasi mesin
pendingin pada beberapa variasi pemasangan evaporator yaitu seri,paralel, dan tunggal.

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada dua ruangan berukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-
masing 3m, 4m dan 3m. Ketebalan dinding 0,1 m yang tersusun dari bata merah dan plesteran
semen serta plafon terbuat dari triplex 3mm. Persiapan alat dan komponen dilakukan di
Laboratorium Teknologi Mekanik dan Laboratorium Mesin Pendingin, Jurusan Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan, Serta tempat penelitian
di Jl. Tamangapa Raya V Antang Makassar.
Gambaran Umum Penelitian
Penelitian secara experimental dilakukan pada dua ruangan berukuran sama dengan
menggunakan Air Conditioning Tipe Split Merek Panasonic. Peneltian dilakukan dengan tiga
macam perlakuan. Perlakuan pertama, menggunakan dua unit AC Split dengan outdoor
berkompressor ½Pk dihubungkan pada sebuah Evaporator. Perlakuan kedua, menggunakan
satu Air Conditioning Tipe Split Merek Panasonic dengan Outdoor berkompressor 1 Pk
dihubungkan pada dua Evaporator dipasang Seri. Perlakuan ketiga menggunakan Air
Conditioning Tipe Split Merek Panasonic dengan Outdoor berkompressor 1 Pk dihubungkan
pada dua Evaporator dipasang Paralel.
Metode Analisis
Pada penelitian dilakukan pengukuran temperatur pada semua titik seperti skema yang
ditunjukkan pada Gambar 1, 2, dan 3. Pengambilan data dilakukan sebelum AC (Air
Conditioning) dinyalakan dan dihentikan jika temperatur telah konstan atau ditandai dengan
kecilnya perubahan temperatur. Selain pengukuran temperatur juga dilakukan pengukuran
tegangan listrik, kuat arus listrik, dan tekanan refrigeren. Data hasil pengukuran kemudian
dikumpulkan untuk digunakan untuk menghitung prestasi mesin pendingin (COP), ∆T
Evaporator, (TMin) Evaporator, dan daya input (Win).
Penentuan prestasi mesin pendingin melibatkan refrigeran dimana jumlahnya adalah
tetap meskipun mengalami perubahan fase (bentuk), sehingga di dalam sistem tidak perlu
adanya penambahan refrigeran kecuali jika pada instalasi mengalami kebocoran. Beberapa
perhitungan yang akan digunakan untuk siklus yaitu:

Kalor yang dilepas refrigeran di dalam kondensor


q kond = h2 – h3 (kj/kg)
Dimana:
qkon : kalor yang dilepaskan di dalam kondensor (kj/kg)
h2 : entalpi masuk kondensor (kj/kg)
h3 : entalpi keluar kondensor (kj/kg) (Stocher & Jones, 1996)

Kalor yang diserap evaporator (efek refrigerasi)


q evp = h1- h4(kj/kg)
Dimana:
qevp : efek refrigerasi (kj/kg)
h1 : entalpi masuk evaporator (kj/kg)
h4 : entalpi keluar evaporator (kj/kg) (Standard, 1999)

Kerja kompresor (Wk)


W kompresor = h1 – h2 (kj/kg)
Dimana:
Wk : Kerja kompresor (kj/kg)
h1 : Entalpi masuk kompresor (kj/kg)
h2 : Entalpi keluar kompresor (kj/kg) (Roger, 2006)

COP (Coefficient Of Performance)


h −h
COP =
h −h

Atau: COP =

Dimana:
COP : Coefficient Of Performance
qevp : Efek refrigerasi (kj/kg)
Wkompresor : Kerja kompresor (kj/kg) (Carrier, 2006)
HASIL
Pada pengujian AC (Air Conditioning) data yang telah dikumpulkan kemudian
dilakukan perhitungan yang hasil akhirnya seperti yang ditampilkan pada Tabel 1. Pada
Tabel 1 menunjukkan; Jenis instalasi pipa refrigeran secara seri, paralel dan tunggal. Besar
koefisien prestasi (COP) pada ruangan A dan B. Penurunan temperatur udara yang telah
dilewatkan pada evaporator (∆T). Temperatur minimum udara yang dikeluarkan pada
evaporator (TMin). Daya input listrik (WIn) yang digunakan AC pada kedua ruangan. Serta
besar biaya investasi yang dikeluarkan untuk memasang mesin pendingin (COI).
Besar selisih temperatur (Te) udara masuk dan udara keluar evaporator terendah
terdapat pada pemasangan seri yaitu sebesar 6,50C pada evaporator ruang A dan 4.50C
pada evaporator Ruang B, sedangkan yang tertinggi pada pemasangan tunggal yaitu sebesar
8,63C pada evaporator ruang A dan 8,61C pada evaporator ruang B. Pada Evaporator
paralel tidak berbeda siknifikan dengan tsunggal yaitu sebesar 7,75C pada evaporator Ruang
A dan 6,25C pada evaporator Ruang B.
Penggunaan daya listrik (Win) terbesar pada instalasi paralel yaitu 0,796 kW untuk
ruangan A dan B. Sedangakan yang terendah pada instalasi Seri yaitu sebesar 0,684 kW untuk
ruangan A dan B. Besar daya listrik untuk instalasi tunggal tidak berbeda siknifikan dengan
instalasi paralel yaitu 0,756 kW ruangan A dan B.
Koefisien prestasi (COP) tertinggi terdapat pada pemasangan instalasi tunggal yaitu
4,26 pada ruang A dan 4,22 pada ruang B. Koefisien prestasi terendah pada pemasangan
paralel sebesar 1,88 pada Ruang A dan 1,91 pada Ruang B, Sedangkan pada pemasangan Seri
yaitu 2,76 pada ruang A dan 3,02 ruang B.
Besarnya biaya investasi pengadaan AC terendah adalah instalasi seri dan paralel yaitu
sebesar Rp.3.180.000,-. untuk ruangan A dan B. Terlihat pula pada Tabel 1 tersebut biaya
investasi tertinggi jika menggunakan Instalasi Tunggal, yaitu sebesar Rp. 4.920.000,-. untuk
ruangan A dan B

PEMBAHASAN
Penurunan temperatur udara pada evaporator (Te) adalah Selisih temperatur udara
sebelum dan setelah dilewatkan pada koil pendingin. Besar selisih temperatur (Te) udara
masuk dan udara keluar evaporator berbeda untuk pemasangan seri, paralel, dan tunggal.
Selisih penurunan temperatur (Te) terendah terdapat pada pemasangan seri yaitu sebesar
5,38C pada evaporator Ruang A dan 2,64C pada evaporator Ruang B. Penurunan
temperatur dengan metode seri lebih kecil dibanding metode paralel dan tunggal, hal tersebut
diakibatkan karena aliran refrigeran yang melewati evaporator Ruang A dan B mengalami
hambatan yang besar, sehingga menyebabkan kemampuan evaporator menyerap kalor
menurun. Pada pemasangan tunggal sebesar 8,63C pada evaporator ruang A dan 8,61C pada
evaporator ruang B. Penurunan temperatur dengan metode tunggal lebih besar dibanding
metode seri dan paralel, hal tersebut diakibatkan karena besar aliran refrigeran yang melewati
evaporator terfokus masing-masing ruangan baik A dan B sehingga kemampuan evaporator
menyerap kalor maksimal. Sedangkan selisih penurunan temperatur (Te) pada Evaporator
paralel berbeda tidak signifikan dibandingkan dengan pemasangan tunggal. Besar penurunan
temperatur pada Evaporator paralel yaitu sebesar 6,45C pada evaporator Ruang A dan
5,43C pada evaporator Ruang B.
Daya Input AC (WIn) adalah total daya keseluruhan peralatan yang digunakan untuk
mengoprasikan AC. Dalam siklus mesin pendingin membutuhkan peralatan yang berfungsi
untuk mensirkulasikan refrigeran, menggerakkan blower, menggerakkan Fan, dan sistem
kontrol (John, 2002). Setiap instrumen membutuhkan daya untuk dapat beroperasi. Jika
ditinjau dari daya listrik yang digunakan, kompressor yang membutuhkan daya terbesar
sedangkan yang lainnya cenderung kecil ketika beroperasi. Daya input merupapakan hasil kali
Tegangan (V) dan Kuat Arus (I) ketika mesin pendingin beroperasi. Pada mesin pendingin
tipe split dengan pemasangan Seri, paralel, dan Tunggal membutuhkan daya input yang
berbeda. Penggunaan daya listrik terbesar pada instalasi paralel. Besar daya listrik untuk
ruangan A dan B adalah 0,796 kW. Hal ini terjadi karena pada instalasi paralel terdapat
percabangan pipa saluran yang menimbulkan hambatan aliran refrigeran kemudian ketika
refrigeran telah melewati percabangan masuk ke saluran kedua ruangan kecepatan refrigeran
menurun sehingga hambatan aliran fluida bertambah yang mengakibatkan kompressor
membutuhkan daya yang besar untuk mensirkulasikan refrigeran (Tong, 1997). Pada instalasi
Seri kebutuhan daya listrik untuk ruangan A dan B sebesar 0,684 kW. Hal ini terjadi karena
pada instalasi Seri tidak terdapat percabangan pipa saluran yang dapat menimbulkan
hambatan besar aliran refrigeran yang dapat menaikkan daya input. Besar daya listrik untuk
ruangan A dan B adalah 0,756 kW. Hal ini terjadi karena pada instalasi Tunggal karena daya
listrik merupakan penjumlahan daya listrik Ruang A dan B.
Koefisien performa yang dalam istilah asing disebut Coefficient Of Performance
(COP) merupakan koefisien yang menggambarkan prestasi suatu mesin pendingin ditinjau
dari besar efek refrigerasi dibandingkan dengan jumlah daya listrik yang dibutuhkan untuk
mengoprasikan mesin pendingin tersebut (Shan, 2000). Besar koefisien performa (COP)
setiap model pemasangan berbeda baik pemasangan Seri, Paralel, dan Tunggal. Koefisien
performa (COP) pada pemasangan Seri, Paralel, dan Tunggal seperti yang ditunjukkan pada
diatas terlihat bahwa pada evaporator dengan pemasangan Seri mempunyai COP total untuk
ruang A dan B sebesar 3,02. Besarnya nilai COP terjadi karena ketika refrigeran telah masuk
ke ruangan A besar kalor yang diserap kurang sehingga keadaan refrigeran telah berupa
dominan fase cair dan ketika refrigeran melalui ruang B keadan sifatnya berupa fase gas
mengakibatkan hambatan aliran fluida berkurang sehingga cepat menyerap kalor. Koefisien
prestasi (COP) tertinggi terdapat pada pemasangan instalasi tunggal sesuai pada diatas. Besar
COP yaitu sebesar 4,26 pada ruang A dan 4,22 pada ruang B. Hal ini terjadi karena pada
instalasi Tunggal panjang pipa saluran siklus dalam keadaan standar dan terfokus untuk satu
ruangan, keadaan tersebut menimbulkan sedikit hambatan aliran refrigeran yang
mengakibatkan kalor pada evaporator cepat diserap dan menimbulkan kenaikan kerja
evaporator. Kenaikan kerja evaporator dapat menaikkan koefisien performa (COP).
Sedangkan pada pemasangan parallel berbeda tidak siknifikan jika dibandingkan pemasangan
seri. Besar COP total pemasangan evaporator paralel sebesar 1,99 pada Ruang A dan B. Besar
COP pada instalasi Paralel ruangan A dan B sama diakibatkan karena mempunyai panjang
pipa saluran yang sama dan mengalir dalam waktu dan keadaan refrigeran yang sama.
Keadaan refrigeran saat masuk ke evaporator A dan B berupa dominan fase cair dan sedikit
gas yang menimbulkan hambatan yang sama.
Biaya investasi atau dalam bahasa asing disebut Cost of Investmen adalah seluruh
total biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang atau jasa demi tujuan tertentu. Dalam
mesin pendingin biaya investasi merupakan salah satu variabel dasar dan perlu
dipertimbangkan. Gambaran umum besar biaya investasi pengadaan mesin pendingin untuk
dua ruangan dengan metode pemasangan evaporatir Seri, Paralel, dan Tunggal. Gambaran
harga yang diberikan merupakan sampel untuk satu merek, namun harga tersebut dapat
menggambarkan perbedaan biaya investasi yang dikeluarkan untuk ketiga jenis instalasi.
Biaya investasi terendah jika menggunakan instalasi Seri dan Paralel, Besarnya biaya
investasi pengadaan AC untuk mendinginkan dua ruangan sebesar Rp.3.680.000,-. Biaya
investasi rendah diakibatkan karena cukup membeli satu set AC Split 1Pk dan membeli satu
buah evaporator atau indoor unit kita dapat digunakan untuk kebutuhan dua ruangan. Biaya
investasi tertinggi jika menggunakan Instalasi Tunggal, yaitu sebesar Rp. 5.230.000,-. Biaya
investasi tinggi tersebut terjadi karena setiap ruangan harus dipasangi mesin pendingin
sehingga biaya investasi dua kali biaya normal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mesin pendingin Split AC
Panasonic dengan metode pemasangan evaporator seri,parallel,dan tunggal dapat disimpulkan
bahwa metode pemasangan evaporator seri dan paralel dapat digunakan untuk menghemat
energi dan biaya pengadaan AC walaupun koefisien prestasi cenderung rendah dibanding
pemasangan tunggal. Diharapkan penelitian AC selanjutnya dapat memvariasikan tekanan
refrigeran pada tiap instalasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar Wiranto, Heizo Saito. (1981). Penyegaran Udara. Pradnya Paramita, Edisi
Enam. Jakarta.
Carrier Air Conditioning Company. (2006) Handbook of Air Conditioning System Design.
Mc-Graw Hill. Taiwan.
Hatib Rustan. (2011). Studi Experimental Evaporator Bertingkat Yang Disusun Secara Paralel
Terhadap Kinerja Mesin Refrigerasi Fokus 802. Tesis Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.
John H. Lien. Hard IV., John H. Lien. Hard. V. (2002). A Heat Transfer Text Book Third
Edition. Phologiston Press. Cambridge.
Tong. L. S., Tang. Y. S. (1997). Boiling Heat Transfer and Two Phase Flow. Taylor &
Francis. USA.
Lavanis M., Haider. I., Radermacher. R. (1998).Experimental Investigation of an Alternating
Evaporator Duty Refrigerator/Freezer, ASHRAE Transactions, Vol. 104, P. 2.
Roger W. Haines. (2006). Control System For Heating, Ventilating, and Air Conditioning .
Spriger USA.
Shan K. Wang. (2000). Hand Book Of Air Conditioning And Refrigeration. McGraw-Hill.
Sivak Michael. (2012). http://www.nytimes.com/2012/08/19/sunday-review/air-conditioning-
is-an-environmental-quandary.html diakses Desember 2012.
Standard Ashrae. (1999). Handbook Refrigerating Fundamental. American.
Stocher W. F., J. W. Jones. (1996). Refrigeration and Air Conditioning. Mc-Graw Hill.
Won Jae Yoon. (1994). An Experimental Study on the Performance of a Two-Cirkuit Cycle
with Paralel Evaporators for a Domestic Refrigerator-Freezer. Journal Purdue e-Pubs.
Lampiran

Instalasi Dua AC Tunggal Ruangan A dan B

7
4 1
EVAPORATOR

5
3 2
KONDENSOR

Gambar 1. Skema Instalasi Dua AC Tunggal Ruangan A dan B.

Instalasi AC Dengan Dua Evaporator Seri

T11 T9
T6
T1
EVAPORATOR B EVAPORATOR A
T4 T5
T12 T10

K- EXP

T8
T3 T2
KONDENSOR

T7

Gambar 2. Skema Instalasi AC Dengan Dua Evaporator Seri


Instalasi AC Dengan Dua Evaporator Paralel

8
3 2
KONDENSOR
7
10
4 1
EVAPORATOR
9
12 6
5
EVAPORATOR
11

Gambar 3. Skema Instalasi AC Dengan Dua Evaporator Paralel

Tabel 1. Hasil perhitungan pada ruangan A dan B


COP ∆T [ ºc ] T Min [ ºc ] W In [kW] COI [Rp]
INSTALASI
A B A B A B A&B A&B
Seri 3,02 5,38 2,64 21,80 24,80 0.684 3,680,000
Paralel 1,91 6,45 5,43 24,80 23,00 0.796 3,680,000
Tunggal 4,26 4,22 8,63 8,61 23.00 23.00 0.756 5,230,000

Anda mungkin juga menyukai